TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU

dokumen-dokumen yang mirip
Syarat Bangunan Gedung

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Izin Mendirikan Bangunan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.276, 2010 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Izin Mendirikan Bangunan. Prinsip.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,


BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPAEN BANDUNG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 32 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEDOMAN TEKNIS IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2007 NOMOR 6 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENERTIBAN BANGUNAN GEDUNG

PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 2 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI C

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/PRT/M/2016 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2011 Seri: D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2011

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG

TAHUN 2006 NOMOR 2 SERI E

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 11 TAHUN 2012 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2009

SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKAT LAIK FUNGSI BANGUNAN GEDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 8 TAHUN 2013 PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

BUPATI TULANG BAWANG BARAT PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI TULANG BAWANG BARAT NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

- 2 - Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran N

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG STANDARISASI BANGUNAN GEDUNG

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

DRAFT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PINRANG,

Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung Kantor Pusat Monitoring Dan Evaluasi Perda Bagunan Dan Gedung

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA MEMPEROLEH DISPENSASI MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TEBO PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEBO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEBO,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GROBOGAN,

PENGANTAR. Tujuan dibuatkannya Model Perda BG adalah untuk memberikan acuan dan contoh pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung yang telah

4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KABUPATEN PIDIE

MODEL PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TENGAH,

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 119 TAHUN : 2011 SERI : C PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN ============================================================== PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI MAROS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS,

WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 72 TAHUN 2016

Transkripsi:

TINJAUAN HUKUM PENDIRIAN BANGUNAN PADA JALUR HIJAU 1. PENDAHULUAN Perkembangan ekonomi masyarakat dewasa ini berbanding lurus dengan pembangunan properti. Tumbuhnya masyarakat dengan kemampuan ekonomi menengah keatas merupakan suatu keberhasilan dalam perekonomian. Masyarakat berlomba-lomba melakukan investasi dalam banyak cara. Salah satu bentuk investasi yang cukup menjanjikan adalah investasi dalam bidang properti. Pendirian bangunan acap kali menimbulkan masalah baru. Misalnya tidak adanya Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pendirian bangunan pada daerah jalur hijau dan pendirian bangunan tidak sesuai dengan fungsinya. Pemerintah daerah juga tidak tinggal diam. Di beberapa daerah di Indonesia telah dilakukan tindakan tegas terhadap bangunan bermasalah. Seperti di Kota Medan, Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan (TRTB) Kota Medan melakukan pembongkaran empat unit bangunan dikarenakan bangunan tidak memilki IMB dan bangunan berada pada jalur hijau. 1 Pemerintah DKI Jakarta juga melakukan pembongkaran bangunan di Jalan Tanah Abang Timur, Jakarta Pusat. Bangunan dibongkar karena bangunan berdiri pada jalur hijau. 2 1 Pemkomedan.go.id, Dinas TRTB Bongkar 4 unit bangunan di jalur hijau Sungai Deli, Tanggal 07 Oktober 2014 2 http://infopublik.kominfo.go.id, DKI Tertibkan Bangunan di Jalur Hijau, 25 Oktober 2014

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, permasalahan IMB ini diatur antara lain diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan dan Gedung, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukian, dan Peraturan pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005. Tujuan dari IMB tersebut adalah untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum di dalam penyelenggaraan bangunan dan gedung. Jadi setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan baik secara administratif maupun persyaratan teknis bangunan gedung serta harus diselenggarakan secara tertib. Masyarakat dituntut berperan secara aktif bukan hanya dalam rangka pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung untuk kepentingan mereka sendiri, akan tetapi juga dalam meningkatkan pemenuhan persyaratan bangunan gedung dan tertib penyelenggaraan bangunan gedung pada umumnya. 3 2. PERMASALAHAN a. Bagaimana suatu daerah dikategorikan sebagai jalur hijau? b. Bagaimana persyaratan pendirian bangunan pada jalur hijau? c. Apakah sanksi yang dikenakan kepada pemilik bangunan dalam hal persyaratan pembangunan pada jalur hijau tidak terpenuhi? 3. PEMBAHASAN Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. 4 Pembangunan bangunan gedung diselenggarakan melalui tahapan perencanaan dan pelaksanaan beserta pengawasannya. Pembangunan bangunan gedung dapat dilaksanakan setelah rencana teknis bangunan gedung disetujui oleh Pemerintah Daerah dalam bentuk IMB, kecuali bangunan gedung fungsi khusus. 5 3 Mudahnya Mengurus Sertifikat Tanah dan Segala Perizinannya, Hal122, Buku Pintar, Yogyakarta 4 Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor tentang Bangunan Gedung 5 Pasal 35 ayat 4 Undang-Undang Nomor tentang Bangunan Gedung

