Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010

SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO Conopomorpha cramerella Snellen. DI SENTRA PERKEBUNAN KAKAO JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perkebunan kakao merupakan kegiatan ekonomi yang dapat dijadikan andalan

I PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang

Kajian keefektifan agen hayati Beauveria bassiana dan penyarungan buah dalam pengendalian hama PBK di Kalimantan Timur

Afrizon dan Herlena Bidi Astuti

EVALUASI DAN ANALISIS KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN PENGGEREK BUAH KAKAO, Conopomorpha cramerella (SNELLEN) DI SUBAK ABIAN TUNAS MEKAR

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai September 2014 di kebun

Pengelolaan Kakao di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl.PB.Sudirman 90 Jember 68118

ANCAMAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI WILAYAH JAWA TIMUR PADA BULAN AGUSTUS Oleh; Effendi WIbowo, SP dan Fitri Yuniarti, SP

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

I. PENDAHULUAN. Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman perkebunan penting

Boks 1 PELAKSANAAN PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN KAKAO DI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHA TANI DENGAN SISTEM KONDOMISASI PADABUAH KAKAO

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

ALAT PEMISAH BIJI KAKAO SEDERHANA DITINJAU DARI SEGI KUALITAS DAN KAPASITAS HASIL

KEEFEKTIFAN PAKET TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BALI

PERMASALAHAN DAN SOLUSI PENGENDALIAN HAMA PBK PADA PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI DESA SURO BALI KABUPATEN KEPAHIANG ABSTRAK PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT SERANGAN HAMA PBK PADA KAKAO DI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER Oleh : Amini Kanthi Rahayu, SP dan Endang Hidayanti, SP

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

EFEKTIVITAS KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) TERHADAP TINGKAT SERANGAN PBK DI KABUPATEN KEPAHIANG PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

KEBUN GELAP OPT SENANG KEBUN TERANG OPT HILANG. Oleh: Erna Zahro in

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

FAKTOR TEKNIK BUDIDAYA Yang MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) di KECAMATAN KUMPEH KABUPATEN MUARO JAMBI ARTIKEL ILMIAH

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

KERAGAAN BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH UMUR SANGAT GENJAH DI NUSA TENGGARA TIMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

REKOMENDASI VARIETAS KEDELAI DI PROVINSI BENGKULU SERTA DUKUNGAN BPTP TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI TAHUN 2013.

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

PENGARUH TEKNIK PENYELUBUNGAN BUAH KAKAO DENGAN PLASTIK TERHADAP SERANGAN HAMA Helopeltis sp.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki iklim tropis sehingga

TEKNOLOGI SAMBUNG SAMPING UNTUK REHABILITASI TANAMAN KAKAO DEWASA. Oleh: Irwanto BALAI PELATIHAN PERTANIAN JAMBI I. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia seiring dengan

PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI KAKAO DI DESA SUROBALI KABUPATEN KEPAHYANG

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Setelah pembahasan pada Bab sebelumnya mengenai produksi, pemasaran dan. pendapatan petani kakao di Desa Peleru Kecamatan Mori Utara Kabupaten

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

Taksasi Benih (Biji) (x 1.000)

INTRODUKSI KEDELAI VARIETAS GEMA DI DESA BUMI SETIA KECAMATAN SEPUTIH MATARAM KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

RINGKASAN HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

INFESTASI PENGGEREK BUAH KAKAO KEDALAM PERKEBUNAN KAKAO DI KAWASAN KERKAP, BENGKULU UTARA DAN PENGENDALIANNYA

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

1) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 2) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor ABSTRAK

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

INTENSITAS SERANGAN DAN ESTIMASI KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN KOPI RAKYAT AKIBAT HAMA PENGGEREK BUAH KOPI (Hypothenemus hampei ferr.

