Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB)

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

HUKUM KEWARISAN ISLAM HUKUM WARIS PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN FHUI

MAKALAH PESERTA. Hukum Waris dalam Konsep Fiqh. Oleh: Zaenab, Lc, M.E.I

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM. Menurut istilah ulama mawa>rith (fara>id}) ialah mencegah dan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. informasi yang diperoleh dari beberapa sumber, yaitu seorang pakar, dan

Sistem Informasi Pengolahan Data Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Pada Pengadilan Agama Kota Palopo

BAB II KEWARISAN DALAM ISLAM

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQH MAWARITS DI MADRASAH ALIYAH

BAB II KEDUDUKAN JANDA TANPA KETURUNAN DALAM KEWARISAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Islam mengajarkan berbagai macam hukum yang menjadikan aturanaturan

BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II. Tinjauan Teori Mengenai Hukum Waris Islam. A. Tinjauan Umum Tentang hukum Waris Islam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK WARIS BAITUL MAL DALAM HUKUM ISLAM

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

Membangun Keluarga yang Islam

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS ISLAM STATUS MATA KULIAH : WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria atau seorang wanita, rakyat kecil atau pejabat tinggi, bahkan penguasa suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM. A. Sejarah Lahirnya Kompilasi Hukum Islam (KHI)

BAB II WARIS MENURUT HUKUM ISLAM DAN PERATURAN HUKUM MENGENAI PENGANGKATAN ANAK

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. yang memiliki beberapa arti yakni mengganti, memberi dan mewarisi. 15

Lex et Societatis, Vol. II/No. 8/Sep-Nov/2014. KEDUDUKAN DAN BAGIAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM ISLAM 1 Oleh : Alhafiz Limbanadi 2

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA WARIS BERBEDA AGAMA. Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu warasa-yarisu-warisan yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGUASAAN TIRKAH AL-MAYYIT YANG BELUM DIBAGIKAN KEPADA AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

WARIS MENUNAIKAN WASIAT JIKA ADA

I l m u W a r i s Oleh : Abu Suhaib Salim Ali Ganim. Surabaya; 11/11/2013 M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka.

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. Harta merupakan masalah penting dalam kehidupan masyarakat, baik

BAB III PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF CLD KHI

SISTEM PEMBAGIAN HARTA WARIS MASYARAKAT MUSLIM DI DESA KALONGAN KECAMATAN UNGARAN TIMUR KABUPATEN SEMARANG

KANDUNGAN ISI HUKUM WARIS ISLAM DALAM KITĀB AL-FARĀIḌ. Oleh: Arintha Ayu Widyaningrum C Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya UNS

Dr. H. A. Khisni, S.H., M.H. Hukum Waris Islam UNISSULA PRESS ISBN

BAB II KEDUDUKAN WALI AD}AL DAN HARTA WARISAN

BAB I PENDAHULUAN. seseorang yang meninggal dunia itu. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yaitu :

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA WARISAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

MASALAH HAK WARIS ATAS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN KEDUA MENURUT HUKUM ISLAM

Fiqh Sunnah jilid 14

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

2-1.

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN PADA MASYARAKAT MINANGKABAU DI TAPAKTUAN

PEMBUATAN SOFTWARE TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS DALAM ISLAM (ILMU FARAID)

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

BAB VIII SYARIAT ISLAM TENTANG PEWARISAN

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB II KEWARISAN MENURUT ISLAM

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB II KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA. a. Pengertian Waris Menurut Hukum Islam

BAB II KAJIAN TEORITIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA KEWARISAN

Kasus Pembagian Harta Warisan

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa Arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R

PEMBERIAN HAK WARIS DALAM HUKUM ISLAM KEPADA NON-MUSLIM BERDASARKAN WASIAT WAJIBAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

KONSEPSI HUKUM WARIS ISLAM DAN HUKUM WARIS ADAT (Analisis Kontekstualisasi dalam Masyarakat Bugis)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARISAN MAZHAB SYAFI I. kewarisan perdata barat atau BW dan kewarisan adat. mengikat untuk semua yang beragama Islam.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

Ringkasan Fiqih Islam (5)

