PENDIDIKAN DALAM PERSATUAN ISLAM. Oleh: Dr. H. Dedeng Rosidin, M.Ag.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

I. PENDAHULUAN. pesantren terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MUHAMMADIYAH CABANG BLIMBING DAERAH SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, dijalani dalam lingkup masyarakat.

2015 PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PESANTREN CIPARI DESA SUKARASA KECAMATAN PANGATIKAN KABUPATEN GARUT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Lia Nurul Azizah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

INTEGRASI SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH DAN PESANTREN TRADISIONAL (STUDI KASUS PONDOK PESANTREN AL-ANWAR KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG)

VISI, MISI, TUJUAN, dan TOPIK BAHASAN PAI

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Islam dalam Kurun Modern, (Jakarta: LP3ES, t.th.), h Karel A. Steenbrink, Pesantren Madrasah Sekolah Pendidikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN KEMAMPUAN BACA TULIS AL-QUR AN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM. maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERANAN MADRASAH DINIYAH AL HIKMAH DALAM MORALITAS REMAJA DI BOYONG SARI KELURAHAN PANJANG BARU PEKALONGAN

BAB I. masyarakat yang maju, adil dan makmur, serta memungkinkan warganya. berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

BUPATI KABUPATEN OGAN ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Een Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

PENGARUH AQIDAH ASY ARIYAH TERHADAP UMAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


Madrasah Dalam Sistem Pendidikan Nasional MADRASAH DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL. Kata Kunci: Madrasah, Sistem dan Pendidikan Nasional

KONTRIBUSI PESANTREN PERSATUAN ISLAM BAGI PENGUATAN PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB V PENUTUP A. Simpulan

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

BAB V PENUTUP. dalam penelitian novel Saya Mujahid Bukan Teroris karya Muhammad B.

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN AGAMA

DEPARTEMEN AGAMA R.I DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM. Bagian Perencanaan dan Data

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

2014 PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-ISLAMIYYAH DESA MANDALAMUKTI KECAMATAN CIKALONGWETAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Putra, 2012), hlm Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam, (Semarang: Pustaka Rizki

dari atau sama dengan S2 ( S2) yaitu 291 orang (0,9%) pengajar (Gambar 4.12). A.2. Program Pendidikan Terpadu Anak Harapan (DIKTERAPAN)

No.972, 2014 KEMENAG. Muadalah. Pondok Pesantren. Satuan Pendidikan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

BAB VI PENUTUP. Perkembangan Pondok Pesantren Hidayatullah ditandai dengan berdirinya

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, dan PENUTUP. 1. Pondok Pesantren At-Tauhid didirikan berdasarkan melihat dan memperbaiki

Analisis dan Interpretasi Data pada Pondok Pesantren, Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Qur an(tpq) Tahun Pelajaran

PENDIRIAN & PENGELOLAAN MI PERSATUAN ISLAM

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam yang tidak terlalu penting untuk serius dipelajari dibandingkan

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR PENDIKAN AGAMA ISLAM SMA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB V PENUTUP. memadukan antara aql dan naql, namun pada dasarnya pemikiran. Muhammad Abduh lebih cenderung kepada aql daripada naql.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan sistem pendidikan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda.

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3. Ibid., hlm. 5.

MATERI 5 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000 tentang Pembentukan

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Oleh : Sri Handayani NIM K

AD / ART JAM IYYAH THOLABAH AL BINAA ISLAMIC BOARDING SCHOOL

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

BAB I PENDAHULUAN. banyak berperan dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. Sejarah perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Prenada Media Group, 2012), hlm Abdul Kadir, dkk., Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

Written by abu bassam Saturday, 12 November :27 - Last Updated Saturday, 04 February :41

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

PENDIDIKAN DALAM PERSATUAN ISLAM Oleh: Dr. H. Dedeng Rosidin, M.Ag.

