Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG,

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI POLEWALI MANDAR

KAJIAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR

PRAKTEK KEKUASAAN ELIT POLITIK DALAM DEMOKRASI (SUATU STUDI KASUS PENYUSUSUNAN PERATURAN DESA OLEH BPD DESA SUM TAHUN 2015)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : 08 TAHUN 2000 TANGGAL : 17 PEBRUARI 2000

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2007

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN BERBASIS MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOVEN DIGOEL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BAB V PENUTUP. menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PB 5. Pembangunan Desa Dan Partisipasi Masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geografis yang strategis merupakan salah satu keuntungan bagi Kota Cirebon, terutama dari segi perhubungan dan komunikasi.

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

I. PENDAHULUAN. langsung, kebebasan berekspresi secara terbuka, berasosiasi, sampai kebebasan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Pelatihan. Fasilitator Masyarakat. untuk. Tahun Oleh: Rianingsih Djohani. Ria Djohani. 1

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Good Governance. Etika Bisnis

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE ( TOR ) TAHUN ANGGARAN 2015 PROGRAM PENATAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (

BAB I PENDAHULUAN. sistem kehidupan Negara. Dalam pemerintah sendiri, sudah mulai ada perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

Transkripsi:

Pemahaman Dasar tentang Partisipasi dan Fasilitasi Partisipatif Disampaikan pada: Lokakarya Membangun Pemahaman dan Komitmen Bersama Tanggung-gugat gugat Tata Pemerintahan Desa yang Baik/ Good Village Governance dan Menyusun Aksi Bersama/ Joint Detail Implementation Plan Susmanto, Kupang, 4-6 Juni 2007 1

Pengantar Kebijakan desentralisasi di Indonesia saat ini membawa berbagai perubahan yang mengacu kepada landasan dan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang (UU), antara lain UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan UU 28/1999 tentang Penyelenggara Pemerintahan yang Baik dan Bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme). Ketiga UU tersebut antara lain mengamanatkan pentingnya partisipasi, demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Sasarannya adalah terwujudnya pemerintahan daerah yang baik serta terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mandiri. 2

Pentingnya Partisipasi, ditinjau dari Kebijakan dan Konsep UU No. 32/2004 menyatakan: peranserta atau partisipasi masyarakat merupakan salah satu prinsip otonomi daerah, dan Daerah Kabupaten/ / Kota harus mampu meningkatkan partisipasi masyarakat. Partisipasi tersebut diwujudkan dalam bentuk hak-hak hak, seperti hak menyampaikan pendapat, hak memperoleh informasi dan pelayanan yang sama serta adil. DPRD harus mampu menyerap serta menyalurkan aspirasi masyarakat untuk menjadi kebijakan pemerintah daerah, menuju kesejahteraan masyarakat yang semakin baik dengan mengembangkan kehidupan demokrasi serta meningkatkan pertanggungjawaban Pemerintah Daerah kepada rakyat. 3

Pentingnya Partisipasi, ditinjau dari Kebijakan dan Konsep Konsep tentang partisipasi telah digunakan secara luas dalam pembahasan yang terkait dengan pembangunan. Kemudian berkembang ke bidang-bidang yang terkait dengan hak-hak warga dan pemerintahan yang demokratis. Menurutnya, partisipasi dapat dibagi dalam tiga bidang, yaitu bidang politik, pembangunan, dan bidang sosial. Partisipasi pembangunan adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pembangunan yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan keterkaitan, kualitas, dan keberlanjutan proyek pembangunan. Partisipasi dalam kaitan ini dilihat sebagai keikutsertaan masyarakat dalam proses konsultasi dan pengambilan keputusan disemua tingkat proyek, mulai dari proses analisis kebutuhan pembangunan, proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi proyek pembangunan. 4

Pentingnya Partisipasi, ditinjau dari Kebijakan dan Konsep Yang akan dibahas disini tentu saja yang berkaitan dengan partisipasi pembangunan,, agar masyarakat ikut serta dalam proses pengambilan keputusan publik di bidang pembangunan,, agar masyarakat dapat ikut memutuskan dalam penetapan kebijakan perencanaan dan penganggaran pembangunan Daerah dan juga Desa. Dengan partisipasi tersebut, diharapkan proses dan hasil pembangunan benar-benar akan dirasakan oleh masyarakat sebagai milik dan hasil jerih payah mereka. 5

4 Aspek dan Proses Partisipasi (A) Pembuatan Keputusan (B) Pelaksanaan (C) Manfaat (D) Evaluasi Sumber: Cohen and Uphoff (1976) 6

