BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain case

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Subyek penelitian adalah 48 neonatus dengan hiperbilirubinemia. Jenis kelamin

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB 4 METODE PENELITIAN. risiko : 1) usia, 2) hipertensi 3) diabetes melitus 4) hiperkolesterol 5) merokok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pengambilan data primer dari pasien cedera kepala tertutup derajat sedang berat

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB IV METODE PENELITIAN

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf dan radiologi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Bulan Desember Subjek penelitian adalah pasien atau pengantar pasien

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Bedah Kepala dan Leher subbagian Neuro-otologi. Perawatan Bayi Resiko Tinggi (PBRT) dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

Receiver Operating Curve (ROC) analisis. Nilai p dianggap bermakna dengan p. kepercayaan dan power sebesar 80 %.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan anak khususnya sub bagian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. control untuk menganalisis hipertensi dengan kejadian presbiakusis yang

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

4. HASIL PENELITIAN. 35 Universitas Indonesia

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. belah lintang (cross sectional) untuk mengetahui korelasi antara faktor-faktor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi. Pengumpulan data dilakukan di Puskesmas Rowosari, Semarang.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat Jalan Bagian Ilmu Penyakit Saraf RSUP Dr.Kariadi Semarang. Subyek penelitian ditentukan secara consecutive sampling yaitu dengan mendata pasien epilepsi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi sehingga memenuhi jumlah yang memenuhi syarat analisis. Studi ini didapatkan jumlah sampel sebanyak 40 sampel, dimana 20 sampel pada masing-masing kelompok kasus maupun kontrol. Kelompok kasus pada penelitian ini adalah penderita epilepsi yang mendapat monoterapi OAE (obat anti epilepsi) fenitoin yang mengalami hiperplasia ginggiva, dan kelompok kontrol pada penelitian ini adalah penderita epilepsi yang mendapat monoterapi OAE fenitoin yang tidak mengalami hiperplasia ginggiva. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna rerata umur antara kelompok kasus (29,5 ± 11,7 tahun) dan kontrol (31,7 ± 14,7 tahun) dengan nilai p=0,595. Untuk variabel jenis kelamin, proporsi laki-laki lebih

80 banyak pada kelompok kasus (70,0%) dibanding pada kelompok kontrol (50,0%), namun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna (nilai p=0,514). Tabel 6. Perbandingan karakteristik subyek antara kelompok kasus dan kontrol Karakteristik Kasus (n=20) Kontrol (n=20) Nilai-p 1. Umur (rerata±sd) th 29,5±11,7 31,7±14,66 0,595 a 2. Jenis kelamin Laki-laki 14 (70,0%) 11 (55,0%) 0,514 b Perempuan 6 (30,0%) 9 (45,0%) Keterangan: a Uji-t tidak berpasangan; b Uji Chi-square 4.2 KARAKTERISTIK KLINIS PENELITIAN Hasil anamnesis menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna berdasarkan hasil uji Fisher exact antara kelompok kontrol maupun kasus dalam hal frekuensi gosok gigi (p=1,000) dan riwayat penyakit periodontal (p=0,231). Perbedaan bermakna melalui uji Chi Square ditemukan pada kebiasaan mengkonsumsi asam folat, dimana kelompok kontrol secara bermakna lebih banyak yang mengkonsumsi asam folat (p=0,0001), dan pada variabel oral higine (p=0,011) dimana kondisi oral higine buruk lebih banyak ditemui pada kelompok kontrol.

