BAB II TEORI DASAR. 89S51 dengan penampil LCD baik dengan perangkat-keras maupun dengan perangkatlunak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TEORI DASAR. Pembuatan alat Traffic light dengan menggunakan mikrokontroler 89S51

BAB II LANDASAN TEORI. telur,temperature yang diperlukan berkisar antara C. Untuk hasil yang optimal dalam

I/O dan Struktur Memori

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

Mikrokontroler 89C51 Bagian II :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tabel Perbandingan ROM dan RAM pada beberapa seri ATMEL

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

BAB II LANDASAN TEORI. Perkembangan robot sangat berkaitan erat dengan adanya kebutuhan

ARSITEKTUR MIKROKONTROLER AT89C51/52/55

Pendahuluan Mikrokontroler 8051

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Lab Elektronika Industri Mikrokontroler - 1 AT89C1051

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA RANGKAIAN

Wireless Infrared Printer dengan DST-51 (Komunikasi Infra Merah dengan DST-51)

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

Gambar 1.1. Diagram blok mikrokontroller 8051

PERTEMUAN PERANGKAT KERAS MIKROKONTROLER

MIKROKONTROLER AT89S52

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam bab ini penulis akan membahas tentang komponen-komponen yang

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perancangan Sistem Switching 16 Lampu Secara Nirkabel Menggunakan Remote Control

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Sensor TGS 2610 merupakan sensor yang umum digunakan untuk mendeteksi adanya

TKC210 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1. Simbol LED [8]

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ROBOT PEMADAM API BERBASIS MIKROKONTROLER AT89C51

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT. Dalam perancangan dan realisasi alat pengontrol lampu ini diharapkan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan 2.2 Sensor Clamp Putaran Mesin

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB V IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM. pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Mikrokontroler AT89S52 termasuk kedalam keluarga MCS-51 merupakan suatu. dua macam memori yang sifatnya berbeda yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil

MIKROKONTROLER Yoyo Somantri dan Egi Jul Kurnia

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III PERANCANGAN ALAT

AT89S52 8kByte In-System Programmable Mikrokontroler

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

Mikroprosesor Z80 Suryanto Sutikno

PENGHITUNG JUMLAH KENDARAAN PADA AREA PARKIR DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Mikrokontroller, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan microkomputer,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TEORI DASAR. peralatan input / output ( I / O ) pendukung di dalamnya. Suatu sistem mikroprosesor

MANAJEMEN ENERGI PADA SISTEM PENDINGINAN RUANG KULIAH MELALUI METODE PENCACAHAN KEHADIRAN & SUHU RUANGAN BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya kebocoran gas. Sensor ini merupakan suatu semikonduktor oksida-logam,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Component tester adalah instrument elektronika, atau alat penguji komponen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

COUNTER DAN TRANSPORTER BARANG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89C51 ABSTRAKSI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

BAB III ANALISA RANGKAIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jantung dalam terminologi sederhana, merupakan sebuah pompa yang terbuat

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

Tabel 1. Karakteristik IC TTL dan CMOS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 M

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. regulator yang digunakan seperti L7805, L7809, dan L Maka untuk

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

RANCANG BANGUN PENGAMAN MOBIL BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 DENGAN APLIKASI TELEPON SELULER SEBAGAI INDIKATOR ALARM

Gambar 1 Tegangan bias pada transistor BJT jenis PNP

BAB 2 LANDASAN TEORI. bisa digunakan untuk memindahkan program yang ber-ekstention.hex ke Flash,

BAB III PERANCANGAN SISTEM

TAKARIR. Akumulator Register yang digunakan untuk menyimpan semua proses aritmatika

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB II TEORI PENDUKUNG

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

PENGUKURAN CURAH HUJAN DENGAN PENGIRIMAN DATA MELALUI SMS

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI

ANTAR MUKA DST-51 DENGAN MODUL AD-0809

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

BAB III PERANCANGAN. Perancangan tersebut mulai dari: spesifikasi alat, blok diagram sampai dengan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKTRONIKA DASAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berukuran kecil (mikro). Sebelum mikrokontroller ada, terlebih dahulu muncul yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

PERTEMUAN MEMORY DAN REGISTER MIKROKONTROLER

Sumber Clock, Reset dan Antarmuka RAM

Transkripsi:

