ANALISA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KABUPATEN MAROS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

BAB III. METODE PENELITIAN

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MUNTE KECAMATAN LIKUPANG BARAT KABUPATEN MINAHASA UTARA

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kehilangan air pada suatu sistem hidrologi. panjang, untuk suatu DAS atau badan air seperti waduk atau danau.

STUDI KEBUTUHAN AIR PERKOTAAN BANJARMASIN SEBAGAI IBUKOTA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN ABSTRAK

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH KELURAHAN SAMBALIUNG KECAMATAN SAMBALIUNG KABUPATEN BERAU ABSTRAK

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM GRESIK WILAYAH KOTA. Choiriyah Hastuningtiyas Handoko Dosen Pembimbing : Ir. Hari Wiko Indarjanto, MEng.

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DESA LOBONG, DESA MUNTOI, DAN DESA INUAI KECAMATAN PASSI BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

STUDI PERENCANAAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG ABSTRAK

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

BAB V ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH

STUDI SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PULAU BARRANG LOMPO KECAMATAN UJUNG TANAH KOTA MAKASSAR

ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH BERDASARKAN PARAMETER DEBIT DAN TEKANAN AIR (STUDI KASUS PERUMAHAN NUSANTARA LESTARI KM.

ANALISIS SISTEM JARINGAN PIPA TRANSMISI AIR BAKU KECAMATAN BUNGA RAYA KABUPATEN SIAK Zara Suriza 1), Manyuk Fauzi 2), Siswanto 2)

PENGEMBANGAN SISTEM PELAYANAN AIR BERSIH DI KELURAHAN GURABUNGA KOTA TIDORE KEPULAUAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KECAMATAN POSO KOTA SULAWESI TENGAH

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DI DESA PAKUURE TINANIAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN LAHENDONG KECAMATAN TOMOHON SELATAN KOTA TOMOHON

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

4.1. PENGUMPULAN DATA

BAB I PENDAHULUAN I-1

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Taratara Kecamatan Tomohon Barat

EVALUASI JARINGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA LUBUK PAKAM TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

KAJIAN ALTERNATIF PENYEDIAAN AIR BAKU UNTUK PENGEMBANGAN BUDIDAYA PERIKANAN DESA PAMOTAN KECAMATAN DAMPIT KABUPATEN MALANG

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JARINGAN PIPA UTAMA PDAM KABUPATEN KENDAL

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Suluun Tiga Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan

Oleh : Lutvi Novianto *) dan Indah Nurhayati **) Abstrak

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MOTONGKAD UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BAB V ANALISIS MODEL HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI PDAM IKK DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BERSIH DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN...1

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA WUWUK BARAT, KECAMATAN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN PENINGKATAN PELAYANAN AIR BERSIH DI KECAMATAN TANJUNGPANADN KEBUPATEN BELITUNG

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PDAM KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN GUNA PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH MASYARAKAT KOTA SO E

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI PDAM PUSAT KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS KEHILANGAN AIR PADA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN BATU PUTIH BAWAH KECAMATAN RANOWULU-BITUNG

SIMULASI PENDISTRIBUSIAN AIR MINUM PADA SUMBER AIR GUA SEROPAN KABUPATEN GUNUNG KIDUL

Peningkatan Pelayanan Penyediaan Air Minum Kota Blitar

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

DESAIN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN TINOOR

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA RANOLAMBOT KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

LAPORAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN PEMENUHAN AIR BAKU DI KECAMATAN GUNEM KABUPATEN REMBANG ( Design Of Raw Water Supply In Gunem District, Rembang )

DAFTAR ISI... ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

ANALISA SISTEM PEMIPAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN DAN KEBUTUHANNYA PADA TAHUN 2064 TUGAS AKHIR

RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH KOTA PALANGKARAYA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

STUDI EVALUASI DAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PDAM KOTA MALANG PADA KECAMATAN KEDUNGKANDANG

Analisis Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Tirta Silau Piasa, Kisaran Barat, Asahan, Sumatra Utara

ANALISA KEBUTUHAN AIR BERSIH KOTA BATAM PADA TAHUN 2025

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

ANALISIS HIDROLIKA SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI AIR MINUM DI KOMPLEK PERUMAHAN P.T. PUSRI PALEMBANG MENGGUNAKAN EPANET 2.0

