HUBUNGAN LAMA PERSALINAN KALA II DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA. Endang Wahyuningsih, Saifudin Zukhri 1

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO YULIANDARI PRASETYA NINGRUM

ABSTRAK. Audylia Hartono Pembimbing I : Rimonta F. Gunanegara, dr., Sp.OG. Pembimbing II : July Ivone, dr., MKK., MPd.Ked.

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara-negara

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

FAKTOR IBU YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN BBLR DI RSUD JOMBANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia yaitu Worid Health Organization (WHO) telah membuat program-program untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB 1. yang telah ditentukan dalam Millenium Development Goals (MDGs), Target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi

Yulrina Ardhiyanti, Faktor Ibu yang Berhubungan dengan Kejadian Persalinan Lama di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Ini didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia angka kematian maternal di Indonesia mengalami. kehamilan atau persalinan (Sujudi, , http:

BAB IV HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSALINAN EKSTRAKSI VAKUM DI CAMAR II RSUD ARIFIN AHMAD PEKANBARU

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

RAHMAH Mahasiswi Pada STikes U BUDIYAH Banda Aceh

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam persalinan. 1. interaksi secara sinkron antara kekuatan his dan mengejan (power), jalan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB II TINJAUAN TEORI

HUBUNGAN ANTARA PERSALINAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD DR. SOESELO KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah WaterBirth 2.2 Pengertian WaterBirth

HUBUNGAN ANTARA SENAM HAMIL DENGAN PROSES PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN AS SYIFA UL UMMAH GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu dan janin sehingga menimbulkan kecemasan semua orang termasuk

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi serviks, persalinan

LAMANYA PERSALINAN KALA I DAN II PADA IBU BERSALIN MULTIGRAVIDA DI RUMAH SAKIT PEMERINTAH BANDA ACEH

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan janin melalui insisi pada

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dicegah dengan pengawasan antenatal dan perinatal yang baik. jepit bayi menangis yang dapat merangsang pernafasan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DUKUNGAN SUAMI DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA IBU PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN DI RSUD DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MOJOKERTO 2014

ANALISA FAKTOR RISIKO KEJADIAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSUD WATES

BAB I PENDAHULUAN. bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bayi dengan asfiksia neonatorum

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR HIMATUL MUNFARICHAH

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

ANEMIA DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO TAHUN 2014 WANIKMATUN HASANAH NIM

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUHAN. kelahiran hidup, 334/ kelahiran hidup, dan 307/ kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB IV METODELOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Obstetri dan Ginekologi.

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD ABDOEL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Transkripsi:

HUBUNGAN LAMA PERSALINAN KALA II DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO KOTA MOJOKERTO LINGGA MAHARANI NIM. 1211010022 Subject : Lama persalinan, Kala II, Asfiksia, Ibu bersalin DESCRIPTION Dalam proses persalinan terjadi kontraksi uterus kala II saat kontraksi berlangsung secara konsisten 90 detik, jumlah kontraksi adalah 3-4 kali tiap menit atau terjadi setiap 2-3 menit sekali, sehingga aliran darah ke janin dapat berkurang atau berhenti. Stimulasi kontraksi uterus yang berlebihan atau kurang sempurna dan lamanya persalinan kala II dengan teknik mengejan yang aktif berlangsung lebih dari 1 jam pada ibu primipara maka dapat menyebabkan ibu kelelahan dan gangguan pada sirkulasi utero plasenter. Tujuan penelitian mengetahui hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto. Jenis penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional. Variable independen dalam penelitian ini adalah lama persalinan kala II. Variable dependent kejadian asfiksia pada bayi baru lahir. Populasinya adalah semua ibu bersalin di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014 sejumlah 418 orang, dengan jumlah sample 204. Tekhnik Sampling menggunakan Simple Random Sampling. Pengambilan data di lakukan pada tanggal 20 mei 2015 27 mei 2015. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan rekam medic. Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan sebagian besar responden ibu bersalin normal sejumlah 127 orang (62,3%), sebagian besar responden tidak asfiksia sejumlah 121 orang (69,6%). Berdasarkan hasil uji chi square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ value (= 0,012) < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan institusi kesehatan memberikan pelayanan semaksimal mungkin dengan penanganan resusitasi yang tepat sehingga bayi tidak mengalami komplikasi penyakit lain. i