BAB II TEORI DASAR Pembuatan alat penghitung pengunjung ke perpustakan dengan microcontroler AT 89S51 dengan penampil LCD baik dengan perangkat-keras maupun dengan perangkatlunak membutuhkan beberapa teori penunjang. Teori tersebut akan mempermudah dan mempercepat proses perancangan alat. Teori penunjang tersebut antara lain mengenai fungsi catu daya, pengaturan sensor, prinsip rangkaian mikrokontroller ATMEL 89S51 dan LCD. 2.1 CATU DAYA Catu daya merupakan bagian terpenting dalam rangkaian elektronika yang mempunyai fungsi sebagai penyedia suber tegangan dan arus listrik untuk suatu rangkaian. Pada tugas akhir ini catu daya diperoleh dari jala-jala listrik 220 VAC 50 Hz dan didistribusikan secara sejajar ke setiap blok rangkaian dengan keluaran sebesar 0 Volt dan +5 Volt. Tegangan AC Penurun Tegangan penyearah Filter peregulasi Tegangan DC Gambar 2.1.Diagram blok catu daya 5

` Gambar 2.2.Catu Daya Sumber tegangan bolak-balik 220 Volt diturunkan oleh rangkaian penurun tegangan sehingga akan diperoleh tegangan rendah bolak-balik. Kemudian tegangan rendah bolak-balik akan di searahkan oleh rangkaian penyearah dan akan disaring atau difilter agar diperoleh tegangan DC yang lebih halus dan tegangan ini akan diumpankan ke peregulasi untuk memperoleh kestabilan tegangan keluaran. Tegangan yang stabil diperlukan agar tegangan keluaran yang dibutuhkan tidak terpengaruh dengan adanya perubahan tegangan jala-jala PLN maupun perubahan pada beban. 2.1.1 Penurun Tegangan Komponen utama yang bisa digunakan untuk menurunkan tegangan adalah transformator. Transformator terdiri dari dua buah lilitan yaitu lilitan primer (N1) dan lilitan sekunder (N2) yang dililitkan pada suatu inti yang saling terisolasi atau terpisah antara satu dengan yang lain. Besar tegangan pada lilitan primer dan lilitan sekunder ditentukan oleh jumlah lilitan yang terdapat pada bagian primer dan sekundernya. 6

Dengan demikian transformator digunakan untuk memindahkan daya listrik pada lilitan primer ke lilitan sekundernya tanpa adanya perubahan daya. V1 N1 N2 V2 Gambar 2.3.Simbol transformator (Daryanto, 2001) Pada transformator berlaku persamaan V 1 : V 2 = N 1 : N 2...(2.1) Ket: V 1 tegangan primer (Volt) V 2 tegangan sekunder Volt) N 1 lilitan primer N 2 lilitan sekunder Jika besarnya tegangan dan faktor-faktor kerugian yang lain diabaikan, maka besar daya masukan akan sama dengan daya keluaran P 1 = P 2...(2.2) V 1. I 1 = V 2. I 2...(2.3) V 1 : V 2 = I 2 : I 1...(2.4) Ket P 1 daya primer (watt) P 2 daya sekunder (watt) I 2 arus primer (ampere) I 1 arus sekunder (ampere) 7

Dari persamaan 2.1 dan persamaan 2.4 dapat dinyatakan hubungan diantara ketiganya dengan persamaan sebagai berikut V V 1 1 N N 2 2 I I 2 2...(2.5) berdasarkan persamaan 2.5 dapat disimpulakn bahwa besarnya tegangan yang muncul pada lilitan berbanding lurus dengan banyaknya lilitan, sedangkan besarnya arus berbanding dengan banyaknya lilitan. 2.1.2 Penyearah Penyearah digunakan untuk menyearahkan gelombang bolak-balik (AC) yang berasal dari jaringan jala-jala listrik. Pada modul ini digunakan penyearah gelombang penuh, dan untuk mendapatkannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan dua buah atau empat dioda jembatan. AC CT D1 RL D2 Gambar 2.4.Penyearah gelombang penuh dengan dua dioda (Malvino, 1997) 8

