BAB IV PENUTUP. Hakim) dan Lembaga Swadaya Manusia, yaitu: a. Perlindungan oleh Polisi terhadap korban perdagangan orang yaitu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN BAGI PENUNTUT UMUM DALAM MELAKUKAN PENUNTUTAN DILIHAT DARI PERAN KORBAN DALAM TERJADINYA TINDAK PIDANA

BAB III PENUTUP. penulis mencoba mengambil kesimpulan sebagai berikut : perdagangan anak adalah : korban perdagangan anak. perdagangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

DAFTAR PUSTAKA. Apeldoom. L.J. Van, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, 1993.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. jawab orang tua terhadap kesejahteraan anak-anak ditinjau dari Undang-

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG

UNIVERSITAS BENGKULU FAKULTAS HUKUM

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

Polda DIY juga memaparkan dampar-dampak dari trafficking. Hal ini agar

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

Institute for Criminal Justice Reform

BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan pemenuhan hak anak didik pemasyarakatan yang masih berstatus

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB I PENDAHULUAN. sesutu tentang tingkah laku sehari-hari manusia dalam masyarakat agar tidak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB III PENUTUP. Lembaga Perlindungan Anak Pada Perkara Anak Korban Tindak Kekerasan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai anak, adalah merupakan hal yang sangat penting

BAB IV. Hambatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Balai Pengawas Obat dan Makanan. Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Peredaran Kosmetik Ilegal Di Kota

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

BAB III PENUTUP. diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Perlindungan hukum terhadap perempuan korban trafficking dilakukan

BAB III PENUTUP. kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan cara Preventif yaitu bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

PP 2/2002, TATA CARA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN DAN SAKSI DALAM PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA YANG BERAT

-2- Di dalam Pasal 7 ayat (4) dinyatakan bahwa pemberian Kompensasi bagi Korban tindak pidana terorisme dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Un

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN OLEH PEMBIMBING KEMASYARAKATAN PADA KLIEN PEMASYARAKATAN ANAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

PROSES PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KESUSILAAN DENGAN PELAKU DAN KORBAN ANAK DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Peranan BNN dalam menjalankan fungsi pencegahan tindak pidana narkotika. yaitu :89

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB IV HAMBATAN PENERAPAN PUTUSAN MUSYAWARAH MUFAKAT RAJO PENGHULU TERHADAP PELANGGARAN KESUSILAAN DI KOTA BENGKULU

BAB III PENUTUP. 1. Secara umum hukum pidana telah memberikan perlindungan dan kontribusi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat di simpulkan :

BAB III PENUTUP. serta pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peranan hakim adalah

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

BAB III PENUTUP. sebelumnya, Penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB III PENUTUP. maka pada bab ini penulis menyimpulkan sebagai rumusan terakhir dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG

PENANGANAN TINDAK PIDANA PASAL 80 ayat (1) UU NOMOR 23 TAHUN 2002 tentang PERLINDUNGAN ANAK (Studi Kasus di Polres Wonosobo)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

BAB I PENDAHULUAN. pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang

BAB IV PENUTUP. Pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Penyelesaian Tindak Pidana Pemilihan Walikota dan Wakil

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULUAN. mencari nafkah. Hal ini yang mendorong munculnya paktek perdagangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pembahasan yang dipaparkan oleh peneliti, peneliti memberikan

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR"

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA JAMBI dan WALIKOTA JAMBI M E M U T U S K A N :

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Perlindungan hukum yang diberikan oleh para penegak hukum (Polisi, Jaksa, Hakim) dan Lembaga Swadaya Manusia, yaitu: a. Perlindungan oleh Polisi terhadap korban perdagangan orang yaitu dengan korban diberitahukan bentuk perlindungan yang dibutuhkan korban, dalam memberikan kesaksian korban diperbolehkan didampingi oleh orang tua atau lembaga swadaya masyarakat maupun oleh lembaga bantuan. b. Perlindungan oleh Jaksa kepada korban tindak pidana perdagangan orang hanya berupa penuntutan berdasarkan bukti-bukti yang sah pada saat proses persidangan. c. Perlindungan oleh Hakim dalam kasus perdagangan orang dapat melalui putusan pengadilan. Penjatuhan hukuman pidana, denda dan pidana kurungan. Putusan tersebut tidak mencantumkan mengenai restitusi yang harus dibayar oleh pelaku kepada korban perdagangan orang. d. Perlindungan oleh Lembaga Swadaya Manusia kepada korban perdagangan orang dengan cara memberikan bantuan dalam bentuk advokasi.

2. Kendala yang dihadapi dalam melakukan perlindungan terhadap korban perdagangan orang adalah korban cenderung tertutup karena trauma akan ancaman dari pelaku, korban takut untuk menjadi saksi dalam proses penyidikan dan penyelidikan kasus tindak pidana perdagangan orang. Kurang pahamnya korban bahwa dirinya telah menjadi korban perdagangan orang, sikap korban yang kurang terbuka, mindset korban perdagangan orang yang susah diubah. B. Saran Perlidungan terhadap korban perdagangan orang sebaiknya tidak hanya terbatas melalui perlindungan secara psikis, perlindungan mengenai hak korban untuk mendapatkan restitusi sebaiknya lebih diperhatikan oleh Hakim.

