BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Faktor Produksi Tenaga Kerja dalam Usahatani

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, KONTRIBUSI PENDAPATAN, DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

BAB VI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, dan pengalaman dalam usahatani.

III KERANGKA PEMIKIRAN

KESEMPATAN KERJA DI PEDESAAN SULAWESI SELATAN*

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan potensi sumberdaya alam, tanah yang subur dan didukung

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempengaruhi petani dalam mengusahakan pendapatan rumah tangganya.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Luas lahan sawah saat ini tinggal 7,5 juta hektar (ditambah 9,7 juta hektar lahan kering). Badan Pusat Statistik

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Anggota Kelompok Wanita Tani Menurut Umur. Anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Dusun Pakel Jaluk juga merupakan

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

LAHAN PERTANIAN, TENAGA KERJA DAN SUMBER PENDAPATAN DI BEBERAPA PEDESAAN JAWA BARAT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

Umi Pudji Astuti, Wahyu Wibawa, dan Andi Ishak. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian km. 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam yang dimiliki setiap wilayah berbeda-beda, tiap daerah mempunyai

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

I. PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan pertanian tidak saja dititik-beratkan pada. peningkatan produksi, namun juga mengarah pada peningkatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identitas Petani Petani Padi Organik Mitra Usaha Tani

FORMAT MONOGRAFI BAGI PENYULUH PERTANIAN DI BALAI PENYULUHAN KECAMATAN SEJANGKUNG KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU

I. PENDAHULUAN. substitusinya sebagaimana bahan bakar minyak. Selain itu, kekhawatiran global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara beriklim tropis mempunyai potensi yang besar

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.

CIRI-CIRI RUMAH TANGGA DEFISIT ENERGI DI PEDESAAN JAWA TENGAH

PERAN WANITA DALAM USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAWADA KECAMATAN SAWERIGADI KABUPATEN MUNA BARAT. Oleh : Nur Rahmah dan Erni Wati ABSTRAK PENDAHULUAN

TINGKAT PENERAPAN DIVERSIFIKASI USAHATANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB II TINJUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA LUAR KELUARGA PADA USAHA TANI PADI SAWAH

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alokasi Waktu Kerja Menurut Syukur (1988), waktu sebagai sumberdaya ekonomi rumah tangga petani dapat dialokasikan pada kegiatan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. kegiatan yang menghasilkan pendapatan 2. kegiatan yang tidak menghasilkan pendapatan 3. santai (leisure) dan 4. waktu yang dicurahkan untuk mendapat ketrampilan. Jumlah jam kerja yang dicurahkan pada suatu kegiatan dipengaruhi oleh produktivitas tenaga kerja pada kegiatan tersebut, artinya semakin tinggi produktivitas tenaga kerja mendorong orang untuk mencurahkan waktu kerja lebih lama. Namun dalam kenyataannya, perilaku pekerja dalam mengalokasikan waktu kerja tidak hanya dipengaruhi produktivitas tenaga kerja, tetapi dipengaruhi juga oleh peubah-peubah sosial ekonomi antara lain : struktur pasar tenaga kerja, ketersediaan kesempatan kerja, karakteristik demografi rumah tangga, tingkat ketrampilan, pengalaman kerja dan penguasaaan/pemilikan atas faktor-faktor produksi. Sumaryanto (1988), mengemukakan bahwa curahan waktu kerja dari rumah tangga petani dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktorfaktor yang berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja ke usahatani padi dipengaruhi oleh luas lahan garapan, tingkat upah riil, pendapatan luar usahatani, status garapan, faktor kelembagaan hubngan kerja dan kondisi agroekosistem. Sementara itu curahan waktu kerja rumah tangga ke sektor luar pertanian dipengaruhi oleh tingkat upah pada kegiatan luar pertanian, dan pendapatan bersih dari sektor pertanaian. Menurut Baruwadi (2008), Alokasi waktu kerja merupakan curahan waktu kerja oleh petani dan keluarga dalam kegiatan produktif pada sebuah usahatani, yaitu usahatani tahunan, usahatani tanaman pangan, beternak, buruh tani dan kegiatan lain 5

