FORUM IPTEK Vol 13 No. 03 BRIKET GAMBUT DENGAN SERBUK KAYU KEMUNGKINAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF. Oleh : Ir. Sulistyono*)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Analisis dilakukan sejak batubara (raw coal) baru diterima dari supplier saat

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

(Maryati Doloksaribu)

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

Pembuatan Biobriket dari Tempurung Kemiri sebagai Bahan Bakar Alternatif

Dasar Teori Tambahan. Pengadukan sampel dilakukan dengan cara mengaduk sampel untuk mendapatkan sampel yang homogen.

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

ANALISIS KUALITAS BRIKET ARANG DARI CAMPURAN KAYU AKASIA DAUN LEBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Ratna Srisatya Anggraini ( )

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Briket dari Char Hasil Pirolisa Tempurung Kelapa (Coconut Shells)

BAB III TEORI DASAR. keterdapatannya sangat melimpah di Indonesia, khususnya di Kalimantan dan

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

EFEK PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP SIFAT MEKANIK BRIKET DARI TEMPURUNG KELAPA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

KARAKTERISTIK PELLET KAYU GMELINA (Gmelina arborea Roxb.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Perubahan Materi

TINJAUAN PUSTAKA. Suprihatin (1999) dan Nisandi (2007) dalam Juhansa (2010), menyatakan

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Salah satu sumberdaya alam Indonesia dengan jumlah yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG 4. Indonesia Mt

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BRIKET ARANG DARI SERBUK GERGAJIAN KAYU MERANTI DAN ARANG KAYU GALAM

STUDI BANDING PENGGUNAAN PELARUT AIR DAN ASAP CAIR TERHADAP MUTU BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

KUALITAS BRIKET ARANG DARI KOMBINASI KAYU BAKAU

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

A. JUDUL KAJIAN TEKNIS TERHADAP SISTEM PENIMBUNAN BATUBARA PADA STOCKPILE DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. GLOBALINDO INTI ENERGI KALIMANTAN TIMUR

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

KARAKTERISTIK CAMPURAN CANGKANG DAN SERABUT BUAH KELAPA SAWIT TERHADAP NILAI KALOR DI PROPINSI BANGKA BELITUNG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KAJIAN PENINGKATAN NILAI KALOR BATUBARA KUALITAS RENDAH DENGAN PROSES SOLVENISASI SKRIPSI OLEH : SILFI NURUL HIKMAH NPM :

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. Persediaan minyak bumi di dunia mulai berkurang, sehingga perlu dicari

BAB VI PROSES MIXING DAN ANALISA HASIL MIXING MELALUI UJI PEMBAKARAN DENGAN PEMBUATAN BRIKET

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI CAMPURAN BUNGKIL BIJI JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN SEKAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Bab II Teknologi CUT

TEKNOLOGI PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH BAGLOG

A. Lampiran 1 Data Hasil Pengujian Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Bahan Baku

Pembuatan Briket Batubara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BRIKET ORGANIK TERHADAP TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBAKARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 4.1 Grafik nilai densitas briket arang ampas tebu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