DAFTAR PUSTAKA Adi, Rianto, 2005, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit. Gosita, Arif, 1989, Masalah Perlindungan Anak, Bandung: Mandar Maju. Kusumawati, Erna Dyah, 2005, Penerapan Prinsip Global Dalam Hukum Nasional Untuk Melawan Perdagangan Perempuan dan Anak dalam Majalah Hukum Yustisia. Surakarta: FH Universitas Sebelas Maret. Lapian L.M. Gandhi, dan Geru A. Hetty, 2010, Trafiking Perempuan dan Anak, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Mertikusumo, Sudikno, 1999, Mengenal Hukum, Yogyakarta: Liberty. Sinamo, Nomensen, 2009, Sejahtera. Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Bumi Intitama Soekanto, Soerjono, 1986, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press. ----------------, 2006, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia. ----------------, 2007, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: RajaGrafindo Persada. Soemitro, Ronny Hanitijo, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia. Waluyo, Bambang, 2002, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika. IOM Indonesia, 2006, Combating Trafficking in Person in Indonesia, Jakarta. ----------------, 2006, Fenomena Trafiking Manusia dan Konteks Hukum Internasional, Jakarta. Rahayu, 2009, Pengangkutan Orang, Peraturan Pemerintah RI Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Tatacara Perlindungan Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat Undang-Undang RI, Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Widiastuti, W. Tri, 2010, Upaya Pencegahan Tindak Pidana Perdagangan Orang (Trafficking).

Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2002 tentang Tata Cara Perlindungan Terhadap Korban dan Saksi-saksi dalam Pelanggaran HAM yang Berat. Counter Women Trafficking Commission, Data dan Fakta, http://counterwomentrafficking.blogspot.com/p/data-dan-fakta.html. diakses Rabu, 05 Maret 2014 Redaksi, 2012, Perdagangan Perempuan di Bengkulu, Bengkulu: EKSPOSnews, http://eksposnews.com/perdagangan-perempuan-di-bengkulu.html, diakses Minggu 19 Mei 2013. The Trafficking Victims Protection Act of 2000, Semarang. https://www.aretusa.net/download/centro%20documentazione/02documenti/3- Stati/usa/D-03-01-usa.pdf, diakses Jum at 17 Mei 2013 https://www.tempointeraktif.com/hg/nasional.html, diakses Senin, 20 Mei 2013

CURRICULLUM VITAE I. IDENTITAS DIRI 1. Nama : Irsan Pernando 2. Jenis Kelamin : Laki-laki 3. Tempat dan Tanggal Lahir : Lubuklinggau / 25 Juli 1990 4. Status Perkawinan : Belum kawin 5. Agama : Islam 6. Alamat : Jl. Wr. Supratman Gg. Orgen Tunggal Randas Kelurahan Kandang Limun Kec. Muara Bangkahulu Kota Bengkulu 8. Nomor HP : 085758118858 9. E-mail : clasercz@yahoo.co.id II. RIWAYAT PENDIDIKAN N0. Jenjang Pendidikan Spesialisasi Tahun Lulus Tempat 1. TK Bhayangkari 7-1996 Jakarta 2. SD Negeri 13-2002 Lubuklinggau 3. SMP Negeri 3-2005 Lubuklinggau 4. SMA Muhammadiyah 1 IPS 2008 Lubuklinggau 5. Universitas Bengkulu Ilmu Hukum (Hukum Pidana) 2014 Bengkulu III. PENGALAMAN ORGANISASI No. Tahun Nama Organisasi Kedudukan dalam Organisasi 1. 2010-2011 Forum Mahasiswa Musi Rawas & Lubuklinggau (FMRLL) Seksi Humas 2. 2009-2010 Forum Mahasiswa Musi Rawas & Lubuklinggau (FMRLL) Anggota 3. 2008-2010 Team Futsal SLOMMEE Kiper 4. 2006-2007 OSIS IRM Seksi Kesehatan

(Ikatan Remaja Muhammadiyah) Jasmani (Olahraga) 5. 2005-2006 Team Sepak Bola PSPM Kiper (Persatuan Sepak Bola Putra Megang) 6. 2002-2005 Team Sepak Bola SMP N 3 Kiper Lubuklinggau 7. 2003-2004 OSIS SMP N 3 Lubuklinggau Seksi Minat Bakat IV. PRESTASI / PENGHARGAAN No. Tahun Jenis Prestasi Keterangan 1. 2003 Juara III Sepak Bola Antar SMP Se- Kota Lubuklinggau 2. 2005 Kiper Terbaik Sepak Bola Antar SMP Se-Kota Lubuklinggau 3. 2006 Juara III Walikota Cup (Umum) Sepak Bola 4. 2008 Juara II Turnamen Futsal Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sesungguhnya Bengkulu, Maret 2014 Dibuat Oleh, Irsan Pernando