Jam iyyah Persatuan Islam (Persis) Didirikan 1923 di Bandung oleh sekelompok umat Islam yang tertarik pada kajian dan aktivitas keagamaan. Muncul karena tuntutan perkembangan kebangkitan dunia Islam. Oleh Ibnu Taimiyah (1263-1328), gerakan semacam itu disebut Muhyi Aśar al-salaf, membangkitkan kembali ajaran-ajaran sahabat Rasul dan tâbi in, berpedoman Alquran dan Sunah Rasulullah. Dilanjutkan oleh muridnya Ibnu Qayyim (1292-1350), kemudian oleh Muhammad bin Abdul Wahhab (1703-1792), berkembang setelah tokoh ini meninggal dunia. (Howard M. Federspiel, Persatuan Islam, Pembaharuan Islam Indonesia Abad XX, hlm. 14, Hendi Suhendi, Solidaritas Sosial Keagamaan Jamaah Persatuan Islam, hlm. 127)

Jamaluddin al-afgani (1839-1897), kemudian Muhammad Abduh (1845-1935), dilanjutkan Rašîd Ridâ (1856-1935). (Suhendi, Solidaritas Sosial, hlm. 128) Gerakan salaf masuk ke Indonesia akhir abad ke-18. di Minangkabau oleh Haji Miskin julukan Harimau nan Salapan: Tuanku Haji Miskin, Tuanku di Kubu Sanang, Tuanku di Koto Ambalau, Tuanku di Ladang Lawas, Tuanku di Padang Luar, di Galung, di Lubuk Aur, dan Nan Renceh. (Dadan Wildan, Pasang Surut Gerakan Pembaharuan Islam di Indonesia, hlm. 17) Persis berasal dari pertemuan kenduri, oleh H.M. Zamzam dan H.M. Junus, lalu menjadi kelompok penelaah (study club) dalam bidang keagamaan. Menamakan kelompoknya Persatuan Islam, maka resmi didirikanlah organisasi.

Nama Persatuan Islam mengisyaratkan rûh al-ijtihâd dan jihad, persatuan pemikiran Islam, persatuan rasa Islam, persatuan usaha Islam, dan persatuan suara Islam. Diilhami QS. Ali Imran ayat 103, dan hadis Turmuzi: Kekuatan Allah itu beserta jama ah. (Wildan, Sejarah Perjuangan, hlm. 29-30) Pada waktu berdirinya, umat terbelenggu oleh fatwa-fatwa tidak berdasar Alquran dan Sunah, hanyut antara unsur Islam dan unsur pra-islam. (Wildan, Sejarah Perjuangan, hlm. 41)

Visi Jam iyah Persis: terwujudnya al- Jamaah sesuai tuntutan Alquran dan Sunah. Misi: (1) mengembalikan umat kepada Alquran dan Sunah. (2) menghidupkan ruh al-jihad, ijtihad dan tajdid. (3) mewujudkan Mujahid, Mujtahid, dan Muwahid. (4) meningkatkan kesejahteraan umat. (Qanun Asasi Qanun Dakhili Persis 2005, hal. 125) Tujuan: terlaksananya syariat Islam berlandaskan Alquran dan Sunah secara kâffat dalam segala aspek kehidupan. (Qanun Asasi Qanun Dakhili Persatuan Islam 2005, hal. 7)

Gambaran Umum Pendidikan Persatuan Islam

Kondisi dan Pertumbuhan Gerakan Pendidikan Modern Islam di Indonesia Karel A. Steenbrink : faktor pendorong pembaharuan pendidikan Islam permulaan abad ke-20 : 1. Tahun 1900, banyak pemikiran untuk kembali ke Alquran dan Sunah, menolak taklid. 2. Perlawanan nasional terhadap kolonial Belanda. 3. Adanya usaha umat Islam memperkuat organisasinya di bidang sosial ekonomi. 4. Tidak puas dengan metode tradisional dalam mempelajari Alquran dan studi agama. Dan masuknya ide-ide pembaharuan pemikiran Islam. (Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah, 1994: hlm. 26-28)