di luar sektor pertanian. Sedangkan menurut Chamdi (2004), dalam Mastuti (2009), alokasi waktu kerja adalah proporsi kerja yang dilakukan tenaga kerja baik untuk rumah tangga, sosial, maupun untuk urusan mencari nafkah, yang dianalisis melalui nilai waktu dan dihitung dengan melihat banyaknya waktu yang dicurahkan. Curahan waktu kerja pada usahatani padi menurut Fahmi (2009), merupakan jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumah tangga pada usahatani padi. Curahan kerja pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja suami dan curahan kerja istri. Curahan kerja suami pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja suami pada non usahatani, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, dan pendidikan suami. Curahan kerja istri pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja istri pada non usahatani yang meliputi, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, jumlah anak balita. Alokasi waktu kerja untuk usahatani padi sawah berhubungan dengan kegiatan yang dimulai dari pengolahan tanah sampai panen. Jumlah alokasi waktu kerja yang dicurahkan pada setiap kegiatan pada usahatani padi sawah maupun luar usahatani padi sawah dapat dilakukan perbandingan dengan potensi tenaga kerja produktif yang tersedia pada setiap kepala keluarga. Waktu kerja itu sendiri berkaitan dengan tenaga kerja baik itu tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Berbicara masalah tenaga kerja Daniel (2004), mengemukakan di Indonesia dan juga sebagian besar negara-negara berkembang termasuk negara maju pada mulanya merupakan tenaga yang dicurahkan untuk usahataninya sendiri atau usahatani keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya usaha pertanian, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar sebagai tenaga kerja upahan. Usahatani keluarga yang berbasis dengan usahatani padi sawah digerakan dan dikelola di bawah pimpinan sang ayah. Kepala keluarga bertindak sebagai manajer usahatani keluarga. Selain itu beberapa kasus yang ditemui ada juga sang ibu yang lebih berperan dalam mengambil keputusan. 6

Menurut Sitorus (2008), curahan tenaga kerja yang diberikan pada usahatani keluarga adalah curahan waktu untuk kegiatan penyemaian, persiapan lahan, penanaman, pengaturan air, pemeliharaan dan panen. Tahapan kegiatan bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi yang sesuai dengan harapan. Curahan tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikatakan oleh Suratiyah (2006), faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor alam yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan, jenis tanah, dan topografi. Faktor jenis lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan, serta luas, letak dan penyebarannya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan tenaga kerja, misalnya yang terjadi pada usahatani lahan kering yang benar-benar hanyapada musim hujan. Sebaliknya pada musim kemarau akan mempunyai waktu luang sangat banyak karena lahannya tidak dapat ditanami. Pada lahan sawah beririgasi, petani akan sibuk sepanjang tahun karena air bukan merupakan kendala bagi usahataninya. Pada dasarnya peningkatan tenaga kerja dapat dikategorikan dalam dua bentuk, pernyataan ini dikemukakan oleh Simanjuntak dalam Kaslan (1982), yaitu: 1. Intensitas tenaga kerja yang tidak mempengaruhi produksi, justru mengurangi hasil bersih. 2. Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan peningkatan produksi. Lamanya waktu kerja dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk bekerja. Selain itu, juga dipengaruhi oleh keadaan iklim suatu tempat tertentu. Misalnya, wilayah tropis seperti Indonesia, untuk melakukan aktivitas lapangan seperti petani tidak dapat bertahan lama karena cuaca panas. Menurut Hernanto (1995), satuan yang umum dipakai untuk mengukur tenaga kerja adalah : 7

a) Jumlah dan hari kerja total Ukuran ini digunakan untuk menghitung seluruh pencurahan kerja sejak persiapan lahan sampai panen. Dapat saja menggunakan inventarisasi jam kerja (1 hari = 7 jam kerja) lalu dijadikan hari kerja total (HK total). Apabila terdiri dari beberapa cabang usaha maka dihitung dengan menjumlahkan setiap cabang yang diusahakan. b) Jumlah setara pria (Men Equivalen) Jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan ukuran hari kerja pria. Ini berarti harus menggunakan konvensi berdasar upah, untuk pria dinilai HK pria, wanita 0,8 HK, ternak 2 HK dan seterusnya, sebagaimana telah diuraikan terdahulu. 2.2 Tenaga Kerja dalam Keluarga dan dari Luar Keluarga Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani, hal ini dikemukakan oleh Suratiyah (2006), yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada tumbuhan tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Rumah tangga tani yang umumnya sangat terbatas kemampuanya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat menentukan. Jika masih dapat di selesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya. Tenaga kerja seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman dan tingkat kesehatan dan dapat dibedakan atas tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak, tenaga kerja hewan dan tenaga kerja mesin atau mekanik. Tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak dapat mengerjakan semua jenis pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Sedangkan tenaga kerja hewan dan mesin hanya dapat digunakan pada proses pengolahan tanah dan untuk angkutan, juga untuk pemupukan, pemberian obat, penanaman serta panen. Tenaga 8