81 Tabel 7: hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik antara kelompok kasus dan kontrol Variabel Kasus (n=20) Kontrol (n=20) P 1. Frekuensi gosok gigi 1 kali/hari 1 (5,0%) 2 (10,0%) 1,000 a 2 kali/hari 19 (95,0%) 18 (90,0%) 2. Riwayat penyakit periodontal Ada 0 (0,0%) 3(15,0%) 0,231 a Tidak ada 20 (100%) 17(85,0%) 2. Kondisi oral higine Buruk 1 (5,0%) 9(45,0%) 0,011 b Baik 19 (95,0%) 11(55,0%) 4. Kebiasaan mengkonsumsi asam folat Ya 0 (0,0%) 16(80,0%) 0,0001 b Tidak 20 (100,0%) 4(20,0%) Keterangan: a ; b Uji Chi-square (Continuity Correction) Untuk mengetahui risiko oral higine terhadap hiperplasia ginggiva dilakukan uji beda dengan data numerik. Dapat dilihat pada tabel.8 Tabel.8 Uji beda faktor risiko oral higine Variabel Kasus Kontrol P Oral Higine (skor) 1,6±0,9 2,2±1,3 0,183 Hasil analisis dengan uji Mann Whitney di atas dengan data numerik dari variabel oral higine menunjukkan rerata pada kelompok kontrol ternyata memiliki skor oral higine yang lebih tinggi dibandingkan kasus, dimana menurut teori semakin tinggi skor oral higine maka semakin buruk keadaan oral higinenya. 47 Hasil studi ini menunjukan secara statistik tidak bermakna (p=0,183), dengan skor oral higine pada

82 kelompok kontrol (2,2±1,3) yang lebih tinggi dari kelompok kasus (1,6±0,9), ternyata tidak memiliki pengaruh makna klinis yang berarti. 4.3 DOSIS DAN LAMA PEMBERIAN FENITOIN SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERPLASIA GINGGIVA PADA PASIEN EPILEPSI kejadian hiperplasia ginggiva pada pasien epilepsi dengan odds rasio 21,0 (3,7-120,4); nilai-p=0,0001), sedangkan lama pemberian obat lebih dari 6 bulan bukan merupakan faktor risiko yang signifikan (p=0,522) dengan nilai OR 1,8 (0,5-6,6). Tabel 9: Dosis dan lama pemberian obat fenitoin sebagai faktor risiko kejadian hiperplasia ginggiva pada pasien epilepsi Faktor risiko Kasus (n=20) Kontrol OR (95%CI) P (n=20) Dosis fenitoin 14 (70,0%) 2 (10,0%) 21,0 (3,7-120,4) 0,0001 < 300 mg 6 (30,0%) 18 (90,0%) Lama pemberian obat > 6 bulan 13 (65,0%) 10 (50,0%) 1,8 (0,5-6,6) 0,522 = 6 bulan 7 (35,0%) 10 (50,0%) Untuk menentukan cut off point dosis berapa yang dapat menimbulkan hiperplasia ginggiva, pada studi ini dilakukan uji dengan kurva ROC. Hasil uji tersebut tampak bahwa dosis yang mempunyai nilai sensitivitas dan spesifisitas terbaik adalah 250 mg, yakni 66,7% dan 89,5% (100%-10,5%) (lihat Tabel.10).

83 Tabel.10 Cut off point dosis oral fenitoin Cutt of point Dosis oral Sensitifias 1 Spesifiksitas 99,00 1,000 1,000 150,00,857,737 250,00,667,105 350,00,381,053 401,00,000,000 ROC Curve 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 0.0 0.2 0.4 0.6 1 - Specificity 0.8 1.0 Diagonal segments are produced by ties. Gambar 12. Kurva ROC Cut off point

84 Dosis fenitoin sebagai faktor risiko kejadian hiperplasia ginggiva dengan memperhitungan lama pemberian obat Terdapat hasil yang bermakna, bahwa lama pemberian obat > 6 bulan dengan dosis ginggiva pada pasien epilepsi (OR=22,0; 95% CI=2,5-191,0; nilai-p=0,003). hasil seperti terlihat pada Tabel 11. Tabel 11: Dosis fenitoin sebagai faktor risiko kejadian hiperplasia ginggiva dengan memperhitungan lama pemberian obat. Dosis fenitoin Lama pemberian obat > 6 bulan Kasus (n=13) Kontrol (n=10) OR (95%CI) Nilai-p 11 (84,6%) 2 (20,0%) 22,0 (2,5-191,0) 0,003 < 300 mg 2 (15,4%) 8 (80,0%) Lama pemberian obat = 6 bulan 3 (42,9%) 0 (0,0%) 3,5 (1,5-8,0) 0,051 < 300 mg 4 (57,1%) 10 (100,0%) OR Adjusted: 32,1 (95%CI= 3,750-275,586)