AC RL Gambar 2.5.Penyearah gelombang penuh dengan dioda jembatan (Malvino, 1997) Pada penyearah gelombang penuh, sinyal bolak-balik yang disearahkan adalah setengah periode positif dan setengah periode negatif dari sinyal mas`ukan bentuk gelombang-gelombang keluaran dari penyearah gelombang penuh dapat dilihat pada gambar 2.5 Vout (V) Vm 0 2 3 4 5 t(s) Gambar 2.6.Bentuk Gelombang Keluaran Penyearah Gelombang Penuh (Malvino, 1997) 9

Besarnya tegangan maksimum (Vmaks) pada keluaran gelombang penuh dapat dihitung dalam persamaan dobawah Vmaks = Vrms. 2...(2.6) Ket Vmaks tegangan maksimum (Volt) Vrms tegangan rata-rata (Volt) Sedangkan untuk menghitung besarnya tegangan searah (Vdc) pada keluaran penyearah gelombang penuh dapat dilihat dibawah Vdc = 2Vmaks...(2.7) 2.1.3 Kapasitor Penyaring (FILTER) Penggunaan komponen kapasitor untuk menyaring / memfilter riak-riak gelombang hasil penyearahan agar didapat gelombang yang halus dan rata. AC C RL Gambar 2.7.Rangkaian penyearah dengan menggunakan penyaring kapasitor (Malvino, 1997) Dari gambar diatas, saat dioda menghantarkan arus, maka kapasitor (C) akan terisi sesuai dengan bantuk gelombang masukannya. Setelah tegangan masukan mancapai nilai maksimumnya, tegangan akan tetap dipertahankan jika tidak mendapatkan beban. Dan jika ada beban tegangan pada kapasitor akan menurun 10

sesuai dengan besarnya beban. Kapasitor akan terisi pada periode sinyal berikutnya. Vout (V) Vrpp 0 2 3 t(s) Gambar 2.8.Keluaran penyearah gelombang penuh dengan penyaring kapasitor (Malvino, 1997) Dengan adanya kapasitor tegangan keluaran tidak segera turun walaupun tegangan masukan sudah larut. Hal ini disebabkan kapasitor memerlukan waktu ( = RC) untuk mengosongkan muatannya. Jadi semakin besar RL maka waktu yang diperlukan untuk pengosongan kapasitor semakin lama. Perhitungan ini jiga berlaku pada kapasitor, semakin besar kapasitansi kapasitor maka semakin lama waktu pengosongan muatannya. Nilai C dan RL juga menentukan tegangan riak puncak ke puncak (Vrpp), hal ini dapat dijelaskan dengan persamaaan V(rpp) = 2 1 frlc. Vmaks...(2.8) Ket Vrpp tegangan riak puncak ke puncak (Volt) Vmaks tegangan maksimum (Volt) f frekuensi (Hertz) RL tahanan beban (ohm) C kapasitansi (farad) 11

Dengan demikian dapat dihitung besarnya tegangan searah (Vdc) untuk penyearah gelombnag penuh dengan kapasitor yaitu Vdc = Vmaks - Vrpp...(2.9) 2 Berdasar persamaaan 2.9 semakin besar kapasitansi maka Vrpp akan semakin kecil, dengan demikian bila dibeikan kapasitansi yang cukup besar maka nilai Vrpp dapat diabaikan. 2.1.4 Penyetabil ( Regulator ) Penyetabil atau regulator adalah rangkaian elektronika yang berfungsi untuk menjaga tegangan keluaran agar stabil pada setiap perubahan beban. Contoh dari penyetabil adalah rangkaian terpadu dengan tipe 7805, 7905, 7812, 7912 dan lainnya. IC diatas mempunyai tiga terminal yaitu masukan, keluaran dan ground. Tegangan keluaran dari rangkaian terpadu ini bisa dilihat dari dua digit terakhir dari nomor serinya, sedangkan untuk dua digit depan menunjukkan polaritas tegangan yang dihasilkan. Tipe 7805 menunjukkan polaritas positif sedangkan tipe 7912 menunjukkan polaritas negatif. 7805 1 Vin Vout 3 Gnd 2 Gambar 2.9.Simbol penyetabil (Data Sheet IC 7805) Pada modul ini digunakan rangkaian terpadu dengan seri LM 7805, LM 712 dan LM 7912 yang masing-masing menghasilkan tegangan stabil sebesar +5 Volt, +12 Volt dan -12 Volt. 12

