SWITCH MODE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN BOOST CONVERTER SEBAGAI PFC CONVERTER Surya Indrajati 1,Ir.Moh.Zaenal Effendi,MT. 2 1

dokumen-dokumen yang mirip
Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

Rancang Bangun AC - DC Half Wave Rectifier 3 Fasa dengan THD minimum dan Faktor Daya Mendekati Satu menggunakan Kontrol Switching PI Fuzzy

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN FLYBACK CONVERTER SEBAGAI PFC CONVERTER

Desain Penyearah 1 Fase Dengan Power Factor Mendekati Unity Dan Memiliki Thd Minimum Menggunakan Kontrol Pid-Fuzzy Pada Boost Converter

Rancang Bangun Charger Baterai dengan Buckboost Konverter

RANCANG BANGUN UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY (UPS) DENGAN ENERGI HYBRID (SUBJUDUL: HARDWARE) Abstrak

DESAIN PENYEARAH 1 FASE DENGAN POWER FACTOR MENDEKATI UNITY DAN MEMILIKI THD MINIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PID-fuzzy PADA BOOST CONVERTER

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware)

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

RANCANG BANGUN PERBAIKAN FAKTOR DAYA

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

ABSTRACT. Keyword ; Rectifier and filter C, Buck Converter,inverter. vii

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

Desain dan Implementasi Tapped Inductor Buck Converter dengan Metode Kontrol PI pada Rumah Mandiri

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

Perancangan Sistem Charger Otomatis pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

Rancang Bangun Catu Daya Tenaga Surya Untuk Perangkat Audio Mobil

RANCANG BANGUN CHARGER DENGAN KASKADE FLYBACK DAN BUCK KONVERTER MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA. Pada bab ini akan dibahas hasil pengujian dan analisa dari system buck chopper

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK

² Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri 3 Dosen Jurusan Teknik Elektro Industri

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

RANCANG BANGUN BECAK LISTRIK TENAGA HYBRID DENGAN MENGGUNAKAN KONTROL PI-FUZZY (SUBJUDUL: HARDWARE) Abstrak

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN FAKTOR KERJA PADA PENYEARAH SCR PWM (PULSEWIDTH MODULATION) TIGA FASA MENGGUNAKAN METODE PEMADAMAN AKTIF

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

NAMA :M. FAISAL FARUQI NIM : TUGAS:ELEKTRONIKA DAYA -BUCK CONVERTER

DESAIN BATTERY CHARGER DENGAN EFFISIENSI OPTIMUM MENGGUNAKAN KONTROL PI-Fuzzy

BOOST-UP CHOPPER 24 V/320 V DENGAN KENDALI PROPORSIONAL- INTEGRAL (PI) BERBASIS MIKROKONTROLLER

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

Desain Konverter DC/DC Zero Voltage Switching dengan Perbaikan Faktor Daya sebagai Charger Baterai untuk Kendaraan Listrik

RANCANG BANGUN MODUL BOOST CHOPPER VOLT DC 200 WATT BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 16 ABSTRAK

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

Sistem Perbaikan Faktor Daya Pada Penyearah Diode Tiga Phasa Menggunakan Hysteresis Current Control

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

Kata Kunci: Mikrokontroler ATmega128, Inverter 3 Phase, Frekuensi. Keyword :Microcontroller Atmega128, Inverter 3 Phase, Frequency

Andriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic

PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR DC MENGGUNAKAN SENSOR ENCODER DENGAN KENDALI PI

Rancang Bangun Inverter Multipulsa untuk Beban Penerangan Rumah Tangga Jenis Lampu Pijar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

DESAIN RANGKAIAN BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM CHARGING LAMPU PENERANGAN LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI KOTA MALANG

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING PADI DENGAN METODE KONVEKSI BERBASIS MIKROKONTROLER

Laporan Praktikum rangkaian listrik dan rangkaian logika. Power supply OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN NIM : D

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

SISTEM KONVERTER DC. Desain Rangkaian Elektronika Daya. Mochamad Ashari. Profesor, Ir., M.Eng., PhD. Edisi I : cetakan I tahun 2012