Pendidikan Persatuan Islam Tahun 1924: Penyelenggaraan kelas pendidikan akidah dan ibadah serta kursus-kursus. Tahun 1927, kelas khusus kelompok diskusi untuk anak muda yang telah menjalani studi di sekolah pemerintah. Tahun 1930, Pendis didirikan A.A. Banaama. Maret 1936, pesantren. Tahun 1942, dibuka tingkat Ibtidaiyah. Tahun 1950, dibuka Tsanawiyah. Tahun 1955, tingkat Tajhiziyah dan Mu allimin. (Federspiel, Labirin Ideologi, hlm. 150, Wildan, Sejarah Perjuangan, hlm. 45, 134, Noer, Gerakan Modern, hlm. 101)

Tahun 1955 mulai melakukan standarisasi dan penyeragaman kurikulum. Pendis, cikal bakal pendidikan formal yang didirikan oleh M. Natsir, karena adanya ketimpangan yang dirasakan terhadap rakyat pribumi atas penindasan penjajah Belanda, masyarakat dalam garis kebodohan dan keterbelakangan, banyak yang tidak paham ajaran universal yang terdapat dalam kitab suci Alquran,rendahnya pemahaman agama. (Tiar Anwar Bachtiar, Sejarah Pendidikan Persatuan Islam, dari "Pendis" sampai "Pesantren Persis" (1936-1983), t.th), hlm. 16) Pesantren, bertujuan untuk mencetak kader-kader Persis yang paham dalam bidang agama dan kemudian dapat menjadi mubalig yang sanggup menyiarkan. (Bachtiar, Sejarah Pendidikan, hlm. 19)

Nama lembaga pendidikan yang dipilih A. Hassan yaitu pesantren. Pada umumnya, pesantren memang dimaksudkan untuk mendidik calon-calon ahli agama (ulama). Pendidikan Tinggi, tahun 80-an Pesantren Persatuan Islam Bandung masih bertahan dengan pendidikan dasar dan menengahnya. Tahun 90-an dibuka Pesantren Persatuan Islam Tinggi (PPT). Di Bangil, tahun 1962 Universitas Pesantren Islam (UPI). (Bachtiar, Sejarah Pendidikan, hlm. 30, Dis: hal. 207) Pendidikan tinggi, keputusan Pedoman 1984, disebut "Pesantren Luhur. (Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Pesantren Persatuan Islam 1984, hal. 2)

Konsep Pendidikan Persatuan Islam

Qanoen Pesanteren Persatoean Islam Bandung 1936 Fasal ke 1 Tarich Berdiri dan Nama Tempat peladjaran terseboet, didirikan di Bandoeng pada tanggal 1 Dzil-Hidjdjah 1354 bersamaan dengan tg. 4 Maret 1936, dengan nama: PESANTEREN PERSATOEAN ISLAM BANDOENG. Dengan berdirinya Pesanteren ini, berarti P.B. Persatoean Islam telah mendjalankan kepoetoesan Conferentie Persatoean Islam 1935 boeat mengadakan Cursus Moeballigh.

Fasal ke 3 Toedjoean Pesanteren Pesanteren ini, toedjoeannja semata-mata hendak mengeloearkan moeballighmoeballigh dengan mengadjarkan bahasa Arab dan alat-alatnja dan ilmoe-ilmoe agama Islam jang perloe, dan sedikit-sedikit dari peladjaran-peladjaran agama-agama lain, dan sedikit dari ilmoe menghitoeng. Djiografi, ilmoe alam dan lain-lain ilmoe kedoeniaan jang akan menolong seorang moeballigh di dalam pekerdjaannja bertabligh.

Fasal ke 9 Peladjaran Pesanteren dan Bahasa Di Pesanteren ini, akan diadjarkan ilmoe-ilmoe jang perloe ada pada seorang moeballigh Islam jang berdasar pada Qoer an dan Hadits, jaitoe: (1) Tauhid (7) Tarich (13) Bajaan (2) Fiqh (8) Tafsir (14) Badie (3) Batja Qoer an (9) Hadits (15) Ma anie (4) Tadjwied (10) Chat (16) Manthiq (5) Sharaf (11) Oesoel Fiqh (17) Bahasa Melajoe (6) Nahwu (12) Achlaaq (17) Bahasa Melajoe, dan lain-lain ilmoe kedoeniaan jang perloe, seperti ilmoe Hisaab, ilmoe Alam, ilmoe journalistiek, dan lain-lain ilmoe jang akan dipandang perloe. Bahasa jang terpakai boeat mengadjar ilmoe-ilmoe itoe ialah bahasa Melajoe/ Tetapi akan dipisahkan djoega satoe masa oentoek melatih moeridmoerid beromong dengan bahasa Arab.