STRATEGI OPTIMASI DIMENSI PIPA DISTRIBUSI JARINGAN AIR BERSIH

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA PATOKAAN KECAMATAN TALAWAAN KABUPATEN MINAHASA UTARA

Cara Menentukan Diameter Pipa

pekerjaan yang sistematis mulai dari awal sampai selesainya pekerjaan, sehingga

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN RESERVOIR PDAM TIRTANADI CABANG PADANGSIDIMPUAN

PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA KECAMATAN BANJARMASIN UTARA KOTA BANJARMASIN

ANALISIS KEBUTUHAN AIR BAKU PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DI WILAYAH KECAMATAN KUTA DAN KUTA SELATAN

Pengembangan Sistem Distribusi Air Minum Kota Probolinggo

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

ALTERNATIF PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA SEA KOTA MANADO

PERENCANAAN SISTEM PELAYANAN AIR BERSIH DI KELURAHAN BONKAWIR KABUPATEN RAJA AMPAT PROVINSI PAPUA BARAT

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET

ANALISA SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DESA TUGU KECAMATAN MANTUP KABUPATEN LAMONGAN

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM PDAM KECAMATAN KOTA KABUPATEN SUMENEP

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA UUWAN KECAMATAN DUMOGA BARAT KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN WOLOAN SATU UTARA KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

Transkripsi:

JURNAL TUGAS AKHIR ANALISA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KABUPATEN MAROS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0 DISUSUN OLEH : ANDRY SUDIRMAN D 111 07 049 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