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

PEMBUATAN DC CHOPPER TIPE BOOST BERBASIS TRANSISTOR SC2555

RANCANG BANGUN AVR (AUTO VOLTAGE GENERATOR ) MENGGUNAKAN CHOPPER TIPE BOOST CONVERTER PADA GENERATOR SATU FASA 3 KVA

RANCANG BANGUN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA BAYU (ANGIN) UNTUK SISTEM PENERANGAN RUMAH TINGGAL

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

PENERAPAN PELATIHAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK SISTEM KONTROL UMPAN BALIK PADA BUCK CONVERTER SWITCHING POWER SUPPLY

Desain dan Implementasi Catu Daya Searah Berarus Besar Bertegangan Kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian daya listrik dengan beban tidak linier banyak digunakan pada

PERCOBAAN 5 REGULATOR TEGANGAN MODE SWITCHING. 1. Tujuan. 2. Pengetahuan Pendukung dan Bacaan Lanjut. Konverter Buck

Perancangan dan Realisasi Konverter DC-DC Tipe Boost Berbasis Mikrokontroler ATMEGA 8535

1 BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu kelistrikan yang menggabungkan ilmu elektronika dengan ilmu ketenaga-listrikan.

RANCANG BANGUN KONVERTER PHOTOVOLTAIC DAN PENTAKSIRAN DAYA PHOTOVOLTAIC UNTUK DC POWER HOUSE

PORTABLE SOLAR CHARGER

MAKALAH DC CHOPPER. Disusun oleh : Brian Ivan Baskara Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Daya II

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN DOUBLE SWITCH SEBAGAI PENYEARAH DAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA

BAB III METODE PENELITIAN

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) SOLAR PV BERBASIS FUZZY LOGIC MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER AVR

BAB III 1 METODE PENELITIAN

Perancangan Inverter Sinusoida 1 Fasa dengan Aplikasi Pemrograman Rumus Parabola dan Segitiga Sebagai Pembangkit Pulsa PWM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

Perancangan dan Simulasi Chopper Buck Boost pada Aplikasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

PERANCANGAN PROGRAMMABLE POWER SUPPLY 30 V 10 A BERBASIS MICROCONTROLLER

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING BEBAN DAN INDIKATOR GANGGUAN PADA RUMAH MANDIRI BERBASIS MIKROKONTROLLER

RANCANG BANGUN SUATU SISTEM PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TENAGA SURYA SEBAGAI PENDUKUNG SUMBER PLN UNTUK RUMAH TANGGA BERBASIS MIKROKONTROLLER.

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONVERTER DC-DC SINGLE-INPUT MULTIPLE- OUTPUT BERBASIS COUPLED INDUCTOR

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN HASIL OPERASI CCM DAN DCM PADA DC CHOPPER TIPE CUK

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN ALAT

Suplai Dc Terpisah Untuk Multilevel Inverter Satu Fase Tiga Tingkat Menggunakan Buck Converter

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

Transkripsi:

SWITCH MODE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN BOOST CONVERTER SEBAGAI PFC CONVERTER Surya Indrajati 1,Ir.Moh.Zaenal Effendi,MT. 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Industri, 2 Dosen PENS-ITS Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Telp (+62) 031-59447280.Fax (+62) 031-5946114 e-mail: surya_kereen@yahoo.com ABSTRAK Switch mode power supply (SMPS) adalah suatu peralatan untuk memberikan sumber DC dengan cara metode switching. Salah satu masalah yang terjadi pada switch mode power supply (SMPS) tidak menggunakan power factor correction dan memerlukan penambahan nilai Capasitor yang besar sebagai filter DC. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu penambahan power factor correction (PFC) pada switch mode power supply (SMPS). Pada SMPS ini, power factor correction diletakkan pada bagian output dari rectifier dengan menggunakan Boost converter. Boost converter bekerja pada kondisi tidak kontinyu, karena dalam kondisi tidak kontinyu tidak muncul arus balik (I RR ) pada komponen diode dari boost converter, sehinga diode yang lebih murah dapat digunakan. Selain itu pada kondisi tidak kontinyu mengakibatkan rugi I 2 R rendah dan ripple arus yang rendah mengakibatkan rugi inti di inductor rendah. Boost converter ini dihubungkan seri dengan buck conveter untuk supply beban 24 V/ 60 W. Boost converter sebagai power factor correction (PFC) di desain menghasilkan tegangan output sebesar 50 V dan arus 3 A. Sedangkan buck converter di desain menghasilkan tegangan keluran 24 V dengan arus 2,5 A. Kata Kunci: boost converter, buck converter, power factor correction. 1. PENDAHULUAN Peralatan elektronik modern tidak selalu menghadirkan beban-beban pasif kepada sisi sumber atau power line. Pada awalnya, beban-beban wajar mempunyai salah satu karakteristik resistif seperti misalnya lampu atau arus input yang sinusoidal dan mengalami pergerseran fase seperti misalnya motor AC. Saat ini, kebanyakan sistem elektronik menggunakan satu atau lebih konverter-konverter daya yang menyebabkan arus di sisi sumber atau power line menjadi tidak sinusoidal. Karakteristik arus input ini menyebabkan arus dan kemungkinan tegangan terdistorsi yang dapat menimbulkan masalah pada peralatan elektronik lain yang terhubung dengan sumber dan menurunkan kemampuan dari sistem tersebut. Masalah ini mengharuskan menciptakan desain standart dengan tujuan membatasi distorsi harmonik pada sisi sumber atau power line. Solusi dari masalah ini dikenalan sebagai power factor correction (PFC). Switch mode power supply (SMPS) adalah peralatan listrik yang berfungsi untuk memberi sumber DC dengan menggunakan metode switching. Energi ini berasal dari sumber jala-jala (PLN) yang disearahkan dengan rangkaian rectifier. Kelemahan dari SMPS ini adalah tidak menggunakan rangkaian power factor correction dan memerlukan nilai Capasitor yang besar. Dengan kata lain energi yang di transfer ke beban menjadi tidak efisien. Untuk mengatasi hal ini maka di tambah power factor correction pada perlatan Switch mode

power supply (SMPS). Penambahan power factor correction pada SMPS ini dilakukan dengan memodifikasi pada rangkaian keluaran rectifier. Dengan menambah rangkaian diharapkan dapat mengatasi masalah harmonisa yang timbul dan power factor yang rendah pada sisi sumber (input). 2. DESAIN DAN PERENCANAAN Dalam membangun switch mode power supply dengan menggunakan boost converter sebagi PFC converter dibutuhkan komponen seperti gambar 1 blok diagram dibawah ini. Supply jala-jala 220 Vac Trafo step down + rectifier BOOST CONVERTER Sebagai PFC PWM Vref Mikrokontroler PI controler BUCK CONVERTER Sebagai Regulator PWM Gambar 1. blok diagram 2.1 perencanaan pembuatan rectifier Sensor tegangan LOAD 24 V, 60 W Rangkaian penyearah digunakan sebagai input sumber DC dari boost converter. Rangkaian penyearah ini diturunkan terlebih dahulu melalui trafo kemudian disearahkan tanpa penambahan bulk capasitor. Gamabr rangkaian dari rangkaian penyearah terlihat pada gambar 2 berikut. yang bekerja pada kondisi tidak kontinyu yang terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu mosfet sebagai switch, induktor, kapasitor, diode, dan beban. Gambar rangkaian boost converter terlihat seperti gambar 3. Gambar 3 Desain boost converter Untuk mendisain converter perlu ditetapkan beberapa variable, yaitu: Vin minimal : 21,6 V Vin maximal : 33,9 V Arus output : 3 A Tegangan output : 50 V Frekuensi switching : 25 Khz Dari data yang ditetapkan diatas, dapat dihitung nilai-nilai komponen yang digunakan, yaitu: Duty cycle Dimana : D : duty cycle Vo : tegangan output Vin : tegangan input Perhitungan : Nilai inductor Gambar 2 Rectifier 2.2 Boost converter Boost converter pada proyek ini digunakan sebagai perbaikan factor daya Dimana : L : induktansi inductor Vo : tegangan output Vin : tegangan input f : frekuensi switching : ripple arus Perhitungan :

