PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 06 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 7 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 4 SERI D

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2003 SERI E

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DI KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR. TAHUN. TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI PAMEKASAN,

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 28 TAHUN 2001 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN GODONG DESA JATILOR Jl. Raya Purwodadi-Semarang Km. 13 Telp. (0292) Kode Pos 58162

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKANBARU Nomor : 18 Tahun : 2002 Seri : D Nomor : 16

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 20 SERI D. 20 =================================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2002 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 77 Tahun 2014 Seri D Nomor 37 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

PERATURAN DESA SUKARAJA NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN RT DAN RW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

WALIKOTA KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 3, TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

WALIKOTA BATAM PROPINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

Transkripsi:

SALINAN WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN RUKUN WARGA DAN RUKUN TETANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 27 Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 5 Tahun 2007 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota Prabumulih tentang Pembentukan Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Prabumulih (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4113); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4588); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan; 6. Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 5 Tahun 2007 tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan (Lembaran Daerah Kota Prabumulih Tahun 2007 Nomor 5 Seri D); 7. Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kota Prabumulih ( Lembaran Daerah Kota Prabumulih Tahun 2008 Nomor I Seri D; 8. Peraturan Daerah Kota Prabumulih Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Kota Prabumulih (Lembaran Daerah Kota Prabumulih Tahun 2008 Nomor 2 Seri D).

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH TENTANG PERUBAHAN ATAS PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN WARGA (RW) DAN RUKUN TETANGGA (RT). BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Prabumulih; 2. Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Prabumulih; 3. Walikota adalah Walikota Prabumulih; 4. Peraturan Walikota adalah Peraturan Walikota Prabumulih; 5. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kota Prabumulih dalam wilayah kerja kecamatan; 6. Lurah adalah Kepala Kelurahan yang merupakan Perangkat Daerah yang bertanggung jawab kepada Walikota melalui Camat; 7. Rukun Warga dan Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RW dan RT adalah Lembaga Kemasyarakatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat setempat berdasarkan musyawarah mufakat sebagai mitra kerja Pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat; 8. Kepala Keluarga adalah penanggung jawab keluarga yang terdaftar dalam Kartu Keluarga; 9. Penduduk adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia maupun Warga Negara Asing yang bertempat tinggal tetap dan mempunyai KTP dalam wilayah Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat; 10. Anggota Rukun Tetangga adalah penduduk yang terdaftar pada Kartu Keluarga dan berada di lingkungan Rukun Tetangga; 11. Anggota Rukun Warga adalah Rukun Tetangga yang berada di lingkungan Rukun Warga; 12. Warga adalah setiap orang yang mempunyai identitas yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota serta bertempat tinggal tetap dalam wilayah Rukun Tetangga setempat; 13. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihan, konsultasi, supervisi, monitoring, pengawasan umum, dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaran pemerintahan kelurahan. BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 Rukun Warga dan Rukun Tetangga adalah lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan dalam wilayah kerja kelurahan. BAB III MEKANISME PEMBENTUKAN Pasal 3 (1) Di kelurahan dapat dibentuk Rukun Tetangga atau Rukun Warga atas prakarsa masyarakat yang difasilitasi oleh Lurah atau Perangkat yang ditunjuk oleh Lurah melalui musyawarah mufakat;

(2) Rukun Tetangga dibentuk dari penduduk kelurahan setempat, setiap Rukun Tetangga terdiri dari sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) Kepala Keluarga atau sebanyak-banyaknya 100 (seratus) Kepala Keluarga atau dengan memperhatikan keadaan teritorial, nilai sosial budaya dan perkembangan demografi; (3) Setiap Rukun Warga sebagaimana dimaksud ayat (1) sekurang-kurangnya terdiri dari 5 (lima) Rukun Tetangga dan sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) Rukun Tetangga. Pasal 4 (1) Dalam hal jumlah Rukun Tetangga dan Rukun Warga kurang atau melebihi sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 ayat (2) dan ayat (3) harus digabung atau dimekarkan. (2) Penggabungan dan pemekaran RT dan RW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan atas prakarsa masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut : a. Ketua RT dan RW mengajukan usul permohonan kepada Lurah untuk mendapatkan penetapan. b. Usul Penggabungan atau Pemekaran RT dan RW sebagaimana dimaksud pada huruf a dilaksanakan secara musyawarah mufakat yang dihadiri 2/3 Kepala Keluarga untuk RT dan 2/3 pengurus RT untuk RW. c. Musyawarah mufakat sebagaimana dimaksud pada huruf b difasilitasi oleh Lurah ; dan d. Usul permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b diusulkan oleh Lurah melalui Camat kepada Walikota untuk mendapatkan persetujuan. Pasal 5 Hasil Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 dan Pasal 4 dilaporkan kepada Lurah untuk ditetapkan BAB IV MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 6 Rukun Tetangga dan Rukun Warga dibentuk dengan maksud dan tujuan untuk : a. Memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat yang berdasarkan kegotongroyongan dan kekeluargaan; b. Menghimpun seluruh potensi swadaya masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan warga; c. Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat secara optimal guna membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan secara lebih berdaya guna dan berhasil guna. Rukun Warga mempunyai tugas : BAB V TUGAS DAN FUNGSI Pasal 7 a. Membantu Pemerintah Kelurahan dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat; b. Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan c. Menggerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya;