ANALISA PIPA JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KABUPATEN MAROS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0 M. Selintung; [1]. M. P. Hatta; [2]. A. Sudirman. [3] Abstrak Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal yang wajar jika sektor air bersih mendapat prioritas dalam penanganan dan pemenuhannya. PDAM sebagai perusahaan daerah pengelola air bersih seharusnya mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dengan sistem pengolahan dan sistem jaringan perpipaan yang ada, PDAM diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang ada di Kabupaten Maros. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perlu penambahan produksi air untuk memenuhi kebutuhan air bersih pelanggan PDAM Maros saat ini, melakukan simulasi jaringan pipa distribusi air bersih di Kabupaten Maros dengan menggunakan software EPANET 2.0, dan membandingkan hasil simulasi jaringan pipa distribusi air bersih dengan menggunakan software EPANET 2.0 dengan hasil perencanaan sistem jaringan pipa distribusi kondisi eksisting saat ini. Dari hasil perhitungan diperoleh kebutuhan rata-rata harian sebesar 116,926 liter/detik masih dibawah produksi air IPA Bantimurung dan Patontongan sebesar 130 liter/detik. Berdasarkan hasil simulasi diperoleh nilai tekanan untuk jam puncak pemakaian air yaitu pada pukul 06.00 WITA sebesar 68,3 m untuk tekanan tertinggi sedangkan tekanan terendah sebesar 1,08 m. Selain itu dilakukan pula perbandingan nilai tekanan hasil simulasi dengan hasil pengukuran lapangan di Perumahan Tumalia. Dari perbandingan tersebut diperoleh nilai tekanan hasil simulasi sebesar 6,06 m sedangkan nilai tekanan pengukuran lapangan yang dilakukan oleh tim NRW PDAM Maros di perumahan ini sebesar 6,11 m. Adanya perbedaan nilai tekanan disebabkan oleh faktor umur pipa, kebocoran air, dan data penelitian yang terbatas. Kata Kunci : PDAM Maros, Jaringan Pipa, Kebutuhan Air, Tekanan, EPANET 2.0 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tanpa air tidak akan ada kehidupan di muka bumi. Bumi mengandung sejumlah besar air, lebih kurang 1,4 x 10 6 km 3 yang terdiri atas samudera, laut, sungai, danau, gunung es dan sebagainya. Namun dari sekian banyak air yang terkandung di bumi hanya 3 % yang berupa air tawar yang terdapat dalam sungai, danau dan air tanah. Kebutuhan air baku untuk berbagai keperluan terutama air bersih untuk rumah tangga, tempat-tempat umum, industri dan lain-lain akan terus meningkat dari waktu ke waktu sejalan dengan lajunya pembangunan diberbagai sektor dan bidang serta jumlah penduduk yang terus bertambah. Di sisi lain jumlah penyedian dan prasarana air baku yang ada saat ini relatif terbatas sehingga belum dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut terutama pada saat-saat musim kemarau. Penanganan akan pemenuhan kebutuhan air bersih dapat dilakukan dengan berbagai cara, disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada. Didaerah perkotaan, sistem penyediaan air bersih dilakukan dengan sistem perpipaan dan non perpipaan. Sistem perpipaan dikelolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelolah oleh masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kabupaten Maros, pemerintah telah membangun sistem air bersih perpipaan sejak tahun 1987. Sejak berdiri sampai tahun 2011, muncul beberapa masalah seperti kapasitas produksi yang masih sangat terbatas, tingkat kebocoran air yang tinggi, pelanggan yang belum mendapatkan air dan calon pelanggan yang belum terjangkau oleh jaringan perpipaan. Oleh karena itu jaringan pipa yang ada di Kabupaten Maros yang berfungsi mendistribusikan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat perlu untuk di evaluasi kembali terhadap perencanaan semula sehingga dapat ditemukan penyebab dan solusi yang tepat dalam menyelesaikan masalah tersebut. Diharapkan dari penelitian ini tercipta suatu fasilitas jaringan pendistribusian air yang mampu memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat Kabupaten Maros akan kebutuhan air bersih. [1]. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin [2]. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin [3]. Mahasiswa Program S-1 Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Kebutuhan Air 1. Macam Kebutuhan Air Baku Menurut Terence (Ahmad Safii, 2012) kebutuhan air baku dalam suatu kota diklasifikasikan antara lain : - Kebutuhan domestik Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman dan pengangkutan air buangan (buangan dapur dan toilet). - Kebutuhan non domestik Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti untuk kebutuhan nasional, komersial, industri dan fasilitas umum. - Kebocoran atau kehilangan air Besarnya kebutuhan air akibat kebocoran atau kehilangan air cukup signifikan. Kebocoran atau kehilangan air dapat dibagi menjadi kebocoran air tercatat dan kebocoran air yang tidak tercatat. 2. Standar Kebutuhan Air Adapun standar kebutuhan air antara lain: - Standar kebutuhan air domestik Besarnya kebutuhan air untuk keperluan domestik dapat dilihat pada tabel dibawah ini. (Kamala dan Rao, 1988). Tabel 1 Kriteria Perencanaan Air Bersih JUMLAH PENDUDUK No KATEGORI UKURAN KOTA (Jiwa) KEBUTUHAN AIR (L/orang/hari) 1 I Kota Metropolitan > 1.000.000 190 2 II Kota Besar 500.000 s/d 1.000.000 170 3 III Kota Sedang 100.000 s/d 500.000 150 4 IV Kota Kecil 20.000 s/d 100.000 130 5 V Pedesaan < 20.000 30 Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 1998 - Standar kebutuhan air non domestik Standar kebutuhan air non domestik adalah kebutuhan air bersih diluar keperluan rumah tangga. Standar kebutuhan air bersih non domestik dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2 Standar Kebutuhan Air non Domestik Kategori I, II, III dan IV No Sektor Besaran Satuan 1 Sekolah 10 Liter/murid/hari 2 Rumah sakit 200 liter/tempat tidur/hari 3 Puskesmas 2000 liter/hari 4 Masjid 2000 liter/hari 5 Kantor 10 liter/pegawai/hari 6 Pasar 12000 liter/hektar/hari 7 Hotel 150 liter/tempat tidur/hari 8 Rumah makan 100 liter/tempat duduk/hari 9 Kompleks militer 60 liter/orang/hari 10 Kawasan industry 0,2-0,8 liter/detik/ha 11 Kawasan pariwisata 0,1-0,3 liter/detik/ha Sumber : Direktorat Jendral Cipta Karya 1998

