Pengembangan Karakter Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling

dokumen-dokumen yang mirip
MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL (UKA) GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

TANTANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN MUTU

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Di tengah-tengah kehidupan moderen dan pesatnya

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI ERA DISRUPSI: PELUANG DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

PERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU BK/ KONSELOR DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KONSELOR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

BAB II KAJIAN TEORI. industri. Istilah kinerja berasal dari kata Job performance (prestasi kerja). Kinerja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KODE ETIK GURU INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

NUR ENDAH APRILIYANI,

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

I. PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) Standar Kompetensi Konselor

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Umum Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Kota Metro

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Menguasahi ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1.1 Menguasahi ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU BK MELALUI PENILAIAN KINERJA DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Siti Fitriana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Kode Etik Guru Indonesia

Transkripsi:

Pengembangan Karakter Melalui Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sri Redjeki FIP IKIP Veteran Semarang Email : basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Pendidikan diyakini merupakan upaya utama untuk mengembangkan kehidupan manusia sesuai harkat dan martabat manusia. Pengembangan kondisi berkarakter merupakan hal penting dalam upaya pendidikan yang hendak menjadikan kehidupan manusia berada di jalan lurus dan maju. Pendidikan yang berorientasi karakter inilah yang akan mengatasi rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia, dan sekaligus akan mengatasi berbagai kerancuan, dan penyimpangan dalam kehidupan individu, bermasyarakat dan berbangsa. Untuk itu upaya pendidikan perlu diwujudkan dalam proses pembelajaran yang materi pembelajarannyasecara dominan berorientasi pada pengembangan karakter individu. Implikasi pengembangan karakter diintegrasikan dalam substansi pembelajaran secara menyeluruh dan konsisten. Pelajaran budi pekerti secara tersendiri terpisah dari mata pelajaran lainnya, tidak menjamin integrasi pengembangan karakter individu. Materi pendidikan karakter dimuatkan ke dalam setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Guru BK / Konselor bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pelayanan BK untuk sejumlah peserta didik. Pengembangan karakter individu dapat dilakukan oleh petugas bimbingan dan konseling/konselor yang professional dalam kegiatan bimbingan dan konseling. Kata kunci: pengembangan karakter, layanan bimbingan dan konseling PENDAHULUAN Cita-cita bangsa Indonesia adalah menjadi Negara besar, kuat, disegani, dan dihormati keberadaannya di tengah-tengah bangsa-bangsa di dunia. Optimisme mencapai cita-cita tersebut terus-menerus dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Era globalisasi dengan ikon teknologi, di satu sisi telaqh membantu percepatan kemajuan bangsa, namun seiring dengan kemajuan tersebut dirasa juga dampak yang tidak diharapkan dalam kehidupan berdemokrasi. Demikian juga terhadap nilai-nilai kebangsaan, dalam beberapa hal mulai bergeser keluar dari norma-norma yang dijunjung tinggi bangsa ini. Persoalan utama peran serta generasi muda dalam pembangunan bangsa yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah: visi generasi muda, cara mereka memandang masa depan diri dan bangsanya. Generasi muda visinya penuh optimis dan gairah untuk maju, kalau visinya tidak jelas, pesimis dan penuh curiga maka akan menghadapi kendala untuk MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 47

