MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 040 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 053 TAHUN 2006 TENTANG WAJIB DAFTAR PELUMAS YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Panas Bumi. Survei. Penugasan. Pedoman.

MENTERT ENERGI DAN SUMBER DAYA UINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERT ENERGI DAN SUMBER DAYA UINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

DEPARTEMEN ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Izin Usaha Niaga Terbatas LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS LNG

Izin Usaha Niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS BBM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 217, Tambaha

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA (TRADER)

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1693 K/34/MEM/2001 TANGGAL 22 JUNI 2001 TENTANG PELAKSANAAN PABRIKASI PELUMAS DAN

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2009 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara

PERATURAW MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 005 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENUGASAN SURVEI PENDAHULLJAN PANAS BUM1

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENYIMPANAN LPG (DENGAN FASILITAS BOTTLING PLANT)

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 267/PMK.011/2014

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA JASA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI

Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA

2017, No perjanjian kontrak kerja sama bagi hasil minyak dan gas bumi antara satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI TENTANG

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

Izin Usaha Niaga Umum Hasil Olahan PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM HASIL OLAHAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No (fee) kepada penjual minyak dan/atau gas bumi bagian negara yang dibebankan pada bagian negara dari penerimaan hasil penjualan minyak

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.02/2016 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAVA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 28 TAHUN 2012

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 114/PMK.02/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 195/PMK.02/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN LPG (DENGAN FASILITAS BOTTLING PLANT)

PROSEDUR PENGAJUAN PERSETUJUAN PEMBANGUNAN & PENGOPERASIAN PIPA GAS BUMI UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

2 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi (L

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015 tentang Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

Izin Usaha Niaga LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM LPG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

MENTERI ENEWGl DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

STANDARD PELAYANAN PUBLIK (SPP) PELAYANAN PERIJINAN DAN REKOMENDASI BIDANG MIGAS

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK BUMI MELALUI PIPA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PMK.03/2015 TENTANG

Nomor : 01/SOP/DEB.02/2012 Tanggal : 14 Agustus 2012 Unit Eselon II : Direktorat Bioenergi Revisi : 00

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Latar Belakang KEMENTERIAN ESDM

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/PMK.03/2015 TENTANG

MENTERl ENERG! DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30TAHUN2017

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-02/BC/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

Izin Usaha Niaga Umum Bahan Bakar Gas (BBG/CNG) PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM BBG-CNG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ESDM. Panas Bumi. Kegiatan Usaha. Penyelenggaraan. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 24/PMK.Oll/2010 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2017

BERITA NEGARA. KEMEN-ESDM. Evaluasi. Penerbitan. Izin Usaha Pertambangan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK BUMI, BBM DAN HASIL OLAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

bahwa dalam rangka menjaga tingkat produksi minyak dan gas bumi serta memberikan kepastian dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005.

M E M U T U S K A N :

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGOLAHAN HASIL OLAHAN

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR IMPOR

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

bahwa untuk memberikan kepastian hukum terhadap

PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

Transkripsi:

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SURVEI UMUM DALAM KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kelengkapan data dalam rangka menunjang pelaksanaan penawaran Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi perlu dilakukan kegiatan Survei Umum; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Survei Umum sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Menteri dapat memberi izin kepada Badan Usaha sebagai pelaksana Survei Umum; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Pedoman dan Tata Cara Pelaksanaan Survei Umum dalam suatu Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4152) sebagaimana telah berubah dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 002/PUU-I/2003 pada tanggal 21 Desember 2004 (Berita Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2005); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Migas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435 ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4530); 3. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20 Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005 tanggal 5 Desember 2005; 4. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1088 K/20/MEM/2003 tanggal 17 September 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan, Pembinaan, Pengawasan, Pengaturan, dan Pengendalian Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dan Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi;