3. Fluktuasi Komsumsi air Pemakaian air bertitik tolak dari jumlah air yang terpakai dari sistem yang ada bagaimanapun keadaannya. Pemakaian air dapat terbatas oleh karena terbatasnya air yang tersedia pada sistem yang ada, yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan. Pemakaian air berbeda tiap jam, tiap hari dan tiap bulan. 4. Perhitungan Kebutuhan Air Dalam perhitungan, kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air rata-rata. Kebutuan air rata-rata dapat dibedakane menjadi dua yaitu kebutuhan air rata-rata harian dan kebutuhan harian maksimum. Kebutuhan air rata-rata harian (Q rh ) adalah banyaknya air yang dibutuhkan selama satu hari. Berikut adalah rumusnya ; =... (1) dimana : P = jumlah penduduk (jiwa) q = kebutuhan air penduduk (ltr/dtk) Kebutuhan air harian maksimum (Q hm ) adalah banyaknya air yang dibutuhkan terbesar pada suatu hari. =.. (2) dimana : Fhm = faktor kebutuhan harian maksimum (1,05-1,15) Qrh = kebutuhan air rata-rata (ltr/dtk) Tekanan dan Debit Pompa Gambar 1 Kurva Tekanan (H) dan Debit (Q) Pompa Grafik diatas menjelaskan hubungan berbanding terbalik antara tekanan dengan debit yang dialirkan pompa. Semakin besar debit pompa yang dialirkan maka tekanan yang dihasilkan kecil, begitupun sebaliknya. Misalnya ditinjau suatu sistem perpipaan yang pada satu sisi dipasang pompa dan sisi lain dipasang valve / katup. Pada saat katup di putar kecil, tekanan pompa akan naik terus sampai katup tertutup dan pompa tetap hidup, maka tekanan pompa akan berhenti pada tekanan H10. Sebaliknya, pada saat pompa diputar lebih besar dari debit rencana maka tekanan akan turun (H<H10). Pengenalan EPANET 2.0 Epanet adalah program komputer yang menggambarkan simulasi hidrolis dan kecendrungan kualitas air yang mengalir dalam jaringan pipa. Jaringan itu sendiri terdiri dari pipa, node (titik koneksi), pompa, katub dan tangki atau reservoir. EPANET dikembangkan oleh Water Supply and Water Resources Divission USEPA S National Risk Mangement Research Laboratory dan pertama kali diperkenalkan padan tahun 1993 dan versi yang baru diterbitkan pada tahun 1999. EPANET menjajaki aliran air di tiap pipa, kondisi tekanan air di tiap titik dan kondisi konsentrasi bahan kimia yang mengalir di dalam pipa selama dalam periode pengaliran. Running Simulasi Jaringan Pipa Berhasilnya menjalankan simulasi ditandai dengan munculnya ikon pada bagian run status pada Status Bar di dasar ruang kerja EPANET. Jika proses run tidak berhasil, maka akan muncul jendela report yang mengindikasikan masalah yang terjadi. Beberapa pesan masalah yang terjadi yang muncul pada jendela Status Report antara lain: - Pompa tidak dapat menyalurkan aliran atau head EPANET akan mengeluarkan pesan peringatan dan kesalahan ketika pompa bekerja diluar kisaran kurva pompa. Jika pompa membutuhkan tenaga melebihi head yang ada, secara langsung EPANET