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN ISTIMBATH HUKUM YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAHAMAN TEKS AL-QUR AN

WARIS ISLAM DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS. Kata waris berasal dari kata bahasa arab mirats. Bentuk jamaknya adalah

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG HUKUM KEWARISAN ISLAM. Kata waris berasal dari bahasa Arab Al-mīrath, dalam bahasa arab

Rancangan Program Aplikasi Al-Faraidh sebagai Media Pembelajaran Mawaris di MAN Model Banda Aceh

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

Transkripsi:

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1

A. Pembagian Warisan Dalam a. Mawaris 1. Beberapa pengertian Kata mawaris merupakan jamak dari kata miras yang diartikan peninggalan atau harta orang meninggal yang diwariskan kepada ahli warisnya. Menurut Muhammad Ali Ash Shabuni pengertian mirats (waris) secara lughat ialah pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari kaum kepada kaum lain b. Pewaris Adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan. c. Ahli waris Adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. d. Harta waris (tirkah) Adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat (wasiat). e. Ilmu mawaris Ilmu mawaris disebut juga ilmu faraid yaitu ilmu untuk mengetahui orang yang berhak menerima harta pusaka/ warisan, orang yang dapat menerima warisan, kadar pembagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris, dan tata cara pembagiannya. Mempelajari ilmu mawaris dianjurkan oleh nabi, 2. Tujuan mawaris beliau bersabda: Pelajarilah faraid dan ajarkanlah kepada orang banyak, karena faraid adalah separoh ilmu dan mudah dilupakan serta merupakan ilmu yang pertama kali hilang dari umatku. Mawaris bertujuan untuk: a. Melaksanakan pembagian harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan syariah 2

b. Mengetahui secara jelas siapa yang berhak menerima harta warisan dan berapa bagian yang diperoleh masing-masing ahli waris. c. Menentukan pembagian harta warisan secara adil dan benar sehingga tidak timbul perselisihan antara ahli waris Ada beberapa sebab hingga 3. Sebab-sebab mendapat warisan seseorang mendapatkan harta warisan, yaitu: a. Hubungan Nasab (Darah), seperti ayah, ibu, anak, saudara, paman, kakek dan nenek, sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surah An Nisa [4] ayat 7; Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang Telah ditetapkan. b. Hubungan Perkawinan, yang terdiri dari duda atau janda. Perkawinan yang sah menimbulkan hubungan kewarisan. Jika seorang suami meninggal dunia maka isteri atau jandanya mewarisi harta suaminya, dan demikian pula sebaliknya. Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanyalah : anak, ayah, ibu, janda atau duda (dapat dilihat Al Quran surah An Nisa [4] ayat 12 c. Hubungan seagama, yaitu sesama muslim. Hal ini sesuai dengan hadis nabi: saya menjadi waris bagi pewaris yang tidak mempunyai akli waris. (Hr. Ahmad dan Abu Daud) d. Memerdekakan budak (wala), Rasulullah pernah bersabda: Hubungan orang yang memerdekakan dengan hamba yang dimerdekakan itu seperti hubungan turunan tidak dijual dan tidak diberikan (Hr. Ibnu Khuzaemah, Ibnu Hiban, dan Hakim) 3. Sebab-sebab hilangnya hak ahli waris haknya memperoleh harta warisan,yaitu: Ada beberapa sebab sehingga ahli waris kehilangan 3

