R E S E N S I Judul Penulis Penerbit Cetakan Tebal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V ANALISIS. melupakan sisi non-formal dari pendidikan Islam itu sendiri. Tentu saja ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

PENGELOLAAN KKG DI GUGUS SULTAN AGUNG DABIN 6 KARANGRAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

Pembelajaran Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang positif bagi

BAB V HASIL DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian terutama berkaitan dengan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. diharapkan, sebaliknya jika pendidikan tidak berfungsi optimal, maka tidak akan. tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang berkembang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bersama kalangan swasta bersama-sama telah dan terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berupaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CARUT MARUT KURIKULUM DI INDONESIA BERSUMBER DARI DISTORSI LANDASAN PENDIDIKAN. Oleh : I Made Bagus Andi Purnomo NIM :

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Mizan,1995), hlm Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. yang tak terbantahkan. Aktivitas pendidikan sendiri telah mulai dikenal

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik dan budaya. Untuk. memenuhi tuntutan itu, harus di lakukan sumber daya manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan manfaatnya menurut para pengelola pendidikan membuat suatu

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat diambil. kesimpulan yang merupakan akhir dari penulisan skripsi ini tentang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

LOMBA MENULIS ESAI PSBDK XI 2013 Term of Reference Dayak dalam Perbincangan Masa Kini

BAB V PENUTUP A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat merubah pola pikir yang akan berpengaruh pada

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERPIKIR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. juga semakin pesat seperti tiada henti. Dapat dilihat dari alat-alat teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Salah satu bentuk perkembangan ilmu pendidikan

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM PAI DI SMPN 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI TENGAH MASYARAKAT YANG HETEROGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

antara ilmu alam dan ilmu agama. peristiwa kloning, nuklir, KB dan lain-lain. dari segala Ilmu termasuk ilmu sains ini.

Transkripsi:

R E S E N S I Judul :Wacana Pengembangan Pendidikan Islam Penulis : Dr. Muhaimin, MA Penerbit :Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan : Pertama, Februari 2003 Tebal :357 halaman Membicarakan pendidikan melibatkan banyak hal yang harus direnungkan. Sebab, pendidikan meliputi keseluruhan tingkah laku manusia yang dilakukan demi memperoleh kesinambungan, pertahanan dan peningkatan hidup. Menulis sesuatu yang berkenaan dengan pendidikan agama disaat banyak anggota masyarakat yang sedang mengalami degradasi moral tidaklah mudah. Pertama, apresiasi masyarakat, termasuk kaum intelektualnya kepada pendidikan agama semakin menurun. Namun penulis terlihat cukup optimis dalam usaha meningkatkan apresiasi tersebut tatkala melihat kehidupan keberagamaan bangsa Indonesia masih sangat kuat untuk mengembalikan keluhuran moral bangsa dengan pendidikan agama. Melalui elaborasi berbagai aspek pendidikan mulai dari landasan filosofis pendidikan Islam sampai pada tataran stategi pembelajaran dalam upaya untuk mewujudkan berbagai harapan untuk umat dan bangsa ini sebagaimana tertulis dalam kata pengantar Maklum untuk diketahui bahwa menjalankan sebuah sistem tanpa sebuah dasar filsafat yang jelas akan terhenti pada kebingungan dan ketidakmenentuan arah. Dan situasi inilah yang sekarang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia. Dalam perbincangan mengenai filsafat pendidikan, ada sebuah pertanyaan yang menarik: Apakah kita memerlukan filsafat pendidikan? Niscaya semua pihak sepakat bahwa filsafat pendidikan sangat penting dengan alasan: tanpa filsafat pendidikan, hasil dan arah pendidikan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Dapat dikatakan bahwa, kerangka dasar pertama pembaruan pendidikan Islam adalah konsepsi filosofis dan teoritis pendidikan yang didasarkan pada asumsi-asumsi dasar tentang manusia dan hubungannya 119