maju. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan visi yang jelas pada generasi muda, sehingga mereka dapat berperan aktif dalam pembangunan bangsa. Pendidikan yang dilaksanakan, baik melalui jalur pendidikan formal, nonformal, maupun jalur informal berupaya menanamkan dan meneruskan nilai-nilai luhur kebangsaan untuk alih generasi. Oleh karena itu khususnya pada jalur pendidikan formal perlu diintegrasikan materi pembentukan karakter pada setiap materi pelajaran, termasuk didalamnya memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling pada peserta didik. Karakter merupakan bagian integral yang harus dibangun, agar generasi muda memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar. Generasi muda dengan visi ke depan yang cemerlang, kompetensi yang memadai, dan dengan karakter yang kokoh merupakan produk pendidikan yang diidam-idamkan. Sebaliknya, meski visi dan misinya bagus, tetapi karakter yang dimiliki generasi muda tidak kokoh, maka akan dihasilkan generasi-generasi cerdas tetapi tamak dan menghalalkan segala cara dalam setiap langkah kehidupannya. Dengan demikian diharapkan dapat terwujud pribadi-pribadi berkarakter yang siap menerima estafet kepemimpinan bangsa, yang pada gilirannya dapat membangun negeri untuk menyejahterakan masyarakat. Pendidikan karakter diselenggarakan di semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan dengan sasaran peserta didik yang menjalani pendidikan di dalamnya. Landasan yang digunakan dalam pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan karakter adalah kaidah keilmuan yang berbasis pada harkat dan martabat manusia (HMM) yang sesuai nilai-nilai luhur Pancasila. Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, dan kepedulian serta dapat mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila yang tertuang ke dalam butir-butir dari kelima sila Pancasila. Pada jalur pendidikan formal materi pendidikan karakter dimuatkan ke dalam setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pelayanan Bimbingan dan Konseling, baik secara klasikal, kelompok maupun secara individual. Guru BK/ Konselor bertanggung jawab atas kegiatan pembelajaran yang terkait dengan pelayanan BK untuk sejumlah peserta didik. Layanan Bimbingan Konseling bertujuan mengembangkan seluruh potensi peserta didik secara optimal, mencegah timbulnya masalah, dan berusaha membantu memecahkan masalah peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling didasarkan pada kebutuhan dan masalah peserta didik, pengalaman nyata, dan bersifat pengembangan diri yang komprehensif. Program layanan bimbingan dan konseling meliputi komponen visi dan misi Bimbingan dan Konseling, kebutuhan peserta didik, tujuan, isi layanan, dan komponen pendukung sistem untuk meningkatkan mutu layanan. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 48

Layanan bimbingan dan konseling yang dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidkan persekolahan memiliki tiga misi yaitu: (1) edukatif (dalam pelayanannya menitikberatkan pada upaya pencegahan dan berfokus kepada pengembangan), (2) pengembangan (titik sentralnya berupaya membantu terciptanya perkembangan optimal seluruh aspek kepribadian siswa), dan (3) pengayaan / outreach (berupaya melayani semua siswa secara menyeluruh. Jadi sasaran layanan bimbingan dan konseling tidak hanya siswa yang bermasalah, tetapi diharapkan dapat melayani seluruh siswa yang diarahkan untuk memfasilitasi dan mengoptimalisasi perkembangan yang harus mereka capai. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, serta perkembangan perilaku remaja saat ini, peran guru bimbingan dan konseling sangat membantu sekali, terutama dalam hal pembinaan terhadap perkembangan peserta didik, baik yang terkait dengan masalah pribadi, belajar, sosial maupun karier. Permasalahan yang kemudian muncul adalah bagaimana pengembangan karakter anak yang dapat dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. PEMBAHASAN A. Pengembangan Karakter Membentuk Manusia Seutuhnya Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi (Prayitno, Belferik M, 2010). Pendapat lain menyatakan karakter atau watak pada hakekatnya merupakan ciri kepribadian yang berkaitan dengan timbangan nilai moralitas normatif yang berlaku (Mohamad Surya, 2012). Kualitas watak seseorang bersifat relatif tetap dan akan tercermin pada penampilan kepribadiannya ditinjau dari sudut timbangan nilai moral normatif. Atribut utama karakter yang perlu dikembangkan adalah tercapainya karakter dengan kualitas : 1) memiliki courage atau keberanian dalam melaksanakan tindakan, 2) care atau memiliki kepedulian terhadap tugasnya, 3) optimistik terhadap masa depan, 4) self control atau kemampuan mengendalikan diri dalam melaksanakan tugas, dan 5) communication atau kemampuan berkomunikasi efektif dalam keseluruhan pemberian pelayanan. Pembentukan dan pengembangan karakter manusia dapat dicapai melalui proses pendidikan. Pendidikan memiliki bobot nilai-nilai normatif, demikian juga dalam undang-undang system pendidikan nasional dimana pendidikan diberi makna yang sarat dengan nilai-nilai luhur yang harus terjadi dan menjadi bagian dari interaksi pendidikan. Pendidikan harus mendorong terwujudnya manusia yang dewasa secara personal/emosional, moral, sosial, dan intelektual, sehingga terwujud manusia yang meningkat keimanan dan ketaqwaannya, serta akhlak mulia sebagai dasar untuk menjadikan mereka cerdas, serta MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 49

