BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhamad Arshif Barqiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

A. Latar Belakang Masalah

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu unsur sosial yang paling awal mendapat dampak dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah bentuk dari proses pembelajaran manusia mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Moh Dendy FB,2015

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giri Lisyono R, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA TAMATAN TK DAN NON TK DI SEKOLAH DASAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

Perbedaan Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Orientasi Tujuan Instruksional Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN-SARAN. 1. Pembinaan pencak silat yang berorientasi olahraga kompetitif dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam seluruh aspek kepribadian dan kehidupannya. emosional, sosial dan spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan dan ditetapkan (UU Sisdiknas No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Istilah pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

Penanaman Nilai-Nilai Moral Pada Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Pendidikan bagi anak usia dini bukan sekedar meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Pendidikan merupakan kata yang tidak asing lagi untuk hampir

BAB I PENDAHULUAN. penting yang perlu diingat bahwa tidak semua informasi yang diperoleh anak dari

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari tiga definisi yaitu secara luas, sempit dan umum.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pendidikan jasmani pada tingkat sekolah dasar meliputi pengembangan pada aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Upaya untuk mengembangkan ketiga aspek tersebut bukan persoalan mudah. Pada kenyataannya sering hasil pembelajaran berhasil hanya pada aspek kognitif dan tidak diimbangi dengan pengembangan afektif dan psikomotor siswa. Pendidik lebih mendorong peserta didik untuk menghapalkan materi pendidikan jasmani daripada kemampuan untuk merealisasikan hasil belajar dalam kehidupan seharihari. Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian dari pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan melalui pendidikan jasmani meliputi aspek fisik, sikap, moral, sosial, dan emosional. Pendidikan jasmani juga diartikan sebagai belajar keterampilan gerak, gerak manusia dimanipulasi dalam bentuk kegiatan fisik seperti melalui permainan dan olahraga, yang mengandung nilai-nilai pendidikan, sikap, dan perilaku positif. Salah satu sikap yang penting yang harus dimiliki sebagai hasil belajar pendidikan jasmani adalah kerjasama dan kepedulian sosial. Pembelajaran kemampuan bekerja sama dan kepedulian sosial terkadang hanya dipermukaan dan kurang menyeluruh. Internalisasi nilai-nilai dasar kerjasama dan kepedulian sosial tidak mengakar kuat pada diri siswa karena beberapa hambatan seperti

2 keterbatasan sarana, lingkungan, keterbatas jam pelajaran, dinamika perubahan lingkungan yang mempengaruhi perilaku siswa. Hasil survei Kent Hardman (Lutan, 2002:12) yang menyimpulkan ada lima kesimpulan negatif tentang Pendidikan Jasmani yang dipaparkan dalam pertemuan puncak pendidikan jasmani (World Summit of Physical Education) pada bulan September, 1999 di Berlin yaitu: 1)Pendidikan Jasmani berada pada urutan terbawah dalam kurikulum. 2) Pengurangan alokasi waktu dalam kurikulum. 3) Kesenjangan antara kurikulum yang dikehendaki dan pelaksanaannya. 4) Standar profesional guru Pendidikan Jasmani 5) Isu kesetaraan gender Pendidikan jasmani kurang mendapat perhatian serius padahal esensi nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani sangat penting. Pembelajaran pendidikan jasmani saat ini lebih menekankan pada pengembangan aspek kognitif. Padahal pendidikan jasmani meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kecilnya ruang yang disediakan pihak sekolah terutama lapangan turut menghambat proses pembelajaran. Selain itu diakui bahwa profesionalisme guru pendidikan jasmani selayaknya perlu ditingkatkan mengingat meningkatnya komplek persoalan pendidikan dan keanekaragaman permasalahan peserta didik. Berdasarkan telaah awal mengenai kondisi siswa kelas IV SDN Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung diperoleh gambaran bahwa kata kerjasama dan kepedulian sosial bagi siswa masih terlalu abstrak. Hal ini tampak dari sulitnya para siswa memberikan contoh nyata dengan pengertian yang jelas. Padahal anak usia di atas 5 tahun seharusnya memiliki kemampuan mengerti halhal yang abstrak pada taraf yang lebih tinggi. Kesulitan mendefinisikan dan

