PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI

dokumen-dokumen yang mirip
TANGGUNG JAWAB PT. ROYAL EKSPRESS INDONESIA ATAS KERUSAKAN BARANG BERDASARKAN PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya yaitu keadaan

PELAKSANAAN PERJANJIAN BAKU DALAM PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI PERUSAHAAN ANGKUTAN DARAT PADA PT ARVIERA DENPASAR

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP PENUMPANG

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG TANPA TIKET (ILLEGAL) DALAM PENGANGKUTAN DARAT DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG ANGKUTAN UMUM DARAT

BAB II TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT UDARA ATAS KORBAN KECELAKAAN PESAWAT AIR ASIA QZ8501

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan berciri

PERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN TERHADAP KERUSAKAN BARANG YANG DIANGKUT DALAM TRANSPORTASI LAUT

KEWAJIBAN PERDATA AIR ASIA TERHADAP KORBAN KECELAKAAN PESAWAT QZ8501

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAPAT BAGASI PENUMPANG YANG HILANG ATAU RUSAK

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN TERHADAP KERUGIAN YANG DIALAMI PENUMPANG

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM INTERNASIONAL

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK TERTANGGUNG DALAM ASURANSI DEMAM BERDARAH PADA PT. ASURANSI CENTRAL ASIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN UDARA

Kata kunci :Upaya Hukum, Transportasi udara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

Oleh : Ari Agung Satrianingsih I Gusti Ayu Puspawati Dewa Gde Rudy Program Kekhususan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana.

PERAN ASURANSI KEPADA PERUSAHAAN PENGANGKUTAN BARANG MELALUI DARAT YANG MENGALAMI KERUSAKAN ATAU KEHILANGAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. itu perkembangan mobilitas yang disebabkan oleh kepentingan maupun keperluan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat atas dasar

TANGGUNG JAWAB PENYEWA DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KENDARAAN RODA EMPAT DI KOTA GIANYAR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

PEMBAYARAN KLAIM OLEH PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 DALAM HAL TERJADINYA WANPRESTASI OLEH TERTANGGUNG PADA PROGRAM MITRA BEASISWA

TANGGUNG JAWAB PROVIDER DALAM HAL TERJADI KECELAKAAN YANG MENIMPA PELAKU OLAHRAGA KEDIRGANTARAAN MICROLIGHT/AUTOGYRO

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN PENGGUNA JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM HAL KETERLAMBATAN SAMPAINYA BARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

ABSTRAK Kata Kunci :Pencatatan, Perkawinan, Ditetapkan pengadilan

BAB II PERJANJIAN PENGANGKUTAN DALAM ANGKUTAN UDARA MENURUT UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENERBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

Oleh : Gusti Ayu Made Dyah Komala I Made Udiana Ngakan Ketut Dunia. Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT TERHADAP PENGANGKUTAN TERNAKMELALUI KAPAL LAUT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN

TANGGUNG JAWAB JASA ANGKUTAN UDARA TERHADAP KECELAKAAN PESAWAT MELALUI PENELITIAN DI PT GAPURA ANGKASA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

I. PENDAHULUAN. Masyarakat sangat bergantung dengan angkutan umum sebagai tranportasi penunjang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA DALAM PERJANJIAN KERJA DENGAN SISTEM OUTSOURCING DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN PENERBANGAN DOMESTIK PT. GARUDA INDONESIA TERHADAP PENUMPANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. telah diatur di Perjanjian Internasional yang berupa Konvensi dan Protokol yang

KEWAJIBAN PENGANGKUT KEPADA PIHAK YANG MENDERITA KERUGIAN DALAM UNDANG-UNDANG PENERBANGAN NASIONAL Dr. Ahmad Sudiro, SH, MH, MM*

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

PENGATURAN PRINSIP TANGGUNG JAWAB KARENA KESALAHAN APABILA TERJADI EVENEMENT PADA PENGANGKUTAN DARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari bidang kegiatan transportasi atau

AKIBAT HUKUM OVERMACHT DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA SEPEDA MOTOR (MOTOR BIKE RENT) OLEH PENYEWA WARGA NEGARA ASING

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori

BAB II PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT DALAM ANGKUTAN DARAT. Pengangkutan adalah berasal dari kata angkut yang berarti mengangkut dan

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN UDARA. suatu barang. Pengangkutan merupakan salah satu kunci perkembangan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 5.1 Peranan Asuransi Dalam Pengembangan Pengangkutan Udara Nasional

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENUMPANG PADA TRANSPORTASI UDARA NIAGA

JURNAL ILMIAH. TANGGUNG GUGAT MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP BAGASI TERCATAT PADA PENGANGKUTAN UDARA DOMESTIK (Studi di Bandara Internasional Lombok)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA ANGKUTAN TRANS SARBAGITA DITINJAU DARI UNDANG- UNDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ASURANSI ATAS PEMBATALAN PERJANJIAN BAKU PADA POLIS ASURANSI JIWA di KOTA DENPASAR

Privat Law Vol. V No. 1 Januari-Juni

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENGGUNA JASA PENGIRIMAN SURAT DAN BARANG PADA IDA S POSTAL AGENT CABANG KEROBOKAN