Rangkaian dalam 7805 terdiri dari beberapa macam komponen diantaranya adalah dioda zener yang digunakan sebagai tegangan acuan, penguat operasional sebagai penguat tak membalik, tahanan (R2 dan R3) sebagai pembagi tegangan, dan transistor (Q) sebagai penguat arus. Pada rangkaian pengganti penyetabil ini besarnya tegangan zener menentukan nilai keluaran tegangan. Tegangan acuan penyetabil masukan ke terminal tak membalik sebesar Vz yaitu tegangan kerja dari dioda zener. Pada terminal membalik penguat operasional terdapat tegangan umpan balik (VR3) dari tegangan keluaran (Vout). Besarnya tegangan umpan balik dapat dihitung sebagai berikut VR3 = R3 R2 R3 Vout...(2.10) Jika daya beban naik (RL turun), sehingga tahanan beban akan turun dan arus yang dibutuhkan oleh beban menjadi besar. Dengan turunnya tahanan beban menyebabkan VR3 menjadi turun, sehingga perbedaan tegangan pada masukan penguat operasional ( V(+) V(-) ) bertambah besar yang selanjutnya menyebabkan Vout dari penguat operasional juga bertambah besar. Peningkatan Vout dari penguat operasional ini menyebabkan arus yang menuju ke transistor yaitu arus basis (Ib) juga mengalami peningkatan. Sesuai dengan kurva karakteristik transistor, dengan naiknya Ib maka arus colector (Ic) juga mengalami kenaikan. Dan dengan naiknya Ic maka Vout yang menuju ke beban juga mengalami kenaikan. Sebaliknya jika daya beban turun Vout akan naik dan selanjutnya akan menyebabkan VR3 juga naik. Dengan naiknya VR3 membuat perbedaaan tegangan pada masukan penguat operasional ( (V+) V(-) ) menjadi kecil sehingga menyebabkan tegangan keluaran dari penguat operasional juga kecil. Penurunan tegangan ini menyebabkan arus yang menuju ke 13

transistor (Ib) akan turun dan selanjutnya menyebabkan arus yang menuju ke beban akan turun. Proses-proses diatas menjadikan tegangan keluaran dari penyetabil akan stabil. Dalam keadaan stabil maka V(+) akan sama dengan tegangan V(-) dengan demikian persamaaan tegangan keluarnya dapat dihitung sebagai berikut V(+) = V(-)...(2.11) Vref = Vout = R3 R2 R3 R2 R3 R3 Vout Vref Vout = 1 + R2 R3 Vref...(2.12) Ket V(+) tegangan masukan penguat operasional (+) Volt V(-) tegangan masukan penguat operasional (-) Volt Vref tegangan acuan (Volt) Vout tegangan keluaran penyetabil (Volt) 2.2 INFRA RED Infra merah (infra red) ialah sinar elektromagnet yang panjang gelombangnya lebih daripada cahaya nampak yaitu di antara 700 nm dan 1 mm. Sinar infra merah merupakan cahaya yang tidak tampak. Jika dilihat dengan spektroskop cahaya maka radiasi cahaya infra merah akan nampak pada spectrum elektromagnet dengan panjang gelombang di atas panjang gelombang cahaya merah. Dengan panjang gelombang ini maka cahaya infra merah ini akan tidak tampak oleh mata namun radiasi panas yang ditimbulkannya masih terasa/dideteksi. 14