akan menutup pompa. Hal ini memberikan porsi pada jaringan sehingga terputusnya aliran dari berbagai sumber. - Jaringan terputus EPANET mengklasifikasikan jaringan yang terputus jika ktidak ada jalan bagi air untuk disalurkan ke sambungan pipa yang membutuhkannya. Hal tersebut dapat muncul jika tidak ada jalur terbuka diantara sambungan dengan kebutuhan air dan reservoar, tangki atau sambungan dengan kebutuhan airnya. - Tekanan negatif Biasanya mengindikasikan bahwa terdapat masalah dengan jaringan yang dibuat atau dioperasikan. Tekanan negatif dapat muncul ketika bagian dari jaringan hanya dapat menerima sebagian air, mungkin karena jaringan tertutup. METODOLOGI PENELITIAN Adapun metodologi pengerjaan tugas akhir mengenai evaluasi jaringan air bersih di Kabupaetn Maros antara lain: Pendefinisian Masalah dan Studi Literatur Tahapan pertama dalam menyelesaikan tugas akhir ini adalah dengan melakukan pendefinisian masalah dan studi literatur. Pendefinisian masalah diperlukan untuk menentukan tujuan akhir dari pengerjaan tugas akhir ini sehingga dapat diketahui ruang lingkup permasalahan yang perlu dibahas dalam tugas akhir ini. Studi literatur dilakukan untuk memperoleh dasar teori yang mencukupi selama pengerjaan tugas akhir ini. Pengkajian Model Eksisting Pengkajian model eksisting diperlukan untuk mengetahui kondisi jaringan distribusi air bersih PDAM di Kabupaten Maros yang akan dijadikan rujukan adalah model dalam tugas akhir berjudul Evaluasi Pipa Jaringan Distribusi Air bersih di Kabupaten Maros dengan Menggunakan Software EPANET 2.0. Pengambilan Data Adapun data yang diperlukan sebagai input dalam simulasi jaringan distribusi air bersih di Kabupaten Maros berupa peta eksisting jaringan pipa, data jumlah pelanggan PDAM Maros, data pipa, dan data pompa. Pengolahan Input Data Model Model EPANET 2.0 yang digunakan memerlukan beberapa parameter input yang harus dimasukkan untuk melakukan simulasi. Parameter-parameter tersebut adalah demand, elevasi, panjang pipa, diameter pipa, koefisien kekasaran pipa dan lain-lain. Input data yang digunakan untuk membuat model simulasi sistem distribusi air bersih di Kabupaten Maros yaitu nilai koefisien kekasaran Hazen Williams (C), perhitungan kebutuhan air, dan penentuan load loading. Penggambaran Peta Jaringan Distribusi Peta jaringan distribusi digambar ulang pada network map EPANET 2.0 dengan input yang sesuai dengan model eksisting dan data sekunder yang telah didapat. Input peta tahap awal meliputi ketinggian elevasi node, diameter pipa, panjang pipa. Input selanjutnya adalah berupa input water demand pada titik-titik komsumsi yang telah ditentukan. Setelah itu, simulasi dilakukan untuk mengetahui apakah gambar jaringan pada EPANET 2.0 dapat berjalan dan terhubung dengan baik. Simulasi Kondisi Desain Hasil penggambaran dan input pada EPANET 2.0 disimulasikan selama 24 jam dengan memperhitungkan faktor jam puncak. Faktor jam puncak merupakan faktor pengalih besarnya kebutuhan air untuk setiap jam selama 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kebutuhan Air (Demand) 1. Kebutuhan Air Domestik Data sensus penduduk mencatat bahwa untuk tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Maros sebanyak 320.958 jiwa dengan jumlah pelanggan domestik sebanyak 9355 Sambungan Rumah (SR). Berdasarkan Tabel 1 mengenai kriteria perencanaan air bersih maka wilayah Maros termasuk kota kategori III (kota sedang). Sebagai kota

kategori sedang maka ditetapkan kebutuhan air untuk SR sebesar 150 ltr/org/hari, dengan asumsi jumlah anggota keluarga per SR adalah 6 orang. Kebutuhan air non domestik terbesar terdapat di Kecamatan Turikale. Berikut ini hasil perhitungan kebutuhan air non domestik : Tabel 3 Kebutuhan Air Domestik Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Jlh Keb. Air Domestik No Kecamatan Pelanggan (ltr/dtk) 1 Mandai 2850 29,688 2 Maros Baru 387 4,031 3 Marusu 467 4,865 4 Turikale 4000 41,667 5 Lau 1058 11,021 6 Bontoa 33 0,344 7 Bantimurung 400 4,167 8 Simbang 90 0,938 9 Tanralili 70 0,729 Jumlah 9355 97,448 Sumber : Hasil Perhitungan 2. Kebutuhan Air Non Domestik Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti sekolah, rumah sakit, puskesmas, masjid, dll. Berikut ini hasil perhitungan kebutuhan air non domestik : No Tabel 4 Kebutuhan Air Non Domestik Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Total Qrh ( ltr/detik) 1 Mandai 2,733 2 Maros Baru 1,838 3 Marusu 1,658 4 Turikale 3,748 5 Lau 2,106 6 Bontoa 1,629 7 Bantimurung 1,977 8 Simbang 1,856 9 Tanralili 1,932 Jumlah 19,478 Sumber : Hasil Perhitungan No 3. Rekapitulasi Kebutuhan Air Rata- Rata Harian (Qrh) Dari hasil analisis perhitungan diatas kita bisa mendapatkan rekapitulasi kebutuhan air rata-rata harian (Qrh) wilayah pelayanan berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Rekapitulasi Kebutuhan Air Rata-Rata Harian (Qrh) Berdasarkan Kecamatan Tahun 2011 Kecamatan Domestik Non Domestik Total Qrh ( ltr/detik) ( ltr/detik) ( ltr/detik) 1 Mandai 29,688 2,733 32,421 2 Maros Baru 4,031 1,838 5,869 3 Marusu 4,865 1,658 6,523 4 Turikale 41,667 3,748 45,414 5 Lau 11,021 2,106 13,127 6 Bontoa 0,344 1,629 1,973 7 Bantimurung 4,167 1,977 6,144 8 Simbang 0,938 1,856 2,794 9 Tanralili 0,729 1,932 2,661 Jumlah 97,448 19,478 116,926 Sumber : Hasil Perhitungan Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa total kebutuhan air rata-rata harian (Qrh) yang tersebar di sembilan kecamatan sebesar 116,926 liter/detik masih berada dibawah total produksi air 2 IPA yang ada yaitu sebesar 130 liter/detik. Pola Pemakaian Air Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubahubah untuk setiap waktu menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami fluktuasi. Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakain air terbanyak dalam 24 jam. Untuk mendapatkan data pemakaian air dalam sehari perlu dilakukan pengamatan di lokasi yaitu dengan mencatat jumlah pemakaian air dalam meter kubik setiap jam selama 24 jam. Pengamatan dilakukan disalah satu perumahan yang ada di Kabupaten Maros yang terpasang alat pengukur pemakaian air ( Mastermeter) yaitu Perumahan Tumalia. Berikut ini tabel yang