kerja mesin ini bersifat substitusi karena merupakan tenaga pengganti ternak atau manusia. Menurut Hernanto (1995), ada ahli usahatani yang mengkonversikan tenaga kerja pria berdasarkan upah yang diterima. Ukuran ini dapat disebut rasional dan banyak digunakan. Meskipun dasar upah itu sendiri masih harus dipersoalkan. Tohir (1983), mengatakan bahwa dalam usahatani sering ditemui istilah intensif dan ekstensif yang tidak mudah untuk menetukan perbedaannya karena tidak memiliki sifat yang mutlak. Usahatani dikatakan intensif jika menggunakan banyak tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Sedangkan jika dikatakan ekstensif jika usahatani tersebut tidak banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal. Pengertian intensif dan ekstensif tidak ada hubungannya dengan perluasan lahan karena dengan memperluas lahan maka seseorang dapat mengusahakanya secara intensif maupun ekstensif. Usahatani Indonesia pada umumnya dari segi tenaga kerja bukan merupakan usahatani keluarga yang murni, betapa pun kecilnya usahatani tersebut, pasti menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Bahkan kadang kala pada usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja luar lebih besar dari tenaga kerja keluarga. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, misalnya pada kegiatan tanam, penyiangan, dan panen. 2.2.1 Tenaga Kerja Dalam Keluarga Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu, petani juga harus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas diri dan keluarganya. Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat disekelilingnya. Peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja di samping juga tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Banyak sedikitnya tenag luar yang dipergunakan tergantug pada dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut. Besar kecilnya kebutuhan bantuan terhadap masyarakat 9

disekelilingnya tergantug pada teknologi yang digunakan dan sifat masyarakat setempat. Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian. Menurut Hernanto (1995), potensi tenaga kerja keluarga petani adalah jumlah tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. Dengan demikian, semua jenis tenaga kerja yaitu pria, wanita, anak-anak, ternak dan mekanik yang dimiliki dihitung. Tenaga kerja pria umumnya dapat mengerjakan semua pekerjaan dalam usahatani begitu juga dengan tenaga kerja wanita. Akan tetapi pada umumnya tenaga kerja wanita untuk menanam, memelihara tanaman dan panen. Sedangkan tenaga kerja anak-anak itu hanya membantu pekerjaan tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja dalam keluarga pada umumnya oleh para petani tidak di perhitungkan dan sulit pengukuran penggunaanya. Akan tetapi kebutuhan tenaga kerja dalam maupun luar keluarga tergantung dari tiap-tiap kegiatan usahatani. Upah tenaga kerja dalam keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional (UMR) dengan jumlah HKSP. 2.2.2 Tenaga Kerja Luar Keluarga Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani tergantung pada jenis tanaman ataupun komoditi yang di usahakan. Menurut Suratiyah (2006), peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja disamping juga tenaga luar yang diupah. Banyak atau sedikitnya tenaga luar yang dipergunakan tergantung pada dana yang tersedia. Namun ada beberapa hal yang dapat membedakan antara tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja. Umur seorang tenaga kerja menentukan prestasi kerja atu kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin 10

menurun pula prestasinya. Namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpelangaman. Sementara untuk tenaga kerja keluarga karena tidak diupah, tingginya prestasi kerja dipengaruhi oleh yang paling utama yaitu besarnya kebutuhan keluarga disamping faktor-fakor yang lain. Adapun menurut Hernanto (1995), tenaga kerja luar keluarga dapat diperoleh dengan beberapa cara, antara lain : 1. Upahan Tenaga upahan itu bervariasi, dari satu tempat ke tempat lainnya. Upah umumnya tidak rasional karena daya mampu tidak diukur secara jelas, tetapi dihitung sama untuk setiap tenaga kerja. Upah untuk pria berbeda dengan wanita maupun anakanak. Upah tenaga kerja ini berbeda untuk satu dan lain pekerjaan. Untuk ternak biasanya berdasarkan hari kerja untuk satu tahapan pekerjaan. Upah ini diperhitungkan untuk sepasang ternak dan tenaga operatornya. Sedangkan tenaga mekanik hampir sama dengan tenaga ternak tersebut. Pembayaran upah itu dapat berupa harian, mingguan atau setelah seusai pekerjaan, bahkan borongan. 2. Sambatan Tenaga kerja luar keluarga dengan sistem sambatan atau tolong menolong diantara para petani umumnya tidak berdasarkan pertimbangan ekonomi. Sistem ini lebih terikat dengan adat istiadat. Dengan sulitnya tenaga kerja dan kesulitan ekonomi, sistem ini mulai ditemukan. 3. Arisan Tenaga Kerja Arisan tenaga kerja oleh tenaga kerja luar keluarga ini menganut sistem yang dimana setiap peserta arisan akan mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada anggotanya. Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar atara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas, dan 11

kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja. 1. Sistem upah Sistem upah dibedakan menjadi 3 yaitu upah borongan, upah waktu, dan upah premi. Masing-masing sistem tersebut akan mempengaruhi prestasi seorang tenaga luar. 2. Upah borongan Adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja. Upah borongan ini cederug membuat para pekerja untuk secepatya menyelesaikan pekerjaanya agar segera dapat mengerjakan pekerjaan borongan lainya. Contohnya borongan menggarap lahan sawah sebesar Rp. 150.000 per petak sawah. 3. Upah waktu Adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistem upah waktu kerja ini cenderung membuat pekerja untuk memperlama waktu kerja dengan harapan mendapat upah yang semakin besar. Contohnya upah pekerja untuk menggarap sawah sebesar Rp. 25.000/HKO. Jika dia bekerja selam lima hari maka upah yang diterima sebesar Rp. 125.000. 4. Upah premi Adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi kerja. Sebagai contoh, dalam satu hari pekerja diharuskan menyelesaikan 10 unit pekerjaan. Jika dia bisa menyelesaikan lebih dari 10 unit maka dia akan mendapatkan upah tambahan. Sistem upah premi cenderung meningkatkan produksivitas pekerja. 5. Lamanya waktu kerja Lamanya waktu kerja seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk bekerja. Selain itu, juga dipengaruhi oleh keadaan iklim suatu tempat tertentu. 12

Misalnya, wilayah tropis seperti Indonesia, untuk melakukan aktivitas lapangan seperti petani tidak dapat bertahan lama karena cuaca panas. 6. Kehidupan sehari-hari Kehidupan sehari-hari seorang tenaga kerja dapat dilihat pada keadaan makanan/ menu dan gizi, perumahan, kesehatan, serta keadaan lingkunganya. Jika keadaanya jelek dan tidak memenuhi persyaratan maka akan berpegaruh negatif terhadap kinerja. 7. Kecakapan Kecakapan seseorang menentukan kinerja seseorang, seseorang yang lebih cakap tentu saja prestasinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang kurang cakap, kecakapan ditentukan oleh pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman. 8. Umur tenaga kerja Umur seorang menentukan prestasi kerja atau kinerja seorang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prastasi tenaga kerjanya. Namun dalam beberapa hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman. Sementara itu untuk tenaga kerja keluarga karena tidak diupah, tingginya prestasi kerja dipengaruhi oleh yang paling utama yaitu besarnya kebutuhan keluarga disamping faktor-faktor yang lain. Besarnya prestasi kerja tenaga keluarga dipengaruhi oleh perbandingan antara besarnya keluarga dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Jika semakin tinggi kebutuhan kelurga dengan tenaga kerja tetap maka keluarga tersebut harus bekerja lebih lama. Dengan adanya pertambahan tenaga kerja keluarga, jumlah jam keluarga yang dicurahkan untuk bekerja justru menunjukkan penurunan. Kecenderungan ini disebabkan keputusan keluarga untuk bekerja, ditentukan oleh besarnya kebutuhan keluarga. Begitu jumlah kebutuhan terpenuhi (ekuivalen 21 jam/ hari), meskipun dalam keluarga terjadi pertambahan persediaan tenaga kerja (pada saat umur perkawinan 15 tahun), jumlah tenaga per keluarga yang dicurahkan untuk bekerja besarnya tetap. 13

