BAB I PENDAHULUAN. untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. optimal bagi manusia. Maslow dalam teori kebutuhan dasar manusia, membagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasien hospitalisasi (Abolhassani et al., 2006; Daneshmandi et al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 yang termuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan merupakan salah satu struktur

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO), ada sebanyak 234,2 juta

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Lima, Fransisco &

BAB 1 PENDAHULUAN. Koroner dan penyakit Valvular ( Smeltzer, et., al. 2010). Gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TRANSFER PASIEN KE RUMAH SAKIT LAIN UNTUK PINDAH PERAWATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB I PENDAHULUAN. bio-psiko-sosio-spritual-kutural. Asuhan keperawatan yang diberikan harus

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah cairan yang lebih sedikit. Perbedaan ini karena laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. individu dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

asuhan keperawatan Tinnitus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus. dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. kanker payudara terjadi karena perubahan sel-sel kelenjar dan saluran air susu

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

I. PENDAHULUAN. otak (Dipiro et.al, 2005). Epilepsi dapat dialami oleh setiap orang baik laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga adalah supporting system yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. akan lebih sulit memulai tidur, sering terbangun saat tidur hingga terbangun lebih

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB I PENDAHULUAN. adalah hipertensi. Dampak ini juga diperjelas oleh pernyataan World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB I PENDAHULUAN. akut di Indonesia (Sjamsuhidayat, 2010 dan Greenberg et al, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN KATEGORI MODERATE CARE DI RUANG PERAWATAN KELAS VIP KELAS I DAN KELAS II DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB I PENDAHULUAN. Unit perawatan intensif atau yang sering disebut Intensive Care Unit

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu hal yang paling menyenangkan

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang paling dasar pada manusia, antara lain pemenuhan kebutuhan oksigen dan pertukaran gas, cairan, nutrisi, eliminasi, aktivitas, seksual, keseimbangan suhu tubuh, istirahat dan tidur (Eysenck, 2004). Tidur merupakan proses yang sangat diperlukan oleh manusia untuk terjadinya pembentukan sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberikan waktu organ tubuh untuk beristirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Prijosaksono & Sembel, 2003). Tidur diatur oleh RAS (Reticular Activating System) terdiri dari sistem retikulasi batang otak, posterior hipotalamus dan basal otak depan. Hipotalamus merupakan pusat utama tidur yang menyekresi hipocreatin yang mengakibatkan seseorang terjaga dan tidur. RAS pada bagian batang otak memuat-sel-sel khusus yang mempertahankan kondisi sadar dan terjaga. Sedangkan di medulla dan spons diatur oleh BSR (Bulbar Syncrhonizing Region) yang mempertahankan kondisi tidur. Tidur juga melibatkan aktivitas fisiologi yang terintegrasi dalam sistem saraf terkait dengan perubahan sistem saraf, endokrin, kardiovaskuler, pernapasan, dan otot. Oleh karena itu, tidur 1

2 menjadi bagian penting pada siklus kehidupan dan setiap gangguan yang terjadi pada saat tidur akan berdampak pada kesehatan (Perry & Potter, 2010). Gangguan tidur pada pasien penyakit kritis adalah tahap tidur yang mengakibatkan ketidaknyamanan dan mengganggu kualitas hidup (Urden, 2010). Bagi perawat dan pasien ruang penyakit kritis adalah lingkungan yang kompleks dan menegangkan. Selain ketidaknyamanan dan ketakutan yang dirasakan pasien, juga merasa diserang oleh kebisingan, lampu terang, dan interupsi (Always, et al. 2013), sehingga istirahat dan tidur pasien terganggu, artinya kualitas tidur terganggu. Kualitas tidur adalah penyingkatan waktu untuk jatuh tidur, perpanjang masa tidur dan pengurangan frekuensi terbangun (Tjay, 2007). Ruang High Care Unit atau High Dependency Unit merupakan bagian dari Critical Care sebagai departemen yang memerlukan perhatian medis konstan dan dukungan untuk menjaga fungsi tubuh pasien, mungkin karena tidak dapat bernafas sendiri dan mengalami gagal organ multiple akibat dari cedera yang mengancam jiwa dan penyakit. Peralatan medis seperti monitor, infus pump, NGT, syringe pump, dan peralatan lainnya akan mengambil tempat dari fungsi sementara sampai pasien pulih (Mallet, et al. 2013; National Health Service, 2012; Medline Plus, 2013). Ruang Critical care yang baik sebagai lingkungan yang mempengaruhi penyembuhan bukan hanya memiliki peralatan biomedis, perangkat pemantauan, dan troli emergensi terbaru, tetapi juga memperhatikan lingkungan fisik yang nyaman untuk pasien jauh dari kebisingan, mengintegrasikan kehadiran keluarga dan menawarkan terapi komplementer