memperlihatkan jumlah pemakaian air pelanggan PDAM Kabupaten Maros di Perumahan Tumalia. Tabel 6 Jumlah Pemakaian Air Pelanggan PDAM Kabupaten Maros di Perumahan Tumalia Pemakaian Air / Pukul Jam Prosentase Pemakaian Air (m 3 ) 01.00 16,03 0,70 02.00 16,22 0,71 03.00 16,22 0,71 04.00 16,30 0,71 05.00 16,28 0,71 06.00 28,34 1,24 07.00 23,00 1,01 08.00 20,10 0,88 09.00 19,25 0,84 10.00 20,09 0,88 11.00 23,05 1,01 12.00 23,54 1,03 13.00 18,03 0,79 14.00 17,34 0,76 15.00 19,31 0,85 16.00 20,89 0,92 17.00 23,21 1,02 18.00 23,33 1,02 19.00 23,00 1,01 20.00 22,67 0,99 21.00 22,20 0,97 22.00 17,88 0,78 23.00 17,22 0,76 24.00 17,12 0,75 Sumber : Pencatatan Lapangan Dari hasil pengamatan pada alat Mastermeter di dapatkan pemakaian air terbanyak pada pukul 06.00 sebanyak 28, 34 m 3 sedangkan pemakaian air paling sedikit pada pukul 01.00 sebanyak 16,03 m 3. Hasil Simulasi Jaringan Pipa 1. Hasil Simulasi Untuk Jam Puncak Pemakaian Air Hasil simulasi untuk jam puncak pemakaian air terjadi pada pukul 06.00 dimana dalam simulasi EPANET 2.0 semua parameter hidrolis pada node dan link bernilai positif yang mengindikasikan simulasi berjalan baik. Adapun nilai tekanan tertinggi untuk jam puncak pemakaian air sebesar 68,3 m pada node 140. Tekanan yang tinggi pada node ini disebabkan letak node yang berada pada elevasi yang tinggi yaitu + 14 m. Node ini pula yang berjarak dekat dengan IPA Batu Bassi Bantimurung (elevasi + 17 m). Semua node yang berjarak dekat dengan IPA memiliki tekanan yang besar disebabkan besarnya head pompa distribusi yang terpasang sebesar 57 80 m. Sementara tekanan terendah untuk jam puncak pemakaian air sebesar 1,08 m pada node 15 dan 16. Tekanan yang rendah pada node ini disebabkan node ini berjarak jauh dari IPA. Selain itu kedua node ini juga berada pada elevasi yang tinggi yaitu +15 m. Berikut ini gambar grafik tekanan pada node 140 selama simulasi berlansung (24 jam). Gambar 2 Grafik tekanan pada node 140 hasil simulasi EPANET 2.0 Adapun untuk kecepatan tertinggi untuk simulasi jam puncak pemakaian air terdapat pada pipa 99 dan 100 sebesar 1.3 m/dtk. Kecepatan yang tinggi pada pipa ini disebabkan pipa ini dekat dan terhubung langsung ke Reservoar Batang Ase. Banyaknya air yang disuplai ke reservoir ini menyebabkan aliran air pada pipa 99 dan 100 menjadi lancar. Sementara kecepatan terendah sebesar 0,03 pada pipa 6. Hal ini disebabkan pipa terpasang pada topografi yang datar. 2. Hasil Simulasi Untuk Jam Terendah Pemakaian Air Simulasi untuk jam terendah pemakaian air (pukul 01.00) memperlihatkan bahwa simulasi berjalan dengan baik dimana semua

