BAB III TINJAUAN UMUM PRIVATISASI DAN KOMERSIALISASI SDA DALAM UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PRT/M/2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG HAK GUNA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PRT/M/2015 TENTANG RENCANA DAN RENCANA TEKNIS TATA PENGATURAN AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI LEBAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENETAPAN KRITERIA WILAYAH SUNGAI DAN CEKUNGAN AIR TANAH 14 JULI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04/PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN WILAYAH SUNGAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

~ 1 ~ BUPATI KATONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG SUMBER DAYA AIR

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /PRT/M/2015 TENTANG KRITERIA DAN PENETAPAN STATUS DAERAH IRIGASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

PEMBAHARUAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

2017, No bapaahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang P

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WILAYAH SUNGAI PEMALI COMAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMANFAATAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP - 14 /M.EKON/ 12/ 2001 TENTANG ARAHAN KEBIJAKAN NASIONAL SUMBERDAYA AIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN UMUM PRIVATISASI DAN KOMERSIALISASI SDA DALAM UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR A. Latar Belakang Penyusunan Undang-undang No. 7 Tahun 2004 TentangSumber Daya Air Undang-undang no.7 tahun 2004 tentang sumber daya air telah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan dimasukkan dalam lembaran negara tahun 2004 dengan nomor 32 pada tanggal 18 maret 2004. Akan tetapi banyak kalangan mengecam undang-undang tersebut karena mengandung unsur privatisasi dan itu akan berdampak pada dikomersilkannya air yang merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Sebelum undang-undang no.7 tahun 2004 disahkan, sektor sumberdaya air diatur dalam undang-undang no.11 tahun 1974 tentang pengairan. Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan adanya perubahan-perubahan yang cepat dalam tatanan kehidupan masyarakat (globalisasi, perubahan kebijakan ekonomi dan politik) maka undangundang 1974 dirasa sudah tidak lagi memadai. Ditambahkan lagi aturanaturan yang terkait dengan sumber daya air dan pengelolaannya yang tidak integratif dan koordinatif. Sehingga perlu adanya kebijakan baru yang akomodatif terhadap perkembangan dan perubahan-perubahan yang 44

terjadi, juga terpadu, menyeluruh, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 1 Air merupakan kebutuhan yang paling pokok dan penting bagi manusia. Tanpa adanya air makhluk hidup tidak akan dapat bertahan hidup. Sebagai sumber daya yang keberadaannya semakin banyak mengalami penurunan, maka air memerlukan aturan-aturan agar air dapat dikelola dengan cermat agar dapat merata, adil, dan dan mudah diakses semua kalangan masyarakat. Sumber air (water resources) dan air segar (fresh water) merupakan barang publik. Sebagai barang publik seharusnya digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena itu pemerintah berkewajiban menjalankan fungsi pelayanan publik dan mensejahterakan rakyat dengan ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan mereka seharihari. 2 Dengan demikian pemerintah mencoba membuat undang-undang no.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, pengertian Sumber Daya Air adalah air, sumber air dan daya air yang terkandung di di dalamnya. Dan menjadi latar belakang penyusunan UU No.7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air adalah sebagai berikut : a. Bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. 1 Tim Kruha, et al., Kemelut SDA Menggugat Privatisasi Air di Indonesia, Yogyakarta: LAPERA Pustaka Utama, 2005, hlm.131. 2 Ibid., hlm.68. 45

b. Bahwa dalam mengdapi ketidak seimbangan antara ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air yang semakin meningkat, sumber daya air wajib dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras. c. Bahwa pengelolaan sumber daya air perlu diarahkanuntuk mewujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antara wilayah, antar sektor, dan antar generasi. d. Bahwa UU no. 11 tahun 1974 tentang pengairan sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan keadaan, dan perubahan dalam kehidupan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. 3 Ketentuan umum dalam undang-undang no 7 tahun 2004 tentang sumber daya air antara lain: Pasal 1 Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1) Sumber daya air adalah air, sumber air, dan daya air yang terkandung di dalamnya. 2) Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalampengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. 3) Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah. 4) Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 3 Peraturan Perundang-undangan, Undang-undang Pengelolaan Sumber Daya Air, Bandung:Fokusmedia,2008, hlm 1. 46

5) Sumber air adalah tempat atau wadah air alami dan/atau buatan yang terdapat pada, di atas, ataupun dibawah permukaan tanah. 6) Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air dan/atau pada sumber air yang dapat memberikanmanfaat ataupun kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. 7) Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, danmengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, danpengendalian daya rusak air. 8) Pola pengelolaan sumber daya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan,memantau, dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air,dan pengendalian daya rusak air. 9) Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yangdiperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air. 10) Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam satu atau lebih daerahaliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2.000 km2. 11) Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dananak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal daricurah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan 47

pemisah topografis danbatas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. 12) Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semuakejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung. 13) Hak guna air adalah hak untuk memperoleh dan memakai atau mengusahakan air untuk berbagaikeperluan. 14) Hak guna pakai air adalah hak untuk memperoleh dan memakai air. 15) Hak guna usaha air adalah hak untuk memperoleh dan mengusahakan air. 16). Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badaneksekutif daerah. 17) Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah perangkat Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang terdiri atas Presiden beserta para menteri. 18) Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat,dan fungsi sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untukmemenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang. 19) Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pengembangan,dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. 48

