PROSES PEMBERIAN GANTI RUGI TERHADAP KERUSAKAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN MELALUI UDARA DI BANDARA NGURAH RAI Oleh I Ketut Nova Anta Putra Nyoman Mas Aryani Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan ini berjudul Proses Pemberian Ganti Rugi Terhadap Kerusakan Barang Dalam Pengangkutan Udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara menetapkan besarnya ganti rugi terhadap kerusakan barang yang diangkut melalui pengangkutan udara. Adapun metode penulisan yang dipakai dalam hal penelitian ini adalah metode penelitian yuridis empiris. Penelitian yuridis yaitu mengkaji suatu permasalahan yang muncul berdasarkan hukum yang berlaku, sedangkan penelitian empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dengan perilaku masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan kenyataan dilapangan). Pada dasarnya besarnya ganti rugi yang akan dibayar oleh pihak pengangkut, jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang kiriman terhitung berdasarkan harga barang yang sifat dan macamnya sama menurut harga di tempat barang kiriman tersebut harus diserahkan. Kata Kunci : Ganti Rugi, Kerusakan, Pengangkutan Udara, Pengangkut. ABSTRACT Writing is entitled "Processes of Compensation Damage Goods in Air Transport". The purpose of this research is to know how to determine the amount of compensation for damage to goods transported via air transport. The writing method used in this research is juridical empirical research methods. Juridical research that examines an issue arising under the applicable law, whereas the empirical research is scientific research that explains the phenomenon of the law of the gap between norms of behavior of society (the gap between das sollen and das Sein or between the ought and the is or the supposed in fact the field). Basically, the amount of compensation to be paid by the shipper, in case of damage or loss of shipment calculated based on the prices of goods and the nature of the same kinds, according to the price in the shipment must be submitted. Keywords: Torts, Damages, Air Freight, Carrier. 1
I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pengangkut berkewajiban mengangkut barang dengan selamat sampai di tempat tujuan. Dalam memenuhi kewajiban sebagai pengangkut bisa timbul kerugian-kerugian baik yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja, bahkan mungkin tanpa adanya kesalahan-kesalahan apapun padanya dan kerugian itu dapat timbul karena suatu kejadian di luar kemampuan para awak pesawat udara sehingga barang-barang mengalami kerusakan, kehilangan ataupun keterlambatan. Beberapa hal yang juga sering menjadi sorotan dalam pengangkutan udara di Bandara Ngurah Rai adalah masalah yang berkaitan dengan ganti rugi terhadap kerusakan barang dalam pengangkutan udara yang dibuat oleh pihak pengangkut. Ketentuan ganti rugi ini tertuang dalam isi dari perjanjian yang sudah ditentukan oleh pengangkut. Pemakai jasa tidak kuasa lagi mengubahnya apalagi tidak menyetujuinya. Jika pemakai jasa ingin menggunakan jasa angkutan tersebut, berarti ia setuju dengan syarat-syarat yang dibuat oleh perusahaan pengangkut. 1.2 TUJUAN Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk mengetahui cara menetapkan besarnya ganti rugi terhadap kerusakan barang yang diangkut melalui pengangkutan udara di Bandara Ngurah Rai. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE Dalam penulisan ini, jenis penulisan yang digunakan adalah jenis penelitian hukum yuridis empiris. Penelitian yuridis yaitu mengkaji suatu permasalahan yang muncul berdasarkan hukum yang berlaku, sedangkan penelitian hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antara norma dengan perilaku 2
masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan kenyataan dilapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap dan perilaku masyarakat dalam penerapan hukum. 2.2 HASIL PEMBAHASAN 2.2.1 Cara menetapkan besarnya ganti rugi terhadap kerusakan barang yang diangkut melalui pengangkutan udara di Bandara Ngurah Rai Pengankutan udara adalah setiap kegiatan yang menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara 1. Dalam pengangkutan udara prinsip yang dipergunakan ordonansi pengangkutan udara Indonesia tidak berbeda dengan prinsip yang dipergunakan sebagai yang terdapat dalam Konvensi Warsawa 1929 Tentang Unifikasi Aturan Tertentu Terkait Internasional Pengangkutan Udara. karena memang ordonansi pengangkutan udara didasari oleh ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi tersebut. Prinsip-prinsip tanggung jawab yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut: 1. presumption of liability atau presumption of neglienece, yaitu tanggung jawab atau kerugian penumpang dan barang yang diderita penumpang dalam suatu angkutan penumpang. 