Pola Partisipasi Masyarakat Kelompok Elit Desa/ Toma* (Formal and Informal Leaders) Sering ikut membuat keputusan Kelompok Menengah Kadang ikut membuat keputusan Kelompok Bawah/ Marginal Jarang ikut Membuat keputusan * Tokoh Masyarakat Sumber: LFN-LIPI, People s Participation in Rural Development, Bandung, 1985, hal. 12 7

Pentingnya Partisipasi, ditinjau dari Kebijakan dan Konsep Sekilas uraian dan konsep pentingnya partisipasi di atas, kiranya tepat kalau dikatakan bahwa kebijakan yang diamanatkan peraturan perundang-undangan undangan dalam rangka otonomi daerah, telah serasi dengan konsep yang ada yang dikembangkan oleh para ahli. Seperti dimaklumi, selama ini banyak program, proyek/kegiatan pembangunan di daerah dan desa dilaksanakan dengan perencanaan yang tidak memperhatikan aspirasi masyarakat. Juga tanpa dilengkapi dengan data dan informasi wilayah, desa atau kelompok sasaran secara lengkap dan akurat. Kajiannya dilakukan dalam waktu yang terbatas dan belum menggunakan metode dan teknik yang dapat menyerap aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Akibatnya banyak program, proyek ataupun kegiatan pembangunan, khususnya di perdesaan,, yang hampa partisipasi dan dukungan masyarakat. 8

Fasilitasi Partisipatif Pengertian Fasilitasi Partisipatif adalah cara melakukan fasilitasi atau moderasi dalam pembahasan atau diskusi suatu pokok bahasan dengan menggunakan alat dan media peragaan atau visualisasi, agar dapat berjalan secara terbuka dan demokratis bersama semua atau sebagian besar peserta. 9

Fasilitasi Partisipatif Apa Ciri-cirinya?? Adanya keterlibatan semua unsur terkait, yaitu semua unsur perencana atau kelompok sasaran dan pihak terkait. Adanya peragaan atau visualisasi, agar diskusi dapat dilakukan secara terbuka dan demokratis. Adanya Fasilitator agar tidak ada dominasi dan pemihakan kepada peserta atau kelompok peserta tertentu. Adanya metode tertentu, agar diskusi dapat lebih terarah dan sistematis. Adanya kriteria dan skoring (pemberian nilai, peringkat atau bobot), agar penetapan prioritas usulan mempunyai alasan yang jelas sesuai tingkat kepentingannya. Adanya dokumentasi langsung tentang materi, proses, dan hasil diskusi. 10

Fasilitasi Partisipatif Apa yang dimaksud dengan peragaan/visualisasi? Peragaan atau visualisasi adalah suatu cara penyampaian informasi dengan menggunakan media atau alat, agar dapat dilihat dan didengar, sehingga lebih mudah diserap. 11

Fasilitasi Partisipatif Apa Manfaat dan Keunggulan Peragaan?? Daya serap peragaan melalui penglihatan sangat tinggi, yaitu: 84%, dibanding dengan pendengaran: 11%, penciuman: 3%, peraba: 1%, dan pengecap: 1%. Gambar Gagasan dan saran lebih mudah diingat, tidak mudah terlupakan atau hilang. Perbedaan pendapat dan unsur-unsur perbedaannya, akan lebih mudah dimengerti serta lebih dapat menghindari salah pengertian. Diskusi dapat lebih terarah atau terfokus pada sasaran pokok bahasan. 12

Fasilitasi Partisipatif Manfaat dan Keunggulan lainnya.. Tahapan diskusi tergambar melalui peragaan, sehingga akan memudahkan mereka yang terlambat hadir memahami materi diskusi. Mempermudah dan memperlancar proses dokumentasi dan penyusunan laporan hasil pembahasan atau diskusi. Prinsip peragaan yang anonim akan memudahkan penyampaian pendapat, terutama apabila peserta berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, atau berbagai perbedaan golongan dan jabatan. 13

Apa saja alat bantu peraga?? Flipchart Flipchart adalah papan berwarna putih berukuran 104 x 74 cm, dapat digunakan sebagai papan tulis putih (whiteboard), ditempatkan pada standar dengan tinggi sekitar 179 cm (tinggi( kaki + 75 cm), dilengkapi dengan perlatan pedukung lainnya. Merupakan alas kertas flipchart sebagai lembar tulis berukuran 96 x 70 cm. 14

Alat bantu peraga lainnya.. Papan tancap (pinboard/softboard) Landasan tulis berukuran 150 x 123 cm yang mudah dipindah-pindahkan. Dinamakan papan tancap karena digunakan untuk menancapkan kartu-kartu informasi dengan jarum atau paku tancap, atau alat tancap lainnya. Kertas warna coklat Kertas pelapis softboard 15