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal tersebut mengandung makna bahwa pendidikan di Indonesia sarat dengan nilai yang harus menjadi bagian di dalam prosesnya. Fokus pada pendidikan karakter menjadi amat penting, urgen, dan bermakna bagi pembangunan bangsa yang berkarakter. Pendidikan karakter secara sederhana dapat dimaknai sebagai pendidikan yang menjadikan karakter sebagai bagian yang mewarnai proses pendidikan. Karakter itu sendiri merupakan nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika. Pendidikan karakter merupakan upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil,. Dengan demikian pendidikan karakter merupakan suatu system penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan (knowledge), kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil (Kemendiknas, 2010). Sepanjang rentang kehidupan manusia, pendidikan (pendidikan karakter) akan dialami dimanapun manusia itu berada, baik pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal. Dalam pendekatan pendidikan sebagai suatu industri, input diproses kemudian menghasilkan lulusan baik dalam arti output maupun outcomes, maka lulusan yang berkarakter menjadi konsern utama, dan itu hanya dapat terwujud apabila proses/pelayanan pendidikan mengintegrasikan nilai-nilai sebagai bagian utama di dalamnya. Dalam proses pendidikan harus mengacu pada upaya menginternalisasi nilainilai, baik untuk tingkatan institusional (terkait dengan hubungan eksternal sekolah), tingkatan manajerial (terkait dengan pengelolaan seluruh sumberdaya internal sekolah), maupun tingkatan operasional/teknikal (terkait dengan proses pembelajaran). Pada tataran operasional manajemen pendidikan, dalam hal ini pembelajaran di kelas, maka fokus utama untuk internalisasi nila-nilai menjadi hal yang amat penting dan urgen, mengingat siswa itula yang menjadi indikator utama keberhasilan pendidkan karakter. Proses utama pendidikan, yaitu pembelajaran di kelas menjadi kondisi yang amat menentukan dan harus dapat mewujudkan internalisasi nilai-nilai secara efektif di dalamnya, sehinggan tidak cukup hanyadengan menyampaikan informasi tentang nilainilai yang ingin ditanamkan, tetapi juga mengembangkan sikap positif terhadapnya serta mendorongnya untuk menjadi bagian dari perilaku peserta didik. Sehingga pendidikan karakter benar-benar berdampak pada perilaku. Oleh karena itu, keberhasilan pendidikan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 50

karakter bukan dari makin meningkatnya pengetahuan tentang nilai-nilai, tetapi menguatnya sikap positif akan nilai-nilai dan yang utama adalah berperilaku sesuai dengan nilai-nilai tersebut, sehingga siswa dan lulusan lembaga pendidikan tersebut dapat menjadi tiang utama dalam membangun dan memperkuat karakter bangsa. Pendidikan karakter berpijak pada nilai-nilai seperti olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah rasa, serta olah karsa. Dengan demikian pendidikan karakter harus dilakukan secara komprehensif dan integral, baik di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat merupakan sumber nilai-nilai dan pemerintahan harus bisa menjadi panutan bagi generasi muda, karena di pundak generasi mudalah harapan bangsa untuk dapat melanjutkan keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Karakter dibentuk melalui pengembangan unsur-unsur harkat dan martabat manusia (HMM) yang secara keseluruhan bersesuaian dengan nilai-nilai luhur pancasila. Harkat dan martabat manusia meliputi tiga komponen dasar yaitu: 1) Hakikat manusia, meliputi lima unsur, yaitu bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk yang beriman dan bertaqwa, paling sempurna, paling tinggi derajatnya, khalifah di muka bumi, dan penyandang HAM (hak azasi manusia). Pembentukan karakter sepenuhnya mengacu kepada kelima unsur hakikat manusia ini. 2) Dimensi kemanusiaan, meliputi lima dimensi, yaitu dimensi kefitrahan (dengan kata kunci kebenaran dan keluhuran), dimensi keindividualan (dengan kata kunci potensi dan perbedaan), dimensi kesosialan (dengan kata kunci komunikasi dan kebersamaan), dimensi kesusilaan (dengan kata kunci nilai dan norma), dan dimensi keberagamaan (dengan kata kunci iman dan taqwa). Penampilan kelima unsur dimensi kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari akan mencerminkan karakter individu yang bersangkutan. 3) Pancadaya kemanusiaan, meliputi lima potensi dasar yaitu daya taqwa, daya cipta, daya rasa, daya karsa, dan daya karya. Melalui pengembangan seluruh unsur pancadaya inilah pribadi karakter dibangun. Pengembangan HMM dapat merupakan wahana bagi penanaman nilai-nilai luhur pancasila dalam diri individu. Pengembangan HMM dengan isi nilai-nilai luhur Pancasila merupakan upaya pengembangan sosok manusia seutuhnya (dengan muatan di dalamnya komponen/ unsur-unsur HMM dan nilai-nilai luhur pancasila). Materi pengembangan karakter dimuatkan ke dalam materi pembelajaran pada setiap mata pelajaran, muatan lokal dan pelayanan bimbingan dan konseling, yang meliputi butir-butir nilai karakter cerdas seperti: kandungan lima i (iman dan taqwa, inisiatif, industrius, individu, dan interaksi); indikator karakter cerdas yang meliputi lima MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 51