INTISARI BRIKET GAMBUT DENGAN SERBUK KAYU KEMUNGKINAN SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Oleh : Ir. Sulistyono*) Sumbersumber energi yang penting di Indonesia antara lain minyak bumi, gas alam, batubara dan gambut. Persoalan energi dari bahan bakar minyak (BBM) dewasa ini merupakan suatu masalah yang cukup serius tidak saja di Indonesia tetapi juga sudah menjadi masalah dunia, oleh sebab itu diperlukan suatu usaha untuk mencari alternatif bahan bakar lain sehingga ketergantungan kepada BBM dapat dikurangi. Hal ini bisa dimaklumi karena cadangan minyak bumi didalam negeri semakin menipis sedangkan sumber energi yang lain seperti gambut yang cadangannya cukup melimpah belum banyak dimanfaatkan. Konsep pemanfaatan gambut sebagai energi alternatif bahan bakar didasarkan pada kandungan bahan organik (kadar karbon) yang cukup tinggi dari gambut. Dari penelitian awal ternyata gambut dapat dijadikan energi alternatif bahan bakar yaitu dalam bentuk briket gambut dengan serbuk kayu, dengan tipikal yaitu nilai kalori : 4654 cal/gram, kadar air : 20,56%, kadar abu : 2,36%, volatile matter : 51,64%, fixed carbon : 25,40 % 1. Pendahuluan Indonesia adalah urutan 4 (empat) negara di dunia yang mempunyai cadangan gambut yang cukup luas setelah Kanada (170 juta Ha), Rusia (150 juta Ha), Amerika Serikat (40 juta Ha) dan Indonesia (27 juta Ha). Lahan gambut di Indonesia tersebar di pantai timur Sumatera, Papua dan Kalimantan. Sebagai sumber daya alam gambut dapat dimanfaatkan bagi berbagai peruntukan baik sebagai lahan pertanian dan kehutanan, maupun sebagai sumber energi untuk memasak dirumah sampai dengan tenaga listrik. Selain itu gambut dapat digunakan sebagai baku industri antara lain : a. Melalui proses pirolisa, gambut dapat menghasilkan kokas, ter dan gas yang selanjutnya melalui proses lanjutan dapat dijadikan kokas metalurgi, karbon aktif (anthracite), bahan pelarut pada industri kimia dan sebagainya. b. Melalui proses gasifikasi, gambut dapat menghasilkan synthetic gas dan water gas yang selanjutnya dapat menghasilkan gas hidrogen, metana, methanol dan amoniak. c. Melalui proses hidrogenasi, gambut dapat menghasilkan synthetic crude oil, yaitu produk dasar untuk bahan baker. d. melalui proses ekstraksi, gambut dapat menghasilkan asam humat yang dapat dimanfaatkan antara lain sebagai pengatur viskositas pada lumpur pembilas Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 54

bor, sebagai bahan pencampur pada proses pengerasan semen dan pada industri plastik. Penelitian ini adalah merupakan penelitian awal, yang penulis lakukan di lahan gambut di daerah Rasau Jaya, Kabupaten Pontianak, Propinsi Kalimantan Barat. Dalam penelitian ini dipelajari dan dikaji teknologi pembuatan briket gambut dengan serbuk kayu untuk bahan bakar rumah tangga dan industri kecil. Kayu yang digunakan disini berupa serbuk gergaji yang berasal dari limbah industri perusahaan kayu yang cukup banyak terdapat di wilayah Kalimantan Barat. Selain itu kegiatan penelitian ini juga didasarkan atas beberapa pertimbangan yang diantaranya yaitu : a. Indonesia adalah urutan ke empat negara di dunia yang mempunyai cadangan gambut cukup besar b. Cadangan gambut di Wilayah Kalimantan Barat cukup besar, sekitar 25% dari cadangan gambut di Indonesia c. Di Wilayah Kalimantan Barat banyak terdapat perusahaanperusahaan kayu yang menghasilkan limbah kayu d. Penduduk Indonesia sangat padat dan sebagian besar tinggal di pedesaan e. Dapat dikerjakan dengan teknologi sederhana, menyerap tenaga kerja dan tidak memerlukan padat modal f. Kebijakan pemerintah untuk mengurangi pemakaian BBM 2. Tinjauan Umum Gambut Gambut adalah suatu campuran heterogen dari zatzat organic dan mineral anorganik yang sebagian telah membusuk dan terkumpul dalam lingkungan yang mengandung banyak air (air tawar maupun campuran dengan air asin). Penyebaran gambut di Indonesia seperti terlihat pada tabel 1. Tabel : 1 Penyebaran Gambut di Indonesia No 1. 2. 3. 4. 5. 6. PULAU Sumatera Kalimantan Papua Jawa Sulawesi Maluku GAMBUT PEDALAMAN (JUTA TON) 7,612 6,198 GAMBUT PANTAI (JUTA TON) 1,263 0,325 JUMLAH (JUTA TON) 8,875 6,523 10,875 0,025 0,240 0,525 Jumlah 27,063 Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 55

