1. Pendahuluan. 2. Kajian Pustaka RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS

dokumen-dokumen yang mirip
Penyiapan Mesin Tetas

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pendahuluan PEMANFAATAN LM35 SEBAGAI SENSOR SUHU OTOMATIS PADA SISEM PENGONTROLAN SUHU RUANGAN PENGERING (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK) Santoso

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya kebutuhan masyarakat akan daging ayam membuat proses

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 28 Mei--28 Juni 2012,

SISTEM PENGATURAN BEBAN PADA MIKROHIDRO SEBAGAI ENERGI LISTRIK PEDESAAN

PEMANFAATAN MODUL TERMOELEKTRIK SEBAGAI PEMANAS UNTUK ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA

I. PENDAHULUAN. serta meningkatnya kesadaran akan gizi dan kesehatan masyarakat. Akan

BAB I PENDAHULUAN. efektif karena satu induk ayam kampung hanya mampu mengerami maksimal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya akan kebutuhan daging unggas maupun telur yang kaya akan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga menetas, yang bertujuan untuk mendapatkan individu baru. Cara penetasan

ALAT PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN KAMERA PEMANTAU

I. PENDAHULUAN. peternakan seperti telur dan daging dari tahun ke tahun semakin meningkat.

RANCANG BANGUN SISTEM PENGAMAN ELEKTRONIK PENGENDALI ON OFF JARAK JAUH PADA SERVER INTERNET

I. PENDAHULUAN. Peningkatan populasi penduduk di Indonesia menyebabkan perkembangan

THE EFFECTS OF THE BRANDS OF LAMPS ON THE RADIATION HEAT AS THE HEAT SOURCE OF POULTRY HATCHERIES

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada1 Maret--12 April 2013 bertempat di Peternakan

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelompok Tani Ternak Rahayu merupakan suatu kelompok peternak yang ada di

BAB II DASAR TEORI. Sedangkan dalam penetasan telur itu sendiri selama ini dikenal ada dua cara, yakni: Cara alami Cara buatan

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. unggas untuk mewujudkan beternak itik secara praktis. Dahulu saat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa kasus hingga mengalami kebangkrutan. termometer. Dalam proses tersebut, seringkali operator melakukan kesalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan metode-metode mengajar lainnya. Metode ini lebih sesuai untuk mengajarkan

METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

PEMBIBITAN DAN PENETASAN

III. BAHAN DAN MATERI. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 minggu pada Desember 2014 Januari 2015,

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

Kata kunci: penetasan, telur itik Tegal, dan mesin tetas

PERANCANGAN DAN UJI PERFORMANSI PENGERING TIPE RAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Indeks Bentuk Telur terhadap Daya Tetas dan

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Irawati Bachari, Iskandar Sembiring, dan Dedi Suranta Tarigan. Departemen Perternakan Fakultas Pertanian USU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

RANCANG BANGUN PENGONTROL SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PENETAS TELUR AYAM BERBASIS ARDUINO MEGA 2560 DILENGKAPI UPS

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

BAB 1 PENDAHULUAN. paling populer adalah mikroprosesor. Pada prinsipnya mikroprosesor adalah pusat

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

[Pemanenan Ternak Unggas]

I. PENDAHULUAN. Broiler merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbanyak jumlah daya tetas telur agar dapat diatur segala prosesnya serta

SAEI (Saba Auto Eggs Incubator (With Auto Rotating Eggs Mechanism))

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tujuan Pustaka Jufril, D., (2015), melakukan penelitian tentang implementasi mesin penetas telur otomatis adapun hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dikenal dengan istilah susut tetas. Pengaruh perlakuan terhadap susut tetas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan pada 1 Maret--5 April 2013

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April November 2016 di Desa

PELUANG BISNIS PENETASAN TELUR ITIK

PENDAHULUAN. penyediaan daging itik secara kontinu. Kendala yang dihadapi adalah kurang

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat, pada khususnya akan kebutuhan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya telur yang menetas dibagi dengan banyaknya telur yang fertil.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan cepat, kulit putih dan bulu merapat ke tubuh (Suprijatna et al., 2005).