Infra merah dapat dibedakan menjadi tiga daerah yakni: Near Infra Merah 0.75-1.5 µm Mid Infra Merah.....1.50-10 µm Far Infra Merah.10-100 µm Contoh aplikasi sederhana untuk far infra red adalah terdapat pada alat alat kesehatan. Sedangkan untuk mid infra red ada pada alat ini untuk sensor, sedangkan near infra red digunakan untuk pencitraan pandangan malam seperti pada nightscoop. Penggunaan infra merah sebagai media transmisi data mulai diaplikasikan pada berbagai perlatan seperti televisi, handphone sampai pada transfer data pada PC. Media infra merah ini dapat digunakan baik untuk kontrol aplikasi lain maupun transmisi data. Sifat-sifat cahaya infra merah: 1. tidak tampak manusia. 2. tidak dapat menembus materi yang tidak tembus pandang. 3. dapat ditimbulkan oleh komponen yang menghasilkan panas. Komunikasi Infra Merah dilakukan dengan menggunakan dioda infra merah sebagai pemancar dan modul penerima infra merah sebagai penerimanya. Untuk jarak yang cukup jauh, kurang lebih tiga sampai lima meter, pancaran data infra merah harus dimodulasikan terlebih dahulu untuk menghindari kerusakkan data akibat noise. Untuk transmisi data yang menggunakan media udara sebagai media perantara biasanya menggunakan frekuensi carrier sekitar 30KHz sampai dengan 40KHz. Infra merah yang dipancarkan melalui udara ini paling efektif jika menggunakan sinyal carrier yang mempunyai frekuensi di atas. Sinyal yang 15

dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Proses modulasi dilakukan dengan mengubah kondisi logika 0 dan 1 menjadi kondisi ada dan tidak ada sinyal carrier infra merah yang berkisar antara 30KHz sampai 40 KHz. Pada komunikasi data serial, kondisi idle (tidak ada transmisi data) adalah merupakan logika 0, sedangkan pada komunikasi infra merah kondisi idle adalah kondisi tidak adanya sinyal carrier. Hal ini ditujukan agar tidak terjadi pemborosan daya pada saat tidak terjadi transmisi data. Gambar 2.10.Sinyal Infra Red (www.ittelkom.ac.id ) Sistem Transmisi Infra Merah Semua remote kontrol menggunakan transmisi sinyal infra merah yang dimodulasi dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu yaitu pada frekuensi 30KHz sampai 40KHz. Sinyal yang dipancarkan oleh pengirim diterima oleh penerima infra merah dan kemudian didecodekan sebagai sebuah paket data biner. Pada transmisi infra merah terdapat dua terminologi yang sangat penting yaitu : space yang menyatakan tidak ada sinyal carrier dan pulse yang menyatakan ada sinyal carrier seperti pada gambar di bawah ini 16

Gambar 2.11.Sistem Transmisi Infra Red (www.ittelkom.ac.id ) Untuk transmisi data biasanya sinyal ditransmisikan dalam bentuk pulsapulsa. Ketika sebuah tombol ditekan pada remote kontrol maka IR akan mentransmitkan sebuah sinyal yang akan dideteksi sebagai urutan data biner. Led infra merah adalah jenis dioda yang memencarkan cahaya infra merah, aplikasi sederhana penggunaan led infra merah ini adalah pada remote TV. Led infra merah pada dasarnya adalah dioda PN silicon biasa yang dikemas dalam kotak transparan. Sinar infra merah dihasilkan dari pertemuan Arsenida Galium pada led infra merah yang diberikan tegangan listrik. Led infra merah merupakan salah satu komponen elektronika yang akan mengantar arus jika dialiri bias maju. Led infra merah terbuat dari bahan Arsenida gelium atau Fosfida Galium (GaAS atau Gap), dan ditempatkan dalam suatu wadah yang tembus pandang. Untuk membedakan antara katoda dan anodanya dapat dilihat dari bentuk elektrodanya yang besar adalah katoda. Material yang digunakan dalam konstruksi led akan menentukan jenis cahaya yang diradiasikan. Apakah cahaya tampak atau cahaya tidak tampak. Sebagai contoh material GaAlAs menghasilkan cahaya infra merah (cahaya tidak tampak), sedangkan GaAsP menghasilkan cahaya tampak merah. Pada sistem ada dua jenis led yang digunakan yaitu sebagai indikator dan juga sebagai komponen pengirim cahaya infra merah. 17