Menurut Peraturan Pemerintah, PP No.27 Tahun 1990, gambut digolongkan dalam bahan galian vital (Golongan B). Pembentuk utama gambut di Indonesia adalah vegetasi hutan tropis. Unsurunsur utama pembentuk gambut adalah unsur organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, nitrogen dan oksigen serta sedikit unsur anorganik yang terdiri dari unsur silisium, kalsium, magnesium, natrium dan kalium. Warna gambut sangat dipengaruhi oleh tingkat pelapukan atau penguraian, jenis tanaman serta kandungan sedimennya, sehingga warnanya bervareasi dari warna kuning sampai coklat kehitaman. Secara umum gambut dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu : a. Gambut Fibris (Fibric Peat) Jenis gambut ini berasal dari bermacammacam lumut dan mempunyai kandungan serabut serta kandungan air yang tinggi. Kerapatannya rendah, demikian pula kandungan abunya dan nilai kalornya. Endapan dari gambut jenis ini terdapat pada umumnya di bawah water table (permukaan air dibawah tanah) terendah. b. Gambut Sapris (Sapric Peat) Jenis gambut ini terdiri dari tumbuhtumbuhan yang sudah membusuk sedemikian sehingga tidak dapat dikenal lagi asalnya. Gambut jenis ini kadar abunya antara 2 60%, semakin rendah kadar abunya semakin tinggi pula mutunya untuk bahan bakar, selain itu juga nilai kalorinya tertinggi. Endapan dari gambut jenis ini pada umumnya terdapat diatas water table tertinggi. c. Gambut Hemis (Hemic Peat) Jenis gambut ini berasal dari bermacammacam rumput, buluh dan tumbuhan rawa, kandungan serabutnya rendah, demikian pula kandungan airnya, sedangkan nilai kalorinya tinggi. Endapan dari gambut jenis ini terdapat pada umumnya diantara water table terendah dan tertinggi. 3. Pembriketan Pembriketan gambut adalah proses menggumpalkan partikelpartikel kecil dengan atau tanpa bahan pengikat kedalam bentuk dan ukuran tertentu dengan sifatsifat kimia dan fisika tertentu pula yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan daya guna gambut sebagai bahan baker yang berpolusi yaitu tidak berasap dan tidak berbau, juga aman dan mudah dipakai. 3.1 Ikatan dalam Pembriketan Mekanisme pembriketan menyangkut hubungan ikatan antara partikelpartikel dari bahan bakar yang akan dibriket dan pengaruh perubah/variabel proses terhadap ikatan tersebut. Dalam hal ini partikelpartikel kayu dan gambut dan pengaruh variabel proses seperti temperatur, tekanan, ukuran partikel dan lainlain, terhadap sifatsifat kimia dan fisika dari gambutkayu. Dalam briket gambutkayu ini ikatan yang terjadi adalah ikatan antara partikel gambut dengan kayu, partikel gambut dengan partikel gambut lainnya dan partikel kayu dengan partikel kayu lainnya. Jenis ikatan Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 56