3 memberikan contoh riil akan berdampak pada pemahaman afektif dan perilaku. Dikhawatirkan nilai-nilai kerjasama dan kepedulian hanya merupakan konsep abstrak dan tidak nyata. Sehingga akan menumbuhkan persepsi bahwa nilai-nilai tersebut tidak penting. Pengembangan kemampuan kerjasama dan kepedulian sosial adalah bagian dari pembangunan karakter. Sikap kerjasama dan kepedulian sosial yang tercermin dalam pola perilaku keseharian terutama dalam proses belajar sangat penting. kerjasama dan kepedulian dapat dikatakan sebagai sikap moral. Nilainilai moral yang ditanamkan akan membentuk karakter (akhlak mulia) yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera. (Megawangi, 2004:1). Proses pembelajaran dan internalisasi nilai kerjasama dan kepedulian di tingkat satuan dasar perlu dilakukan melalui latihan-latihan. Kurikulum pendidikan jasmani mengajarkan bagaimana pentingnya nilai-nilai tersebut. Oleh karena itu pembelajaran pendidikan jasmani harus diselenggarakan dengan baik terutama pada pengembangan pendekatan pembelajaran sulit mewujudkan kualitas kemampuan kerjasama dan kepedulian sosial seperti yang diharapkan tanpa kesungguhan para pendidik. Salah satu keberhasilan Pendidikan jasmani adalah terjadinya perubahan afeksi individu yang mengarah pada perubahan yang positif. Permasalahan yang dialami siswa SD baik bersifat akademik, sosial, dan pribadi sangat mempengaruhi perkembangan anak terutama pada tata pergaulannya di masa depan. Peranan bimbingan pendidik adalah bagaimana

4 menginternalisasikan nilai-nilai kerjasama, membangun kepedulian sosial, dan mengoptimalkan potensi anak serta membantu segala permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Sosialisasi pada usia anak besar merupakan sesuatu yang sangat penting. Masa anak kelas 6 SD adalah masa anak besar. Menurut Kusmaedi dan Husdarta (2004 :63) bahwa; Masa anak besar disebut sebagai usia berkelompok, karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota suatu kelompok, dan merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya Fenomena rapuhnya nilai-nilai kerjasama dan kepedulian pada peserta didik tingkat dasar adalah fakta nyata yang harus disikapi bijaksana terutama oleh pendidik. Beberapa contoh yang kerap ditemui di lingkungan siswa SD kelas IV ini adalah rendahnya kesadaran untuk menyelesaikan tugas kelompok dan belajar bersama, gejala individualistis pada siswa semakin tinggi, kurang disiplin dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan rumah, serta kurang empati terhadap persoalan yang dialami teman satu kelas yang terkena musibah. Keinginan yang kuat untuk berkelompok bagi usia anak besar adalah sebuah proses bentuk sosialisasi alamiah sesuai masa perkembangan. Bentuk sosialisasi ini terkadang berkembang menjadi kelompok-kelompok bermain yang terkadang menjadi geng anak-anak. Ciri terpenting bahwa geng anak-anak adalah kelompok bermain yang dibentuk oleh anak-anak sendiri yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan. Pembentukan anggota geng ini akan berdampak negatif pada pola perilaku anak dan bentuk sosialisasi kelompok. Guna mengurangi

5 dampak dari efek negatif tersebut maka penekanan nilai-nilai kerja sama dan kepedulian sangat penting. Hal ini akan mendorong agar antar geng yang terbentuk dalam kelompok bermain anak-anak tetap dapat bersinergi dengan kelompok lain. Nilai kerjasama dan kepedulian sosial selayaknya menjadi salah satu nilai dasar yang harus dikembangkan baik proses atau sebagai out put pendidikan pada tingkat dasar. Pada kenyataannya pelaksanaan pendidikan nilai kerjasama dan kepedulian sosial di tingkat dasar tidak mudah dan kompleksitas permasalahan lebih besar. Hal ini menuntut adanya peran dan tanggung besar yang lebih untuk mengoptimalkan fungsi pendidikan dalam menginternalisasikan nilai-nilai kerjasama dan kepedulian sosial. Proses pendidikan yang terjadi di sekolah dasar merupakan proses internalisasi nilai-nilai kerjasama dan membangun kepedulian sosial. Proses pendidikan di SD merupakan masa transisi dari pendidikan moralitas keluarga ke dalam pendidikan kelembagaan formal. Pada masa ini terjadi tuntutan pada siswa untuk lebih berinteraksi, berbagi, lebih peduli, dan meningkatkan kerjasama dengan teman sepermainan atau di kelas. Tuntutan ini terkadang menimbulkan permasalahan pada diri siswa dan pendidik. Salah satu usaha untuk mengembangkan sikap kerja sama dan kepedulian sosial adalah dengan pendekatan pembelajaran permainan tradisional. permaianan tradisional adalah kegiatan bermain yang diperkenalkan pada siswa penuh dengan nilai-nilai filosofi dan mengakar pada budaya masyarakat.

