BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. Kasus anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih sering

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Masalah kesehatan yang dihadapi negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I. antara asupan (intake dengan kebutuhan tubuh akan makanan dan. pengaruh interaksi penyakit (infeksi). Hasil Riset Kesehatan Dasar pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

SURVEI KONSUMSI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016

Survei Konsumsi Gizi, oleh Clara M. Kusharto; I Dewa Nyoman Supariasa Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANEMIA GIZI BESI PADA TENAGA KERJA WANITA DI PT HM SAMPOERNA Oleh : Supriyono *)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS GIZI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI PADA SISWI KELAS III DI SMAN 1 TINAMBUNG KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

METODE PENELITIAN. n [(1.96) 2 x (0.188 x 0.812)] (0.1) 2. n 59 Keterangan: = jumlah contoh

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. keadaan gizi : contohnya gizi baik, gizi buruk, gizi kurang ataupun gizi lebih. Untuk dapat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kecukupan zat gizi individu maupun kelompok masyarakat dapat diperoleh melalui survei konsumsi pangan. Penilaian survei konsumsi pangan ada 2 macam, yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. 1 Penilaian asupan secara kualitatif, seperti food frequency, dietary history, metode telepon, dan food list. Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. 2 Penilaian asupan secara kuantitatif yaitu dengan food recall dan food record dimaksudkan untuk mengukur jumlah konsumsi makanan setelah satu hari berakhir. Dengan meningkatkan hari pengukuran, perkiraan kuantitatif terhadap kebiasaan asupan makanan dapat diperoleh. Jumlah hari pengukuran, pemilihan, dan jarak, tergantung dari tujuan penelitian, perbedaan asupan makanan, dan variasi asupan gizi setiap harinya. Penilaian kebiasaan asupan sangatlah penting ketika menilai hubungan antara diet dan parameter biologis. 3 Pada suatu penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna jumlah asupan energi antara metode food record, dan multiple food recall 24 1 Rosalind S. Gibson, Nutritional Assesment, (New York : Oxford University Press, 1993), h. 3 2 I Dewa Nyoman Supariasa, et al. Penilaian Status Gizi, (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002), h. 88 3 Rosalind S. Gibson, Loc.Cit. 1

jam. Dari hasil pengukuran dengan metode food record dan food recall 24 jam jumlah asupan energi subyek sangat bervariasi. Jumlah total rata-rata asupan energi hasil pengukuran dengan metode dari semua kelompok semuanya menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan dari uji korelasi menunjukkan bahwa total rata-rata asupan energi semua metode mempunyai pengaruh hubungan yang bermakna. Dilihat dari reliabilitas metode pengukuran, metode food recall 24 jam mempunyai reliabilitas lebih baik dibandingkan dengan metode food record. 4 Penelitian lain menunjukkan bahwa pengukuran asupan energi pada anak sekolah dasar di Kota Palu diestimasi dengan menggunakan metode yang berbeda-beda yaitu food record dan recall 24 jam. Rerata asupan energi dengan metode food record hampir sama dengan metode recall 24 jam. Sehingga hasil analisis paired t test asupan energi antara kedua metode tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. 5 Ada pula penelitian yang bertujuan melakukan penilaian dengan metode food record selama 4 hari dan recall 24 jam lebih dari sehari tanpa diberitahukan terlebih dahulu dengan dilakukan interview via telepon, menunjukkan hasil bahwa recall 24 jam tanpa diberitahukan terlebih dahulu 4 Anita Basuki, Perbandingan Jumlah Asupan Energi dengan Metode Food Frequency Questionnaire, Food Records, dan Food Recall 24 Jam pada Remaja Siswa-Siswi SLTP dengan Obesitas dan Tidak Obesitas di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, Tesis Magister Gizi dan Kesehatan, (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 2004), h. xii 5 Putu Candriasih, Estimasi Asupan Energi Dengan Metode Food Frequency Questionnaire (FFQ), Food Records dan Recall 24 Jam pada Anak Sekolah Dasar di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah, Tesis Magister Gizi dan Kesehatan, (Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, 2007), h. xi 2