20) Pengendalian daya rusak air adalah upaya untuk mencegah, menanggulangi, dan memulihkankerusakan kualitas lingkungan yang disebabkan oleh daya rusak air. 21) Daya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan. 22) Perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan secaraterkoordinasi dan terarah dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air. 23) Operasi adalah kegiatan pengaturan, pengalokasian, serta penyediaan air dan sumber air untukmengoptimalkan pemanfaatan prasarana sumber daya air. 24) Pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber daya air yang ditujukanuntuk menjamin kelestarian fungsi sumber air dan prasarana sumber daya air. 25) Prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatanpengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak langsung. 26) Pengelola sumber daya air adalah institusi yang diberi wewenang untuk melaksanakan pengelolaan B. Sumber Hukum Undang-undang No.7 Tahun 2004 Tentang SumberDaya Air Sumber daya air merupakan karunia Tuhan, yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat indonesia dalam segala bidang. Sejalan dengan pasal 33 ayat (3) undang-undang 49

dasar negara republik indonesia tahun 1945, undang-undang ini menyatakan bahwa sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat secara adil. Negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari dan melakukan pengaturan hak atas air. penguasaan negara atas sumber daya air tersebut diselenggarakan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui dan menghormati kesatuan hukum adat. Undang-undang republik Indonesia No.7 tahun 2004 tentang sumber daya air ini di sahkan menjadi undang-undang tanggal 18 maret 2004 merupakan pengganti dari undang-undang no.11 tahun 1974 tentang pengairan yang sudah tidak sesuai lagi dengan situasi perkembangan dan perubahan dalam kehidupan masyarakat. 4 Adapun undang-undang terdahulu yang dijadikan sebagai dasar atas pembuatan undang-undang sumber daya air no 7 tahun 2004, yaitu : a. Pasal 33 ayat 3 Undang-undang Dasar 1945 b. Undang undang No 11 tahun 1974 tentang pengairan c. Ketetapan MPR Republik Indonesia nomor XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah, pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta 4 UU SDA, Op.cit.hlm.60. 50

pertimbangan keuangan pusat dan daerah dalam rangka negara kesatuan Republik Indonesia d. Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya e. Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang pengelolaan lingkungan hidup f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air\ g. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 42 tahun 2008 tentang pengelolaan Sumber Daya Air h. Peraturan Presiden No 43 tahun 2008 tentang dewan SDA i. Keputusan Presiden Republik Indonesia No 83 yahun 2002 tentang perubahan atas keppres RI tahun 2001 tentang tim koordinasi pengeloaan SDA. 5 C. Tinjaun Privatisasi dan Komersialisasi Dalam Undang-undang No. 7 Tahun2004 Tentang Sumber Daya Air Pasal 7 1) Hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) berupa hak guna pakai air dan hak gunausaha air. 2) Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat disewakan atau dipindahtangankan,sebagian atau seluruhnya. 5 Ibid.,hlm iii 51

Pasal 8 1) Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari 2) Bagiperseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem irigasi. 3) Hak guna pakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memerlukan izin apabila: a. cara menggunakannya dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air; b. ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar;atau c. digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada. 4) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh Pemerintah atau pemerintahdaerah sesuaidengan kewenangannya. 5) Hak guna pakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untukmengalirkan air dari atauke tanahnya melalui tanah orang lain yang berbatasandengan tanahnya. Pasal 9 1) Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan usaha dengan izin dari Pemerintahatau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. 52

2) Pemegang hak guna usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuandari pemegang hak atas tanah yang bersangkutan. 3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau kompensasi. Pasal 11 1) Penyusunan pola pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukandenganmelibatkan peran masyarakat dan dunia usaha seluas-luasnya. Pasal 40 1) Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34ayat (1) dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. 2) Pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggungjawab Pemerintah dan pemerintah daerah. 3) Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah merupakan penyelenggarapengembangan sistem penyediaan air minum. 4) Koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraanpengembangan sistem penyediaan air minum. 5) Pengaturan terhadap pengembangan sistem penyediaan air minum bertujuan untuk: 53

a. terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yangterjangkau; b. tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan; dan c. meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum. 6) Pengaturan pengembangan sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat(2), ayat (3) dan ayat (4) diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan saranasanitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2) huruf d. 7) Untuk mencapai tujuan pengaturan pengembangan sistem penyediaan air minum dan sanitasisebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan ayat (6), Pemerintah dapat membentuk badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada menteri yang membidangi sumber daya air. 8) Ketentuan pengembangan sistem penyediaan air minum, badan usaha milik negara dan/atau badanusaha milik daerah penyelenggara pengembangan sistem penyediaan air minum, peran serta koperasi,badan usaha swasta, dan masyarakat dalam penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan airminum, dan pembentukan badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4), dan ayat (7)diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 54

Pasal 49 1) Pengusahaan air untuk negara lain tidak diizinkan, kecuali apabila penyediaan airuntuk berbagaikebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) telah dapatterpenuhi. 2) Pengusahaan air untuk negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan pada rencanapengelolaan sumber daya air wilayah sungai yang bersangkutan, serta memperhatikan kepentingandaerah di sekitarnya. 3) Rencana pengusahaan air untuk negara lain dilakukan melalui proses konsultasi publik olehpemerintah sesuai dengan kewenangannya. 4) Pengusahaan air untuk negara lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) wajib mendapatizin dari Pemerintah berdasarkan rekomendasi dari pemerintah daerah dan sesuai dengan peraturanperundang-undangan. 55