a. Pembunuh, yaitu orang yang membunuh pewaris. Nabi bersabda: Yang membunuh tidak berhak mewarisi peninggalan keluarga yang dibunuhnya. (Hr.An Nasai) b. Murtad dan kafir, orang yang bukan beragama Islam tidak berhak menerima harta warisan orang Islam. Nabi bersabda: Seorang muslim tidak berhak mewarisi harta peninggalan orang kafir dan orang kafir tidak berhak pula mewarisi harta peninggalan orang Islam. (Hr. Jamaah) c. Hamba (budak), tidak dapat menjadi ahli waris karena dirinya adalah milik tuannya. Dalam Al Quran surah An Nahl [16] ayat 75 Allah berfirman: seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun. Pelaksanaan pembagian harta warisan 4. Syarat pewarisan dapat dilakukan apabila memenuhi syarat-syarat berikut: a. Adanya yang meninggal dunia, baik secara hakiki atau hukmi. b. Adanya harta warisan. c. Tidak penghalang untuk menerima harta warisan Sebelum harta 5. Kewajiban sebelum harta warisan dibagikan warisan dibagikan, ahli waris harus mengeluarkan biaya-biaya yaitu: a. Biaya jenazah b. Utang yang belum dibayar c. Zakat yang belum dikeluarkan d. Wasiat, yaitu pesan yang diamanatkan kepada ahli waris untuk memberikan hartanya kepada seseorang. Dalam sebuah hadis wasiat tidak boleh lebih dari 1/3 harta warisan. Ahli Waris ialah orang yang berhak menerima warisan, 6. Ahli Waris ahli dibedakan menjadi dua yaitu lelaki dan perempuan. a. Ahli Waris lelaki terdiri dari: 1. Anak laki-laki 4

2. Cucu laki-laki sampai keatas dari garis anak laki-laki. 3. Ayah 4. Kakek sampai keatas garis ayah 5. Saudara laki-laki kandung 6. Saudara laki-laki seayah 7. Saudara laki-laki seibu 8. Anak laki-laki saudara kandung sampai kebawah. 9. Anak laki-laki saudara seayah sampai kebawah. 10. Paman kandung 11. Paman seayah 12. Anak paman kandung sampai kebawah. 13. Anak paman seayah sampai kebawah. 14. Suami 15. Laki-laki yang memerdekakan b. Ahli Waris wanita terdiri dari 1. Anak perempuan 2. Cucu perempuan sampai kebawah dari anak laki-laki. 3. Ibu 4. Nenek sampai keatas dari garis ibu 5. Nenek sampai keatas dari garis ayah 6. Saudara perempuan kandung 7. Saudara perempuan seayah 8. Yang Saudara perempuan seibu. 9. Isteri 10. Wanita yang memerdekakan Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu zawil furud/ Ashabul furudh dan ashobah. a. Ashabul furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu. Terdiri dari (1) mendapat bagian ½ harta. (a) Anak perempuan kalau sendiri (b) Cucu perempuan kalau sendiri (c) Saudara perempuan kandung kalau sendiri (d) Saudara perempuan seayah kalau sendiri 5

(e) Suami (2) mendapat bagian ¼ harta (a) Suami dengan anak atau cucu (b) Isteri atau beberapa kalau tidak ada anak atau cucu (3) mendapat 1/8 Isteri atau beberapa isteri dengan anak atau cucu. (4) mendapat 2/3 (a) dua anak perempuan atau lebih (b) dua cucu perempuan atau lebih (c) dua saudara perempuan kandung atau lebih (d) dua saudara perempuan seayah atau lebih (5) mendapat 1/3 (a) Ibu jika tidak ada anak, cucu dari garis anak laki-laki, dua saudara kandung/seayah atau seibu. (b) Dua atau lebih anak ibu baik laki-laki atau perempuan (6) mendapat 1/6 (a) Ibu bersama anak laki-laki, cucu laki-laki atau dua atau lebih saudara perempuan kandung atau perempuan seibu. (b) Nenek garis ibu jika tidak ada ibu dan terus keatas (c) Nenek garis ayah jika tidak ada ibu dan ayah terus keatas (d) Satu atau lebih cucu perempuan dari anak laki-laki bersama satu anak perempuan kandung (e) Satu atau lebih saudara perempuan seayah bersama satu saudara perempuan kandung. (f) Ayah bersama anak laki-laki atau cucu laki-laki (g) Kakek jika tidak ada ayah (h) Saudara seibu satu orang, baik laki-laki atau perempuan. b. Ahli waris ashobah yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu tetapi mereka dapat menghabiskan bagian sisa ashhabul furud. Ashobah dibedakan menjadi: ashabah binafsihi, ashobah bighairi dan ashobah ma a ghairih (1) Ashobah binafsihi adalah ashobah dengan sendirinya, ashobah binafsihi sebagai berikut: (a) Anak laki-laki 6