mungkin lebih baik dibandingkan food record dalam memonitor perubahan diet pada studi intervensi. 6 Sebuah penelitian menunjukkan adanya tanggapan korektif manusia terhadap penyimpangan dari rata-rata asupan energi dan zat gizi makro dengan selang waktu selama 3 sampai 4 hari. Tetapi tidak terdeteksi ketika asupan makanan diteliti untuk periode 1 sampai 2 hari. Bahkan tanggapan korektif dianggap berperan penting dalam mengimbangi variasi besar energi dan zat gizi makro yang sangat penting bagi stabilitas berat badan. 7 Survei diet atau penilaian konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi perorangan atau kelompok. Banyak pengalaman membuktikan bahwa dalam melakukan penilaian konsumsi makanan banyak terjadi bias tentang hasil yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : ketidaksesuaian dalam menggunakan alat ukur, waktu pengumpulan data yang tidak tepat, instrumen tidak sesuai dengan tujuan, ketelitian alat timbang makanan, kemampuan petugas pengumpulan data, daya ingat responden, daftar komposisi makanan yang tidak sesuai dengan makanan yang dikonsumsi responden dan interpretasi hasil yang kurang tepat. 8 6 I.Marilyn Buzzard, et al, Monitoring Dietary Change in a Low-Fat Diet Intervention Study: Advantages of Using 24-Hour Dietary Recalls vs Food Records, Journal of the American Dietetic Association, June 1996, h. 574-579 7 George A Bray, et al, Corrective Responses in Human Food Intake Identified From an Analysis of 7-d Food-Intake Records, Journal of the American Dietetic Association, Dec 2008, h. 1504-1510 8 I Dewa Nyoman Supariasa, et al. Op.Cit, h. 87 3

Ada berbagai penyimpangan dalam menyimpulkan survei konsumsi pangan dengan lama hari survei konsumsi pangan dikarenakan variasi asupan makanan setiap harinya. Recall selama 7 hari sangat ideal untuk mendeskripsikan asupan makan individu. Recall 24 jam sehari hanya dapat dilakukan untuk studi menilai tingkat rata-rata makanan dan asupan gizi suatu kelompok. Recall lebih dari 1 hari meningkatkan nilai korelasi antara asupan zat gizi dengan status gizi dibandingkan dengan recall selama 1 hari. 9 Pada metode record dengan penimbangan yang dilakukan pada 500 sampel, persentase rata-rata perbedaan angka pengamatan asupan zat gizi pada setiap sampel yang dilakukan selama sehari sebesar 6-8%. Record selama 3 hari hanya 5 % untuk semua zat gizi, dan persentase rata-rata record selama 7 hari adalah 4-5%. Dari hasil tersebut, record 3 hari sangat dianjurkan. 10 Asupan energi dan zat-zat gizi yang rendah dapat berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan, salah satunya adalah anemia gizi. Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang harus ditanggulangi secara serius. Terjadinya anemia gizi biasanya disebabkan karena jumlah zat besi yang dikonsumsi tidak sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Di samping itu, berbagai faktor juga dapat mempengaruhi terjadinya anemia gizi antara lain kebiasaan makan, kurangnya konsumsi zat gizi lain misalnya vitamin A, vitamin C, protein, infeksi, sanitasi lingkungan, investasi cacing, dan sosial ekonomi. Konsekuensi yang timbul akibat 9 Margareth E. Cameron and Wija A. Van Staveren, Manual On Methodology for Food Consumption Studies, (New York: Oxford University Press, 1988), h. 85-88 10 Ibid, h. 61 4

terjadinya anemia gizi adalah produktivitas rendah, terhambatnya perkembangan mental dan kecerdasan, menurunnya kekebalan terhadap penyakit infeksi, morbiditas dll. 11 Sebuah studi analisis yang menggunakan data sekunder dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Departemen Kesehatan RI, mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian status anemia remaja putri, yaitu investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, zat besi, status Cu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan kebiasaan minum teh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia gizi remaja putri sebesar 41.54 %. Variabel yang berhubungan bermakna secara statistik dengan kejadian anemia gizi remaja putri adalah variabel investasi cacing, tingkat konsumsi energi, protein, dan vitamin C. Variabel yang paling berhubungan secara bersama-sama terhadap kejadian anemia gizi adalah variabel tingkat konsumsi vitamin C. 12 Remaja putri membutuhkan zat besi paling banyak, yang digunakan untuk mengganti besi yang terbuang bersama darah pada saat haid; disamping keperluan untuk menopang pertumbuhan serta pematangan seksual. Rata-rata kebutuhan besi remaja ini berkisar antara 1,2 1,68 mg, yang ditunjukan untuk mengganti besi yang hilang secara basal (0,65-0,79 mg/hari) dan haid (0,48-1,9mg/hari). 13 11 http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:13489/q/pengarang:basuki%20/offset/210/limit/15, diakses tanggal 24 Mei 2010 12 Loc.Cit. 13 Arisman, Gizi dalam Daur Kehidupan, (Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009), h. 174 5