Fungsi bangunan gedung merupakan ketetapan pemenuhan persyaratan teknis bangunan gedung, baik ditinjau dari segi tata bangunan dan lingkungannya, maupun keandalan bangunan gedungnya. fungsi bangunan meliputi fungsi fungsi keagamaan, fungsi usaha, fungsi sosial dan budaya, serta fungsi khusus. Bangunan gedung sebagai fungsi hunian adalah bangunan yang digunakan untuk kelangsungan hidup bermasyarakat yang meliputi bangunan untuk rumah tinggal tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun, dan/atau rumah tinggal sementara. Bangunan gedung sebagai tempat keagamaan meliputi masjid, gereja, pura, wihara, dan kelenteng. Selanjutya untuk bangunan gedung yang berfungsi untuk menjalankan usaha dapat berbentuk bangunan dan gedung untuk perdagangan, perkantoran, pabrik atau perindustrian, perhotelan, wisata dan tempat rekreasi, terminal dan penyimpanan. Bangunan gedung yang memilki fungsi sosial dan budaya antara lain adalah meliputi bangunan gedung sekolah sebagai sarana pendidikan, panti sosial atau yayasan sosial, kebudayaan, rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, laboratorium, dan pelayanan umum. Bangunan gedung yang memiliki fungsi khusus meliputi bangunan gedung yang digunakan untuk reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan, serta bangunan sejenis yang diputuskan oleh menteri. Fungsi bangunan gedung sebagaimana harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang diatur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota. Fungsi bangunan gedung ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan dicantumkan dalam IMB. Perubahan fungsi bangunan gedung yang telah ditetapkan harus mendapatkan persetujuan dan penetapan kembali oleh Pemerintah Daerah. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administrasi bangunan gedung meliputi 6 : a. Status Hak atas Tanah b. Status kepemilikan bangunan c. Izin mendirikan bangunan. 6 Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

Sedangkan persyaratan teknis meliputi 7 : a. Persyaratan Tata Bangunan; b. Persyaratan Keandalan Bangunan. IMB gedung adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. 8 Setiap orang yang akan mendirikan bangunan gedung wajib memiliki IMB gedung. Setiap orang dalam mengajukan permohonan IMB gedung wajib melengkapi dengan 9 : a. tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian pemanfaatan tanah; b. data pemilik bangunan gedung; c. rencana teknis bangunan gedung; dan d. hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan. IMB gedung diberikan oleh pemerintah daerah, kecuali bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah. Pemerintah daerah wajib memberikan surat keterangan rencana kabupaten/kota. Surat keterangan rencana kabupaten/kota berisi 10 : a. fungsi bangunan gedung yang dapat dibangun pada lokasi bersangkutan; b. ketinggian maksimum bangunan gedung yang diizinkan; c. jumlah lantai/lapis bangunan gedung di bawah permukaan tanah dan Koefisien Tapak Basemen (KTB) yang diizinkan; d. garis sempadan dan jarak bebas minimum bangunan gedung yang diizinkan; e. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimum yang diizinkan; 7 Pasal 8 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Pasal 1 Angka 6 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Pasal 15 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 10 Pasal 14 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

f. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimum yang diizinkan; g. Koefisien Daerah Hijau (KDH) minimum yang diwajibkan; h. KTB maksimum yang diizinkan; dan i. jaringan utilitas kota. Keterangan rencana kabupaten/kota digunakan sebagai dasar penyusunan rencana teknis bangunan gedung. Selain pendirian bangunan, perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan, juga ditetapkan dalam IMB. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung dapat diubah melalui permohonan baru IMB gedung. Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung diusulkan oleh pemilik dalam bentuk rencana teknis bangunan gedung. Perubahan fungsi dan klasifikasi bangunan gedung harus diikuti dengan pemenuhan persyaratan administratif dan persyaratan teknis bangunan gedung. Perubahan fungsi bangunan misalnya dari bangunan gedung fungsi hunian menjadi bangunan gedung fungsi usaha. Perubahan klasifikasi misalnya dari bangunan gedung milik negara menjadi bangunan gedung milik badan usaha, atau bangunan gedung semi permanen menjadi bangunan gedung permanen. Perubahan fungsi dan klasifikasi misalnya bangunan gedung hunian semi permanen menjadi bangunan gedung usaha permanen. 11 Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam 12. Ruang terbuka hijau terdiri dari : a. Ruang terbuka hijau publik; dan b. Ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. 13 11 Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksana Undang-undang Nomor 12 Pasal 1 angka 1 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan 13 Pasal 29 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Jalur hijau merupakan bagian yang termasuk dalam ruang terbuka hijau publik. Hal ini diatur dalam Penjelasan Pasal 29 Undang-Undang 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menyatakan bahwa Ruang terbuka hijau publik merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik, antara lain, adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau privat, antara lain, adalah kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan. Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkotaan dinyatakan bahwa Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam Ruang Milik Jalan (RUMIJA) maupun di dalam Ruang Pengawasan Jalan (RUWASJA). Sering disebut jalur hijau karena dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau. Jalur hijau merupakan prasarana dan sarana umum. Hal ini dinyatakan dalam Penjelasan Pasal 29 PP Nomor 36 Tahun 2005, yang dimaksud dengan prasarana dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau, daerah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi, dan/atau menara telekomunikasi, dan/atau menara air. Pendirian bangunan pada jalur hijau dapat dilakukan. Penjelasan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Nomor tentang Bangunan Gedung mengatur syarat pembangunan bangunan pada jalur hijau yang terdiri dari: a. Mendapat izin dari pihak berwenang; b. Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan: c. Tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang bersangkutan; d. Tetap mempertimbangkan keserasian bagunan gedung dan lingkungannya. Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor menyatakan bahwa Setiap mendirikan bangunan gedung di atas, dan/atau di bawah tanah, air, dan/atau prasarana dan sarana umum tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan/atau fungsi