Dimana L Imax Bmax Ac Perhitungan: : nilai induktansi : arus maksimal :fluk density maksimum :luasan core (inti besi) Perhitungan rangkaian snubber Discontinous Modes Pada discontinuous mode desain L < L min Dimana Csnuber : capasitansi snuber t_fall : waktu untuk kembali dari mosfert V_off : tegangan saat off mosfet D : duty cycle T : periode Nilai capasitor Dimana: C D T Perhitungan: : kapasitansi kapasitor : arus RMS capasitor : ripple tegangan : duty cycle : periode 2.3 Buck converter Buck converter, pada proyek ini digunakan sebagai regulator ke beban 24 V yang terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu mosfet sebagai switch, induktor, kapasitor, diode, dan beban. Gambar rangkaian buck converter terlihat seperti gambar 4. Jumlah lilitan Gambar 4. Desain buck converter

Untuk mendisain konverter perlu ditetapkan beberapa variable, yaitu: Tegangan input : 50 V Tegangan output : 24 V Arus output : 2,5 A Frekuensi switching : 25 Khz Dari data yang ditetapkan diatas, dapat dihitung nilai-nilai komponen yang digunakan, yaitu: Dimana: C F Perhitungan Jumlah lilitan : kapasitansi kapasitor : ripple arus : ripple tegangan : frekuensi switching Duty cycle Dimana : D : duty cycle Vo : tegangan output Vin :tegangan input Dimana L : induktansi inductor Imax : arus maksimal Ac :luasan core (inti besi) Bmax :fluxdensity maksimal Perhitungan Perhitungan: Nilai induktor Perhitungan rangkaian snubber Dimana : L : induktansi induktor Vin : tegangan input Vo : tegangan output : ripple arus Perhitungan: Dimana Csnuber: capasitansi snuber t_fall : waktu untuk kembali dari mosfert V_off : tegangan saat off mosfet D : duty cycle T : periode Perhitungan Nilai capasitor 2.4 Totempole Rangkaian totempole digunakan sebagai kopling antara mikrokontroler dengan konverter DC-DC karena mikrokontroler

tidak mampu mengendalikan konverter secara langsung. Rangkaian totempole terdiri dari transistor NPN dan PNP. Gambar dari rangkaian totempole seperti pada gambar 5. program sistem yang digunakan untuk mengontrol PWM START INISIALISASI SET POINT Baca sensor tegangan Perhitungan error dan integral Perhitungan KP,KI controler Gambar 5. Optocoupler dan totempole 2.5 Sensor tegangan Sensor tegangan yang dipakai adalah pembagi tegangan dengan resistor dikarenakan tegangan output DC dan tegangan yang diukur maksimal 24 V, sedangkan tegangan yang diperbolehkan masuk ke ADC pada mikrokontroler maksimal 5 V. perhitungan sensor tegangan sebagai berikut R1 ditentukan 3300 ohm, maka: Gambar dari sensor tegangan seperti gambar 6 berikut. Gambar 6. Sensor tegangan 2.6 Perencanaan kontrol PWM Pembangkit pulsa PWM didapatkan dari mikrokontroler PORTD.4 yang merupakan timer 1. Selanjutnya digunakan optocoupler sebagai pemisah dan masuk ke rangkaian totempole yang berfungsi sebagai penguat arus. Gambar 7 adalah flowchart main Setting duty cycle PWM END Gambar 7. Flowchart main program 2.7 Desain kontroler PI Kontroler digunakan untuk mengontrol tegangan output buck converter agar konstan. Dalam membuat kontroler ini yang diperhatikan adalah mengenai set point dari output buck yang harus dipertahankan yang dilihat dari data ADC. Dari data ADC maka diperoleh error dari set point. Dari error tersebut akan dikalikan time sampling yang kemudian menghasilkan integral. Kemudian didapatkan nilai P dari konstanta proporsional dikalikan error. Sedangkan I diperoleh dari konstanta integral dikalikan integral. Nilai PI adalah penjumlahan dari nilai P dan I. Berikut adalah program lengkapnya: sp=145;//nilai tegangan 24 volt kp=10; //konstanta P ki=0.005; // konstanta I integral=0; lasterror=0; timesampling=0.01; while (1) { // Place your code here pv=read_adc(0); //read present value // calculate error error = sp - pv; integral += error * timesampling; if(pv==0) integral=0;