-2-5. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SURVEI UMUM DALAM KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksudkan dengan : 1. Wilayah Terbuka, Data, Kontraktor, Badan Usaha, Departemen, dan Menteri adalah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2005. 2. Survei Umum adalah kegiatan lapangan yang meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian data yang berhubungan dengan informasi kondisi geologi untuk memperkirakan letak dan potensi sumber daya Minyak dan Gas Bumi di luar Wilayah Kerja. 3. Izin Survei Umum adalah izin yang diberikan oleh Menteri kepada Badan Usaha untuk melaksanakan kegiatan Survei Umum dalam Wilayah Terbuka. 4. Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal yang bidang tugas dan kewenangannya meliputi kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. 5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bidang tugas dan tanggung jawabnya meliputi di bidang Minyak dan Gas Bumi. 6. Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral yang selanjutnya disebut Pusat Data dan Informasi ESDM adalah unit kerja yang bertanggung jawab dalam pengelolaan Data dan informasi hasil kegiatan Survei Umum, Eksplorasi dan Eksploitasi Minyak dan Gas Bumi.

-3- BAB II PELAKSANA DAN WILAYAH SURVEI UMUM Pasal 2 (1) Untuk menunjang penyiapan Wilayah Kerja, Menteri melakukan kegiatan Survei Umum. (2) Kegiatan Survei Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi survei geologi, survei geofisika, dan survei geokimia. (3) Pelaksanaan Survei Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan oleh Direktur Jenderal. Pasal 3 (1) Kegiatan Survei Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan di Wilayah Terbuka. (2) Dalam rangka optimasi penyiapan Wilayah Kerja, Direktur Jenderal melakukan perencanaan kegiatan Survei Umum di Wilayah Terbuka dengan mempertimbangkan kebutuhan dan mutu Data. (3) Dalam hal kegiatan Survei Umum melintasi Wilayah Kerja, Direktur Jenderal terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan Badan Pelaksana untuk pemberitahuan kepada Kontraktor yang bersangkutan. Pasal 4 (1) Kegiatan Survei Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha setelah mendapat izin Menteri. (2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan pertimbangan teknis dari Direktur Jenderal dalam rangka perencanaan Wilayah Kerja. (3) Badan Usaha yang telah memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mengadakan Kontrak Kerjasama dengan Pusat Data dan Informasi ESDM mengenai penyimpanan, pemeliharaan, dan pemasyarakatan Data. BAB III TATA CARA PENGAJUAN IZIN SURVEI UMUM Pasal 5 (1) Untuk mendapatkan Izin Survei Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), Badan Usaha mengajukan permohonan Izin Survei Umum kepada Menteri melalui Direktur Jenderal dengan melampirkan persyaratan administratif dan teknis.

-4- (2) Persyaratan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Akte Pendirian Perusahaan dan perubahannya yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang; b. Profil perusahaan (Company Profile); c. Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP); d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); dan e. Surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai kesanggupan memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Batas wilayah dan lintasan Survei Umum yang dilengkapi dengan koordinat geografis dalam proyeksi longitude dan latitude GDN 1995 (WGS 1984); b. Tata Waktu dan Rencana Kerja; c. Peralatan dan Parameter Survei; d. Parameter dan tahapan pengolahan Data; dan e. Rencana pemasyarakatan Data. (4) Apabila dianggap perlu, dalam rangka klarifikasi terhadap persyaratan administratif dan teknis, Direktorat Jenderal dapat meminta Badan Usaha untuk mengadakan presentasi. (5) Berdasarkan hasil evaluasi terhadap persyaratan administratif dan teknis, Direktur Jenderal menyampaikan pertimbangan teknis kepada Menteri. (6) Berdasarkan pertimbangan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Menteri dapat memberikan atau menolak permohonan Izin Survei Umum. BAB IV PELAKSANAAN SURVEI UMUM Pasal 6 (1) Dalam hal Menteri memberikan Izin Survei Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (6), Badan Usaha Pemegang Izin Survei Umum wajib melaksanakan Survei Umum berdasarkan petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal. (2) Izin Survei sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat : a. Nama Badan Usaha; b. NPWP; c. Penanggung jawab; d. Alamat;