ABSTRACT I pregnancy proses At the end of the second stage when the contractions take place consistently 90 seconds, the amount of contraction is 3-4 times per minute or occur every 2-3 minutes, so that blood flow to the fetus can be reduced or stopped. Excessive stimulation of uterine contractions or less perfect and the length of the second stage of labor with active pushing technique lasted more than 1 hour in primiparous mothers, it can lead to maternal exhaustion and disorders of the circulation utero - plasenter. This study aimed to a long relationship with the second stage of labor asphyxia in newborns in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto. This type of research is analytic cross sectional. The independent variable in this study is the second stage of labor time, the population is all women giving birth in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto 2014 some 418 people, the number of samples 204 sampling technique using Simple Random Sampling. Data were collected on 20 May 2015-27 May 2015. Data collection instrument using medical records. Based on the research results get the most respondents maternal normal number of 127 people (62.3%), most respondents do not asphyxiated some 121 people (69.6%). Based on the results of chi square test with SPSS found that the value ρ (= 0.012) <0.05 then H0 is rejected or accepted H1 means that there is a long relationship with the second stage of labor asphyxia in newborns in dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto, 2014. Based on the results of the study are expected to cooperate with health workers in the health volunteers to provide education on how to determine the ideal number of children so that mothers can have a healthy and prosperous family. Keywords: Old stage II, Genesis Asphyxia Countributor : 1. Dian Irawati, SSIT., M.Kes 2. Dhonna Anggreni SKM Date : 13 Agustus 2015 Type Material : Laporan Penelitian Indentifier : Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Dalam proses persalinan terjadi kontraksi uterus dan setiap kali kontraksi dapat mengakibatkan perfusi plasenta terganggu karena tekanan intrauteri meningkat diatas tekanan darah dengan intensitas 50 60 mmhg. Pada akhir kala 1 atau kala II saat kontraksi berlangsung secara konsisten 90 detik, jumlah kontraksi adalah 3 4 kali tiap 10 menit atau terjadi tiap 2 3 menit sekali sehingga aliran darah ke janin dapat berkurang atau berhenti. Stimulasi kontraksi uterus yang berlebihan atau kurang sempurna dan lamanya persalinan kala II dengan teknik mengejan yang aktif berlangsung lebih dari 1 jam pada ibu ii