3 (Kaplow, 2007). Namun, berbagai peralatan medis menjadi sumber kebisingan, seperti bunyi alarm dari monitor, infuse pump dan syringe pump, belum lagi suara perawat yang membahas pengobatan, rencana keperawatan dan melakukan intervensi menambah lingkungan Critical Care tidak kondusif untuk tidur atau mengganggu tidur pasien (Ugras, 2007; Always, et al. 2013). Critical Care Unit semakin bising, rata-rata tingkat suara siang hari di rumah sakit meningkat dari 57 desibel (db) pada tahun 1960 menjadi 72 db. Sedangkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa tingkat kebisingan dalam bangsal rumah sakit tidak boleh melebihi 30 dba pada malam hari dan 35 db siang hari. Sejak 1960-an, tingkat kebisingan rumah sakit naik rata-rata 0,38 dba (siang) dan 0,42 (malam) pertahun (Vishniac, 2005). Tingkat kebisingan yang melebihi ketentuan tersebut dapat mengganggu tidur, memberikan kontribusi terhadap stress dan mengganggu komunikasi (MacKenzie, et al. 2007). Pencahayaan juga merupakan poin yang menyebabkan pasien mengalami kurangnya tidur berhubungan dengan hilangnya pola sekresi melatonin pada malam hari. Melatonin sebagai respon terhadap kegelapan, dan memiliki pengaruh dalam mendorong tidur serta perkembangan melalui tahapan tidur. Penghambatan produksi melatonin sebagai respon terhadap cahaya terang dapat menyebabkan kewaspadaan dan terjaga ( Hu, et al. 2010). Survei oleh Freedman, et al (1999) untuk menyelidiki persepsi pasien ICU terhadap kualitas dan etiologi gangguan tidur menjelaskan bahwa pasien harus beradaptasi dengan cepat terhadap kebisingan di ICU dan ketidakmampuan

4 mereka untuk mengatasi gangguan kebisingan menyebabkan mereka sering terbangun. Hal ini dikuatkan oleh penelitian Ugras (2007) di Neurosurgery Intensive Care Unit (NSICU) menunjukkan bahwa pasien terpapar kebisingan yang berlebihan dan lampu terang dapat mengganggu tidur pasien. Studi pendahuluan yang dilakukan di ruang High Care Unit IRNA Penyakit Dalam RSUP. Dr M. Djamil Padang tanggal 5 Desember 2013, didapatkan hasil observasi lingkungan dengan situasi suara alarm monitor yang berbunyi terus menerus, ruangan tanpa sekat baik antar kamar pasien maupun antara kamar pasien dan nurse station, memungkinkan suara perawat sedang mengkoordinasi rencana lebih dominan terdengar, kehadiran keluarga pasien yang berkontribusi meningkatkan kebisingan, lampu yang selalu menyala baik malam maupun siang. Menurut hasil wawancara 3 pasien High Care Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil, pasien pertama mengatakan bahwa suara alarm dari monitor pasien sebelah sangat menganggu suara perawat menangani pasien sebelah, dan lampu yang menyala membuatnya tidak bisa tidur. Pasien kedua mengatakan, lampu yang terang dan suara keluarga pendamping pasien yang lainya, suara tindakan perawat pada malam hari terhadapnya dan pasien sebelah membuat tidur pasien tidak nyaman. Pasien ketiga mangatakan suara troli yang didorong perawat, suara pasien sebelah yang sering mengerang, suara keluarga pasien, terlebih ketika ada yang dalam keadaan kritis dan dibarengi dengan tindakan tenaga kesehatan, itu membuat pasien tidak bisa tidur selain bising, hal itu juga membuatnya merasa sedikit cemas bila