// calculate PID controller P = kp * error; I = ki * integral; PI = P + I; if(pid>431)pid=431; if(pid<0)pid=0; pwm=pid; //send++; OCR1A = (int)pwm; delay_ms(10); }; 3.PENGUJIAN DAN ANALISIS 3.1 Pengujian Rangkaian Totempole Dan Optocoupler Rangkaian totempole dan optocoupler digunakan sebagai buffer sinyal input yang dihasilkan oleh mikrokontroler dan digunakan untuk mengendalikan konverter. Gambar 8 gelombang tegangan output rangkaian totempole. (a) (b) Gambar 8 a.bentuk gelombang dengan duty cycle 50% b.bentuk gelombang dengan duty cycle 60% 3.2 Pengujian sensor tegangan Pengujian sensor tegangan digunakan untuk mengetahui respon sensor tersebut terhadap berbagai masukan tegangan. Pengujian dilakukan dengan memberikan tegangan input sebesar 10 V sampai 30 volt, kemudian diukur tegangan keluaran dari sensor tersebut. Hasil pengujian sensor tegangan dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Pengujian sensor tegangan Vin Vout Vout % Error teori 2 0,22 0,23 4,34 4 0,46 0,46 0 6 0,69 0,69 0 8 0,93 0,92 1,09 10 1,16 1,15 0,87 12 1,41 1,38 2,17 14 1,63 1,61 1,24 16 1,88 1,84 2,2 18 2,11 2,07 1,93 20 2,34 2,31 1,3 22 2,34 2,31 1,3 24 2,82 2,77 1,81 26 3,05 3 1,67 24 2,82 2,77 1,81 28 3,28 3,23 1,54 30 3,53 3,46 2,02 3.3 Pengujian rangkain rectifier Rangkaian yang digunakan untuk rectifier menggunakan diode bride full wave rangkaian tersebut menggunakan 4 buah diode. Input tegangan adalah 24 volt yang berasal dari input 220 volt yang diturunkan menggunakan trafo step down menjadi 24 volt. Setelah disearahkan diode tersebut diberi filter capasitor dengan nilai kecil yaitu 47 nanofarad. Hasil pengujian diperlihatkan pada tabel 2. Tabel 2. Pengujian rectifier No Vin Vout Vout % Error teori 1 5 3,31 4,51 26,61 2 10 7,83 9,1 13,95 3 15 12,18 13,51 9,84 4 20 17,11 18,01 5 5 25 21,1 22,52 6,3 6 30 25,5 27,02 5,62 3.4 Pengujian boost converter Pengujian boost converter digunakan untuk mengetahui respon converter terhadap perubahan duty cycle inputnya. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil output dengan perhitungan secara teoritis. Hasil pengujian diperlihatkan pada tabel 3. Tabel 3. Pengujian boost converter Duty cycle Vin Iin Vout praktek Vout teori % Error 20 10 0,23 21 12,5 40,4 30 10 0,54 34 14,28 58 40 10 0,92 66 16,67 74,6 50 10 1,5 88 20 77,2 60 10 2 100 25 75 3.5 Pengujian Rangkaian Buck Konverter Pengujian buck converter digunakan untuk mengetahui respon konverter terhadap perubahan duty cycle inputnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil output dengan perhitungan secara teoritis. hasil pengujian diperlihatkan pada tabel 4. Table 4. pengujian buck converter Duty cycle Vin Iout Vout praktek Vout teori % Error 20 30 0,37 4,2 6 30 40 30 0,54 9,5 12 20,83 50 30 0,64 13,5 15 10 60 30 0,7 16,3 18 9,44 70 30 0,76 20 21 4,76 3.6 Pengujian kontroler Kontroler disini digunakan untuk menjaga tegangan output buck converter agar stabil. Kontroler dikatakan baik apabila bisa menjaga kestabilan tegangan output yang dikontrol. pengujian kontroler dilakukan dengan mengubah tegangan input dari buck converter dan membandingkan antara pengujian dengan set point dari kontroler. Hasil pengujian kontroler diperlihatkan pada tabel 5. Tabel 5. pengujian kontroler dengan perubahan tegangan input Vin (V) Vref (V) Vout % error (V) 26 24 23,5 2,083 28 24 23,5 2,083 30 24 23,6 1,67 32 24 23,6 1,67 34 24 23,7 1,25 36 24 23,7 1,25 3.7 Pengujian power factor Pada pengujian keselurahan sistem ini dibandingkan nilai power factor dengan menggunakan rangkaian rectifier gelombang penuh dengan sistem keseluruhan yaitu boost converter sebagai power factor correction (PFC) dan buck converter sebagai regulator. Hasil pengujian power factor diperlihatkan pada tabel 6 dan tabel 7 Table 6. Pengujian PF dengan rectifier Vout (V) Iout (A) PF 23,8 0,6 0,84 23,8 1 0,84 24 1,5 0,84 23,87 2 0,85 Table 7. Pengujian PF dengan keseluruhan sistem Vout (V) Iout (A) PF 23,8 0,5 0,80 23,5 1 0,92 23,4 1,5 0,93 22,7 2 0,93 21,8 2,5 0,94 5.0 Current 2.5 Amps 1Ø 0.0. 2.494.997.489.9812.4714.9617.46-2.5-5.0 msec Gambar 7. Bentuk gelombang arus input rectifier

