REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA Oleh Margono Widyaiswara Madya pada Pusdikat KNPK Abstract Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LK KL) yang dipimpinnya. Mengingat luasnya rentang kendali yang berada dalam kewenangan seorang Menteri/Pimpinann Lembaga maka perlu adanya reviu atas laporan keungan oleh aparat yang independen di lingkungan kementerian/lembaga yang bersangkutan. Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi dan LK K/L telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Tulisan berikut ini menguraikan pengertian dan tujuan reviu, sasaran reviu, unit yang melakukan reviu serta standar reviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga. U ndang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 9 menyatakan bahwa menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya mempunyai tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya. Kewajiban menyusun laporan keuangan bagi kementerian negara/lembaga diatur juga dalam Perpres 54 tahun 2010 pasal 8 ayat 1 huruf h yang antara lain menyatakan bahwa Pengguna Anggaran diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Pasal 55 ayat 2, Laporan keuangan yang disusun meliputi: (1) Laporan Realisasi Anggaran; (2) 1
Neraca; dan (3) Catatan atas Laporan Keuangan dilampiri laporan keuangann Badan Layanan Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing. Dalam rangka menghasilkan informasi yang dapat diandalkan (termasuk informasi keuangan seperti laporan keuangan), pimpinan harus mengadakan pengendalian atas pengelolaan sistem informasi (PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah). Menteri/Pimpinan Lembaga bertanggung jawab secara formil dan materiil terhadap pelaksanaan APBN di kementerian/lembaga masing-masing. Mengingat luasnya rentang kendali yang berada dalam kewenangan seorang menteri/pimpinan lembaga maka perlu adanya reviu oleh aparat yang independen di lingkungan kementerian/lembaga yang bersangkutan. Reviu dimaksud digunakan untuk membantu menteri/pimpinan lembaga meyakini bahwa laporan keuangan telah disusun dan disajikan sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Kewajiban reviu dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 pasal 33 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.Dalam rangka mewujudkan pertanggungjawaban keuangann sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Keuangan Negara dan peraturan perundangan sebagaimana disebut di atas, telah dibuat suatu mekanisme dan peraturan yang mengatur tentang reviu atas laporan keuangan kementerian negara/lembaga. a. Pengertian dan Tujuan Reviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Reviu adalah penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga (LK K/L) oleh auditor Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara atau Lembaga yang kompeten untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa akuntansi telah diselenggarakan berdasarkan Sistem Akuntansi Instansi dan laporan keuangan kementerian/lembaga telah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, dalam upaya membantu Menteri/Pimpinan Lembaga untuk menghasilkan laporan keuangan kementerian/lembaga yang berkualitas. 2
Reviu laporan keuangan sebagaimana disampaikan di atas bertujuan un keyakinan akurasi, keandalan, dan keabsahan informasi yang disajikan keuangan sebelum disampaikan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga kepada P Menteri Keuangan. Reviu tidak memberikan dasar untuk menyatakan pendapat sebagaima karena dalam reviu tidak mencakup pengujian atas pengendalian intern, p pengendalian, pengujian catatan akuntansi dan pengujian atas respon terha keterangan, dengan cara pemerolehan bahan bukti yang menguatkan m pengamatan, atau konfirmasi dan prosedur tertentu lainnya yang biasa dila audit. Ruang lingkup reviu adalah sebatas penelaahan laporan keuang akuntansi. Sementara itu sasaran reviu adalah untuk memperoleh keyakinan keuangan entitas pelaporan telah disusun dan disajikan sesuai dengan St Pemerintahan. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor 44/PMK.07/2006, mengatakan bahwa reviu adalah prosedur penelusuran angka-angka dalam lap permintaan keterangan,dan analitik yang harus menjadi dasar memadai bagi A Intern untuk memberi keyakinan terbatas bahwa tidak ada modifikasi mate dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut sesuai Akuntansi Pemerintahan. b. Sasaran Reviu Laporan Keuangan Kementerian/lembaga Sasaran reviu adalah penyelenggaraan akuntansi dan penyajian lap kementerian/lembaga termasuk penelaahan atas catatan akuntansi dan dokum diperlukan. Dalam melakukan reviu tidak termasuk kegiatan pengujia pengendalian intern, catatan akuntansi dan dokumen sumber dan tidak termasuk pengujian atas respon permintaan keterangan. Dengan demikian reviu dititikberatkan pada unit akuntansi dan atau akun laporan keuangan kementerian/lembaga yang berpotensi tinggi terhadap permasalahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan atau penyajian Laporan Keuangan Kementerian Negara atau Lembaga.