parameter hidrolis pada node maupun link berjalan dengan baik. Tekanan tertinggi untuk jam terendah pemakaian air terdapat pada node 140 sebesar 71,81 m. Tekanan yang tinggi pada node ini disebabkan letak node yang berada pada elevasi yang tinggi yaitu + 14 m. Node ini pula yang berjarak dekat dengan IPA Batu Bassi Bantimurung (elevasi + 17 m). Semua node yang berjarak dekat dengan IPA memiliki tekanan yang besar disebabkan besarnya head pompa distribusi yang terpasang sebesar 57 80 m. Sedangkan tekanan terendah untuk jam terendah pemakaian air sebesar 0,81 m pada node 42. Letak node yang jauh dari IPA, elevasi yang tinggi yaitu +17 m dan suplai air bersih pada jam ini hanya dari IPA Bantimurung saja, menyebabkan tekanan pada node ini kecil. Berikut ini gambar grafik tekanan pada node 140 selama simulasi berlansung (24 jam). Gambar 3 Grafik tekanan pada node 140 hasil simulasi EPANET 2.0 Adapun untuk kecepatan tertinggi untuk simulasi jam terendah pemakaian air terdapat pada pipa 99 dan 100 sebesar 1,6 m/dtk. Kecepatan yang tinggi pada pipa ini disebabkan pipa ini dekat dan terhubung langsung ke Reservoar Batang Ase. Banyaknya air yang disuplai ke reservoir ini menyebabkan aliran air pada pipa 99 dan 100 menjadi lancar. Sementara kecepatan terendah sebesar 0,02 pada pipa 144. Perbandingan Hasil Simulasi dengan Kondisi Eksisting Adapun data yang akan dibandingkan adalah data tekanan, pemakaian air (demand), dan kecepatan untuk jam puncak pemakaian air (pukul 06.00). Dalam hal ini tidak semua wilayah pelayanan PDAM Kabupaten Maros yang terdiri dari 9 kecamatan yang akan kita bandingkan data terukur lapangannya dengan hasil simulasi EPANET 2.0 melainkan hanya dua kecamatan yaitu Kecamatan Turikale dan Kecamatan Mandai dengan jumlah penduduk yang tinggi. Data pemakaian air dan tekanan telah ada sebelumnya berupa data sekunder yang diperoleh dari tim Non Revenue Water (NRW) PDAM Kabupaten Maros. Dari data pemakaian air ini pula dapat dihitung nilai kecepatan aliran air. Data lapangan di Kecamatan Turikale diwakili data yang diukur oleh tim NRW di perumahan Tumalia, dan Perumahan Batara sedangkan di Kecamatan Mandai di wakili data yang diukur di Perumahan Papan Lestari dan Perumahan H. Banca. Berikut ini tabel perbandingan data lapangan dengan hasil simulasi EPANET 2.0 di Kecamatan Turikale dan Kecamatan Mandai : No Tabel 7 Perbandingan Data Lapangan dengan Hasil Simulasi Epanet 2.0 Lapangan Simulasi Perumahan Tekanan Demand Kecepatan Tekanan Demand (m) (l/dtk) (m/dtk) (m) (l/dtk) Kecepatan (m/dtk) 1 Kecamatan Turikale Tumalia 6,11 6,74 0,86 6,06 7,85 1 Batara 5,098 2,23 0,28 2,29 2,46 0,34 2 Kecamatan Mandai H. Banca 10,19 3,18 0,41 5,34 3,4 0,43 P. Lestari 6,12 2,62 0,33 6,44 2,85 0,36 Sumber : Pencatatan Lapangan dan Hasil Simulasi EPANET 2.0