5 mengingat penyakit yang dideritanya, ditambah lampu yang selalu menyala membuatnya sulit mengawali tidur. Kebisingan dan cahaya terang dapat mengakibatkan gangguan psikologis dan fisiologis dalam suatu lingkungan yang sebaliknya sangat berperan terhadap pemulihan atau penyembuhan. Keadaan psikologis negatif merupakan varibel resiko diantaranya agitasi, kebingungan dan delirium. Sedangkan gangguan fisiologi dapat mempengaruhi kardiovaskuler dan penekanan respon imun terhadap infeksi atau penyembuhan yang tertunda serta meningkatnya kebutuhan terhadap obat-obatan (Alway, et al. 2013). Berbagai dampak dari gangguan tidur dapat diatasi secara farmakologi dengan penggunaan obat sedatif seperti alprazolam yang memiliki efek hipnotis umum dengan kecenderungan peningkatan waktu total tidur namun memiliki efek samping ketergantungan obat, agitasi, kesulitan berkonsentrasi, konfusi, halusinasi, dan sebagainya (Zarcone, et al. 1994; Abdullah, 2013). Tindakan non farmakologi seperti yang dilakukan Florence Nightingale untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan penyembuhan, dia memperhatikan karakteristik lingkungan eksternal seperti pencahayaan, kebisingan dan stimulasi sensorik (Florence, 1860 dalam Always, et al. 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Hu, et al (2010) pada ICU simulasi meliputi Surgical ICU (SICU), Coronary Care Unit (CCU), Cardiac Surgical ICU (CSICU) dan Medical ICU dengan kondisi lingkungan yang bising dan cahaya yang terang sesuai dengan level yang digunakan pada masing-masing ICU, menunjukkan bahwa tidur dan hormon (melatonin dan cortisol) dapat

6 terganggu dengan paparan suara dan cahaya pada pasien ICU simulasi. Penggunaan earplugs (penyumbat telinga) dan eye masks (penutup mata) tidak hanya dapat meningkatkan kualitas tidur, tetapi juga meningkatkan produksi melatonin. Penelitian Hu, et al (2010) diperkuat oleh Rompaey et.al (2012) memaparkan bahwa persepsi tidur pasien lebih baik selama menggunakan earplugs pada pasien ICU. Namun, penelitian ini tidak ada keseimbangan jumlah sampel antara kelompok kontrol, pada malam pertama berjumlah 69 pasien menjadi 8 pasien pada malam ke 4 dan kelompok ekperimen 2, berjumlah 67 pasien menjadi 4 pasien pada malam ke 4, serta banyak penolakan dari pasien berjenis kelamin perempuan untuk dilakukan intervensi. B. Penetapan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat ditetapkan permasalahan dalam penelitian ini, bagaimana Pengaruh earplugs (penyumbat telinga) dan eye masks (penutup mata) terhadap terhadap kualitas tidur pasien di High Care Unit IRNA Penyakit Dalam M. Djamil Padang. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh earplugs (penyumbat telinga) dan eye masks (penutup mata) kualitas tidur pasien di High Care Unit IRNA Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang. 2. Tujuan Khusus a) Mengetahui kualitas tidur Pasien tanpa menggunakan earplugs dan eye masks di High Care Unit.

7 b) Mengidentifikasi kualitas tidur pasien dengan penggunaan earplugs dan eye masks di High Care Unit. c) Membandingkan perbedaaan kualitas tidur antara kelompok kontrol yang menggunakan earplugs dan eye masks dengan kelompok intervensi tanpa menggunakan earplugs dan eye masks di High Care Unit. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Keperawatan a. Menambah pengetahuan dan kesadaran perawat tentang pentingnya tindakan mandiri perawat dalam membantu meningkatkan kualitas tidur pasien. b. Menjadi masukan bagi institusi pelayanan kesehatan dalam membuat prosedur tetap tentang pelayanan mandiri keperawatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien High Care Unit dengan menggunakan earplugs dan eye masks. c. Memperkaya intervensi keperawatan untuk menangani gangguan tidur sehingga dpat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan 2. Bagi perkembangan Ilmu Keperawatan a. Sebagai perkembangan salah satu metode untuk meningkatkan kualitas tidur dalam praktik keperawatan tentang penerapan penggunaan earplugs dan eye masks. b. Membantu menerapkan ilmu pengetahuan yang berdasarkan evidence based practice untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik bagi pasien.

8 c. Menambah wawasan keilmuan dalam mengembangkan inovasi-inovasi intervensi keperwatan pada pasienhighcareunit. 3. Bagi penelitian keperawatan a. Menjadi landasan dalam melakukan penelitian keperawatan selanjutnya tentang kualitas tidur. b. Menjadi dasar bagi penelitian yang berhubungan dengan intervensi keperawatan pada pasien gangguan tidur. c. Menjadi masukkan dalam merencanakan dan membuat penelitian keperawatan yang berfokus pada tindakan keperawatan mandiri yang dapat memberikan manfaat nyata bagi pasien.