c. Unit yang Mereviu Laporan Keuangan Kementerian/lembaga Sesuai denganpasal 33 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 08 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan PP 60 tahun 2008 pasal 57 ayat 1 serta Pasal 32 ayat (4) sampai dengan (6), Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga melakukan reviu atas laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. PMK 171/PMK.05/2007 juga menyebutkan bahwa laporan keuangan kementerian/lembaga yang telah direkonsiliasi dengan Ditjen PBN cq. Dit APK akan direviu oleh aparat pengawasan intern Kementerian Negara/Lembaga. Selanjutnya dalam Perdirjen Perbedaharaan nomor 44/PB/2006 pasal 2 ayat 1 disebutkan bahwa Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga wajib melakukan reviu atas laporan keuangan. Berdasarkan berbagai peraturan di atas dapat disimpulkan bahwa pihak yang wajib melakukan reviu laporan keuangan adalah Aparat Pengawas Intern Kementerian Negara/lembaga atau biasa disebut sebagai Inspektorat Jenderal. Apabila Kementerian Negara/Lembaga belum memiliki Aparat Pengawasan Intern, Sekretaris Jenderal/pejabat yang setingkat pada Kementerian Negara/Lembaga.menunjuk beberapa orang pejabat di luar Biro/Bidang Keuangan untuk melakukan reviu atas laporan keuangan (Perdirjen Perbendaharaan no 44/PB/2006, Pasal 2 ayat 2). Untuk dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, PMK 156/PMK.07/2008 sebagaimana telah diubah dengan PMK nomor 248/PMK.07/2010 menyatakan bahwa Aparat Pengawas Intern Kementerian/lembaga melakukan reviu atas laporan keuangan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan apabila kementerian/lembaga belum memiliki aparat pengawas intern. Sekretaris Jenderal/Pejabat yang setingkat pada kementerian/lembaga menunjuk beberapa orang pejabat di luar Biro/Bidang Keuangan untuk melakukan reviu atas laporan keuangan. Tata cara reviu dan penyampaian hasil reviu laporan keuangan mengacu kepada Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai sistem akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah pusat. d. Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008, Pasal 57 ayat (5), Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menetapkan standar reviu atas laporan keuangan. Standar ini digunakan oleh : (1) Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern dalam melakukan reviu atas laporan keuangan kementerian negara/lembaga sebelum disampaikan menteri/pimpinan lembaga kepada Menteri Keuangan. 4
Menteri Keuangan selaku disampaikan gubernur kepada Badan Pemeriksa Bendahara Umum Negara menetapkan standar reviu Keuangan. (3) Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota atas laporan keuangan dan sebelum disampaikan bupati/walikota kepada Badan digunakan oleh: Inspektorat Jenderal Inspektorat Provinsi Inspektorat Kabupaten/Kota BPKP (2) Inspektorat Provinsi dalam melakukan reviu atas laporan keuangan pemerintah daerah provinsi sebelum Pemeriksa Keuangan. (4) BPKP dalam melakukan reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat sebelum disampaikan Menteri Keuangan kepada Presiden Sesuai dengan amanah PP 60 tahun 2008 pasal 57 tersebut Menteri Keuangan telah menetapkan PMK no 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Berdasarkan Pasal 1 PMK no. 41/PMK.09/2010, Standar Reviu Atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga, yang selanjutnya disebut Standar Reviu, adalah prasyarat yang diperlukan oleh Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga untuk menjalankan dan mengevaluasi pelaksanaan reviu atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Standar tersebut di atas bertujuan untuk: (1) memberikan prinsip-prinsip dasar yang diperlukan dalam praktek reviu; (2) menyediakan kerangka untuk menjalankan dan meningkatkan nilai tambah reviu; (3) menetapkan dasar-dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan reviu; dan (4) mendorong peningkatan kualitas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. e. Langkah-langkah Mereviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Dilihat dari waktu pelaksanaan reviu, reviu atas laporan keuangan dilakukan secara paralel dengan pelakanaan anggaran dan penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Yang dimaksud paralel adalah reviu dilakukan sepanjang pelaksanaan anggaran dan tidak menungguu laporan keuangan Kementerian/Lembaga selesai disusun. Kebijakan ini diambil karena terbatasnya waktu yang tersedia bagi kementerian/lembaga untuk menyusun dan menyampaikan laporan keuangan ke Menteri Keuangan. 5