primipara maka dapat menyebabkan ibu kelelahan dan gangguan pada sirkulasi utero plasenter (Ermi, 2014) Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Creasy di Amerika Serikat pada tahun 2010 terhadap 3.675 ibu multipara didapatkan bahwa hampir 80% ibu mengalami kelancaran persalinan berikutnya, sebaliknya 36% ibu primipara mengalami penyulit persalinan sehingga persalinan berjalan lebih lama. Hal ini dikarenakan oleh kesalahan mengejan ibu, posisi janin dalam rahim dan ketidaksesuaian antara jalan lahir dengan ukuran kepala janin (Creasy, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Barbara di Indonesia pada tahun 2010 hampir 33,8% ibu mengalami persalinan lama (Rendra, 2010). Asfiksia pada bayi bar lahir menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kemetian bayi baru lahir setiap tahun di Indonesia angka kejadian Asfiksia di rumah sakit pusat rujukan profinsi di Indonesia sebesar 41,94% data mengungkapkan bahwa kira-kira 10 % bayi baru lahir membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas, dari bantuan ringan sampai resusitasi lanjut yang ekstensif, 5% bayi saat lahir membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan seperti stimulasi untuk bernafas, antara 1%-10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan ventilasi, dan sedikit saja yang membutuhkan inkubasi dan kompresi dada (Soleh, 2008). Jumlah ibu bersalin normal di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto tahun 2014 sejumlah 418 orang dan jmlah ibu yang bersalin dengan sectio caesarea mencapai 87 responden. Dari data juga menunjukan jumlah ibu bersalin dengan lama kala 2 mencapai 230 orang dan jumlah bayi yang mengalami asfiksi sebanyak 90 bayi. Faktor yang pengaruh terjadinya persalinan lama yaitu hormonal pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf, nutrisi, faktor jalan lahir, kekuatan mengejan, posisi janin, psikis ibu dan penolong merupakan faktor yang mengakibatkan partus lama (Ruth, 2007). Paritas yang rendah atau primipara banyak mengalami persalinan yang lama hal ini dipengaruhi kelainan his/kontraksi uterus, kelainan letak dan bentuk janin, kelainan panggul. Persalinan yang berlangsung lama dapat menyebabkan bayi asfiksia, kelelahan pada ibu, kecacatan pada janin, kematian ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2009). Selain itu persalinan yang lama dapat menyebabkan komplikasi baik ibu maupun janin. Dalam proses persalinan pemanjangan kala II merupakan faktor penyebab kematian pada ibu bersalin (Ruth, 2007). Solusi untuk mengurangi kejadian asfiksia dibutuhkan pelayanan antenatal yang berkualitas, asuhan persalinan normal dan pelayanan kesehatan neonatal oleh tenaga yang profesional yang terutama memiliki keterampilan bidan melalui pelatihan. Harapannya dengan tenaga yang terampil akan didapatkan pelayanan berkualitas sehingga akhirnya dapat membantu menurunkan angka kejadian persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru lahir. METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik Cross Sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah lama persalinan kala II, populasinya adalah semua ibu bersalin di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014 sejumlah 418 orang, dengan jumlah sampel 204 teknik sampling menggunakan Simple Random Sampling. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 20 Mei 2015 27 Mei 2015. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan data skunder rekam medik. iii

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji chi square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ value = 0,012< 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014 Pembahasan Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersalin normal sejumlah 127 orang (62,3%) Kala II dimulai dengan pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan kelahiran bayi (Ancheta, 2007). Sedangkan menurut Rustam (2007) kala II adalah suatu masa dalam persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai kelahiran bayi. Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul. Proses fisiologis kala II persalinan. diartikan sebagai serangkaian peristiwa alamiah yang terjadi sepanjang periode tersebut dan diakhiri dengan lahirnya bayi secara normal. Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alami bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap beritahukan pada ibu bahwa hanya dorongan alamiahnya yang mengisyaratkan ia untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, jongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya Gejala dan tanda kala II merupakan mekanisme alami bagi ibu dan penolong persalinan bahwa proses pengeluaran bayi sudah dimulai. Setelah terjadi pembukaan lengkap untuk meneran dan kemudian beristirahat diantara kontraksi. Ibu dapat memilih posisi yang nyaman, baik berdiri, jongkok atau miring yang dapat mempersingkat kala II. Beri keleluasaan untuk ibu mengeluarkan suara selama persalinan dan kelahiran jika ibu memang menginginkannya atau dapat mengurangi rasa tidak nyaman yang dialaminya. Banyak faktor yang mempengaruhi lama kala II diantaranya Usia dan jumlah anak sangat. Persalinan biasanya akan lebih singkat apabila pasien atau ibu mengetahui tentang fisiologi persalinan normal, dalam keadaan sehat sewaktu memulai persalinan, dan percaya penuh kepada petugas yang merawat dan bersikap tenang. Namun, terdapat beberapa faktor penyebab suatu partus berlangsung terlalu lama yakni kelainan letak janin, kelainan-kelainan panggul, kelainan his, janin besar atau ada kelainan kongenital, primitua, perut gantung, dan ketuban pecah dini. Hasil Penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai umur 20-35 tahun sejumlah 139 orang (68,1%). Usia 20-35 merupakan usia reproduktif pada usia tersebut rahim telah matang sel terlur telah siap dibuahi proses kehamilan dan persalinan sangat tepat dilakukan pada usia tersebut, resiko atau tanda bahaya sangat minim terjadi. Pada usia ini 20-35 tahun rata-rata wanita di Indonesia sudah mempunyai anak kedua. Sedangkan sebagian besar ibu yang mempunyai anak pertama masih berusia kurang dari 20 tahun dan 2 sampai 5 tahun berikutnya mempunyai anak yang kedua dari hasil penelitian cenderung mengalami lama kala II. iv

Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu. Paritas yang paling aman dari sudut kematian maternal yaitu dengan paritas 2-3 kali, sedangkan paritas 1 kali atau paritas lebih dari 3 kali angka kematian maternalnya lebih tinggi. Kehamilan atau persalinan pada ibu dengan paritas lima atau lebih dengan kondisi keadaan umur yang kurang baik, dimana umur lebih dari 35 tahun sangat meningkatkan untuk terjadinya resiko,baik pada saat persalinan atau keadaan dan kondisi anak yang dilahirkan. Kehamilan dan persalinan yang mempunyai risiko adalah anak pertama dan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama dan persalinan anak keempat atau lebih karena pada anak pertama adanya kekakuan dari otot atau serviks yang kaki memberikan tahan yang jauh lebih besar dan dapat memperpanjang persalinan sedangkan pada anak keempat atau lebih adanya kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah berulang kali diregangkan kehamilan, sehingga nutrisi yang dibutuhkan janin berkurang, dinding rahim dan dinding perut kendor kekenyalan sudah kurang sehingga dapat memperpanjang proses persalinan. Teknik mengejan yang salah dapat menyebabkan ibu kelelahan dan kompresi otot abdomen dapat mengganggu sirkulasi janin dalam memperoleh oksigen dari plasenta. Proses transisi dan kala II cenderung menegangkan fisik serta emosional bagi ibu. Pendampingan pasangan atau keluarga dan dukungan serta ketrampilan dari tenaga medis sangat mempengaruhi kondisi psokologis ibu untuk menyelesaikan kala II, sehingga jika kondisi ibu tidak panik maka kala II yang lama atau cepat akan membuat persalinan kala II menjadi berhasil dan aman bagi ibu dan bayi. Adakalanya faktor risiko Asfiksia menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi bradikardi dan penurunan TD. Penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak Asfiksia sejumlah 121 orang (58,8%) Asfiksia adalah keadaan bayi baru lahir tidak bernapas secara spontan dan teratur. Sering sekali bayi mengalami gawat janin sebelum persalinan akan mengalami asfiksia setelah persalinan. Masalah tersebut mungkin berkaitan erat dengan kondisi ibu, masalah pada tali pusat dan plasenta atau masalah pada bayi selama atau sesudah persalinan. Apabila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, maka timbulah rangsangan terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin menjadi lambat (Depkes RI, 2010). Risiko dari bayi yang mengalami asfiksia adalah dapat mengakibatkan, gangguan bicara dan epilepsi. Asfiksia berat dan fatal akan mengakibatkan kerusakan otak permanen dan mengganggu tumbuh kembang anak seperti, tidak bisa duduk, tidak bisa merangkak, tidak bisa bicara banyak faktor yang berpengaruh terhadap asfiksia adalah ibu dan jani yang dilahirkan v