Gambar 2.12.Rangkaian pengirim infra merah ( Rancangan ) 2.3 TEORI DASAR PHOTO DIODA Sinar infra merah yang dipancarkan oleh pemancar infra merah tentunya mempunyai aturan tertentu agar data yang dipancarkan dapat diterima dengan baik di penerima. Oleh karena itu baik di pengirim infra merah maupun penerima infra merah harus mempunyai aturan yang sama dalam mentransmisikan (bagian pengirim) dan menerima sinyal tersebut kemudian mendekodekannya kembali menjadi data biner (bagian penerima). Komponen yang dapat menerima infra merah ini merupakan komponen yang peka cahaya yang dapat berupa dioda (photodioda) atau transistor (phototransistor). Komponen ini akan merubah energi cahaya, dalam hal ini energi cahaya infra merah, menjadi pulsa-pulsa sinyal listrik. Komponen ini harus mampu mengumpulkan sinyal infra merah sebanyak mungkin sehingga pulsapulsa sinyal listrik yang dihasilkan kualitasnya cukup baik. Pada perangkat ini detektor cahaya yang digunakan adalah komponen 18

TSOP4838, dimana pada komponen ini sudah terdapat filter. Jadi detektor ini akan bekerja dengan baik jika terdapat frekuensi 38KHz. Gambar 2.13.Rangkaian Photo Dioda ( Rancangan ) Pada prakteknya sinyal infra merah yang diterima intensitasnya sangat kecil sehingga perlu dikuatkan. Kekuatan sinar dan sudut datang merupakan faktor penting dalam keberhasilan transmisi data melalui infra merah selain filter dan penguatan pada bagian penerimanya. Selain itu agar tidak terganggu oleh sinyal cahaya lain maka sinyal listrik yang dihasilkan oleh sensor infra merah harus difilter pada frekuensi sinyal carrier yaitu pada 30KHz sampai 40KHz. Selanjutnya baik photodioda maupun phototransistor disebut sebagai photodetector. Dalam penerimaan infra merah, sinyal ini merupakan sinyal infra merah yang termodulasi. Pemodulasian sinyal data dengan sinyal carrier dengan frekuensi tertentu akan dapat memperjauh transmisi data sinyal infra merah. Semakin besar area penerimaan maka sudut penerimaannya juga semakin besar. 19

Kelemahan area penerimaan yang semakin besar ini adalah noise yang dihasilkan juga semakin besar pula. Suatu penerima pada sistem komunikasi cahaya harus memenuhi syarat antara lain: 1) Sensitivitas yang tinggi. Karena detektor cahaya digunakan pada suatu panjang gelombang tertentu, maka sensitivitas tertinggi terdapat pada daerah panjang gelombang yang dimaksud. 2) Respon waktu yang cepat, hal ini dimaksudkan agar sistem dapat dioperasikan pada kecepatan tinggi yang akan meningkatkan efisiensi sistem komunikasi. 3) Noise internal yang dibangkitkan detektor harus sekecil mungkin. 4) Harga yang murah dan juga mempunyai keandalan yang tinggi Apabila sebuah dioda berada dalam keadaan reverse bias, maka melalui dioda tersebut akan mengalir arus yang kecil sekali atau arus reverse. Besarnya arus reverse ini tergantung pada temperatur dan intensitas cahaya yang datang pada depletion layer. Apabila dioda tersebut terbungkus oleh zat yang tidak tembus cahaya, maka cahaya luar tidak dapat mencapai junction; karena itu tidak tampak adanya efek photo elektris. Tetapi apabila dioda tersebut terbungkus kaca maka setiap berkas cahaya yang datang pada dioda tersebut akan ikut menentukan besarnya arus reverse. Maka dioda yang mempunyai sifat ini disebut dioda photo. Pada dioda photo ini, berkas cahaya yang datang akan menyebabkan tambahan tenaga sehingga memungkinkan lepasnya ikatan antara elektron elektronvalensi dengan intinya. Ini berarti terbentuklah pasangan elektron bebas dan hole baru, yang berfungsi sebagai pembawa muatan. Karena itu arus reverse akan bertambah. Perubahan nilai arus reverse ini pada umumnya sangat kecil, 20