10 Amps 0 5-5 -10 Current, 2,5 5, 7,5 10,01 12,51 15,01 17,51 msec Gambar 8. Bentuk gelombang arus input dengan system Gambar 9. Hasil record data rangkaian rectifier Gambar 10. Hasil record data dengan sistem 4. Kesimpulan Setelah melalui beberapa proses perencanaan, pembuatan dan pengujian alat serta dari data yang didapat dari perencanaan dan pembuatan alat, maka dapat disimpulkan: 1. Pada sistem ini perbaikan factor daya menggunakan boost converter yang bekerja pada kondisi tidak kontinyu dengan desain input tegangan 24 volt output 50 Volt dengan arus 3 A, sedangkan buck converter digunakan sebagai regulator dengan output 24 volt arus 2,5 ampere. 2. Efisiensi buck converter semakin besar saat duty semakin besar atau dapat dikatakan efisiensi buck converter semakin besar saat arus output besar. 3. Pada pengujian integrasi diperoleh perbaikan power factor 0,94 dan harmonisa 23,83% sedangkan rangkaian rectifier memiliki power factor 0,84 dan harmonisa 45,73 %. 4. Saat pengujian integrasi sistem pada sisi output tidak mencapai 24 volt karena pada sisi input terjadi drop tegangan pada trafo yang menyebabkan sistem tidak dapat bekerja secara nominal. 5. Nilai power factor akan meningkat saat arus output besar atau dapat dikatakan nilai power factor meningkat saat arus output mencapai nilai nominal. DAFTAR PUSTAKA [1] Muhammad H Rasyid, Rangkaian Elektronika Daya, Devices,dan Aplikasinya, Jakarta,1999. [2]D. Petruzella, Frank, Elektronik Industri, Andi, Yogyakarta, 2001. [3] Daniel W. Hart, Introduction to Power Electronics, Prentice-Hall International, International Edition, 1997. [4] P.J. Randewijk, Inductor Design, 2006. [5]Datasheet of ATmega16 8-bit Microcontroller with 16K Bytes InSystem Programmable Flash [6] Katsuhiko Ogata. Teknik Kontrol Automatik. Erlangga 1997 [7] Brian R Copeland. Design PID controller using Ziegler-nicols tuning. 2008 [8]http://www.alldatasheet.com/datasheetpdf / pdf/78532/atmel/ ATMEGA16.pdf