mana yang paling menonjol dan operasional tentunya tergantung dari variabel proses yang dikerjakan. Kandungan oksigen dalam material gambut ini ada dalam bentuk senyawa organik yang berupa gugusgugus fungsional beroksigen seperti gugus karboksilat atau hidroksil. Peranan gugusgugus ini penting dalam ikatan antara partikel gambut atau dengan partikel kayu. Kayu terdiri dari selulosa, hemiselulosa, lignin dan sedikit pektin. Selulosa adalah polimer dari glukosa, dalam bahanbahan ini terdapat gugus fungsional beroksigen. Selulosa membentuk suatu angka dan hemiselulosa sebagai matrik. Lignin membentuk dinding sel yang bersifat melindungi sehingga cenderung semipermeabel. Lignin sangat rendah afinitasnya terhadap air dibanding selulosa dan hemiselulosa. Ikatan yang terjadi antara partikel gambut dengan partikel kayu tidak lepas dari adanya gugusgugus fungsional beroksigen, baik didalam kayu maupun didalam gambut. Ikatan tersebut mungkin jenis ikatan kovalen antara gugusgugus fungsional tersebut atau mungkin juga dibantu dengan adanya gugus H 2 O yang berfungsi sebagai jembatan (katalisator). Ikatan lain yang mungkin bekerja dalam briket gambutkayu antara lain ikatan Van Der Walls yang merupakan ikatan antara molekul yang agak lemah. Gaya ikatan ini dapat diperbesar dengan lebih merapatkan partikelpartikel yang dibriket dengan cara penekanan, penghalusan ukuran partikel dan sebaran ukuran partikel yang tepat. Dengan tekanan yang lebih tinggi kecepatan berorientasi partikelpartikel akan lebih cepat sehingga diperoleh volume yang sekecilkecilnya. Sebaran ukuran partikel sangat berpengaruh untuk mencapai volume yang sekecilkecilnya yang berarti kerapatan yang sebesarbesarnya. Hal ini dapat dicapai dengan pengisian ronggarongga yang terdapat diantara partikelpartikel sampai volume rongga sekecil mungkin yang masih kosong. 3.2. Jenis Pengikat dalam Briket Ada beberapa jenis mekanisme ikatan yang terjadi dalam briket yaitu pembriketan dengan bahan pengikat dan pembriketan tanpa bahan pengikat. Untuk yang pertama, bahan pengikat bisa berfungsi murni sebagai perekat yang menghubungkan permukaanpermukaan yang tidak bereaksi. Atau bisa juga merembes kedalam permukaan dengan cara terserap sebagian kedalam poripori yang ada. Bahan pengikat yang baik adalah yang bisa membasahi sebanyak mungkin partikel partikel yang akan dibriket dan menyelimuti partikelpartikel tersebut dengan film perekat. Ada juga bahan pengikat yang bersifat mengkokas (coking substance) yang mempunyai sifat mengkokas setelah dipanaskan sehingga merekatkan partikelpartikel inert menjadi satu gumpalan yang keras. Bermacammacam bahan pengikat dapat digunakan dalam pembriketan secara umum, baik berupa senyawa organik maupun anorganik. Bahan pengikat organik banyak digunakan diantaranya adalah kanji, tetes, gum arabic, ter, aspal dan pitch, baik yang berasal dari sumber minyak bumi maupun dari batubara. Pembriketan dengan ter, aspal atau pitch memerlukan proses lanjut, tidak cukup hanya dicampur dan dipres saja. Bahan ini bersifat mengkokas bila dipanaskan, jadi mekanisme ikatannya terjadi setelah proses Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 57

pengkokasan. Proses pengkokasan dengan cara pemanasan antara 500 700 o C atau bahkan mencapai 900 1100 o C, dalam atmosfer bebas oksigen hal ini disesuaikan dengan spesifikasi briket yang diperlukan. Bahan pengikat anorganik misalnya lempung (bentonit), semen maupun air gelas. Kelemahan bahan pengikat anorganik adalah adanya abu yang berasal dari bahan pengikat tersebut, disamping itu bahan pengikat anorganik bersifat menghambat pembakaran dan menurunkan nilai kalori. Sedangkan untuk yang kedua yaitu proses pembriketan tanpa bahan pengikat, ikatan yang diandalkan adalah kohesi antar partikel. Ikatan ini beroperasi maksimal apabila terjadi persentuhan sebanyak mungkin. Hal ini biasanya dilakukan dengan dengan cara pengepresan dengan tekanan tinggi. Selain itu juga dilakukan pada temperature 50 150 o C. Dengan menaikkan temperatur sifat plastis akan bertambah sehingga dengan pengepresan bertekanan tinggi semakin luas permukaan yang bersinggungan dan semakin kuat pula ikatan yangn terjadi. Akan pemanasan harus dikontrol karena dapat merubah sifat kimia dan fisika dari permukaan partikel. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Alat dan Bahan Penelitian Peralatan penelitian terdiri dari : a. Alat cetak briket dengan tekanan hidraulik manual yang dilengkapi dengan manometer b. Sieve dengan ukuran 4, 6, 10, 15, 20, 30, 40 dan 200 mesh c. Tungku d. Timbangan (top loading balance) e. Panpan pengering aluminium Sedangkan bahan penelitian terdiri dari: a. Gambut yang diambil dari daerah Rasau Jaya, Kab. Pontianak, Kalimantan Barat b. Serbuk kayu c. Lem kanji 4.2 Tahap Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan perlu dilakukan untuk mencari beberapa variabel proses yang berpengaruh sebelum dilakukan pembriketan., yang meliputi : a. Pengeringan Contoh gambut sebelumnya dikeringkan dengan cara dianginanginkan atau dijemur sehingga kadar airnya mencapai 10 20%, begitu juga untuk serbuk kayu. b. Analisa Ayak Untuk mengetahui jumlah serta sebaran gambut maupun serbuk kayu dari setiap fraksi maka dilakukan analisa ayak. Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 58