fokus ( keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, dan kepedulian) yang hendaknya terimplementasikan dalam kehidupan secara menyeluruh; serta nilai-nilai luhur pancasila seperti tertera dalam butir-butir wujud pengamalan pancasila (Prayitno dan Afriva Khaidir, 2010). Berbagai unsur nilai yang terkandung di ketiga sumber tersebut saling melengkapi untuk dapat mewujudkan sosok individu/siswa yang berkarakter. Karakter bukan masalah pengajaran dalam arti transfer of moral knowledge, namun lebih pada pemodelan atau percontohan melalui interaksi edukatif yang dapat mengkondisikan suasana pembelajaran yang menumbuhkan sikap positif serta perilaku yang mewujudkan nilai-nilai luhur, oleh karena itu menjadi hal penting sikap, perilaku dan karakter guru yang melaksanakan peran dan tugasnya sebagai pendidik. Upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan kompetensi guru mulai dari kepribadian, sosial, pedagogik dan professional menjadi keharusan. Hal tersebut dapat dicapai dengan komitmen profesi guru yang kuat, menjadi guru merupakan panggilan, dan pengabdian. Dalam situasi demikian proses pemodelan dan pengkondisian dalam membentuk dan mengembangkan karakter siswa akan efektif karena dikelola oleh guru yang mampu menanamkan nilai-nilai luhur dan positif pada siswa. Model pengembangan karakter terdiri dari lima E yaitu example, experience, education,.environment, dan evaluation (Gene Klann dalam Mohamad Surya, 2012). Hal tersebut mengandung makna bahwa upaya untuk membangun karakter manusia secara utuh harus ditata sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan karakter. Pola pola pengembangan karakter dilaksanakan melalui: 1. Model-model peran atau sumber keteladanan. 2. Pengalaman yang dihayati secara sadar sehingga mencapai taraf perkembangan social psikologis. 3. Memberikan pendidikan dan pelatihan baik formal maupun non-formal yang sejalan dengan pembentukan karakter. 4. Mengembangkan lingkungan kondusif yang dapat menginternalisasikan nilai-nilai landasan karakter. 5. Senantiasa melakukan penilaian diri dan perbaikan secara berkesinambungan demi penyempurnaan karakter. Pengembangan karakter siswa dengan segala daya upaya diarahkan untuk terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya, yang mampu mengaplikasikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam pancasila di dalam kehidupan sehari-hari, membangun karakter cerdas yang berbasis pada harkat dan martabat manusia. Penyelenggaraan pendidikan karakter cerdas dikemas dan direncanakan secara terintegrasi di dalam semua materi MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 52

pembelajaran untuk semua mata pelajaran (termasuk di dalamnya muatan lokal) yang diselenggarakan oleh guru pengampu mata pelajaran. Guru mata pelajaran bertanggung jawab atas pembelajaran pada setiap mata pelajaran, dan guru BK/Konselor bertanggung jawab atas kegiatan yang berkait dengan pelayanan bimbingan dan konseling. B. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Sebelum diuraikan lebih jauh tentang bimbingan dan konseling, perlu dijelaskan bahwa dalam sistem bimbingan dan konseling setidak-tidaknya terdapat empat sub sistem yaitu: (1) konselor (pembimbing), (2) konseli (individu yang dibimbing), (3) masalah yang hendak dibantu menyelesaikan dan atau potensi yang hendak dibantu mengembangkan, (4) tujuan akhir ke mana dan dengan cara apa individu itu hendak dibantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dan atau ke mana dan dengan cara apa potensi yang dimiliki individu itu hendak dibantu mengembangkan. Sebagai individu yang bertugas membimbing, sebenarnya konselor memegang peranan yang amat penting, namun sebagai manusia biasa mereka memiliki sejumlah keterbatasan, terutama dalam: (1) memahami diri sendiri, (2) memahami individu yang dibimbing (potensi dan rahasia dibalik masalah yang dialami individu), (3) memahami masa depan individu yang dibimbing, (4) menemukan jalan keluar yang terbaik dalam membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi individu, dan (5) menemukan alternatif terbaik dalam membantu mengembangkan potensi yang ada pada individu (Anwar Sutoyo, 2007). Seorang konselor diharapkan dapat sukses menjalankan tugasnya dengan didukung penguasaan standar kompetensi seorang konselor. Keempat standar kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial (permendiknas no 27 tahun 2007). Secara rinci daapat dijelaskan sebagai berikut; kompetensi pedagogik meliputi: 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan. 2. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis konseli. 3. Menguasai esensi layanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis dan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi kepribadian meliputi: 1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih. 3. Menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat. 4. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi. Kompetensi professional meliputi: MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 53

1. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. 2. Menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling. 3. Merancang program bimbingan dan konseling. 4. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif. 5. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling. 6. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika professional. 7. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. Kompetensi sosial meliputi: 1. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja. 2. Berperan dalam organisasi dan kegiatan bimbingan dan konseling. 3. Mengimplementasikan kolaborasi antar profesi. Kesuksesan tugas konselor oleh petugas yang benar-benar professional dan berkualitas. Indikator professional dapat ditunjukkan dari hal-hal sebagai berikut: 1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal (ia akan cenderung mengidentifikasikan dirinya kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal). 2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi (diwujudkan melalui perilaku professional seperti: penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa, postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dsb). 3. Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan keterampilannya (seperti mengikuti kegiatan ilmiah seminar, lokakarya, melakukan penelitian, pengabdian pada masyarakat, penataran, telaah pustaka, mengikuti organisasi profesi, dll). 4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi (selalu aktif dalam seluruh kegiatan). 5. Memiliki kebanggan terhadap profesinya. Tugas konselor/guru bimbingan dan konseling dalam seting pendidikan adalah menyelenggarakan layanan professional bimbingan dan konseling secara utuh dan komprehensif (ABKIN, 2008). Pemahaman konselor terhadap individu yang dibimbing (konseli) secara benar dan utuh adalah sebagian dari kunci untuk mendapatkan hasil bimbingan yang tuntas. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar dan utuh tidak cukup hanya dengan mengandalkan hasil pengukuran dengan peralatan yang diciptakan manusia, tetapi lebih dari itu perlu difahami informasi yang datang dari Zat yang maha menciptakan manusia. Selanjutnya fitroh manusia adalah beragama, oleh karena itu apabila bimbingan dan konseling yang diberikan kering dari nafas agama maka sangat MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 54

mungkin bimbingan yang diberikan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Manusia sebagai hamba Allah, yang tugas utamanya adalah beribadah. Untuk itu agar pelaksanaan bimbingan yang diberikan kepada konseli bermakna ibadah, maka materi dan cara membimbingnya juga harus sesuai dengan tuntunan agama. Bimbingan dan konseling sekolah merupakan salah satu layanan interpersonal, memiliki posisi strategis untuk membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapi. Bimbingan dan konseling juga berperan memfasilitasi perkembangan potensi yang dimiliki siswa. Tujuan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah agar koseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja (Depdiknas, 2007). Guna mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal idupnya sertadan memahami potensi,, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri, (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dantuntutan dari lingkungannya; (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pendidikan, senantiasa terkait dengan perubahan yang terjadi pada kehidupan siswa dan masyarakat. Perubahan tersebut mencakup: (1) becoming, yaitu proses untuk menjadi dirinya, (2) being, yaitu proses untuk menemukan kebermaknaan hidup. Konselor melalui layanan bimbingan dan konseling berupaya menyediakan fasilitas agar siswa dapat membimbing, mengatur dan mengarahkan dirinya untuk mencapai perkembangan optimal dan memperoleh kebermaknaan hidup. Hal ini dapat diwujudkan melalui layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan siswa. Dengan demikian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memfasilitasi siswa mengefektifkan kegiatan belajar, memberi arah bagi tercapainya kesuksesan sepanjang hayat, baik pada rentang tujuan jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Layanan BK membantu siswa beradaptasi dengan lingkungan secara akurat, karena perkembangan siswa pada akhirnya tidak akan lepas MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 55