R e s e n s i dengan masyarakat, lingkungannya menurut ajaran Islam. Dengan kerangka ini penulis terlihat begitu mencermati proses pendidikan Islam dan pandangan Islam terhadap manusia sebagai makhluk yang dididik dan mendidik. Sekali lagi, suatu proses pembaharuan pendidikan hanya terarah dengan baik dan mantap apabila didasarkan pada kerangka dasar filsafat dan teori pendidikan yang mapan. Perumusan filosofi dan teori yang lengkap diperlukan untuk menyeimbangkan antara pendidikan di satu sisi dan dinamika perubahan masyarkat di sisi lainnya. Beberapa kelemahan dan keunggulan berbagai konsep dari tokoh ataupun aliran dihadirkan secara lugas oleh penulis yang diakhiri dengan menyodorkan rute alternatif kiranya lebih baik dengan menyertakan argumen-argumen yang didukung data dan referensi cukup panjang dan lengkap. Pada bab pengembangan pemikiran pendidikan Islam di Indonesia, penulis seakan seakan mengajak pembaca untuk bernostalgia ke dalam nuansa lika-liku perjalanan corak pengembangan pendidikan Islam yang sangat bervariasi pada masa sebelum dan sesudah Indonesia merdeka. Awalnya pembaca mungkin tidak akan menyadari bahwa penulis turut memperkaya khazanah pemikiran tentang pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. Merupakan sub bab yang cukup menarik, tak lain adalah diskursus mengenai sejarah sistem pengajaran nasional, dan berbagai persoalan; dikotomi ilmu pengetahuan, Islamisasi pengetahuan dalam pro dan kontra, problem kualitas pendidikan agama Islam di sekolah dan perguruan tinggi umum. Rentetan upaya membangun pendidikan Islam, maupun beberapa karya-karya pendidikan Islam yang sebagiannya mengandung unsur pemikiran filsafat pendidikan Islam juga semakin mempertajam serta memperkokoh eksistensi bangunan pendidikan Islam sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Asumsi adanya duplikasi pendidikan Islam terhadap pendidikan di negara-negara barat menjadi sebuah persoalan berikutnya yang memunculkan kembali wujud dualisme pendidikan (Islam dan sekuler). Semua pun mengalir hingga munculnya diskursus kritis tentang pendidikan Islam dalam konteks perkembangan yang tak terbendung. Dari 120 At-Ta dib Vol.3 No.1 Shafar 1428

A. B. Susanto sinilah pembaca akan melihat sendiri kecenderungan-kecenderungan pola kajian pemikiran dan teori kependidikan Islam di Indonesia. Dengan demikian secara sistematis pembaca dihantarkan pada gambaran rancangan kedepan, dimana paradigma baru pengembangan pendidikan Islam tidak perlu larut ke dalam sistem yang ada dengan memiliki karakteristik tersendiri. Pendidikan adalah upaya sengaja untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik diusahakan agar holistik integratif baik dalam artian pribadi maupun dalam kaitannya dengan lingkungan. Dengan kata lain, pendidikan mencegah adanya reduksianisme Diantara tipologi-tipologi pemikiran filsafat pendidikan Islam, tipologi rekonstruksi-sosial yang dikembangkan ke arah teosentris merupakan salah satu tawaran penulis yang perlu kita perhatikan seksama dalam bab kedua ini. Namun boleh kiranya perlu kita garis bawahi sendiri bahwa rekonstruksi yang berarti sebuah proses penataan ulang struktur terus-menerus, bukanlah permainan bebas dan penataan ulang disembarang waktu. Bagaimana pun juga sebuah rekonstruksi harus selalu ditempa atau diuji penggunaannya dalam masyarakat lewat perkembangan waktu. Rekonstruksi yang tidak teruji oleh masyarakat tidak layak untuk hidup. Adapun perubahan yang terjadi pada pendidikan Islam tidak bersifat tambal sulam sesuai keinginan dan kebutuhan sementara. Perubahan tersebut merupakan upaya strategis, terencana, dan menyeluruh untuk membangun pendidikan yang relevan dan bermutu. Dalam perihal mencari pedoman pengembangan pendidikan Islam, penulis memilih untuk merangsang pembaca mengkaji ulang tentang iman dan taqwa melalui siraman rohani secara ilmiah. Pada bab ketiga ini, penulis juga menekankan perlunya toleransi beragama, karena melihat bangsa Indonesia yang majemuk Dewasa ini diperlukan adanya konseptualisasi pendidikan Islam sesuai tuntutan keadaan. Selain dapat diamati bahwa masyarakat Indonesia berada pada transisi, juga perlu ada upaya pemahaman terhadap globalisasi yang semakin nyata pengaruhnya Pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi agama Islam sedang memasuki milenium ketiga, dimana lembaga-lembaga tersebut beranjak At-Ta dib Vol.3 No.1 Shafar 1428 121