Tabel : 2 Hasil Analisa Ayak Gambut No. Mesh Berat (gram) Prosentasi (%) % Komulatif +4 4 + 6 6 + 10 10 + 20 20 + 30 30 + 40 40 + 200 200 78,7 89,5 323,8 179,3 113,4 60,2 139,1 16,0 7,87 8,95 32,38 17,93 11,34 6,02 13,91 1,60 7,87 16,82 49,20 67,13 78,47 84,49 98,40 100,00 Total 1000,00 100,00 Begitu juga untuk serbuk kayu juga dilakukan analisa ayak. Dari analisa ayak maka gambut yang digunakan adalah gambut yang lolos ayakan dengan nomor 6 mesh karena jumlahnya dominan 32,38% (komulatif 83,18%), dan untuk serbuk kayu adalah yang lolos ayakan nomor 15 mesh jumlahnya 38,96% (komulatif 67,20%). c. Pembriketan Karena jenis ikatan dalam briket adalah jenis ikatan kohesi antar molekul, maka peranan tekanan sangat penting. Karena untuk ikatan jenis ini kontak antar partikel sangat diperlukan supaya jumlah kontak maksimum. Diperoleh tekanan yang paling optimal adalah 30 kg/cm 2. Untuk tekanan dibawah 30 kg/cm 2 hasil briket rapuh dan kurang kompak sehingga mudah pecah. d. Waktu Penekanan Waktu penekanan juga berpengaruh terhadap kekuatan briket, hal ini menunjukkan bahwa selama penekanan, berlangsung pula proses orientasi partikelpartikel untuk mencapai volume yang sekecilkecilnya. Diperoleh waktu penekanan yang paling optimal adalah 5 detik. Untuk waktu penekanan kurang dari 5 detik hasilnya mengembang kembali, sehingga kurang kompak. e. Kadar Kayu Dalam briket gambut dengan serbuk kayu, disini serbuk kayu diharapkan dapat berfungsi sebagai pengurang asap dalam pembakaran briket. Disamping itu serbuk kayu juga dapat berfungsi untuk mempercepat penyalaan awal. Dan memperkuat ikatan dalam briket. Peranan kayu ini penting karena kayu lebih bersifat plastis sehingga bisa mengisi ronggarongga yang ada dengan lebih baik, disamping itu juga dalam kayu banyak terdapat gugusgugus fungsional beroksigen. Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 59