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA

PERJANJIAN KERJASAMA DI BIDANG JASA ANTARA HOTEL PATRA BALI DENGAN BIRO PERJALANAN WISATA (BPW) PT. SERUM TRANSPORT

ANALISIS DATA. A. Pelaksanaan Tanggung Jawab PT. Trans Nusa Terhadap Penumpang. Prinsip tanggung jawab mutlak atau( strict liability) :

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

PERANAN POLIS ASURANSI JIWA DALAM PENUNTUTAN KLAIM (STUDI PADA PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE DENPASAR)

USU Law Journal, Vol.4.No.2(Maret 2016)

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ATAS KERUGIAN YANG DIDERITA PENGIRIM BARANG YANG DISEBABKAN KELALAIAN PENGANGKUT ( STUDI KASUS PADA PT. BALI SEMESTA AGUNG )

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENERBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN. merupakan salah satu kunci perkembangan pembangunan dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari moda-moda transportasi lain yang ditata dalam sistem

Key word : Application, Safety Protection, Factorr, workers.

Bagian Hukum Bisnis Falkutas Hukum Universitas Udayana

PERTANGGUNGJAWABAN PELAKU USAHA TERHADAP MIRAS TIDAK BERLABEL DI LIHAT DARI UNDANG UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhannya adalah transportasi udara. Transportasi udara merupakan

Oleh Ni Nyoman Ismayani I Ketut Westra Anak Agung Sri Indrawati Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. pengangkutan tersebut dijadikan sebagai suatu kebutuhan bagi kehidupan

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MASKAPAI PENERBANGAN DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

PERBUATAN MELANGGAR HUKUM OLEH MASKAPAI PENERBANGAN TERKAIT PEMBATALAN DAN KETERLAMBATAN PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. global yang memiliki peran penting dalam pembangunan di berbagai sektor.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

UPAYA PENYELESAIAN DALAM PERJANJIAN PENGIRIMAN BARANG YANG DILAKUKAN OLEH UD JAYA KACA DENPASAR

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan pendidikan (ibid, 1998:7).

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan menyadari pentingnya

Transkripsi:

PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI Oleh I Ketut Nova Anta Putra Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan ini berjudul Proses Pemberian Ganti Rugi Terhadap Kerusakan Barang Dalam Pengangkutan Udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara menetapkan besarnya ganti rugi terhadap kerusakan barang yang diangkut melalui pengangkutan udara. Adapun metode penulisan yang dipakai dalam hal penelitian ini adalah metode penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis yaitu mengkaji suatu permasalahan yang muncul berdasarkan hukum yang berlaku, sedangkan penelitian empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dengan perilaku masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan kenyataan dilapangan). Pada dasarnya besarnya ganti rugi yang akan dibayar oleh pihak pengangkut, jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang kiriman terhitung berdasarkan harga barang yang sifat dan macamnya sama menurut harga di tempat barang kiriman tersebut harus diserahkan. Kata Kunci : Ganti Rugi, Kerusakan, Pengangkutan Udara, Pengangkut. ABSTRACT Writing is entitled "Processes of Compensation Damage Goods in Air Transport". The purpose of this research is to know how to determine the amount of compensation for damage to goods transported via air transport. The writing method used in this research is juridical empirical research methods. Juridical research that examines an issue arising under the applicable law, whereas the empirical research is scientific research that explains the phenomenon of the law of the gap between norms of behavior of society (the gap between das sollen and das Sein or between the ought and the is or the supposed in fact the field). Basically, the amount of compensation to be paid by the shipper, in case of damage or loss of shipment calculated based on the prices of goods and the nature of the same kinds, according to the price in the shipment must be submitted. Keywords: Torts, Damages, Air Freight, Carrier. 1

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengangkut berkewajiban mengangkut barang dengan selamat sampai di tempat tujuan. Dalam memenuhi kewajiban sebagai pengangkut bisa timbul kerugian-kerugian baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja, bahkan mungkin tanpa adanya kesalahan-kesalahan apapun padanya dan kerugian itu dapat timbul karena suatu kejadian di luar kemampuan para awak pesawat udara sehingga barang-barang mengalami kerusakan, kehilangan ataupun keterlambatan. Beberapa hal yang juga sering menjadi sorotan dalam pengangkutan udara di Bandara Ngurah Rai adalah masalah yang berkaitan dengan ganti rugi terhadap kerusakan barang dalam pengangkutan udara yang dibuat oleh pihak pengangkut. Ketentuan ganti rugi ini tertuang dalam isi dari perjanjian yang sudah ditentukan oleh pengangkut. Pemakai jasa tidak kuasa lagi mengubahnya apalagi tidak menyetujuinya. Jika pemakai jasa ingin menggunakan jasa angkutan tersebut, berarti ia setuju dengan syarat-syarat yang dibuat oleh perusahaan pengangkut. 1.2 TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui cara menetapkan besarnya ganti rugi terhadap kerusakan barang yang diangkut melalui pengangkutan udara di Bandara Ngurah Rai. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE Dalam penulisan ini, jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penelitian hukum yuridis empiris. Penelitian yuridis yaitu mengkaji suatu permasalahan yang muncul berdasarkan hukum yang berlaku, sedangkan penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dengan perilaku 2

masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan kenyataan dilapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap dan perilaku masyarakat dalam penerapan hukum. 2.2 HASIL PEMBAHASAN 2.2.1 Cara menetapkan besarnya ganti rugi terhadap kerusakan barang yang diangkut melalui pengangkutan udara di Bandara Ngurah Rai Pengankutan udara adalah setiap kegiatan yang menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara 1. Dalam pengangkutan udara prinsip yang dipergunakan ordonansi pengangkutan udara Indonesia tidak berbeda dengan prinsip yang dipergunakan sebagai yang terdapat dalam Konvensi Warsawa 1929 Tentang Unifikasi Aturan Tertentu Terkait Internasional Pengangkutan Udara. karena memang ordonansi pengangkutan udara didasari oleh ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi tersebut. Prinsip-prinsip tanggung jawab yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut: 1. presumption of liability atau presumption of neglienece, yaitu tanggung jawab atau kerugian penumpang dan barang yang diderita penumpang dalam suatu angkutan penumpang. 2. presumption of non liability, yaitu pengangkut dianggap selalu tidak bertanggung jawab untuk kerugian yang diderita penumpang dalam bagasi tangan, karena bagasi tangan sesungguhnya selalu ada dalam pengawasan penumpang itu sendiri. 3. limitation of liability, yaitu pengangkut bertanggung jawabnya terbatas sampai dengan limit yang telah ditentukan. 1 Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet. IV, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 11. 3

4. absolute liability, yaitu pengangkut dengan dalih apapun juga tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya kecuali kalau dapat dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut akibat kesalahan penumpang sendiri. 2 Mengenai penentuan ganti rugi sangat penting artinya bagi penegak hukum. dalam pengangkutan udara, karena besar kecilnya ganti rugi terhadap kerusakan atau kehilangan yang diderita oleh pengirim barang selama pengangkutan udara akan menjadi bukti yang kongkrit dari pelaksanaan tanggung jawab pengangkutan udara. Jikalau pengangkut dalam perselisihan-persilahan dengan penerima atau pengirim barang, ialah berdasarkan perjanjian pengangkutan dan ternyata tidak melaksanakan perjanjian itu secara wajar dan dalam waktu yang tidak ditentukan atau ditetapkan sehingga tidak pula berhasil mendiskuplir dirinya, maka sudah barang tentu pihak yang bersangkutan dapat menuntut penggantian kerugian yang diderita. Hak menuntut yang mana terbit dari perjanjian pengangkutan tersebut. 3 Lebih lanjut mengenai adanya penggantian ganti rugi oleh pihak pengangkut ini, terlebih dalam hal kerusakan atau kehilangan barang kiriman yang disebabkan oleh adanya kelalaian dari petugas atau pegawai pihak pengangkut adalah merupakan tanggung jawab mutlak pengangkut itu sendiri. Untuk itu telah dipertegas lagi dala Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menyatakan bahwa: Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut. Mengenai penetapan besarnya ganti rugi ini, khususnya dalam pengangkutan barang melaui udara terhadap kerusakan atau kehilangan barang kiriman, maka Bandara Ngurah Rai menggunakan Pasal 141 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengenai tanggung jawab pengangkut membayar ganti rugi. Dengan demikian ini berarti pembayaran terhadap barang kiriman dan bagasi 2 G. Karta Sapoetra dan E. Roekasih, 1982, Segi-Segi Hukum Dalam Charter Dan Asuransi Angkutan Udara, Armico, Bandung, h. 54. 3 Sutino Usman Adji, Djoko Prakosos dan Hari Pramono, 1991, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h.25. 4

yang rusak atau hilang dalam prakteknya dilakukan langsung oleh pihak pengangkut udara yang bersangkutan. III. KESIMPULAN Pada dasarnya besarnya ganti rugi yang akan dibayar oleh pihak pengangkut, jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang kiriman terhitung berdasarkan harga barang yang sifat dan macamnya sama menurut harga di tempat barang kiriman tersebut harus diserahkan. Pengangkut bertanggung jawab terhadap kerusakan atau kehilangan barang kiriman dimulai sejak saat barang kiriman tersebut berada dibawah pengawasan pengangkut, yaitu sejak saat barang kiriman tersebut diserahkan oleh pihak pengirim kepada pengangkut sampai barang kiriman tersebut diserahkan oleh pihak pengangkut kepada pihak penerima sesuai dengan ketentuan dalam surat muatan udara. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet. IV, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Karta Sapoetra, G dan E. Roekasih, 1982, Segi-Segi Hukum Dalam Charter Dan Asuransi Angkutan Udara, Armico, Bandung. Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pramono, 1991, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Jakarta, Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Soedaryo Soimin, 2015, Sinar Grafika, Jakarta. Konvensi Warsawa Tahun 1929 Tentang Unifikasi Aturan Tertentu Terkait Internasional Pengangkutan Udara. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan 5