R e s e n s i memperbaiki berbagai kelemahan dengan memperkaya kurikulum bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Madrasah adalah bentuk perkembangan dalam pendidikan Islam tradisional, yakni pesantren. Dari perkembangan di awal abad ke-20, penting ditegaskan, madrasah telah berkembang menjadi satu lembaga pedidikan dengan ciri-ciri yang dikenal sekarang. Akan tetapi hal tersebut tidak berhenti begitu saja, pertautan kaum simbolik menjadi bagian penghambat akan makna madrasah secara subtansial juga dipaparkan oleh penulis disini. Inilah yang patut disadari bahwa ketika kita memahami perbedaan antara madrasah dan non madrasah hanya menekankan dimensi simboliknya sebagaimana diuraikan oleh penulis, maka akan terjerembab pada pemahaman eksoterik. Bertitik tolak dari sudut definisi, penulis tergugah mendiskusikan struktur logis suatu madrasah yang meruncing pada konteks ke-islam-an dan ke-indonesia-an. Kita ambil saja fenomena madrasah dan pesantren yang bisa diamati sekarang sudah mengindikasikan transformasi yang sangat berarti, baik dari sisi kelembagaan, pemikiran maupun progam-progamnya. Ini menguraikan perkembangan serta proses transformasi pendidikan Islam dari lembaga tradisional ke lembaga pendidikan modern. Pembaca akan dapat menarik kesimpulan bahwa dalam proses tersebut pemerintah cukup berperan, bukan karena tekanan politik, melainkan kuatnya inisiatip masyarakat Islam untuk memperoleh dukungan. Beberapa hal yang sering dinilai oleh para pengamat pendidikan dan dirasakan masyarakat untuk diperbaiki dalam pelaksanaan PAI ialah rendahnya kualitas guru, rendahnya kualitas buku pegangan guru dan murid, gaji guru yang rendah, lemahnya wibawa guru agama dibandingkan guru-guru mata pelajaran umum dan sejumlah kritik lain. Guru sebagai kunci utama agenda proses membangun manusia masa depan. Pada tataran prilaku, apa yang ditampilkan guru relatif khas, paling tidak banyak berbeda secara visual dengan perilaku warga masyarakat profesional bukan guru. Keberadaan sebagian guru yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya berurusan dengan persoalanpersoalan pendidikan moral adalah fakta. Pada bab kelima; Pengembangan guru dalam pendidikan Islam, penulis seolah-olah mengadakan workshop dalam tema profesionalisme guru. Guru-guru masa depan, terutama guru agama, benar-benar 122 At-Ta dib Vol.3 No.1 Shafar 1428

A. B. Susanto digembleng oleh penulis untuk tampil secara profesional dilihat dari dimensi pribadi, penguasaan keilmuan dan metodologi pengajaran dan sosialnya. Tugas guru sebagai tenaga kependidikan berspektrum luas, tidak hanya memerankan fungsi sebagai subjek yang mentransfer pengetahuan, melainkan juga sebagai fasilitator, motivator, dan administrator dalam proses pembelajaran, baik didalam maupun diluar kelas. Keterkaitan IAIN dalam pembangunan dan pembaruan sistem pendidikan Islam di Indonesia akan dikupas disini oleh penulis dalam bab keenam; Pengembangan perguruan tinggi agama Islam. Pada pembahasan ini, sepatutnya pembaca sejenak melepaskan diri dari asumsi negatif dan tudingan-tudingan sebagian masyarakat mengenai kebobrokan IAIN akhir-akhir ini, untuk memandang sesuatu secara obyektif. Diawali dengan rincian dan penjelasan mengenai empat landasan pembukaan progam studi umum di IAIN /STAIN yang dipandang beberapa kalangan berperan dalam dinamika perkembangan wacana intelektual Islam di Indonesia. IAIN sebagai perguruan tinggi agama Islam telah membuka ruang wawasan pemahaman dan penafsiran atas Islam secara luas dan kontekstual dengan pendekatannya yang khas. Maka sama sekali tidak ada salahnya bila penulis mengagendakan reorientasi pengembangan kurikulum di IAIN /STAIN. Pada bab akhir buku ini; Pengembangan model pendekatan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, pembaca tidak boleh beranjak begitu saja mengenyampingkan pembahasan yang dihadirkan penulis disini. Pendidikan anak mengilhami penulis untuk mengakhiri diskusi pada buku ini dengan suatu pemaparan yang cukup panjang mengenai urgensi dan strategi TPQ, psikologi agama pada seorang anak serta karekteristik mata pelajaran pendidikan agama Islam. Akhirnya, pesatnya perkembangan pendidikan baik dalam lingkungan kelembagaan yang ditengarai berbagai model dan keunggulannya, maupun dalam lingkup politik dengan berbagai aturan perundangannya, kesemuanya berdalih mencari format dan alternatif yang paling tepat dalam menerapkan konsep pendidikan. Di tengahtengah perkembangan pendidikan di Indonesia tersebut, tulisan Dr Muhaimin, M.A. ini setidaknya dapat menjadi payung pewarna dalam mengembangkan dan menerapkan pembaruan pendidikan Islam di Indonesia. Selain itu dapat diakui pula, buku ini setidaknya juga mem- At-Ta dib Vol.3 No.1 Shafar 1428 123

R e s e n s i berikan makna penting akan penerapan total quality management dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan Islam secara terus menerus. Buku ini terbilang sangat relevan dengan usaha-usaha meningkatkan kualitas pendidikan Islam, terutama dalam era otonomi daerah dan otonomi kampus. A. B. Susanto: Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Studi Islam Darussalam Kampus Siman-Ponorogo 124 At-Ta dib Vol.3 No.1 Shafar 1428