Alat bantu peraga lainnya.. Kartu metaplan Kartu metaplan adalah potongan kertas dengan bentuk standar segi empat berukuran 20 x 10 cm. Selanjutnya, selain bentuk standar segi empat, dapat juga dibuat dalam bentuk lain dalam berbagai warna, seperti: bulat, oval, bentuk awan atau segi empat ukuran lain-lain, yang dapat digunakan untuk penegasan atau tanda dan rambu-rambu lain dalam proses pembahasan dan pendokumentasian. 16

Bagaimana cara penulisan pada kartu metaplan?? Tulisan harus jelas dan dengan warna jelas, hindari menggunakan tulisan dengan warna merah. Tulisan menggunakan huruf kapital/cetak besar maksimal 4 baris. Setiap kartu hanya ditulisi dengan satu pernyataan pribadi (bukan atas pengaruh orang lain). Apabila pernyataan tidak termuat dalam satu kartu, dapat menggunakan dua kartu atau lebih. Apabila menggunakan alat tulis spidol, setelah selesai setiap penulisan agar spidol ditutup, sehingga tintanya tidak cepat habis atau menguap. 17

Jenis-jenis Fasilitasi Partisipatif Ceramah. Curah pendapat. Tanya jawab. Diskusi kelompok. Diskusi pleno. Kerja kelompok. Kerja perorangan. Simulasi. Praktek lapangan. 18

Apa yang dimaksud Fasilitator?? Fasilitator (Fasilitator Perencanaan Pembangunan Partisipatif) adalah: seseorang atau sekelompok orang yang bertugas membantu kelompok masyarakat perencana melakukan musyawarah perencanaan pembangunan dengan memperlancar, memfasilitasi, dan mendorong tersajinya hasil perencanaan secara mufakat. Mengapa perlu Fasilitator?? Agar proses perencanaan dapat berjalan lebih terbuka dan tanpa pemihakan kepada peserta, kelompok peserta tertentu, atau pihak lainnya, dengan harapan usulan pembangunan yang dihasilkan, berdasarkan pertimbangan semua peserta secara obyektif. 19

Tugas dan Peran Fasilitator?? Memotivasi atau menumbuhkan partisipasi para peserta diskusi atau musyawarah, agar aktif berpendapat dan menyimpulkan bersama. Mengakomodasikan atau menampung pendapat para peserta diskusi atau musyawarah dan menyimpulkan bersama. Memfasilitasi atau memberikan bantuan kemudahan untuk memperlancar proses diskusi atau musyawarah dalam menganalisis dan menyimpulkan berbagai pendapat dari peserta. 20

Etika Fasilitasi Etika fasilitasi menjadi penting karena keberhasilan seorang Fasilitator banyak ditentukan oleh pengendalian tingkah lakunya dalam menghadapi anggota kelompok suatu diskusi atau musyawarah. Tingkah laku Fasilitator itu harus dapat menciptakan suasana nyaman, saling menghormati dan saling percaya diantara peserta diskusi atau musyawarah. 21

Sikap Fasilitator yang Etis Sikap pribadi antara lain: Simpatik. Akrab dengan peserta. Ramah. Sikap pada waktu memandu: Tidak memihak pada seseorang/suatu kelompok tertentu. Tidak menggurui. Saling menghormati sesama Fasilitator. Menghargai pendapat peserta. Bersedia menerima saran dan pendapat orang lain. 22

Kiat-kiat Fasilitator Sesuatu materi bahasan, diperjelas secara singkat dan tepat. Persoalan pribadi dibedakan dengan persoalan masyarakat. Pendapat orang lain atau perbedaan pendapat, didengarkan dengan aktif. Senantiasa menciptakan suasana saling percaya, saling terbuka dan saling menghormati. Suasana konflik dan tegang, dihadapi dengan hati dingin dan pemikiran yang arif. 23

Kiat selanjutnya Bantu orang lain memecahkan permasalahan mereka sendiri tidak dengan cara mendikte. Bangkitkan kepercayaan orang lain. Arahkan seseorang untuk menemukan jawaban dari suatu permasalahan. Pancing pendapat orang lain tentang sesuatu materi bahasan. Bantu orang lain menemukan jawaban dari suatu permasalahan. 24

Terima Kasih 25

Persentase Perbandingan Daya Serap Informasi Daya ingat berdasarkan indera yang digunakan 11% 83% 3,5% 1% 1,5% Lihat + Dengar Lihat saja Dengar saja Daya ingat berdasarkan indera dan waktu yang digunakan Daya ingat Waktu Setelah 3 jam Setelah 3 hari Setelah 3 jam Setelah 3 hari Setelah 3 jam Setelah 3 hari Persentase 85% 65% 72% 20% 70% 10% Sumber: Materi pelatihan Pemantapan P3MD bagi Tim Pembina LKMD Tk. II dan Kecamatan, oleh Balai Pengkaderan PMD, Yogyakarta. 26