Fasal ke 11 Goeroe-goeroe Pesanteren Goeroe-goeroe jang mengadjar dalam Pesanteren ini sementara beloem ada kekoeatan, adalah karena Allah tidak pakai bajaran. Goeroe-goeroe jang soedah sanggoep mengadjar di Pesanteren ini, ialah toean-toean: 1. H. M. Zamzam. 2. H. Azhari. 3. H. M. Ramli. 4. E. Abdoerrahman. 5. O. Qamaroeddin. 6. M. Natsir. 7. Fachroeddin. 8. Samsoedin. 9. A. A. Banaama. 10. Soelaiman Aboes-Soe oed. 11. A. Hassan. 12. Abdoel Kadir bin Hassan.

Fasal ke 12 Nazhir-nazhir atau pengoeroes-pengoeroes Pesanteren jang dipilih oleh P.B. Persatoean Islam boeat tiga tahoen pertama 1936-1939, ialah toeantoean: 1. A. Hassan, sebagai Ketoea. 2. H. M. Zamzam, Wakil Ketoea. 3. Samsoedin, penoelis. 4. Nastari, bendahari. 5. H. Azhari, pembantoe. 6. E. Abdoerrahman, pembantoe. 7. H. M. Ramli, pembantoe. 8. Kemas Ahmad, pembantoe. 9. M. Natsir, pembantoe.

Pendidikan Persis berdasarkan kepada Alquran dan Sunah serta kepada peraturan perundangundangan yang sesuai dengan tuntunan Alquran dan Sunah. (Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Dasar dan Menengah Persatuan Islam, 2006, hal. 1) Visi pendidikan Persis: terwujudnya manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi (QS. Al- Baqarah: 30). (Pedoman Jam'iyyah Persatuan Islam, 2002, hlm. 51)

Misi: Pemanusiaan insan ûlu al-albâb selaku muslim kâffat yang tafaqquh fi al-dîn. (QS. Al- Baqarah: 208). (Pedoman Jam'iyyah Persatuan Islam, 2002, hlm. 51) Tujuan: terwujudnya ţâ ifat mutafaqqihîna fi aldîn (QS. Al-Taubah: 122). (Pedoman 2006, hal, 3)

Satuan pendidikan: (1) Pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah, termasuk ke dalam "lingkungan pendidikan sekolah ; (2) Satuan pendidikan luar pendidikan pesantren dan luar pendidikan sekolah, yang disebut dengan "pendidikan luar sekolah". (Pedoman Sistem Pendidikan Persatuan Islam, 1996, hlm. 6, Pedoman 2002, hlm. 53, dan Pedoman 2006, hlm. 4) Jalur pendidikan formal, pendidikan pesantren dan pendidikan sekolah, diselenggarakan secara berjenjang, berkesinambungan dan berkelanjutan. Nonformal dan informal termasuk pendidikan luar pesantren dan sekolah. Jenjang pendidikan, (1) pendidikan prasekolah, pendidikan Hadlanatul Athfal, Raudlatul Athfal, (2) Pendidikan Dasar; (3) Pendidikan Menengah; dan (4) Pendidikan Tinggi. (Pedoman 2006, hlm. 5-6, Kumpulan Kaifiyyah dan Pedoman Jam'iyyah Persatuan Islam, 2006, hlm. 11)