hanya beberapa mikroampere, tetapi hal ini cukup dapat dimanfaatkan untuk beberapa keperluan. Perubahan tegangan reverse tidak berpengaruh terhadap besarnya arus reverse. Besarnya arus reverse ini hanya tergantung dari intensitas cahaya yang datang pada junction, oleh karena itu sebuah dioda photo yang berada dalam keadaan reverse dapat dianggap suatu sumber arus yang di kontrol oleh intensitas cahaya yang datang padanya. 2.4 TRANSISTOR Transistor merupakan salah satu jenis komponen aktif yang banyak digunakan baik dalam rangkaian analog maupun digital. Transistor yang banyak digunakan adalah transistor jenis bipolar yang terdiri dari dua jenis yaitu NPN (Negatif-Positif- Negatif) dan NPN (Negatif-Positif-Negatif). Pada tugas akhir ini digunakan transistor jenis NPN dan PNP yang difungsukan sebagai penguat arus. Untuk mengoperasikan transistor harus diketahui dahulu daerah kerjanya. Ada tiga daerah kerja transistor yaitu 1. Daerah sumbat (cutt-off) Daerah sumbat merupakan daerah kerja transistor saat mendapat bias arus basis (Ib) 0. Pada saat daerah ini terjadi bocor dari basis ke emitor (IBEO). Hal yang sama dapat terjadi pada transistor hubungan kolektorbasis. Jika arus emitor sangat kecil (Ie=0), emitor dalam keadaan terbuka dan arus mengalir dari kolektor ke basis (ICBO). 2. Daerah aktif Daerah aktif terletak antara daerah jenuh dan daerah sumbat. Agar 21

transistor bekerja pada daerah aktif maka transistor harus mendapat arus basis lebih besar dari 0 (Ib 0). Dalam keadaan ini keluaran arus kolektor akan berubah sesuai dengan pemberian aris basisnya. 3. Daerah jenuh Transistor akan bekerja pada daerah jenuh jika transistor mendapat arus basis lebih besar dari arus basis maksimal Hal ini mengakibatkan keluaran arus kolektor tidak bertambah lagi. Vcc R L Daerah Jenuh Ic(mA) Daerah Sumbat Daerah Aktif V CE =V CC I B 7 I B 6 I B 5 I B 4 I B 3 I B 2 I B 1 I B 0 V CE (V) Gambar 2.14.Daerah kerja transistor (Malvino, 1997) Agar dapat digunakan sebagai penguat arus maka transistor harus berada pada daerah aktif. Selain itu tegangan kolektor-emitor (Vcc) dan tegangan basis-emitor (V BE ) harus berada pada bias maju. Untuk mendapatkan arus penguatan arus yang tinggi, transistor harus dibuat dalam konfigurasi kolektor bersama (common collector). Pemberian bias untuk konfigurasi transistor kolektor bersama dapat dilihat 22

pada gambar dibawah Ic Ib Vin Ie Vcc Vbb RL Gambar 2.15.Konfigurasi Transistor Kolektor Bersama (Malvino, 1997) Besarnya penguatan arus (hfe) untuk konfigurasi kolektor bersama merupakan perbandingan antara arus keluaran (Ie) dan arus masukan (Ib). Sedangkan perhitungan untuk penguatan arus adalah sebagai berikut Ic hfe =...(2.13) Ib ket hfe penguatan arus Ie arus emitor (ma) Ib arus basis (ma) Karena nilai Ie>>Ib maka diperoleh penguatan arus yang besar. Penguat jenis kolektor bersama ini digunakan dalam catu daya untuk mencukupi kebutuhan arus yang cukup besar pada beban. 23

2.5 MIKROKONTROLER ATMEL 89S51 Mikrokontroler 89S51 merupakan mikrokontroler buatan ATMEL yang kompatibel dengan keluarga MCS51 dari INTEL. Mikrokontroler ini menggunakan perangkat instruksi yang sama dengan mikrokontroler keluarga MCS51. 2.5.1 Arsitektur Mikrokontroler 89S51 Gambar 2.16.Mikrokontroler 89S51 (Data sheet book mikrokontroler 89S51) 24

Mikrokontroller 89S51 memiliki fasilitas internal sebagai berikut Kompatibel dengan produk MCS51 4 Kbyte flash EPROM Tiga tingkat pengaman memori program 128 x 8 bit RAM internal 32 I/O yang dapat diprogram dua timer/counter 16 bit enam sumber interupsi kanal serial yang dapat diprogram Tabel 2.1 Deskripsi Pin IC 89S51 Nomor Pin Nama Pin Alternatif Keterangan 20 GND Ground 40 VCC Power Supply 32...39 P0.7...P0.0 D7..D0 & A7...A0 Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data ataupun menerima kode byte pada saat Flash Programming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat menberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut Pada fungsi sebagai low order multiplex address/data port ini akan mempunyai internal pull up Pada saat flash programming diperlukan external pull up terutama pada saat vertikal program 1...6 P1.0...P1.7 Port 1 berfungsi sebagai I/O biasa atau menerima low order address byte selama pada saat flsh programming Port ini mempunyai intrnal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1 Sebagai output port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL 25