Penelitian dapat menunjukkan bahwa sebagian besar yang mempunyai umur 20-35 tahun sejumlah 139 orang (68,1%). Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, pertambahan umur akan diikuti oleh perubahan organ dalam rongga pelvis. Keadaan ini akan mempengaruhi kehidupan janin dalam rahim. Pada wanita usia muda dimana organ-organ reproduksinya belum sempurna secara keseluruhan, disertai kejiwaan yang belum bersedia menjadi seorang ibu. Usia perempuan untuk hamil dan melahirkan memiliki pengaruh yang berbeda pada kesehatan ibu dan janinnya. Kehamilan dan persalinan di bawah umur 20 tahun memiliki resiko yang sama tingginya dengan kehamilan umur 35 tahun keatas sehingga dapat menimbulkan resiko. Usia berkaitan dengan masalah kesehatan, resiko akan meningkat sejalan dengan usia. Persalinan pada ibu usia tua dapat menimbulkan kecemasan yang mengakibatkan persalinan yang lebih sulit dan lama. Umur ibu tidak secara langsung berpengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum, namun demikian telah lama diketahui bahwa umur berpengaruh terhadap proses reproduksi. Umur yang dianggap optimal untuk kehamilan adalah antara 20-35 tahun. Sedangkan dibawah atau diatas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan maupun persalinan. Umur ibu pada waktu hamil sangat berpengaruh pada kesiapan ibu untuk menerima tanggung jawab sebagai seorang ibu sehingga kualitas sumber daya manusia makin meningkat dan kesiapan untuk menyehatkan generasi penerus dapat terjamin. Kehamilan di usia mudah/remaja (dibawah usia 20 tahun) akan mengakibatkan rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, hal ini dikarenakan pada usia tersebut ibu mungkin belum siap untuk mempunyai anak dan alat-alat reproduksi ibu belum siap untuk hamil. begitu juga kehamilan di usia tua (di atas 35 tahun) akan menimbulkan kecemasan terhadap kehamilan dan persalinannya serta alat reproduksi ibu terlalu tua untuk hamil. Beberapa penelitian yang dilakukan rahadi 2012 di Jakarta menyatakan semakin matang usia ibu dihadapkan pada kemungkinan terjadinya beberapa resiko tertentu, termasuk resiko kehamilan, yang dapat berakibat buruk pada janin. Para peneliti menyatakan wanita di atas 35 tahun dua kali lebih rawan dibandingkan wanita berusia 20 tahun untuk menderita tekanan darah tinggi, yang merupakan salah satu faktor predisposisi dari ibu yang dapat menyebabkan asfiksia neonatorum wanita yang hamil pada usia di atas 40 tahun memiliki kemungkinan sebanyak 60% menderita tekanan darah tinggi dibandingkan wanita yang berusia 20 tahun pada penelitian di University Of California pada tahun 1999. Penelitian Zakaria di RSUP M. jamil padang tahun 1999 menemukan kejadian asfiksia neonatorum sebesar 36,4% pada ibu yang melahirkan dengan usia kurang dari 20 tahun dan 26,3% pada ibu dengan usia lebih dari 34 tahun. Hasil penelitian Ahmad di RSUD Dr Adjidarmo Rangkasbitung tahun 2000 menemukan bayi yang lahir dengan asfiksia neonatorum 1,309 kali pada ibu umur kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Asfiksia dapat pada bayi dapat terjadi di sebabkan bayi belum dapat menggunakan paru parunya dengan baik namun tidak hanya karena hal itu saja. Faktor ibu juga menjadi penyebab seperti panggul sempit dan nutrisi, perawatan saat kehamilan, kelahiran dan periode pasca persalinan yang dapat mempengaruhi vi