prasarana dan sarana umum yang bersangkutan. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pembangunan pada jalur hijau yang merupakan prasaranan dan sarana umum. Pendirian bangunan pada jalur hijau harus memiliki IMB. Permohonan IMB pada jalur hijau dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari pihak yang berwenang. 14 Yang dimaksud dengan prasarana dan sarana umum seperti jalur jalan dan/atau jalur hijau, daerah hantaran udara (transmisi) tegangan tinggi, dan/atau menara telekomunikasi, dan/atau menara air. Pihak yang berwenang adalah pihak/instansi yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana yang bersangkutan. 15 Pembangunan bangunan gedung di atas prasarana dan/atau sarana umum (termasuk jalur hijau) harus 16 : a. Sesuai dengan RTRW kabupaten/kota, Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan (RDTRKP), dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); b. tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di sekitarnya; c. tetap memperhatikan keserasian bangunan gedung terhadap lingkungannya; dan d. memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan sesuai fungsi bangunan gedung. Pemilik bangunan yang tidak mematuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 18 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005, pada saat pembangunan bangunan pada jalur hijau dikenakan sanksi berupa: 1. Peringatan tertulis; 2. Sanksi pembatasan kegiatan pembangunan Sanksi ini diberikan apabila peringatan tertulis tidak dipatuhi sebanyak tiga kali berturut-turut dan dalam tenggat waktu masing-masing tujuh hari kalender. 3. Penghentian sementara dan pembekuan IMB Apabila setelah pemberian sanksi pembatasan kegiatan pembangunan selama14 hari kalender tetap tidak melakukan perbaikan, maka pemilik bangunan dikenakan sanksi penghentian sementara pembangunan dan pembekuan IMB. 14 Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang 28 Tahun 2002 15 Penjelasan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang 16 Pasal 30 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang- Undang

4. Pencabutan IMB dan Pemberian Perintah Pembongkaran Pemilik bangunan gedung yang telah dikenakan sanksi pencabtan IMB selama empat belas hari kelender dan tetap tidak melakukan perbaikan, dikenakan sanksi berupa penghentian tetap pembangunan, pencabutan IMB gedung, dan perintah pembongkaran bangunan gedung. 5. Pembongkaran Oleh Pemerintah Dalam hal pemilik bangunan gedung tidak melakukan pembongkaran sebagaimana dalam jangka waktu tiga puluh hari kalender, pembongkarannya dilakukan oleh pemerintah daerah atas biaya pemilik bangunan gedung. 6. Pemberian sanksi denda Dalam hal pembongkaran dilakukan oleh pemerintah daerah, pemilik bangunan gedung juga dikenakan denda administratif yang besarnya paling banyak 10 % (sepuluh per seratus) dari nilai total bangunan gedung yang bersangkutan. Dalam kaitannya dengan IMB, Pemilik bangunan yang mendirikan bangunan tanpa disertai IMB dikenakan sanksi berupa 17 : 1. Penghentian sementara sampai dengan diperolehnya IMB. 2. Perintah pembongkaran. PENUTUP Pendirian bangunan pada jalur hijau yang merupakan sarana dan prasarana umum dapat dilakukan dengan syarat-syarat: a. Mendapat izin dari pihak berwenang; b. Tidak bertentangan dengan rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan: c. Tidak mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang bersangkutan; d. Tetap mempertimbangkan keserasian bagunan gedung dan lingkungannya; e. tidak boleh mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, f. memiliki izin mendirikan bangunan; 17 Pasal 115 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang 28 Tahun 2002

Daftar Pustaka Dewi, Eli Wuria. 2014. Mudahnya Mengurus Sertifikat Tanah dan Segala Perizinannya, Yogyakarta : Buku Pintar Undang-Undang Nomor Tentang Bangunan Gedung Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan Pemkomedan.go.id, Dinas TRTB Bongkar 4 unit bangunan di jalur hijau Sungai Deli, Tanggal 07 Oktober 2014 http://infopublik.kominfo.go.id, DKI Tertibkan Bangunan di Jalur Hijau, 25 Oktober 2014