21...28 P2.0...P2.7 AB...A15 Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit (Movx @Dptr) Pada saat mengakses memori secara 8 bit,(mov @Rn) port ini akan mengeluarkan isi dari P2 Special Function Register Port ini mempunyai internal pill up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1 Sebagai output port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL 10...17 Port 3 Sebagai I/O biasa port 3 mempunyai sifat yang sama dengan port 1 maupun port 2. Sedangkan sebagai fungsi spesial port-port ini mempunyai keterangan sebagai berikut: 10 11 12 13 14 15 16 17 P3.0 P3.1 P3.2 P3.3 P3.4 P3.5 P3.6 P3.7 RXD TXD INT0 INT1 T0 T1 WR RD Port Serial Input Port Serial output Port Eksternal Interupt 0 Port Eksternal Interupt 1 Port Eksternal Timer 0 Input Port Eksternal Timer 1 Input Eksternal Data Memory Write Strobe Eksternal Data Memory Read Strobe 9 RST Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle 30 ALE PROG Pin ini dapat berfungsi sebagai Addrees Latch Enable (ALE) yang me-latch low byte address pada saat mengakses memori eksternal Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulse input untuk pada operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16 frekwensi oscilator kecuali pada saat mengakses memori eksternal sinyal clock pada pin ini dapat pula didisable dengan men-set bit 0 dari special function register di alamat BEH ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori eksternal (MOVX & MOVC) 29 PSEN Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali 26

31 EA VP Pada kondisi low pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroller akan menjalankan program yang ada pada saat memori eksternal setelah sistem di-reset Jika kondisi high pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori internal Pada saat flash programming pin ini akan mendapat tegangan 12 volt (VP) 19 XTAL1 Input Oscilator 18 XTAL2 Output Oscilator 2.5.3 Register Fungsi Khusus Mikrokontroller 89S51 mempunyai 21 reister fungsi khusus yang terletak pada antara alamat 80H hingga FFH. Beberapa dari register-register ini juga mampu dialamati dengan pengalamatan bit sehingga dapat dioperasikan seperti yang ada pada RAM yang lokasinya dapat dialamati dengan pengalamatan bit. Fungsi dan alamat yang terdapat pada register fungsi khusus akan ditunjukkan pada tulisan dibawah, Tabel 2.2. Register Fungsi Khusus Simbol Nama Register Alamat ACC B PSW SP DPH DPL P0 P1 P2 P3 Accumulator Register B Program Status Word Stack Pointer Data Pointer High Data Pointer Low Port 0 Port 1 Port2 Port 3 0E0H 0F0H 0D0H 81H 82H 83H 80H 90H A0H B0H 27

IP IE TMOD TCON TL0 TH0 TL1 TH1 SCON SBUF PCON Interupt Priority Control Interupt Enable Control Timer/Conter Mode Register Timer/Counter Control Register Timer/Counter 0 Low Byte Timer/Counter 0 High Byte Timer/Counter 1 Low Byte Timer/Counter 1 High Byte Serial Control Serial Data Buffer Power Control B8H A8H 89H 88H 8AH 8CH 8BH 8DH 98H 99H 87H Ket: simbol yang bergaris bawah berarti register tersebut dapat dialamati tiap bit 2.5.4 Struktur Memori Mikrokontroler 89S51 mempunyai struktur memori yang terdiri atas: RAM Internal, memori sebesar 128 byte yang biasanya digunakan untuk menyimpan variabel atau data yang bersifat sementara Special Function Register (register fungsi khusus), memori yang berisi register-register yang mempunyai fungsi-fungsi khusus yang disediakan oleh mikrokontroller seperti timer, serial dan lain-lain Flash PEROM, memori yang digunakan untuk menyimpan instruksiinstruksi MCS51 28

Gambar 2.17.Struktur Memori Mikrokontroler 89S51 (Data sheet book Mikrokontroler 89S51) 29