GUBERNUR SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.16/MEN/XI/2011 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT

2 Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 4); Menetapkan 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh (Lembaran Negara Repub

copyright by Elok Hikmawati 1

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP. 48/MEN/IV/2004 TENTANG

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.48/MEN/IV/2004 TENTANG

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

: KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

KEPMEN NO. 231 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2008 T E N T A N G

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR SUMATERA BARAT

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2017 TENTANG

TENTANG DI KOTA CIMAHI. Ketenagakerjaan. Kerja Asing;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

GUBERNUR SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI, DAN MENTERI KESEHATAN

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPMEN NO. 234 TH 2003

GUBERNUR SUMATERA BARAT

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DAN KESEHATAN

Dr. Alimatus Sahrah, M.Si, MM FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH MURUNG RAYA NOMOR : 22 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN BUPATI KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

MSDM Materi 13 Serikat Pekerja dan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 6, Ta

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KETENAGAKERJAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPMEN NO. 92 TH 2004

RANCANGAN PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I KETENTUAN U M U M

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 71 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 84 TAHUN 2017

HUBUNGAN KERJA DAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

2017, No Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Berlakunya Undang-Undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Repub

6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2013 tentang Tata Cara Perpanjangan Perjanjian Kerja Pada Pengguna Perseorangan (Beri

PERATURAN WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PEKERJA RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

2015, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembar

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.11, 2014 KEMENAKERTRANS. Data. Informasi. Ketenagakerjaan. Klasifikasi. Karakteristik. Perubahan.

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 2003/39, TLN 4279] Pasal 184

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA WAJIB LAPOR KETENAGAKERJAAN DI PERUSAHAAN DALAM JARINGAN

Transkripsi:

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa tenaga kerja sebagai mitra pengusaha merupakan salah satu pendukung dan pelaksana perekonomian yang sangat penting dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat; b. bahwa untuk mendukung terciptanya hubungan yang harmonis antara pekerja dan pengusaha perlu diatur dalam peraturan perusahaan yang memuat hak dan kewajiban pengusaha, hak dan kewajiban pekerja/buruh, syarat kerja, serta tata tertib perusahaan; c. bahwa untuk mendukung terlaksananya pembuatan peraturan perusahaan yang ada di Provinsi Sumatera Barat dan memudahkan pengusaha dalam pembuatan peraturan perusahaan diperlukan pedoman pembuatan peraturan perusahaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Pembuatan Peraturan Perusahaan; Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 19 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah - Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara

- 2 - Republik Indonesia Nomor 1646); 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4279); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679; 4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama; MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PEMBUATAN PERATURAN PERUSAHAAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Sumatera Barat. 2. Gubernur adalah Gubernur Sumatera Barat. 3. Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat 4. Peraturan Perusahaan yang selanjutnya disingkat PP adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. 5. Perusahaan adalah: a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan Pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain;

- 3 - b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. 6. Pengusaha adalah a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri; b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan miliknya; c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 7. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 8. Serikat Pekerja/Serikat Buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh dan untuk Pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan Pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan Pekerja/buruh dan keluarganya 9. Upah adalah hak Pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. 10. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara Pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 11. Perjanjian Kerja Bersama yang selanjutnya disingkat PKB adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/Serikat Buruh yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan dengan Pengusaha, atau beberapa Pengusaha atau perkumpulan Pengusaha yang memuat syarat kerja, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Pasal 2 Peraturan Gubernur ini bertujuan sebagai pedoman dalam pembuatan PP untuk Perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu) Kabupaten/Kota di

- 4 - Daerah. Pasal 3 (1) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/buruh paling kurang 10 (sepuluh) orang wajib membuat PP. (2) Kewajiban membuat PP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Perusahaan yang sudah memiliki PKB. BAB II TUJUAN, PRINSIP, DAN RUANG LINGKUP PP Pasal 4 Pembuatan PP bertujuan untuk: a. memberikan kepastian hukum atas hak dan kewajiban Pekerja/buruh dan Pengusaha; b. menciptakan Hubungan Industrial yang harmonis dalam Perusahaan; c. menetapkan syarat kerja atau hubungan ketenagakerjaan; d. mengatur tata cara penyelesaian perselisihan antara Pekerja/buruh atau Serikat Pekerja/buruh/Serikat Buruh dengan pihak Pengusaha; dan e. menciptakan ketenangan kerja bagi Pekerja/buruh dan kepastian usaha bagi Pengusaha. Pasal 5 PP mempunyai prinsip sebagai berikut: a. tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; b. ketentuan lebih lanjut dari peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan c. tidak diskriminatif Pasal 6 PP berlaku untuk seluruh Pekerja/buruh yang bekerja di Perusahaan. BAB III MATERI MUATAN PERATURAN PERUSAHAAN Pasal 7 PP paling kurang memuat: a. hak dan kewajiban Pengusaha; b. hak dan kewajiban Pekerja/buruh;