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, permintaan

I. PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini kemajuan teknologi di dunia elektronika dan

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Sumber pemenuhan kebutuhan protein asal hewani yang cukup dikenal. masyarakat Indonesia selain ayam ialah itik. Usaha beternak itik dinilai

IMPLEMENTASI SISTEM KONTROL BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO UNO R3 UNTUK SISTEM PENETASAN TELUR AYAM

UNIVERSITAS MERCU BUANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Itik adalah salah satu jenis ungags air ( water fawls) yang termasuk dalam

RANCANG BANGUN TERMOMETER SUHU TINGGI DENGAN TERMOKOPEL

Penelitian ini telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-Maret di Laboratorium Patologi, Entomologi dan Mikrobiologi, dan Laboratorium

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN MESIN TETAS TELUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam arab (Gallus turcicus) adalah ayam kelas mediterain, hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab

PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan sumber protein. Di Indonesia terdapat bermacam-macam

MAKALAH BENGKEL ELEKTRONIKA PENDETEKSI KEBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR SUHU LM355. Oeh:

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA

PERBANDINGAN KINERJA MESIN PENETAS TELUR OTOMATIS DENGAN MENGGUNAKAN KONTROL ON-OFF DAN KONTROL PWM

Lampiran 1 Nilai awal siswa No Nama Nilai Keterangan 1 Siswa 1 35 TIDAK TUNTAS 2 Siswa 2 44 TIDAK TUNTAS 3 Siswa 3 32 TIDAK TUNTAS 4 Siswa 4 36 TIDAK

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

LAPORAN. Project Microcontroller Semester IV. Judul : Automatic Fan. DisusunOleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

1. Pendahuluan PENGARUH SUHU DAN KELEMBABAN UDARA PADA PROSES PENGERINGAN SINGKONG (STUDI KASUS : PENGERING TIPE RAK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

Temu Teknis Fungsionat non Penebti 2000 BAGIAN DAN PERLENGKAPAN MESIN TETAS Bagian-bagian dan perlengkapan yang ada pada mesin tetas sederhana dengan

Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Upaya bangsa unggas dalam mempertahankan populasinya, yaitu dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas

SISTEM KONTROL SUHU PADA MESIN TETAS TELUR AYAM BURAS HEMAT ENERGI DAYA TETAS OPTIMAL

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

Transkripsi:

Prosiding SNaPP2014 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 RANCANG BANGUN ALAT PENETAS TELUR SEDERHANA MENGGUNAKAN SENSOR SUHU DAN PENGGERAK RAK OTOMATIS 1 Ari Rahayuningtyas, 2 Maulana Furqon, dan 3 Teguh Santoso 1,2,3 Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Jl. K.S Tubun No 5, Subang Jawa Barat e-mail: 1 ningtyas_ari@yahoo.com, 2 furqon.maulana@gmail.com, 3 huget_santoso_2007@yahoo.co.id Abstrak. Penetasan buatan adalah menyediakan kondisi lingkungan yang sesuai untuk embrio telur dapat berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas. Untuk skala besar dan tujuan bisnis diperlukan alat penetas telur otomatis. Karena menetaskan telur ayam dalam waktu bersamaan secara alami sangat sulit karena keterbatasan kemampuan induk dalam mengerami telurnya. Rancang bangun alat penetas telur sederhana ini menggunakan sensor suhu yang dikondisikan sesuai suhu iduk ayam sebenarnya sekitar 37-39⁰C dengan kelembaban optimal 60% - 63 %. Alat penetas ini berkapasitas 500 telur dengan jumlah rak 5 buah dan pemutaran telur secara berkala. Berdasarkan unjuk kerja alat diperoleh daya tetas, dari 99 butir ayam arab sebesar 60,52%. Udara dihembuskan menggunakan blower kedalam ruang pengeram, dari hasil perhitungan diperoleh laju perpindahan panas secara konduksi sebesar 13, 75 W dan laju panas secara konveksi sebesar 13,90 W. Kata kunci : Sensor suhu, telur, perpindahan panas 1. Pendahuluan Penetasan telur adalah usaha untuk menetaskan telur unggas dengan bantuan alat penetas yang cara kerjanya mengadopsi tingkah laku induk ayam atau unggas lainnya selama masa mengeram. Perbanyakan populasi unggas biasanya ditempuh dengan cara menetaskan telur yang sudah dibuahi. Menurut Paimin (2000) penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (alat tetas). Pengeraman telur secara alami sepenuhnya dilakukan oleh induk ayam itu sendiri. Penetasan buatan dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut mesin tetas atau inkubator. Pada prinsipnya penetasan buatan sama dengan penetasan alami, yaitu menyediakan kondisi lingkungan (temperatur, kelembaban dan sirkulasi udara) yang sesuai agar embrio dalam telur berkembang dengan optimal, sehingga telur dapat menetas. Untuk skala besar dan tujuan bisnis tidak mungkin menggunakan ayam sebagai alat penetas telur. Maka diperlukan alat penetas telur otomatis untuk membantu masyarakat peternak dalam hal penetasan telur tersebut. Oleh karena pentingnya alat ini bagi peternak ataupun UKM, maka perlu dilakukan rancang bangun alat penetas telur sederhana ini. 2. Kajian Pustaka 2.1 Sistem Penetasan Telur Itik atau bebek merupakan hewan unggas yang sudah cukup populer di masyarakat kita. Produk unggas cenderung lebih populer di kalangan masyarakat dibandingkan dengan daging sapi karena harganya lebih terjangkau, terutama telur. 245