dari peranan dirinya dalam lingkungan yang setiap saat berubah, baik secara fisik, psikis, maupun sosial budaya. Saat ini banyak permasalahan yang dihadapi sekolah terkait dengan perkembangan perilaku siswa, baik di sekolah-sekolah swasta maupun negeri. Permasalahan yang dihadapi begitu kompleks apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini, bisa dilatarbelakangi persoalan keluarga, teman sebaya, faktor ekonomi, serta lingkungan pergaulan yang tidak kondusif. Oleh karena itu peran guru bimbingan dan konseling di sekolah saat ini sangat diperlukan dan harus rasional jumlahnya. Dengan adanya guru BK, pendekatan penyelesaian masalah siswa dilakukan dengan baik, tidak dengan pendekatan fisik/disipliner semata. Sehingga banyak menekankan pada proses pembinaan sesuai dengan perkembangan siswa di sekolah. Selain itu, pendekatan preventif sangat diperlukan oleh guru BK. Hal tersebut bisa dilakukan dengan banyak pembinaan secara terprogram, baik yang sifatnya klasikal atau individual. Dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dapat digunakan intervensi berupa tema-tema tentang nilai-nilai karakter bangsa yang dapat disajikan melalui film atau video yang diputar. Kemajuan teknologi yang begitu pesat berkembang akhir-akhir ini dapat digunakan sebagai media yang efektif dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Adapun nilai-nilai karakter tersebut antara lain adalah kejujuran, percaya diri, bersyukur, koreksi diri, berani, menghargai hak orang lain, komitmen, mawas diri, empati, semangat, rajin, dan sebagainya. Layanan bimbingan dan konseling dapat memberi kontribusi terhadap pengembangan budi pekerti luhur berbasis nilai-nilai karakter bangsa. PENUTUP Pelaksanaan pendidikan karakter menuntut manajemen pendidikan pada tataran manajerial yang memberdayakan serta memfasilitasi tumbuh kembangnya nilai-nilai di kalangan sumber daya manusia pendidikan, dan pengelolaan seluruh sumber daya yang dapat mendorong pada pembelajaran yang optimal dan efektif dalam keterbukaan dan partisipasi yang aktif dan signifikan dalam menata proses pendidikan di sekolah. Dalam tingkatan institusional juga menunutut manajemen pendidikan yang kolaboratif dengan pemangku kepentingan eksternal seperti orang tua siswa, masyarakat serta pemerintah sehingga semua komponen pemangku kepentingan pendidikan di sekolah menjadi barisan yang kuat dalam mengembangkan karakter dengan menjadikan sekolah yang berkarakter dari mulai tingkatan institusi, manajerial maupun operasional. Pengembangan karakter melalui pendidikan di sekolah harus terintegrasi dalam organisasi sekolah yang mengembangkan budaya yang kondusif bagi tumbuh kembangnya karakter dan internalisasi nilai-nilai luhur pada seluruh anggota organisasi di sekolah. Untuk MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 56

itu guru berkarakter dapat menjadi pemicu bagi penguatan pengembangan karakter dalam tataran manajemen dan organisasi pendidikan sekolah menuju sekolah berkarakter. Menjadi tanggung jawab guru mata pelajaran dan guru bimbingan dan konseling untuk mengimplementasikan nilai-nilai karakter cerdas dalam proses pembelajaran maupun dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. DAFTAR PUSTAKA Anwar sutoyo, 2007, Bimbingan dan Konseling Islami (Teori dan Praktik), Semarang: Cipta Prima Nusantara. ABKIN, 2008, Penegasan Profesi Bimbingan dan Konseling. Juntika, dkk (Tim), 2008, Panduan Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Bandung; MGBK Prop Jawa Barat, MGBK DKI Jakarta, Jurusan PPB-FIP UPI. Muhamad Surya, 2011, Revitalisasi Konseling dalam Membangun Karkter, dalam Majalah Bimbingan dan Konseling Edisi I/Th.I/ISSN : 2089-225X/2012. Prayitno dan Afriva Khaidir, 2010, Penyelenggaraan Pendidikan Karakter Cerdas, Universitas Negeri Padang. Prayitno dn Belferik Manullang, 2010, Pendidikan Karakter Dalam Membangun Bangsa, Sumatera Utara; Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Sunarya Kartadinoyo, dkk (Tim), 2007, Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional. Suherman (editor), 2008, Konsep dan Aplikasi Bimbingan & Konseling, Bandung; Jurusan Psikologi Pendidian dan Bimbingan-FIP UPI. Winkel, W.S. & M.M. Sri Hastuti, 2004, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta; Media Abadi. www.pendidikankarakter.com., Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan. Diakses 6 Juni 2013. www.tempo.co/read/news/2013//05/28. Karakter Orang Cerdas Menyerap Informasi. Diakses 6 Juni 2013. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 57