Pasal 8 Rukun Warga (RW) dalam sebutan lain mempunyai fungsi : a. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas Rukun Tetangga (RT) di wilayahnya; b. Pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar Rukun Tetangga (RT) dan antar masyarakat dengan Pemerintah; c. Media Komunikasi, informasi, sosialisasi antar Pemerintah Kelurahan dan Masyarakat; Rukun Tetangga (RT) mempunyai tugas : Pasal 9 a. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah; b. Memelihara keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; Rukun Tetangga (RT) mempunyai fungsi: Pasal 10 a. Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; b. Peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; c. Pelaksanaan koordinasi antar anggota Rukun Tetangga; d. Pelaksanaan koordinasi hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan Pemerintah; e. Penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi oleh warga; f. Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; g. Penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat; h. Penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB VI KEPENGURUSAN Pasal 11 (1) Pengurus Rukun Tetangga terdiri dari : a. ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Beberapa orang anggota sesuai dengan kebutuhan. (2) Pengurus Rukun warga terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; d. Beberapa orang anggota sesuai dengan kebutuhan. (3) Pengurus RT dan RW sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) diatas, tidak dapat merangkap jabatan sebagai pengurus Lembaga Kemasyarakatan lainnya. Pasal 12 (1) Pengurus Rukun Tetangga dan Rukun Warga : a. Pengurus RT, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, huruf b dan huruf c

dipilih dari dan oleh anggota Rukun Tetangga setempat dalam musyawarah mufakat; b. Pengurus RW, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, huruf b dan huruf c dipilih dari dan oleh pemuka masyarakat dan pengurus Rukun Tetangga dalam musyawarah mufakat RW setempat; (2) Pengurus RT dan Pengurus RW, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf d dan ayat (2) huruf d, ditunjuk oleh Ketua RT untuk tingkat RT dan Ketua RW untuk tingkat RW melalui musyawarah mufakat dengan pengurus RT atau pengurus RW di wilayahnya; (3) Dalam hal terjadi kekosongan pengurus sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), pengisiannya dimusyawarahkan dengan anggota RT untuk pengurus RT dan anggota RW untuk pengurus RW. Pasal 13 Yang dapat dipilih menjadi Pengurus RT atau Pengurus RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2) adalah anggota RT dan anggota RW yang memenuhi syarat sebagai berikut : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; c. Setia dan taat kepada Negara dan Pemerintah Republik Indonesia; d. Berkelakuan baik, jujur dan adil; e. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian; f. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan Keputusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; g. Sehat jasmani dan rohani; h. Pendidikan minimal lulusan Sekolah Dasar atau yang sederajat; i. Penduduk setempat yang telah bertempat tinggal tetap sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dengan tidak terputus-putus; j. Minimal berumur 21 tahun pada saat pencalonan dan maksimal 60 tahun. k. Diutamakan bukan dari PNS, anggota TNI, anggota Polri, Pegawai BUMN & Pegawai BUMD terkecuali untuk wilayah tertentu. Pasal 14 (1) Pemilihan Pengurus RT dilaksanakan secara musyawarah mufakat yang difasilitasi oleh suatu panitia, yang terdiri dari : a. Ketua Rukun Warga sebagai Ketua ; b. Pemuka Masyarakat sebagai Sekretaris; c. Beberapa orang anggota yang ditentukan oleh Ketua, bila dipandang perlu. (2) Pemilihan Pengurus RW dilaksanakan secara musyawarah mufakat yang difasilitasi oleh suatu panitia, yang terdiri dari : a. Sekretaris Kelurahan atau pejabat kelurahan yang ditunjuk oleh Lurah sebagai Ketua ; b. Pemuka Masyarakat sebagai Sekretaris; c. Beberapa orang anggota yang ditentukan oleh Ketua, bila dipandang perlu. (3) Hasil Pemilihan Pengurus RT dan RW sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) diajukan oleh panitia kepada Lurah untuk ditetapkan dengan Keputusan Lurah.

BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 15 (1) Pengurus RT mempunyai hak : a. Menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada pengurus RW mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; b. Memilih dan dipilih sebagai pengurus RW kecuali Ketua RT yang sedang menjabat. (2) Pengurus RW mempunyai hak menyampaikan saran-saran kepada Pemerintah Kota melalui Lurah mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kelancaran pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. (3) Pengurus RT dan RW berkewajiban untuk melaksanakan : a. Tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10; b. Keputusan musyawarah anggota; c. Pembinaan kerukunan hidup warga; d. Pembuatan laporan mengenai kegiatan RT dan kegiatan RW selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sekali kepada anggota melalui musyawarah anggota; e. Pelaporan hal-hal yang terjadi dalam masyarakat yang dianggap perlu mendapatkan penyelesaian Pemerintah Kota. BAB VIII MASA BHAKTI Pasal 16 Masa bhakti Pengurus RT atau Pengurus RW selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkan dan dapat dipilih kembali untuk 2 (dua) kali masa bhakti. Pasal 17 Pengurus RT atau Pengurus RW dapat diganti atau diberhentikan sebelum masa bhaktinya apabila: a. Meninggal dunia; b. Atas permintaan sendiri; c. Tidak lagi memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam pasal 15 Keputusan ini; d. Pindah tempat tinggal dari lingkungan RT atau lingkungan RW yang bersangkutan; e. Melakukan tindakan yang bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan dan atau norma-norma kehidupan masyarakat. Pasal 18 Setiap berakhirnya masa bhakti Pengurus RT atau Pengurus RW pemberhentian / penggantian sebelum habis masa bhaktinya, Pengurus wajib memberitahukan kepada anggota RT untuk pengurus RT dan anggota RW untuk pengurus RW tentang pemberhentian / penggantian pengurus dan melaporkan kepada Lurah untuk memfasilitasi musyawarah mufakat pengurus RT dan RW yang baru.

BAB IX MUSYAWARAH ANGGOTA Pasal 19 (1) Musyawarah RT atau musyawarah RW merupakan wadah permusyawaratan dan permufakatan dalam lingkungan RT dan RW; (2) Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat (1), dilaksanakan untuk : a. Memilih pengurus; b. Merumuskan dan menentukan program kerja; c. Menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus; d. Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh warga. (3) Musyawarah RT atau musyawarah RW untuk merumuskan dan menentukan program kegiatan, diadakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun; (4) Musyawarah RT atau musyawarah RW sebagaimana dimaksud ayat (1) dinyatakan sah dan dapat menetapkan suatu keputusan apabila dihadiri sekurang-kurangnya 50% + 1 (lima puluh persen lebih satu) dari jumlah Kepala Keluarga; (5) Apabila tidak tercapai jumlah anggota sebagaimana dimaksud ayat (4) selama 2 (dua) kali berturut-turut, maka musyawarah berikutnya dianggap sah dan dapat menetapkan suatu Keputusan. BAB X PENDANAAN Pasal 20 Sumber dana RT atau RW dapat diperoleh dari : a. Iuran anggota; b. Swadaya masyarakat; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; d. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kota; e. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. BAB XI PEMBERDAYAAN Pasal 21 Pemerintah Kota Wajib memberdayakan keberadaan kelembagaan RT atau RW sesuai dengan kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal 15 untuk mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya melalui Kelurahan. BAB XII ADMINISTRASI RT DAN RW Pasal 22 Pedoman administrasi RT atau RW akan diatur sesuai dengan ketentuan Peraturan perundangundangan yang berlaku.

BAB XIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Pengurus RT atau RW yang ada pada saat ini tetap berlaku sampai habis masa baktinya. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Dengan berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan walikota Prabumulih Nomor 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Pembentukan Rukun Tetangga dan Rukun Warga (Berita Daerah Kota Prabumulih Tahun 2010 Nomor 1) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 25 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Prabumulih. Ditetapkan di Prabumulih pada tanggal 15 Januari 2014 WALIKOTA PRABUMULIH, ttd. Diundangkan di Prabumulih pada tanggal 16 Januari 2014 H. RIDHO YAHYA Plt. SEKRETARIS DAERAH KOTA PRABUMULIH ttd. H. ACHMAD SOBRI, SH. BERITA DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014 NOMOR 8 Kantor Pemerintah Kota Prabumulih Lt. 01 Jl. Raya Prabumulih - Palembang Km. 12 Desa Sindur Kecamatan Cambai Telp / Fax. ( 0713 ) 325098 Prabumulih