85 4.4. DOSIS SERUM SERUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO HIPERPLASIA GINGGIVA PADA PASIEN EPILEPSI Korelasi antara dosis oral fenitoin dan kadar fenitoin dalam serum Tabel 12. Korelasi Dosis oral fenitoin dengan Dosis serum (Kadar fenitoin dalam serum) Dosis Oral fenitoin Dosis/Kadar fenitoin dalam serum R P Tinggi ( Rendah (< 10µg/ml) 14 (70%) 2 (10,0%) 0,909 0,0001 < 300 mg (n=24) 6 (30,0%) 18 (90,0%) Hasil uji Gamma di atas menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif (R=0,909) yang signifikan (p=0,0001) antara dosis fenitoin oral dan kadar fenitoin dalam serum. Dosis serum / Kadar fenitoin serum sebagai faktor risiko hiperplasia ginggiva: Tabel 13: Dosis serum / Kadar fenitoin dalam serum sebagai faktor risiko terhadap kejadian hiperplasia ginggiva Kadar fenitoin Kasus Kontrol OR (95%CI) Nilai-p dalam serum (n=20) (n=20) 19 (95,5%) 0 (0,0%) 21,0 (3,1-142,2) 0,0001 Rendah (<10 µg/ml) 1 (5,0%) 20 (100,0%) *RR Tabulasi silang di atas memperlihatkan bahwa hampir seluruh pasien dengan kadar a ginggiva, sedangkan

86 hanya satu pasien dengan kadar fenitoin dalam serum rendah (<10 µg/ml) yang mengalami hiperplasia ginggiva. Hasil tersebut tidak mengherankan saat didapatkan nilai p 0,0001, namun dengan distribusi seperti di atas, odds rasio antar kedua variabel tidak dapat dihitung dan menghasilkan RR 4.5 DOSIS ORAL FENITOIN, LAMA PEMBERIAN DAN DOSIS SERUM TERHADAP RISIKO HIPERPLASIA GINGGIVA Tabel 14: Dosis oral fenitoin, Lama pemberian dan Dosis serum (kadar fenitoin dalam serum) terhadap risiko hiperplasia ginggiva Faktor risiko Hiperplasia ginggiva P Ditemukan (+) Tidak (-) Dosis oral Fenitoin (mg) 300,0 ± 102,6 185,0 ± 74,5 0,001* Lama Pemberian (Bulan) 12,2 ± 7,10 8,65 ± 3,43 0,174* Kadar Fenitoin dalam serum (µg) 14,1 ± 2,49 5,89 ± 1,80 0,0001** *Uji Mann Whitney, ** Uji T independen Hasil analisis dengan uji Mann Whitney dan T independen di atas dengan data numerik dari variabel dosis oral fenitoin, lama pemberian fenitoin, dan kadar fenitoin dalam serum di atas menunjukkan adanya hasil yang bermakna pada faktor risiko

87 dosis fenitoin oral (p=0,001) dan kadar fenitoin dalam serum terhadap hiperplasia ginggiva (p=0,0001), namun tidak pada faktor risiko lama pemberian fenitoin (p=0,174). Hasil Uji Regresi Logistik Tabel 15: Uji Regresi Logistik dosis fenitoin dengan memperhitungkan lama pemberian terhadap kejadian hiperplasia ginggiva. Variabel B P OR (95%CI) Dosis oral fenitoin 3,37 0,001 29,145 3,862-219,9 Lama pemberian - 0,690 0,457 0,501 0,081-3,098 Hasil analisis multivariat dengan memperhitungkan lama pemberian obat fenitoin bersama dengan dosis oral seperti tampak pada tabel diatas dengan uji Regresi logistik, didapatkan adanya nilai OR yang tetap bermakna pada faktor risiko dosis oral fenitoin. Nilai OR variabel dosis oral fenitoin menjadi 29,145 dengan nilai p yang tetap signifikan (p=0,001).