KESIMPULAN Tujuan Umum Pendidikan Persis Tujuan umum pendidikan Persis pertama kali dirumuskan ialah untuk mencetak muballigîn. Tujuan ini penekanannya mubalig yang fâqih memahami agama secara mendalam. Perkembangan tujuan selanjutnya, ialah terwujudnya kepribadian muslim yang tafaqquh fi al-dîn. Pendidikan formal Persis adalah pendidikan yang berorientasi pada Islam, bersistem, berlandaskan pada teori ilmu pendidikan dan tujuan nasional, serta mengacu pada komponen-komponen pendidikan

Pendidikan formal Persis bertujuan membentuk generasi yang tafaqquh fi al-dîn melalui upaya tanmiyat (pengembangan) dan tajdîd (pembaharuan). Tafaqquh fi al-dîn merupakan ciri khas tujuan pendidikan Persis, karena ingin melahirkan fuqahâ. Maka, penekanan pada pengkajian Agama yang mendalam (tafaqquh) mendapat perhatian yang besar. Jika tidak demikian, akan sulit untuk melahirkan fuqahâ sebagai generasi pelanjut.

Kurikulum yang digunakan sekarang lebih komprehensif, mandiri, proporsional, terintegrasi, serta dikelompokkan ke dalam al- Ulûm al-šar iyat, al- Ulûm al-kauniyat, al- Ulûm al-insâniyat dan Program Unggulan, Penekanan pada mata pelajaran agama lebih besar dari mata pelajaran umum, Pola organisasi kurikulum berdasarkan pada mata pelajaran terpisah-pisah dan mata pelajaran gabungan (untuk pendidikan pesantren jenjang pendidikan dasar dan menengah). Kurikulum pendidikan tinggi mengacu pada Diknas dan Depag, kecuali Ma'had Aly. Kurikulum Persis dikategorikan modern dan bersifat dinamis.

Pendidik memiliki kualifikasi akademik minimal, berkemampuan sesuai bidang ilmunya, mewakafkan diri, memiliki sifat kebapakan (abawiyat), berakhlak mulia, hidmat yang tinggi, dan tugas utama melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengajaran, di samping pada umumnya sebagai da'i. Peserta didik disiapkan untuk menjadi mubalig, pendidik dan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi, serta menjadi insan yang berakhlak karimah, melalui bai'at santri, disiapkan agar menjadi pemimpin masa depan dan menjadi pendidik generasi lanjut yang siap melestarikan nilai-nilai Islam, lewat pelatihan dan kegiatan jam'iyah santri Rijalul Ghad (RG) dan Ummahatul Ghad (UG).

Alat pendidikan mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan dengan kemajuan iptek. Buku sumber untuk mata pelajaran agama umumnya tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu buku sumber berbahasa Arab. Biaya bersumber dari jam'iyah, anggota, keluarga peserta didik, masyarakat, pemerintah dan pihak lain. Proses pendidikan sangat diperhatikan, yang meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.

Di antara ciri khas dalam proses pendidikan Persis ialah waktu kegiatan belajar-mengajar yang digunakan mengacu kepada kalender Hijriyah, metode pembelajaran menggunakan sistem madrasi (klasikal), dan bahś al-kutub termasuk pada program unggulan. Evaluasi mencakup semua komponen pendidikan. Evaluasi terhadap peserta didik dilakukan pada akhir satuan pelajaran, akhir caturwulan, akhir semester dan ujian akhir pesantren (UAP/EBTA). Pada masa sekarang ada evaluasi tengah semester. Teknik evaluasi: lisan, tulisan dan praktek. UAP diatur oleh Bidgar Dikdasmen PP. Persis dengan sistem sentralistik.

Kelembagaan pendidikan terdiri dari jenis pendidikan pesantren (keagamaan) dan sekolah (umum). Jenis pendidikan pesantren: Ibtidaiyah, Diniyah Ula, Tajhiziyah, Tsanawiyah, Diniyah Wustha, Mu'allimin program Ilmu Agama, IPA, IPS dan Bahasa, dan Aliyah program Ilmu Agama, IPA, IPS dan Bahasa, Jenis pendidikan sekolah: SD, SMP, SMK dan SMA program IPA, IPS dan Bahasa. Jenjang pendidikan mencakup pendidikan dasar, menengah dan tinggi.