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan tekanan hasil pengukuran dengan hasil dari simulasi EPANET 2.0 ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Terjadinya kebocoran pada jaringan pipa distribusi yang mengakibatkan tekanan air pada saat pengukuran tekanan menjadi kecil. Pada perhitungan EPANET 2.0, faktor kebocoran dapat diabaikan sehingga nilai tekanan tidak berubah. Sedangkan pada kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kebocoran dapat menyebabkan pengurangan nilai tekanan pada wilayah distribusi. 2. Faktor umur pipa berpengaruh pada koefisien Hazen-William. Semakin tua pipa menyebabkan kekasaran pipa bertmbah sehingga kecepatan aliran dalam pipa berkurang. Sedangkan dalam perhitungan EPANET 2.0, koefisien Hazen-William dianggap tetap sesuai dengan jenis pipa yang digunakan sehingga aliran dalam pipa dianggap tidak berubah. 3. Terbatasnya data yang didapatkan berkaitan dengan dengan jaringan distribusi air PDAM dilokasi penelitian. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya kebutuhan air rata-rata harian (Qrh) pelanggan PDAM Kabupaten Maros yang tersebar di sembilan kecamatan yaitu 116,926 liter/detik masih dibawah total produksi air 2 IPA PDAM Kabupaten Maros yaitu IPA Batu Bassi Bantimurung dan IPA Lekopancing Patontongan sebesar 130 liter/detik.. 2. Dari hasil simulasi EPANET diperoleh bahwa untuk jam puncak pemakaian air, pressure tertinggi yaitu 68,30 m sedangkan pressure terendah yaitu 1,08 m. Kecepatan tertinggi yaitu 1,30 m/dtk sedangkan kecepatan terendah yaitu 0,03 m/dtk. Adapun untuk jam terendah pemakaian air, pressure tertinggi yaitu 71,81 m sedangkan pressure terendah yaitu 0,81 m. Kecepatan tertinggi yaitu 1,6 m/dtk sedangkan kecepatan terendah yaitu 0,02 m/dtk. Saran Adapun saran untuk penelitian selanjutnya antara lain: 1. Diperlukan penelitian lebih lanjut tentang optimalisasi laju aliran pada pipa yang memiliki kecepatan aliran dibawah standar kecepatan (0,3 s/d 2 m/dtk) sehingga distribusi aliran menjadi lebih baik. 2. Perlunya penelitian mengenai kualitas air distribusi dalam jaringan. EPANET 2.0 menyediakan fasilitas untuk pemodelan kualitas air. 3. Untuk jangka panjang dapat dilakukan perbaikan atau pergantian aksesoris atau dimensi pipa. UCAPAN TERIMAKASIH Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT. Atas segala nikmat yang telah diberikan.terima kasih kepada ayah dan ibu atas kasih sayangnya selama ini. Terima kasih kepada Ibu Prof. DR. Ir. Mary Selintung, MSc. dan Bapak DR. Eng. Mukhsan Putra Hatta, ST, MT. selaku pembimbing. Terimakasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Safii, 2012, Evaluasi Jaringan Sistem Penyediaan Air Bersih di PDAM Kota Lubuk Pakam, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dian Vita Agustina, 2007, Analisa Kinerja Sistem Distribusi Air Bersih PDAM Kecamatan Banyumanik Perumnas Banyumanik, Univeristas Dipenogoro, Semarang. Kadoatie, Robert J., Hidrolika Terapan Aliran pada Saluran Terbuka dan Pipa, Edisi Revisi. Kamala dan Rao, 1988, Perencanaan Sistem Distribusi Air Minum Perumnas Driyorejo Kabupaten Gresik, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Raswari, 1987, Perencanaan dan Penggambaran Sistem Perpipaan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Rossman, Lewis A., 2000, Epanet 2 Users Manual Versi Bahasa Indonesia, Ekamitri Engineering. Triadmodjo, Bambang, 1993, Hidraulika I, Beta Offset, Yogyakarta. Triadmodjo, Bambang, 1993, Hidraulika II, Beta Offset, Yogyakarta. Triadmodjo, Bambang, 2006, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.