Untuk mencapai tujuan reviu sebagaimana telah dibahas pada bagian di atas, apabila pereviu menemukan kelemahan dalam penyelenggaraan akuntansi dan/atau kesalahan dalam penyajian laporan keuangan, maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus segera melakukan perbaikan dan/atau koreksi atas kelemahan dan atau kesalahan tersebut secara berjenjang. Reviu dilakukan dengann aktivitas, pertama, menelusuri laporan keuangan ke catatan akuntansi dan dokumen sumber. Kedua, meminta keterangan mengenai proses pengumpulan, pengikhtisaran, pencatatan dan pelaporan transaksi keuangan. Ketiga, meminta keterangan mengenai kompilasi dan rekonsiliasi laporan keuangan kementerian/lembaga dengan Bendahara Umum Negara secara berjenjang. Dan keempat, kegiatan analitik untuk mengetahui hubungan dan hal-hal yang kelihatannya tidak biasa. Terdapat beberapa langkah reviu yaitu : (1) Pastikan bahwa rekonsilias belanja telah dilakukan antara unit akuntansi dengan KPPN melalui permintaan keterangan dan penelusuran ke Berita Acara Rekonsiliasi. (2) Lakukan uji petik atas transaksi belanja dan pastikan bahwa setiap transaksi tersebut telah didukung dokumen pengeluaran yang sah, melalui penelusuran ke dokumen Surat Perintah Membayar (SPM) dan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). (3) Pastikan bahwa pengembalian belanja hanya merupakan transaksi pengembalian belanja untuk periode berjalan, melalui permintaan keterangan dan penelusuran jurnal transaksi ke dokumen Surat [Apabila pereviu menemukan kelemahan dalam Setoran Bukan Pajak (SSPB). penyelenggaraann akuntansi (4) Pastikan bahwa pengembalian belanja periode dan/atau kesalahan dalam sebelumnya telah diakui dan dicatat sebagai penyajian laporan keuangan, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dengan melakukan maka pereviu bersama-sama dengan unit akuntansi harus permintaan keterangan dan penelusuran jurnal segera melakukan perbaikan transaksi ke dokumen SSBP. (5) Pastikan bahwa setiap belanja modal telah dicatat dan/atau koreksi atas kelemahan dan atau kesalahan tersebut dalam jurnal korolari dan menambah Aset Tetap, dengan melakukan penelusuran dokumen SPM dan SP2D ke jurnalnya. g] secara berjenjang 6
f. Syarat sebagai Pereviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Untuk mencapai efektivitas reviu atas laporan keuangan, pereviu harus memiliki kompetensi tertentu. Sesuai dengan tujuan reviu, tim reviu secara kolektif seharusnya memiliki kompetensi sebagai berikut : (1) Menguasai standar akuntansi pemerintahan; (2) Menguasai Sistem Akuntansi Instansi yaitu Sistem Akuntansi Keuangan dan Sistem Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara; (3) Memahami proses bisnis atau kegiatan pokok unit akuntansi yang direviu; (4) Menguasai dasar-dasar Audit (5) Mengusasi teknik komunikasi; dan (6) Memahami analisis basis data. g. Laporan Reviu Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga Hasil reviu dituangkan dalam Pernyataan Telah Direviu dan sesuai dengan Perdirjen Perbendaharaan no 44/PB/2006 pasal 3 ayat (3). Pernyataan Telah Direviu ditandatangani oleh Aparat Pengawasan Intern Kementerian Negara/Lembaga. Selanjutnya sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) Pernyataan Telah Direviu merupakan salah satu dokumen pendukung untuk penyusunan Statement of Responsibility (Pernyataan Tanggung Jawab) oleh Menteri/Pimpinan Lembaga. Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang Hasil reviu dituangkan dalam disampaikan kepada Menteri Keuangan disertai Pernyataan Telah Direviu dan dengan Pernyataan Tanggung Jawab yang sesuai dengan Perdirjen ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga dan Perbendaharaan no 44/PB/2006 pasal 3 ayat (3). Pernyataan Pernyataan Telah direviu yang ditandatangani oleh Telah Direviu ditandatangani Aparat Pengawasan Intern Kementerian oleh Aparat Pengawasan Intern Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga 7
Daftar Pustaka Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah tentang Pelaporan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pemerintah Republik Indonesia, Akuntansi Pemerintahan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat. Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsetrasi dan Dana Tugas Pembantuan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan nomor 248/PMK..07/2010 Perubahan atas PMK 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan nomor 41/PMK.09/2010 tentang Standar Reviu atas laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Kementerian Keuangan RI,Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan nomor Pedoman Pelaksanaan Reviu Laporan Kementerian/Lembaga 44/PB/2006 tentang Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan Atas PMK Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat 8