2.3 Telaah Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian Simanjuntak (2007), tentang curahan tenaga kerja dan pendapatan petani DAFEP pada usahatani padi sawah di Desa Karang Anyer, Kabupaten Simalungun bahwa tenaga kerja pria lebih banyak mencurahkan waktunya pada kegiatan uasahatani padi sawah yaitu sebesar 54,6 HOK/Ha sedangkan tenaga kerja wanita mencurahkan waktu kerjanya hanya sebesar 11,38 HOK/Ha. Baruwadi (2008), meneliti alokasi waktu kerja pada usahatani kelapa di Provinsi Gorontalo, pada penelitian ini Baruwadi (2008) mengemukakan bahwa panen kelapa di Provinsi Gorontalo dilakukan 3-4 kali dalam setahun, dari empat wilayah sampel alokasi waktu kerja pada usahatani kelapa yang terendah berada di Kecamatan Kabila yaitu rata-rata 54,38 HOK per tahun dan tertinggi berada di Kecamatan Tibawa dengan jumlah alokasi waktu kerja rata-rata pertahun adalah 99,98 HOK. Total keseluruhan alokasi waktu yang dicurahkan oleh petani pada usahatani kelapa setiap tahunya rata-rata 83,95 HOK pertahun. Hal ini dilakukan untuk menunjukan waktu kerja keluarga yang dimanfaatkan dengan potensi waktu kerja tersedia dalam 1 tahun. Untuk analisis ini digunakan asumsi: HOK pria, 1 HOK wanita setara dengan 0,8 HOK pria, I HOK anak-anak setara dengan 0,5 HOK pria, hari kerja dalam setahun 300 hari. Harton (2010), meneliti tentang alokasi waktu tenaga kerja keluarga pada usaha ternak kambing. Data yang diperoleh dengan survey dan wawancara mendalam serta dianalisa dengan diskriptif dan regresi double logarithmic natural. Alokasi tenaga kerja untuk aktivitas pertanian bagi suami, istri dan anggota keluarga lain masingmasing 1.402,43 jam/tahun -- 421,17 jam/tahun dan 694,22 jam/tahun, sedang pada aktivitas non pertanian masing-masing 706,49 jam/tahun -- 151,51 jam Tahun dan 408,72 jam/tahun. Berdasarkan kenyataan ini, usaha ternak kambing merupakan alternatif untuk menyerap curahan tenaga kerja keluarga walaupun pendapatan yang diperoleh lebih sedikit. 14

Penelitian lain dilakukan oleh Sari (2010), tentang partisipasi tenaga kerja perempuan dalam pasar kerja semakin hari semakin menonjol. Dua penyebab utamanya adalah desakan ekonomi dan gerakan emansipasi perempuan. Namun demikian, karakteristik tenaga kerja perempuan berbeda dengan tenaga kerja lakilaki, dimana tenaga kerja perempuan menghadapi kompleksitas fungsi dan peranan, yaitu peran sebagai ibu rumah tangga (ranah domestik) dan peran sebagai tenaga kerja yang bekerja mencari nafkah (ranah publik). 2.4 Kerangka Pikir Petani adalah setiap orang yang melakukan usahatani sebagai mata pencaharian pokoknya. Dalam hal ini objek yang akan diteliti adalah Usahatan padi sawah. Usahatani padi sawah memiliki beberapa tahapan kegiatan produksi. Kegiatan produksi ini terdiri dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan I,pemupukan II, Pemupukan III, penyiangan, pengendalian hama penyakit dan panen. Delapan tahapan proses produksi tersebut membutuhkan salah satu faktor produksi usahatani yaitu tenaga kerja. Karena keberhasilan dari sebuah usahatani tergantung dari tenaga kerja. Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja anak-anak, tenaga kerja mesin dan tenaga kerja hewan. Keseluruhan tenaga kerja tersebut berasal dari dalam dan luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja tersebut bervariasi, tergantung dari luas lahan. Semakin luas lahan dimiliki maka semakin besar pula penggunaan tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan dalam mengelola usahatani padi sawah. Untuk lebih jelasnya Penelitian ini dapat di lihat pada gambar 1 di bawah ini. 15

Usahatani Padi Sawah Sumber Tenaga Kerja Pengolahan tanah Penanaman Dalam Keluarga Pemupukan I Penyiangan Luar Keluarga Curahan Tenaga Keja Pemupukan II Pemberantasan HP Mesin/Hewan Pemupukan III Panen Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Keterangan : : Hubungan 16

2.5 Hipotesis Berdasarkan teori-teori di atas maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan sementara, yaitu : 1. Alokasi waktu kerja pada usahatani padi sawah yang terbesar berada pada kegiatan penanaman dan panen. 2. Persentase penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga. 17