246 Ari Rahayuningtyas, et al. Usaha penetasan telur itik atau bebek merupakan kegiatan yang sudah dilakukan peternak sejak bertahun-tahun. Akan tetapi pola penetasan peternakan masih menggunakan cara alami dengan memanfaatkan ayam atau entok sebagai sarana penetasan. Penetasan telur secara alami mudah dilakukan karena pengeraman telur sepenuhnya dilakukan oleh induknya sehingga tidak memerlukan pengetahuan khusus dan peralatan khusus. Kekurangan dari penetasan alami diantaranya adalah kapasitasnya kecil, selama mengerami telurnya tidak berproduksi telur serta memudahkan penularan penyakit dari induk kepada yang baru menetas. Tujuan penetasan dengan mesin tetas adalah untuk menetaskan telur tetas dalam jumlah banyak pada waktu yang sama sesuai dengan waktu dan rencana yang dikehendaki. Alat penetasan buatan dikenal dengan mesin tetas. Dari semua tahap-tahap penetasan telur ada 5 poin utama yang harus diperhatikan pada alat penetas telur, yaitu : suhu (temperatur), kelembaban udara (Humidity), ventilasi (Ventilation), pemutaran telur (Egg Turning), kebersihan (Cleanliness). 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penetasan Untuk mendapatkan telur tetas yang memiliki daya tetas tinggi beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: kebersihan kerabang (cangkang) telur, kebersihan kerabang sangat berpengaruh dalam proses penetasan di mana kerabang telur yang mengandung kotoran terutama fases itik merupakan sumber bakteri dan jamur yang dapat masuk ke dalam telur yang akan menyerang embrio yang sedang berkembang atau membuat telur menjadi busuk. Bobot dan Bentuk Telur Kerabang telur harus dalam keadaan utuh, licin dan berbentuk oval atau bulat telur. Bobot telur tetas yang normal antara 60g 65g. 2.3 Sensor suhu LM 35 merupakan sensor suhu yang paling banyak digunakan, berfungsi mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi besaran elektrik tegangan. Karakteristik sensor suhu IC LM35 adalah memiliki sensitivitas suhu dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mvolt/ºc, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µa. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 ma. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC. 2.4 Perpindahan Panas Pada proses penetasan telur tidak terlepas dari adanya proses perpindahan panas, perpindahan panas berasal dari sumber pemanas ruang penetas yang dialirkan ke seluruh ruangan penetas. Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan panas yang diketahui, yaitu konduksi, konveksi, dan radiasi, Namun untuk proses penetasan telur perpindahan panas yang terjadi hanya proses konduksi dan konveksi saja. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Rancang Bangun Alat Penetas Telur Sederhana Menggunakan Sensor Suhu... 247 2.4.1 Konduksi Konduksi merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah di dalam medium yang bersinggungan langsung. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi perpindahan panas serta energi dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa energi akan berpindah secara konduksi, laju perpindahan kalornya dinyatakan sebagai : Dimana : q = laju perpindahan kalor (W) T1 = Suhu tinggi (⁰K) T2 = Suhu rendah (⁰K) k = konduktifitas thermal bahan (W/m.K) A = luas bidang perpindahan kalor (m 2 ) 2.4.2 Konveksi Konveksi merupakan perpindahan panas antara permukaan solid dan berdekatan dengan fluida yang bergerak atau mengalir dan itu melibatkan pengaruh konduksi dan aliran fluida. Laju perpindahan kalor secara konveksi dapat dinyatakan sebagai q= h.a(ts-t ) Dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2.K) A = luas penampang (m 2 ) Ts = temperatur plat (K) T = temperatur fluida yang mengalir dekat permukaan (K) 3. Metode Penelitian Konsep dari kegiatan ini adalah rancang bangun. Kegiatan dimulai dengan mendefinisikan permasalahan (bagaimana merancang suatu alat penetas telur sederhana dengan fungsi yang sama seperti induk ayam yang sebenarnya), mengumpulkan informasi yang berkaitan permasalahan, kemudian membuat rancangan penyelesaian (membuat perhitungan desain alat penetas telur sederhana tersebut). Kegiatan di lakukan di Laboratorium Pusat Pengembangan Teknologi Tepat Guna LIPI Subang, JL KS Tubun No. 5 Subang, Jawa Barat 4. Hasil Dan Pembahasan Alat penetas telur sederhana ini dirancang menjadi dua bagian, yaitu bagian elektrik dan bagian mekanik. Bagian elektrik meliputi, sensor panas, pengontrol suhu/ thermo kontrol (bertegangan 12 Volt), pemanas ( 220 Volt). Pengontrol suhu akan mengatur berapa suhu ruang pengeram yang ideal untuk kondisi pengeraman. Sensor suhu yang digunakan jenis LM35 yang memiliki sensitivitas tinggi. Suhu ruang yang ideal untuk pengeraman diatur antara 37-39 ⁰C, dengan tingkat kelembaban 60 63%. Untuk mengatur kelembaban udara di pasang bak air, untuk mengatur pertukaran O2 dan CO2 dibuat lubang ventilasi udara dan kipas angin. Timer/ kontrol waktu digunakan untuk mengatur tiap berapa menit rak tetas akan bergerak sehingga dapat menggerakkan telur tetas. ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 Vol 4, No. 1, Th, 2014

248 Ari Rahayuningtyas, et al. 4.1 Desain Mekanik dan Elektrik 1. Pembuatan desain mekanik yang meliputi : Pembuatan desain untuk ruang pengeraman, ruang penetas, rak penetas telur. Ruang pengeram, dirancang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 800 mm x 600 mm x 1261,50 mm. Dibuat dari bahan aluminium dan triplek melamin. Pada ruang penetas telur di pasang sistim pemutar telur menggunakan timer (per 6 jam). Untuk mengatur kelembaban udara di pasang bak air, untuk mengatur pertukaran O2 dan CO2 dibuat lubang ventilasi udara dan kipas angin. Rak penetas dengan ukuran 580 mm x 290 mm. Pada kegiatan ini di buat beberapa jenis rak dengan bahan yang berbeda yaitu rak dari bahan plastik wadah telur yang tersedia dipasaran, rak dari bahan aluminium, rak dari bahan triplek melamin dan rak dari bahan ram kawat. Ruang penetas, dirancang dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 120x 60x 55 cm, di sekat menjadi 2 ruang atas bawah, masing-masing ukurannya menjadi 120x 30x 55 cm, dengan bahan terbuat dari kayu, yang dilengkapi dengan lampu pijar (75 watt, 2 buah) sebagai penghangat ruangan. Gambar 1. Desain Ruang Pengeram Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Rancang Bangun Alat Penetas Telur Sederhana Menggunakan Sensor Suhu... 249 Gambar 2. Desain Ruang Penetas 2. Desain elektrik sensor suhu Gambar 3. Desain Rak Telur Gambar 4. Desain Sensor Suhu ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 Vol 4, No. 1, Th, 2014