2. presumption of non liability, yaitu pengangkut dianggap selalu tidak bertanggung jawab untuk kerugian yang diderita penumpang dalam bagasi tangan, karena bagasi tangan sesungguhnya selalu ada dalam pengawasan penumpang itu sendiri. 3. limitation of liability, yaitu pengangkut bertanggung jawabnya terbatas sampai dengan limit yang telah ditentukan. 1 Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet. IV, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 11. 3
4. absolute liability, yaitu pengangkut dengan dalih apapun juga tidak dapat melepaskan tanggung jawabnya kecuali kalau dapat dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut akibat kesalahan penumpang sendiri. 2 Mengenai penentuan ganti rugi sangat penting artinya bagi penegak hukum. dalam pengangkutan udara, karena besar kecilnya ganti rugi terhadap kerusakan atau kehilangan yang diderita oleh pengirim barang selama pengangkutan udara akan menjadi bukti yang kongkrit dari pelaksanaan tanggung jawab pengangkutan udara. Jikalau pengangkut dalam perselisihan-persilahan dengan penerima atau pengirim barang, ialah berdasarkan perjanjian pengangkutan dan ternyata tidak melaksanakan perjanjian itu secara wajar dan dalam waktu yang tidak ditentukan atau ditetapkan sehingga tidak pula berhasil mendiskuplir dirinya, maka sudah barang tentu pihak yang bersangkutan dapat menuntut penggantian kerugian yang diderita. Hak menuntut yang mana terbit dari perjanjian pengangkutan tersebut. 3 Lebih lanjut mengenai adanya penggantian ganti rugi oleh pihak pengangkut ini, terlebih dalam hal kerusakan atau kehilangan barang kiriman yang disebabkan oleh adanya kelalaian dari petugas atau pegawai pihak pengangkut adalah merupakan tanggung jawab mutlak pengangkut itu sendiri. Untuk itu telah dipertegas lagi dala Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang menyatakan bahwa: Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut. Mengenai penetapan besarnya ganti rugi ini, khususnya dalam pengangkutan barang melaui udara terhadap kerusakan atau kehilangan barang kiriman, maka Bandara Ngurah Rai menggunakan Pasal 141 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengenai tanggung jawab pengangkut membayar ganti rugi. Dengan demikian ini berarti pembayaran terhadap barang kiriman dan bagasi 2 G. Karta Sapoetra dan E. Roekasih, 1982, Segi-Segi Hukum Dalam Charter Dan Asuransi Angkutan Udara, Armico, Bandung, h. 54. 3 Sutino Usman Adji, Djoko Prakosos dan Hari Pramono, 1991, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h.25. 4
yang rusak atau hilang dalam prakteknya dilakukan langsung oleh pihak pengangkut udara yang bersangkutan. III. KESIMPULAN Pada dasarnya besarnya ganti rugi yang akan dibayar oleh pihak pengangkut, jika terjadi kerusakan atau kehilangan barang kiriman terhitung berdasarkan harga barang yang sifat dan macamnya sama menurut harga di tempat barang kiriman tersebut harus diserahkan. Pengangkut bertanggung jawab terhadap kerusakan atau kehilangan barang kiriman dimulai sejak saat barang kiriman tersebut berada dibawah pengawasan pengangkut, yaitu sejak saat barang kiriman tersebut diserahkan oleh pihak pengirim kepada pengangkut sampai barang kiriman tersebut diserahkan oleh pihak pengangkut kepada pihak penerima sesuai dengan ketentuan dalam surat muatan udara. DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, 2008, Hukum Pengangkutan Niaga, Cet. IV, PT Citra Aditya Bakti, Bandung. Karta Sapoetra, G dan E. Roekasih, 1982, Segi-Segi Hukum Dalam Charter Dan Asuransi Angkutan Udara, Armico, Bandung. Sution Usman Adji, Djoko Prakoso dan Hari Pramono, 1991, Hukum Pengangkutan Di Indonesia, Jakarta, Cet. II, Rineka Cipta, Jakarta. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Soedaryo Soimin, 2015, Sinar Grafika, Jakarta. Konvensi Warsawa Tahun 1929 Tentang Unifikasi Aturan Tertentu Terkait Internasional Pengangkutan Udara. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan 5