Berdasarkan data Riskesdas 2007, nilai rerata nasional kadar hemoglobin pada perempuan dewasa ( 15 tahun) adalah 13,00 g/dl dengan standar deviasi 1,72. Sebanyak 17 provinsi mempunyai nilai rerata kadar hemoglobin pada perempuan dewasa dibawah nilai rerata nasional, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku, dan Maluku Utara. Menurut data WHO tahun 1993 2005, batasan normal Hb perempuan dewasa adalah 12 g/dl. Terdapat perbedaan prevalensi anemia pada perempuan dewasa perkotaan menurut 14 15 Riskesdas dan WHO, secara berurutan adalah 11,3% dan 19,7%. Sampel yang dipilih adalah remaja putri, karena prevalensi anemia gizi remaja putri masih cukup tinggi. Masih kurangnya perhatian terhadap masalah anemia gizi pada remaja putri dibandingkan dengan anemia gizi ibu hamil yang lebih diperhatikan, yaitu dengan pemberian tablet tambah darah. Cadangan besi bagi remaja putri sangat berguna untuk persiapan kebutuhan kehamilan dan persalinan ketika beranjak dewasa. 16 B. Identifikasi Masalah Masalah penentuan hari lamanya food recall 24 jam dan food record belum dapat dipastikan. Sampai saat ini, belum adanya keseragaman harus 14 Depkes RI, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, (Jakarta: Depkes, 2008) 15 http://www.who.int/vmnis/anaemia/data/database/countries/idn_ida.pdf, diakses tanggal 30 Agustus 2010 16 Mary E. Barasi, At a Glance Ilmu Gizi, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2009), h.87 6

melakukan pengambilan food recall 24 jam dan food record selama berapa hari. Keterbatasan yang penting dalam metode ini adalah bahwa asupan makanan dalam satu hari tidak dapat digunakan untuk meneliti distribusi asupan makanan karena pada satu hari dapat saja makanan yang dimakan seseorang sangat banyak (misalnya hari itu dia merayakan pesta) atau sangat sedikit (misalnya hari itu dia sakit). Hari-hari semacam itu tidak menggambarkan asupan makanan yang lazim secara perorangan kendati asupan makanan tersebut dicatat dengan baik. Variasi dari hari ke hari pada asupan makanan ini merupakan suatu tipe variasi acak yang tidak akan menimbulkan bias pada estimasi asupan mean bagi sebuah kelompok populasi. Namun, keragaman konsumsi ini mengakibatkan peningkatan distribusi pada asupan makanan, yaitu standar deviasi yang lebar. 17 Besarnya keragaman konsumsi pada asupan makanan berbeda antar individu dalam konteks budaya. Sebagai contoh, pola makanan perorangan dengan konsumsi makanan yang rutin dalam sebuah masyarakat dapat diketahui karakteristiknya dengan baik melalui pencatatan selama 4 hari sementara bagi kelompok responden lain, waktu pencatatan selama 28 hari pun tidak mampu mendapatkan informasi mengenai asupan makanan biasa. Orangorang di negara maju biasanya memiliki akses pada pasokan makanan yang berlebihan dan cenderung mengkonsumsi makanan yang sangat beragam 17 Michael J. Gibney, et al. Gizi Kesehatan Masyarakat, diterjemahkan oleh Andry Hartono, (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2009), h. 86 7

jenisnya. Sebaliknya, di negara berkembang tempat orang-orang sangat bergantung pada tanaman yang ditanamnya atau ternak yang dipeliharanya, maka jenis makanan mereka tidak menunjukkan keragaman dari hari ke hari kendati perubahan musim dapat mengubah pola makan yang bergantung pada hasil panenan setempat. Banyak literatur yang dipublikasikan tentang keragaman konsumsi pada asupan makanan telah menggunakan data dari food record dan food recall yang dikumpulkan di negara maju sebagai bagian dari upaya pemantauan gizi nasional atau penelitian riset yang luas. Tidak banyak yang kita ketahui tentang keragaman konsumsi pada asupan zat gizi dan makanan di negara berkembang. 18 C. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian ini terfokus pada asupan makanan dengan pengambilan data secara food recall dan food record di Pondok Pesantren Ibadurrahman Kotamadya Tangerang. D. Perumusan Masalah 1. Bagaimana perbedaan konsumsi energi dan zat-zat gizi menurut metode recall dan record berdasarkan interval waktu konsumsi makanan? 2. Berapa hari sebaiknya dilakukan recall dan record? 18 Ibid, h. 87 8

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan konsumsi energi dan zat-zat gizi menurut metode recall dan record berdasarkan interval waktu konsumsi makanan di Pondok Pesantren Ibadurrahman Kotamadya Tangerang 2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi perbedaan konsumsi energi dan zat-zat gizi berdasarkan interval waktu recall dan record konsumsi makanan pada remaja putri 2. Mengidentifikasi interval waktu recall dan record yang sebaiknya dilakukan dalam survei konsumsi F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi penulis Untuk menambah pengetahuan akan perbedaan survei konsumsi, terutama recall dan record, serta memenuhi persyaratan kelulusan sebagai mahasiswi Ilmu Gizi Universitas Esa Unggul. 2. Manfaat bagi Lembaga Sebagai sarana untuk mengetahui seberapa besar perbedaan recall dan record, mengetahui berapa hari harusnya melakukan recall dan record, dan mengaplikasikannya dalam praktek pengambilan data survei konsumsi, 9

serta melihat kecukupan gizi remaja putri dan dapat memperbaiki gizinya menjadi lebih baik. 10