No No. Lab Diperoleh kadar sebuk kayu yang optimal adalah 10%. Untuk penambahan serbuk kayu kurang dari 10% belum cukup membantu dalam penyalaan awal, tetapi jika 4.3 Hasil Analisa Briket Briket gambut dan serbuk kayu yang telah jadi kemudian dilakukan analisa kimia. Analisa kimia dilakukan oleh Laboratorium Pusat Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Bandung hasilnya sebagai berikut : penambahan serbuk kayu lebih besar dari 10% hasilnya kurang kompak sehingga kurang kuat. Tabel : 3 Hasil Analisa Briket Gambut dan Serbuk Kayu Sample Mark Moisture in air dried sample (%) Ash (%) Volatile Matter (%) Fixed carbon (%) Total Sulfur (%) Calorific value (cal/gram ) Compretion Strength (kg/cm 2 ) 1. 290/95 01/GM/R.JAYA 20,58 2,38 51,64 25,40 0,20 4654 45 2. 291/95 02/GK/R. JAYA 16,13 1,74 57,79 24,34 0,19 4724 40 Keterangan : 01/GM/R. JAYA 02/GK/R. JAYA : gambut murni : gambut dan serbuk kayu 4.4 Hasil Analisa Briket a. Kadar Air Lembab (Moisture in Air Dried) Dari hasil analisa briket pada tabel 3 diatas terlihat bahwa kadar air lembab briket gambut dengan serbuk kayu lebih rendah dari pada briket gambut murni. Makin tinggi kadar air lembab mengakibatkan sulitnya penyalaan awal briket, sehingga dengan adanya campuran serbuk kayu penyalaan awal briket menjadi lebih baik. b. Kadar Abu (Ash) Dari tabel 3 terlihat bahwa kadar abu briket gambut dengan serbuk kayu lebih rendah dari pada briket gambut murni. Kadar abu yang terlalu besar dapat menurunkan nilai kalori dan efisiensi penggunaannya, sehingga dengan adanya campuran serbuk kayu dapat menurunkan kadar abu dan sekaligus menaikkan nilai kalori. c. Kadar Zat Terbang (Volatile Matter) Dari tabel 3 terlihat bahwa kadar zat terbang briket gambut dengan serbuk kayu lebih tinggi dari pada briket gambut murni. Kadar zat terbang makin tinggi menyebabkan briket mengeluarkan asap dan bau dalam poses pembakarannya, sehingga dengan adanya serbuk kayu meningkatkan kadar zat terbang. d. Kadar Karbon Padat (Fixed Carbon) Dari tabel 3 terlihat bahwa kadar karbon padat briket gambut dengan serbuk kayu lebih rendah dari pada briket gambut murni. Makin tinggi kadar karbon padat makin potensial digunakan sebagai bahan bakar. Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 60

e. Kadar Belerang Total (Total Sulfur) Dari tabel 3 terlihat bahwa kadar belerang total briket gambut dengan serbuk kayu lebih rendah dari pada briket gambut murni. Makin rendah kadar belerang menyebabkan proses pembakaran akan lebih baik. f. Kuat Tekan (Compresive Srength) Dari tabel 3 terlihat bahwa nilai kuat tekan briket gambut dengan serbuk kayu dan briket gambut murni lebih besar dari 6 kg/cm 2. Dengan nilai kuat tekan yang demikian berarti kekuatan briket sudah cukup dan tidak mudah pecah. 5. Penutup Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu : a. Secara teknis gambut dapat dibuat bahan bakar yaitu briket gambut dan serbuk kayu b. Pembuatan briket gambut dengan serbuk kayu dilakukan dengan gambut yang mempunyai kadar air antara 3040% dan lolos ayakan 6 mesh dan serbuk kayu mempunyai kadar air antara 1020% dan lolos ayakan 15 mesh. c. Pembriketan dilakukan dengan menggunakan alat cetak dengan tekanan hidraulik manual dengan tekanan 30 kg/cm 2, waktu pembriketan 5 detik dan kadar serbuk kayu 10% berat d. Briket yang dihasilkan masih mengeluarkan asap dan bau, hal tersebut karena kadar zat terbangnya masih tinggi, sedang untuk mengatasi hal tersebut sebelum pembriketan dilakukan karbonisasi. DAFTAR PUSTAKA, 1994, Gambut di Kalimantan Barat, Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Barat., 1998, Teknologi Pembriketan Batubara Indonesia, Kantor Wilayah Departemen Pertambangan dan Energi Propinsi Sumatera Selatan. Suryadi Agung, 1995, Studi Pemanfaatan Gambut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, BPPT, Jakarta. Setiadi Bambang, 1999, Prospek Pemanfaatan Gambut dan Peranan Purigatro, BPPT dan Bappeda Tk I Kalimantan Barat. Sumaryono, 1998, Pembriketan Batubara Bojongmanik dengan Serbuk Kayu, Buletin Pusat Pengembangan Teknologi Mineral, Vol.12 No. 3 Sukarman H, 1998, Kemungkinan Pemanfaatan Gambut untuk Industri, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum, Direktorat Batubara, Jakarta. *) Penulis adalah pejabat fungsional Widyaiswara Muda Pusdiklat Migas Cepu Lembaran Publikasi Ilmiah PUSDIKLAT MIGAS 61