250 Ari Rahayuningtyas, et al. IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear terhadap perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pegubah dari besaran fisis suhu ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mv / C yang berarti bahwa kenaikan suhu 1 C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mv. 4.2 Pengujian Suhu Pada Alat Penetas Tabel 1 Hasil Pengujian Suhu pada Alat Penetas Suhu LM 35 ('C) Waktu (dt) Suhu pengukuran ('C) Kelembaban (%) 1 2 3 30 5 30 30 30 69,5 31 8 31 31,5 31 68,9 32 11 32 32,7 32 67 33 14 33 33 33,5 66 34 17 34 34,7 34 65,4 35 20 35 35,5 35 64 36 23 36 36 36,1 63,8 37 26 37 37,5 37 62,2 38 29 38 38 38 61,7 39 32 39 39,2 39 60 Dilakukan pengujian alat penetas dengan mengukur suhu ruang, kelembaban dan suhu bahan. Suhu ruang diukur dari 30⁰C-39⁰C, pengambilan waktu per tiga menit. Dari hasil pengujian diperoleh bahwa rancang bangun elektrik telah berfungsi dengan baik, hal ini dapat dilihat bahwa suhu mampu diatur sesuai dengan rentang yang dikehendaki yaitu suhu yang cocok untuk pengeraman antara 37⁰C-39⁰C, dengan kelembaban 60% - 63%. 4.3 Unjuk Kerja Alat Penetas Pada uji unjuk kerja alat penetas telur ini digunakan ayam jenis arab sebanyak 99 butir, suhu pada ruang pengeram rata-rata digunakan 37-39 C, sedangkan suhu ruang tetas 38-37 C dan kelembaban 60-63%. Uji peneropongan embrio, peneropongan ini dilakukan untuk menentukan fertilitas sekaligus mengetahui telur yang embrionya tidak tumbuh. Peneropongan pertama pada hari ke 6 sampai dengan 8 (berembrio ada titik hitam bergerak-gerak), peneropongan kedua pada hari 13 dan 14 (ada titik merah ditengah kuning telur, ada denyutan), peneropongan ketiga pada hari ke 17 dan 18 (untuk memastikan embrio mati atau tidak). Tabel 2 Hasil Uji Coba Penetasan Telur Ayam Arab No. Uraian Jumah (butir) Persentase 1. Jumlah Telur 99-2. Telur Fertil 38-3. Telur Menetas 23-4. Daya Tetas*) 60,52% Keterangan : *) Daya Tetas = Jumlah Telur Menetas/Jumlah Telur Fertil x 100% Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan

Rancang Bangun Alat Penetas Telur Sederhana Menggunakan Sensor Suhu... 251 Pada tabel 2 memperlihatkan bahwa daya tetas telur sebesar 60,52%, hal ini menunjukkan bahwa alat penetas telur ini sudah memiliki performa yang cukup baik. 4.4 Perpindahan panas yang terjadi Pada alat penetas telur ini terjadi perpindahan panas secara konduksi dan konveksi. Ruang penetas terbuat dari rangka besi dan tahanan dinding penyekat terdiri dari alumunium,celah udara dan multiplek. Tabel 3 Tabel 4 Suhu Dingin Dalam Ruang Pengeram Suhu Dingin Luar Ruang Pengeram suhu dinding dalam ('C) kiri 34,9 kanan 34,4 depan 34,5 belakang 34,7 Suhu dinding luar ('C) kiri 30,4 kanan 30,9 depan 30,9 belakang 29,5 Tabel 5 Data Luas Tebal Bahan, Konstanta Bahan dan Penampang Nama Bahan Tebal Bahan K Bahan (m) ( W/mK) Luas Penampang (m2) Aluminium 0,001 239 0,6 Udara 0,022 143,4 0,6 Triplek 0,022 0,026 0,6 Perpindahan panas yang terjadi pada medium padat (terjadi antara plat alumunium, triplek dan udara) dalam ruang penetas. Nilai perpindahan panas secara konduksi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : Dimana : q = laju perpindahan kalor (W) T1 = Suhu tinggi (⁰K) T2 = Suhu rendah (⁰K) k = konduktifitas thermal bahan (W/m.K) A = luas bidang perpindahan kalor (m 2 ) Berdasarkan rumus dapat diperoleh nilai perpindahan panas secara konduksi pada ruang pengeram sebesar 13,75 W. Sedangkan untuk perpindahan panas secara konveksi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut : q= h.a(ts-t ) Dimana : h = koefisien perpindahan panas konveksi (W/m 2.K) = 3,017 W/m 2 K A = luas penampang (m 2 ) = 0,72 m 2 Ts = temperatur plat (⁰K) = 34,4 ⁰K T = temperatur fluida yang mengalir dekat permukaan (⁰K) = 28 ⁰K Dari rumus perpindahan panas secara konveksi maka diperoleh laju perpindahan panas bahan sebesar 13,90 W. ISSN 2089-3582 EISSN 2303-2480 Vol 4, No. 1, Th, 2014

252 Ari Rahayuingtyas, et al. 5. Kesimpulan Dari kegiatan rancang bangun yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : Secara umum alat penetas telur sederhana ini telah berfungsi dengan baik, sensor suhu mampu mengatur suhu sehingga panas mampu memanasi ruang pengeram dengan suhu yang diatur (37 39 C), rak telur dapat bergerak sesuai yang ditetapkan (timer per 6 jam). Berdasarkan unjuk kerja alat dapat dilihat bahwa daya tetas, dari 99 butir ayam arab tetas sebesar 60,52% hal yang menyebabkan adalah pengaturan suhu dan kelembaban sesuai kondisi pengeraman pada indukan yaitu 37 39 C dan kelembaban 60 63%. Laju perpindahan panas secara konduksi diperoleh nilai sebesar 13,75 W dan laju panas secara konveksi sebesar 13,90 W. Faktor penyebab rendahnya daya tetas dapat terjadi karena induk jantan dan betina penghasil telur kurang vitamin E, pergerakan rak kurang sempurna, sistem pemanasan dan kelembaban kurang sempurna, telur yang ditetaskan cacat/ rusak. Daftar Pustaka Nugroho dan I. Mayun. 1981. Beternak burung puyuh. Eka Offset. Semarang. Paimin, Farry. 2000. Membuat Dan Mengelola Mesin Tetas. Penebar Swadaya. Jakarta. Rasyraf, M. 1995. Beternak Ayam Kampong. Karya Anda. Surabaya. Sudaryani, T.H, dan Santoso. 1994. Pembibitan Ayam Ras. Penebar Swadaya. Jakarta. Sukardi, dkk. 1999. Dasar Ternak Unggas. Fakultas Peternakan UNSOED. Purwokerto Wasito, S, 1985, Vademekum Elektronika, PT Gramedia, Jakarta. Windyarti, S. S. 1998. Beternak itik tanpa air. Penebar Swadaya. Jakarta. Wiharto. 1988. Petunjuk Pembuatan Mesin Tetas. Universitas Brawijaya. www.datasheetcatalog.com, Datasheet IC LM35, diunduh Februari 2013 Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi dan Kesehatan