(b) Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus kebawah (c) Ayah (d) Kakek dari garis ayah keatas (e) Saudara laki-laki kandung (f) Saudara laki-laki seayah (g) Anak laki-laki saudara laki-laki kandung sampai kebawah (h) Anak laki-laki saudara laki-laki seayah sampai kebawah (i) Paman kandung (j) Paman seayah (k) Anak laki-laki paman kandung sampai kebawah (l) Anak laki-laki paman seayah sampai kebawah (m) Laki-laki yang memerdekakan yang meninggal (2) ashobah bighairi adalah ashobah dengan saudaranya (a) Anak perempuan bersama anak laki-laki atau cucu laki. (b) Cucu perempuan bersama cucu laki-laki (c) Saudara perempkuan kandung bersama saudara laki-laki kandung atau saudara laki-laki seayah. (d) Saudara perempuan seayah bersama saudara laki-laki seayah. (3) ashobah ma a ghairih adalah ashobah dengan orang tertentu dalam dzawil furud (a) Anak perempuan kandung satu orang bersama cucu perempuan satu atau lebih (2/3). (b) Saudara perempuan kandung bersama saudara perempuan seayah (2/3) Hijab berarti tabir atau penghalang, yaitu penghalang bagi 6. Hijab ahli waris untuk menerima harta warisan karena ada ahli waris lain yang kedudukannya lebih dekat atau lebih berhak. Sedangkan yang terhalang disebut mahjub. Hijab dibedakan menjadi dua yaitu; a. Hijab Nuqsan adalah hijab yang mengurangi bagian ahli waris b. Hijab Hirman adalah hijab yang menghilangkan bagian ahli waris, seperti: (1) Nenek dari garis ibu gugur haknya karena adanya ibu. (2) Nenek dari garis ayah gugur haknya karena adanya ayah dan ibu (3) Saudara seibu gugur haknya baik laki-laki ataupun perempuan oleh: (a) anak kandung laki/perempuan (b) cucu baik laki-laki/perempuan dari garis laki-laki 7

(c) bapak (d) kakek (4) Saudara seayah baik laki-laki/perempuan gugur haknya oleh : (a) ayah (b) anak laki-laki kandung (c) cucu laki-laki dari garis laki-laki (d) Saudara laki-laki kandung (5) Saudara laki-laki/perempuan kandung gugur haknya oleh: (a) anak laki-laki (b) cucu laki-laki dari garis anak laki-laki (c) ayah B. Cara Pembagian Harta Warisan Untuk menentukan ahli waris sebaiknya 1. Menentukan ahli waris mengikuti urutan berikut: a. Menentukan anggota keluarga yang menjadi ahli waris dan yang tidak berhak dari sebab yang telah ditentukan. b. Menentukan ahli waris yang terhijab c. Menentukan ahli waris yang masuk zawil furud dan ashabah Beberapa langkah untuk 2. Cara menghitung harta warisan menghitung harta warisan, yaitu: a. Menentukan asal masalah. Asal masalah adalah bilangan bulat yang digunakan untuk membagi harta warisan, caranya menentukannya adalah: (1) Apabila ahli warisnya terdiri dari ashabah binafsih asal maslahnya adalah sejumlah ahli waris yang ada. Contoh: apabila ahli waris 5 orang laki-laki maka asal masalahnya adalah 5, cara pembagiannya adalah harta warisan dibagi 5 (2) Apabila ahli warisnya terdiri dari ashabah bighairih asal maslahnya adalah sejumlah ahli waris yang ada dan untuk anak laki-laki dikali dua. Contoh: ahli waris 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, maka asal masalahnya 2 x 2 = 4 + 1 = 5 8