kondisi bayi yang tidak dapat peneliti amati secara langsung dan tidak terdapat dalam catatan. Penelitian menunjukkan bahwa dari 127 responden yang bersalin normal sebanyak 15 (11,8%) mengalami Asfiksia dan 77 responden dengan l;ama persalinan 68 mengalami Asfiksia Berdasarkan hasil uji chi square dengan SPSS didapatkan bahwa ρ value = 0,012 < 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima artinya ada hubungan lama persalinan kala II dengan kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014. Kala II adalah suatu masa dalam persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap sampai kelahiran bayi. Pada permulaan kala II umumnya kepala janin telah masuk dalam ruang panggul (Rustam 2007). Partus lama yaitu persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi. Partus lama masih merupakan masalah di Indonesia. Persalinan pada primi biasanya lebih lama 5-6 jam pada multi. Bila persalinan berlangsung lama, dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun pada bayi, dan dapat meningkatkan angka kematian ibu dan bayi. Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin yang menyebabkan persalinan lama atau macet. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O 2 selama kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat, selama. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan penurunan frekuensi. Pada persalinan lama belum tentu mengalami Asfiksi, selama tidak terjdi perukaran gas dan bayi dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru maka Asfisi dapat di hindari (Hendarso, 2014) Sedangkan dari faktor ibu ibu yang mempunyai riwayat preeklampsia berat cenderung akan melahirkan bayi yang mengalami asfiksia. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Bobak (2004) vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal menurun. Menurunnya oksigen maternal berarti terjadi hipoksia pada ibu, menurut Towell (1996) dalam Hassan (2007) hipoksia pada ibu akan menimbulkan hipoksia pada janin. Akibat lanjut dari hipoksia pada janin adalah gangguan pertukaran gas antara oksigen dan karbondioksida sehingga terjadi asfiksia pada bayi baru lahir. Hubungan kejadian persalinan lama kala II dengan asfiksia bayi baru lahir karena adanya beberapa keadaan yang terjadi pada ibu yang mengalami partus macet atau partus lama bisa menyebabkan kehabisan tenaga dan ibu bisa dehidrasi serta terjadi perdarahan post partum yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi dikarenakan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang Asfiksia termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, mordibilitas pada neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka vii

panjang terhadap kehidupan dimasa depan. Penyebab kematian utama kematian bayi sendiri yaitu asfiksia dan komplikasi pada bayi(widodo, 2015) Menangis menandakan bahwa paru-paru bayi mulai berfungsi. Ketika di dalam rahim, oksigen didapat bayi dari ibu melalui plasenta. Setelah dilahirkan, bayi perlu menangis untuk membuka rongga pernapasan dan menghirup oksigen ke dalam paru-parunya. Bayi juga dapat mengalami kesulitan bernapas dan tidak menangis ketika dilahirkan jika bayi lahir sungsang dan jalan lahir ibu sempit dan persalinan lama. Penekanan tali pusar oleh bagian tubuh bayi, bentuk rahim tidak normal, bayi kembar, dan tumor di rahim juga dapat mengganggu pernapasaan bayi. Asfiksia juga dapat terjadi jika plasenta atau ari-ari lepas lebih terlebih dulu dan bayi terlilit tali pusar. Kejadian seperti itu dikenal dengan istilah kalung usus. SIMPULAN Hasil penelitian di RSUD dr Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto Dapat di simpulkan sebagian besar responden tidak mengalami kala II lama sejumla 127 orang (62,3%) Sebagian besar responden tidak Asfiksia sejumlah 121 orang (69,6%) Terdapat hubungan antara lama persalinan kala II dengan kejadian Asfiksia pada bayi baru lahir di RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto 2014. SARAN 1. Menganjurkan ibu untuk melakukan ANC secara teratur guna mendeteksi dini adanya komplikasi. 2. Penelitian ini sebagai acuan mengajar mengenai teori yang berhubungan dengan persalina kala II dan Asfiksia 3. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan pre eklamsi berat yang mempengaruhi kejadian Asfiksia atau topik lain yang berhubungan dengan kejadian Asfiksia 4. Memberikan pelayanan semaksimal mungkin dengan penanganan resusitasi yang tepat sehingga bayi tidak mengalami komplikasi penyakit yang lain ALAMAT CORRESPONDENSI Alamat : Perumahan Kedung Prima Indah D-12 Kedungjajang Lumajang Jawa Timur. E-mail : maharanilingga@gmail.com No.Hp : 082231009889 viii

ix