6 Permainan tradisional merupakan nilai dan kebudayaan masyarakat. Pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilakukan melalui permainan tradisional. Salah satu sarana pembelajaran yang perlu dikuasai dan sangat populer pada beberapa dekade yang lalu dan bagian dari kearifan budaya lokal adalah permainan tradisional gobag sodor. Derasnya arus perubahan lingkungan sosial dan teknologi tidak dapat dihindari. Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan permainan anak-anak membawa dampak yang negatif terhadap perkembangan permainan tradisional. Sebagian besar anak-anak tidak lagi mengenal gobag sodor dan sudah tergantikan oleh PS atau film animasi. Modernisasi telah membawa perubahan yang besar terhadap bentuk permainan bagi anak-anak. Permainan tradisional gobag sodor berakar dari budaya lokal yang didalamnya terkandung kearifan lokal dan filosofi ideal untuk menata perikehidupan generasi muda Permainan gobag sodor (kadang disebut galasin) ini biasa dilakukan di lapangan. Arena bermain merupakan kotak persegi panjang dan diberi garis di dalamnya. Permainan dilakukan oleh anak-anak yang dibagi menjadi 2 tim. Tim yang tidak berjaga dan tim yang mencoba menembus penjagaan berdiri di garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga. Bermain dapat menjadi sarana belajar dan mengembangkan nilai kerjasama dan membangun kepedulian sosial. Permainan dilakukan dengan pengawasan dan memberi batasan waktu yang jelas agar tidak semua waktu digunakan untuk bermain. Pada hakekatnya permainan adalah salah satu upaya

7 mentrasformasikan nilai-nilai pendidikan agar generasi yang akan datang menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Siswa sekolah dasar merupakan peserta didik yang selayaknya diberikan dasar-dasar bagi pengembangan karakter pada tahap pendidikan selanjutnya. Pada jenjang ini pula merupakan masa transisi bagi anak didik dalam menerima, merasakan, berperilaku berdasarkan aturan-aturan yang dianggap lebih kaku. Persoalan kerjasama dan kepedulian sosial harus mendapat telaah dan pemecaahan melalui serangkaian kegiatan ilmiah. Salah satu bentuk tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kerjasama dan kepedulian tersebut adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk refleksi peneliti terhadap kondisi yang dihadapi dan keinginan untuk memperbaiki proses pembelajaran serta hasil belajar. Berdasarkan materi yang ingin dikaji maka peneliti ingin mengambil judul pada penelitian ini yaitu Implementasi Permainan Gobag Sodor Terhadap Kerjasama dan Kepedulin Sosial Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas IV SDN Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung). B. Rumusan Masalah Masalah harus dirumuskan dengan jelas, hal ini dapat tercapai bila rumusan masalah diuraikan secara spesifik. Berdasarkan uraian pada latar belakang maka peneliti mencoba merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut :

8 1. Bagaimana implementasi permainan tradisional gobag sodor pada siswa kelas IV di SD Negeri Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung? 2. Bagaimana peningkatan kerjasama siswa di SD Negeri Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung melalui permainan tradisional? 3. Bagaimana peningkatan rasa kepedulian sosial siswa melalui permainan tradisional di SD Negeri Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan akan memberikan arah bagi penelitian sehingga penelitian hanya ditujukan guna menjawab rumusan permasalahan penelitian. Tujuan yang disusun secara sistematis akan mengarahkan penelitian sesuai rencana menurut (Sugiyono, 2009:282). Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui Implementasi permainan gobag sodor di SD Negeri Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung. 2. Meningkatkan kemampuan kerjasama siswa kelas IV di SD Negeri Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung. 3. Meningkatkan kepedulian sosial siswa kelas IV di SD Negeri Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian Penulis berharap hasil penelitian nanti dapat digunakan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis

9 Untuk mengembangkan teori pengajaran dan pembelajaran nilai-nilai kerjasama dan kepeduliasn sosial kepada siswa kelas IV SD dengan pendekatan permainan tradisional gobag sodor. Hasil penelitian dapat dijadikan salah satu acuan bagi pentingnya pendidikan nilai-nilai kerjasama dan pembangunan kepedulian sosial bagi siswa SD. Selain itu hasil penelitian dapat dijadikan acuan bagi pengembangan dan pengenalan pengetahuan tentang permainan-permainan tradisional sebagai khasanah budaya bangsa terhadap peserta didik. 2. Secara Praktis Bagi tenaga pendidik terutama pendidik bidang olahraga, hasil penelitian dapat dijadikan tambahan pengetahuan yang terkait dengan upaya mendidik siswa agar memiliki kemampuan kerjasama dan memiliki kepedulian sosial siswa. Hasil penelitian dapat membantu untuk meletakkan dasar-dasar nilai kehidupan agar siswa memiliki kepekaan sosial pada saat berinteraksi dengan lingkungannya. Peserta didik mampu memahami pentingnya nilai-nilai kerjasama dan kepedulian sosial dalam kehidupan. E. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam suatu penelitian merupakan pegangan sebagai titik tolak dari proses yang dilakukan dalam penelitian. Hal ini seperti yang dikemukakan ahli bahwa anggapan dasar adalah Sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang akan dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. (Arikunto,2006: 12).