(3) Apabila ahli warisnya adalah seorang zawil furud maka asal masalahnya adalah penyebutnya. (4) Apabila ahli warisnya adalah lebih dari seorang zawil furud maka asal masalahnya adalah kelipatan persekutuan terkecil (KPK) penyebutnya. Asal masalah (KPK) dalam hal ini terdiri dari: 2, 3, 4, 6, 8, 12, dan 24. Contoh: ahli waris istri 1/6, ibu 1/8 maka KPKnya 24 b. Menentukan bagian ahli waris Apabila sudah diketahui asal masalahnya maka dapat ditentukan bagian dari ahli waris dengan cara seperti contoh berikut: Contoh: ahli waris istri, ibu, dua orang anak laki-laki Bagian istri 1/6 x 24 = 4 Bagian ibu 1/8 x 24 = 3 Dua orang anak laki-laki 24 4 3 = 17 c. Menentukan besaran harta warisan Setelah ditentukan bagian ahli waris tinggal menentukan besar harta warisan yang diterima dengan cara seperti contoh berikut: Contoh: ahli waris istri, ibu, dua orang anak laki-laki, harta warisan Rp. 500.000.000,- 1) Bagian istri 4/24 x Rp. 500.000.000,- = Rp. 83.333.333,33 2) Bagian ibu 3/24 x Rp. 500.000.000,- = Rp. 62.500.000 3) Dua orang anak laki-laki 17/24 x Rp. 500.000.000,- = Rp. 354.166.666,67 Jumlah = Rp. 500.000.000,- d. Dalam pembagian warisan kadang ditemukan masalah aul. Masalah Aul terjadi apabila jumlah penyebut lebih kecil dari pembilang. 2 orang ahli waris ditetapkan sebagai zawil furud ½ dan 2/3, maka bagian ahli waris tersebut adalah 3/6 dan 4/6 = 7/6. Dengan bagian 7/6 tidak dapat diselesaikan pembagian besaran harta warisan. Untuk menyelesaikan masalah ini penyebut harus dibesarkan menjadi 7 Contoh: Ahli waris: Suami (½), saudara perempuan seibu sebapak (2/3), harta warisan Rp. 200.000.000,- KPK nya adalah 6 9

Suami ½ x 6 Saudara perempuan seibu sebapak 2/3 x 6 Jumlah = 3 bagian = 4 bagian = 7 bagian Suami 3/7 x Rp. 200.000.000,- = 85.714.285,7 Saudara perempuan seibu sebapak 4/7 x Rp. 200.000.000,- = 114.285.714,3 Jumlah = 200.000.000,- e. Dalam pembagian warisan kadang juga ditemukan masalah radd. Masalah radd terjadi apabila masih ada sis jumlah bagian. Contoh: Ahli waris: seorang anak perempuan (½), ibu (1/6), harta warisan Rp. 200.000.000,- KPK nya adalah 6 seorang anak perempuan ½ x 6 = 3 bagian ibu 1/6 x 6 = 1 bagian Jumlah = 4 bagian Masih ada sisa 2 bagian, dapat dibagi menurut persetujuan keduanya. C. Ikhtisar 1. Kata mawaris merupakan jamak dari kata miras pindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari kaum kepada kaum lain 2. Ilmu mawaris disebut ilmu faraid yaitu ilmu untuk mengetahui orang yang berhak menerima harta pusaka/ warisan, orang yang dapat menerima warisan, kadar pembagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris, dan tata cara pembagiannya. 3. Ada beberapa sebab hingga seseorang mendapatkan harta warisan, yaitu: Hubungan nasab (darah), hubungan perkawinan, hubungan seagama, memerdekakan budak 4. Ada beberapa sebab sehingga ahli waris kehilangan haknya memperoleh harta warisan, yaitu: Membunuh, murtad dan kafir, hamba sahaya (budak). 5. Sebelum harta warisan dibagikan, ahli waris harus mengeluarkan biaya untuk keperluan: mengurus jenazah, membayar utang, zakat dan wasiat 10

6. Ditinjau dari sudut pembagian, Ahli waris terbagi dua yaitu zawil furud/ Ashabul furudh dan ashobah. Ashabul furudh yaitu orang yang mendapat bagian tertentu, ashobah yaitu para ahli waris tidak mendapat bagian tertentu tetapi mereka dapat menghabiskan bagian sisa ashhabul furud. 7. Hijab berarti tabir atau penghalang, yaitu penghalang bagi ahli waris untuk menerima harta warisan karena ada ahli waris lain yang kedudukannya lebih dekat atau lebih berhak. Hijab dibedakan menjadi dua yaitu; Hijab Nuqsan adalah hijab yang mengurangi bagian ahli waris. Hijab Hirman adalah hijab yang menghilangkan bagian ahli waris. 11