- 5 - c. syarat kerja; d. tata tertib perusahaan; e. jangka waktu berlakunya PP; dan f. penyelesaian perselisihan. Bagian Kesatu Hak dan Kewajiban Paragraf 1 Pengusaha Pasal 8 Hak Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a paling kurang memuat: a. meminta kepada Pekerja/buruh untuk mentaati tata tertib yang telah ditetapkan oleh Perusahaan; b. menuntut kepada Pekerja/buruh untuk mengoptimalkan keahlian/kecakapan yang dimiliki untuk Perusahaan; c. meminta kepada Pekerja/buruh untuk menjaga nama baik Perusahaan; dan d. meminta kepada Pekerja/buruh untuk menjalankan penugasan yang telah ditetapkan dengan penuh disiplin dan bertanggung jawab Pasal 9 Kewajiban Pengusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a paling kurang memuat: a. memberikan upah kepada Pekerja/buruh, tidak lebih rendah dari upah minimum Daerah; b. mempekerjakan Pekerja/buruh dengan waktu yang telah ditetapkan, yang berpedoman pada peraturan perundang-undangan; c. menyusun struktur dan skala upah; d. memberikan perlindungan jaminan sosial tenaga kerja dan kesehatan; e. menyediakan peralatan keselamatan kerja; f. mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan g. memberikan tunjangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Paragraf 2 Pekerja/buruh Pasal 10 Hak Pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b paling

- 6 - kurang memuat: a. hak upah dari Perusahaan; b. hak atas waktu istirahat kerja dan cuti; c. hak atas perlindungan jaminan sosial tenaga kerja dan kesehatan; d. hak atas tunjangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan e. hak atas perlakuan yang adil dari Perusahaan. Pasal 11 Kewajiban Pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b paling kurang memuat: a. kewajiban menjalankan pekerjaan dengan penuh tanggung jawab; b. kewajiban bekerja disipilin sesuai ketentuan Perusahaan; c. kewajiban menggunakan dan memelihara alat-alat keselamatan kerja serta melaksanakan syarat-syarat keamanan, perlindungan, dan kesehatan kerja; d. kewajiban untuk mentaati penugasan dan/atau mutasi oleh Perusahaan; dan e. kewajiban menyimpan rahasia dan menjaga nama baik perusahaan. Bagian Kedua Syarat Kerja Pasal 12 Setiap PP memuat syarat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c yang belum diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pasal 13 Syarat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 paling kurang memuat: a. pengaturan waktu kerja, waktu istirahat, waktu kerja lembur, dan izin tidak masuk kerja; b. mutasi kerja sesuai dengan penilaian kinerja dan keperluan serta tanpa adanya unsur intimidasi; c. tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap; d. pelaksanaan perjalanan dinas beserta pengaturan anggarannya; e. peningkatan Sumberdaya Manusia; dan f. pemberian penghargaan (Reward) dan sanksi (punishment).

- 7 - Bagian Ketiga Tata Tertib Perusahaan Pasal 14 Tata tertib Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d paling kurang memuat: a. waktu masuk kerja, istirahat dan waktu pulang kerja; b. tata cara izin dan cuti kerja; dan c. tata cara pelaksanaan disiplin kerja. Bagian Keempat Jangka Waktu Pasal 15 Masa berlaku PP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e paling lama 2 (dua) tahun dan wajib diperbaharui 30 (tiga puluh) hari sebelum habis masa berlakunya. Pasal 16 (1) Selama masa berlakunya PP, apabila serikat Pekerja/buruh/serikat buruh di Perusahaan menghendaki perundingan pembuatan PKB, maka pengusaha wajib melayani. (2) Dalam hal perundingan pembuatan PKB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencapai kesepakatan, maka PP tetap berlaku sampai habis jangka waktu berlakunya. Pasal 17 (1) Dalam hal di Perusahaan sedang dilakukan perundingan pembuatan PKB dan masa berlaku PP telah berakhir, maka Pengusaha dapat mengajukan permohonan perpanjangan masa berlaku PP. (2) Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling lama 1 (satu) tahun. Bagian Kelima Penyelesaian Perselisihan Pasal 18 Dalam hal terjadi perselisihan antara Serikat Pekerja/Serikat Buruh atau Pekerja/Buruh dengan Pengusaha diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat.

- 8 - Pasal 19 Dalam hal perselisihan tidak dapat diselesaikan dengan cara musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, penyelesaian perselisihan diselesaikan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Sumatera Barat Indonesia. Ditetapkan di Padang pada tanggal 14 Juni 2016 GUBERNUR SUMATERA BARAT, ttd IRWAN PRAYITNO Diundangkan di Padang pada tanggal 14 Juni 2016 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT, ttd ALI ASMAR BERITA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016 NOMOR 30