10 Mengajar adalah bagaimana membuat peserta didik merasa senang dan gembira sehingga mau menerima materi pendidikan. Untuk mendukung proses penciptaan lingkungan yang menyenangkan maka peserta didik diajak untuk bermain permainan tradisional. Hal ini ditegaskan oleh Ibrahim (2001 : 133) tentang gaya mengajar yaitu: Gaya mengajar merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Perubahan dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan sikap atau afektif, seperti : kepuasan pribadi, kesenangan dan kegembiraan, memulihkan tenaga, ketenangan dan ketentraman batin, termasuk perubahan sikap, dari negatif menjadi lebih positif terhadap aktivitas Pendidikan Jasmani dan manfaat atau faedah yang ditimbulkannya Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1. Permainan tradisional adalah wahana yang kaya dengan nilai-nilai pendidikan. Permainan gobag sodor mengajarkan pentingnya kerja sama dan kepedulian sosial terhadap anggota tim. Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang penuh dengan nilai-nilai luhur untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus. Permainan anak tradisional merupakan permainan yang mengandung wisdom (Suseno, 1999 dalam Ibrahim, 2001 : 43). 2. Permainan tradisional merupakan bagian dari proses internalisasi nilai-nilai kerjasama dan kepedulian sosial untuk generasi muda yang berkualitas. Hasil kajian yang dilakukan oleh peneliti (Iswinarti, Simposium Nasional, 2005 dalam Ibrahim, 2001:35) bahwa permainan anak tradisional mempunyai

11 hubungan yang erat dengan perkembangan intelektual, sosial, emosi, dan kepribadian anak. 3. Pentingnya kepedulian sosial dan salah satunya kerjasama ditandai dengan kearifan lokal (Ibrahim, 2001:2). Salah satu bentuk kearifan lokal adalah permainan tradisional yang merupakan sarana transformasi nilai-nilai kehidupan pada generasi berikutnya. 4. Nilai kerjasama dan kepedulian sosial akan menjadi landasan yang kuat bagi anak usia SD untuk bersosialisasi dalam kelompok dan lingkungan. Usia anak besar memiliki tugas untuk memahami dan membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri, mengembangkan hati nurani dan peran sosial (Kusmaedi dan Husdarta, 2004:25). F. Operasionalisasi Variabel Agar tidak terjadi salah tafsir pada istilah-istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini, maka penulis mendefinisikan istilah-istilah sebagai berikut: 1. Implementasi adalah sebuah proses realisasi dari sebuah konsep. 2. Permainan tradisional adalah permainan yang berasal dari budaya lokal. 3. Gobag sodor yaitu permainan yang dilakukan di lapangan dengan arena bermain merupakan kotak persegi panjang dan diberi garis di dalamnya dan permainan dilakukan dengan membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok yang jaga dan kelompok yang tidak berjaga. 4. Kerja sama terbagi dalam dua kategori 1). bentuk kemitraan yaitu persamaan fungsi, peran, dan status dalam melakukan sesuatu, 2). kolaborasi yaitu

12 kerjasama yang cenderung destruktif walau bisa saja konstruktif (Sudirman, 2010:3). 5. Kepedulian sosial adalah rasa saling memiliki satu sama lain yang tertuang dalam bentuk interaksi yang dilandasi oleh kasih sayang, kekeluargaan dan empati. G. Batasan Penelitian Mengingat kompleksnya permasalahan penelitian yang dihadapi maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya difokuskan pada implementasi permainan tradisional gobag sodor pada siswa kelas IV SD Negeri Cijawura 6 Kota Bandung dengan peraturan yang telah dimodifikasi. 2. Hanya meneliti Pengaruh permainan tradisional gobag sodor terhadap kerjasama dan kepedulian sosial pada siswa di dalam kelas pada siswa kelas IV SD Negeri Cijawura 6 Kota Bandung. 3. Obyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri Cijawura 6 Kota Bandung. H. Lokasi, Populasi, dan Sampel 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah SDN Cijawura 6 Kecamatan Buah Batu Kota Bandung.

13 2. Populasi Populasi penelitian adalah siswa kelas IV SDN Cijawura 6 Buah Batu Kota Bandung. Populasi penelitian ini kurang dari 100 maka seluruh populasi diambil sebagai sampel, penelitian ini disebut dengan total sampling.