-5- e. Peta lokasi Survei Umum; f. Jangka waktu izin; g. Kewajiban untuk berkontrak dengan Pusat Data dan Informasi ESDM. Pasal 7 Kontrak Kerjasama dengan Pusat Data dan Informasi ESDM mengenai penyimpanan, pemeliharaan, dan pemasyarakatan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3), memuat antara lain : a. lingkup kerja sama; b. jangka waktu Kontrak; c. hak atas kepemilikan dan pemasyarakatan Data ada pada Pemerintah; d. kewajiban Badan Usaha untuk pelaporan mengenai penyimpanan, pemeliharaan, dan pemasyarakatan Data; e. kewajiban Badan Usaha untuk menyediakan dan menanggung seluruh dana dan risiko; f. kewajiban Badan Usaha untuk menyerahkan seluruh Data hasil survei termasuk Data hasil olahan, interpretasi dan Data penunjang lainnya dalam keadaan layak pakai; g. kewajiban Badan Usaha memberikan dukungan dalam rangka promosi Wilayah Kerja baru yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal dari wilayah kegiatan Survei Umum; h. kewajiban Badan Usaha untuk melakukan evaluasi Data dalam rangka perencanaan dan penyiapan Wilayah Kerja; i. kewajiban Badan Usaha untuk membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak atas hasil setiap pemasyarakatan Data. Pasal 8 (1) Badan Usaha pemegang Izin Survei Umum dalam melaksanakan pemasyarakatan Data, wajib membayar Penerimaan Negara Bukan Pajak. (2) Besaran tarif dan tata cara pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 9 (1) Jangka waktu Kontrak Kerja Sama penyimpanan, pemeliharaan, dan pemasyarakatan Data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) ditetapkan sebagai berikut: a. untuk Data yang diperoleh dari kegiatan pelaksanaan Survei Seismik 2D paling lama 5 (lima) tahun sejak diberikannya Izin Survei Umum;

-6- b. untuk Data yang diperoleh dari kegiatan pelaksanaan Survei Seismik 3D paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak diberikannya Izin Survei Umum. (2) Badan Usaha dapat mengajukan permohonan perpanjangan Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri, paling lambat 6 (enam) bulan sebelum Kontrak Kerja Sama berakhir. (3) Dalam rangka perpanjangan Kontrak Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pusat Data dan Informasi ESDM memberikan pertimbangan dan rekomendasi kepada Menteri. (4) Berdasarkan pertimbangan dan rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Menteri dapat menyetujui atau menolak permohonan perpanjangan Kontrak Kerja Sama. Pasal 10 (1) Badan Usaha yang melakukan Survei Umum wajib menyerahkan seluruh Data yang diperoleh kepada Pusat Data dan Informasi ESDM setelah berakhirnya Kontrak Kerjasama yang bersangkutan. (2) Direktur Jenderal melakukan evaluasi terhadap seluruh Data yang diperoleh Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebelum diserahkan kepada Pusat Data dan Informasi ESDM. (3) Pelaksanaan penyerahan Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam suatu Berita Acara yang ditandatangani oleh Badan Usaha, Pusat Data dan Informasi ESDM dan Direktorat Jenderal. Pasal 11 (1) Direktorat Jenderal melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan Survei Umum. (2) Pengawasan dalam pengelolaan Data yang meliputi kegiatan perolehan, pengadministrasian, pegolahan, penataan, penyimpanan, pemeliharaan, dan pemusnahan Data dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. BAB V SANKSI Pasal 12 Izin Survei Umum dapat dibatalkan oleh Menteri apabila Badan Usaha pemegang Izin Survei Umum : a. melanggar ketentuan yang ditetapkan dalam Izin Survei Umum dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

-7- b. tidak menaati petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6. Pasal 13 Direktur Jenderal atas nama Menteri memberikan teguran tertulis kepada Badan Usaha pemegang Izin Survei Umum yang melakukan pelanggaran terhadap persyaratan Izin Survei Umum dan Petunjuk Teknis. Pasal 14 Segala kerugian yang timbul sebagai akibat dibatalkan atau dicabutnya Izin Survei Umum, menjadi beban Badan Usaha yang bersangkutan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkannya. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Mei 2005 MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, ttd PURNOMO YUSGIANTORO