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTENSI HASIL BEBERAPA JAGUNG LOKAL KABUPATEN MALUKU BARAT DAYA DENGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

JURNAL. KERUSAKAN BIJI KAKAO OLEH HAMA PENGGEREK BUAH (Conopomorpha cramerella Snellen) PADA PERTANAMAN KAKAO DI DESA MUNTOI DAN SOLIMANDUNGAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

PENGEMBANGAN PERBENIHAN (UPBS) PADI DI SUMATERA UTARA. Tim UPBS BPTP Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

Cocoa. Kingdom of the Netherlands. Schweizerische Eidgenossenschaft Confederation suisse Confederazione Svizzera Confederaziun svizra

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

KAJIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI DALAM MENGENDALIKAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI KECAMATAN BIRU-BIRU KABUPATEN DELI SERDANG

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

Transkripsi:

Volume 6, Nomor 1, Juli 2010 Praktek-Praktek Pelanggaran Etika Dalam Penelitian dan Publikasi A. WALSEN... 1 Evaluation of Phosphorus Use Efficiency in Four Breeding Lines of W hite C lover (Trifolium repens L.) J. EFFENDY... 6 A nalisa K etahanan Beberapa V arietas Padi Terhadap Serangan H ama G udang (Sitophilus zeamais Motschulsky) C. G. C. LOPULALAN... 11 Pengaruh Konsentrasi Tepung Beras K etan Terhadap Mutu Dodol Pala R. BREEMER, F. J. POLNAYA, dan C. RUMAHRUPUTE... 17 Posisi dan Pemberongsongan Buah K akao untuk Mencegah Serangan Hama Conopomorpha cramerella R. E. SENEWE dan F. X. WAGIMAN... 21 Pengkajian Perbanyakan Tanaman K akao Secara Vegetatif (O kulasi Mata E ntris dan Sambung Pucuk) M. PESIRERON... 25 A nalisis Finansial Sistem Pengelolaan Tanah Untuk Usahatani Berbasis K edelai di Lahan K ering J. B. ALFONS dan R. HEDAYANA... 30 A nalisis K elayakan Finansial Teknologi Peningkatan Produktivitas Sawah Irigasi di K abupaten Buru I. HIDAYAH... 39

SE N E W E & W A GI M AN: The Position and W rapping of Cocoa F ruits POSISI D A N PE M B E R O N GSO N G A N BU A H K A K A O UN T U K M E N C E G A H SE R A N G A N H A M A CONOPOMORPH A CRAM ERELLA The Position and Wrapping of Cocoa Fruits to Prevent Pest Attack of Conopomorpha cramerella Rein. E. Senewe 1 dan F. X. Wagiman 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, Jl. Chr Soplanit Rumah Tiga, Ambon. 2 Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Jl. Socio Yustisia Bulaksumur, Yogyakarta. A BST R A C T Senewe, R.E. & F.X. Wagiman. 2010. The Position and Wrapping of Cocoa Fruits to Prevent Pest Attack of Conopomorpha cramerella. Jurnal Budidaya Pertanian 6: 21-24. -plantation is mostly irregular in plant space, the trees are not formed, as a result the trees are tall and the fruit position is relatively high above the soil surface. Because the fruit position can not be reached by hand, fruit wrapping become a constraint to prevent attack of cocoa pod borer (Conopomorpha cramerella), hence, an aid is needed. An observation of 90 samples of cocoa trees in Amahai Sub-District, Central Maluku District, revealed that 60% of fruits were unreached by hands of adult men (> 180 cm). Cocosliver, an automatic wrapper-aid was very useful to ease the work of cocoa-fruit wrapping with plastic bag. Efficacy of the fruit wrapping against pest of C. cramerella was ca. 97.38%. Yield of dried cocoa-seeds on wrapping treatment was 4.12 kg 100 pods -1 and is significantly higher than yield on control i.e. 2.60 kg 100 pods -1. Key words: Cocoa, cocosliver, Conopomorpha cramerella PE ND A H U L U A N Kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan di Maluku. Luas areal perkebunan kakao rakyat mengalami peningkatan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yang tersebar di lima Kabupaten yaitu Maluku Tengah, Buru, Seram Bagian Barat, Seram Bagian Timur, dan Maluku Tenggara Barat. Pada tahun 2002 areal perkebunan kakao Maluku tercatat seluas 11.601,49 ha dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 15.177,7 ha dengan total produksi 7.755,6 ton (1,1% dari total ekspor Indonesia) (BPS Maluku, 2007). Hama utama buah kakao yakni penggerek buah kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella Snellen) dan kepinding buah (Helopeltis antonii Sign). Di Maluku pada tahun 2006 luas serangan hama PBK 1.751,7 ha dan kepinding buah 124,4 ha (Dinas Pertanian Provinsi Maluku, 2007). Pada tahun 2004, luas serangan hama PBK di Indonesia mencapai 348.000 ha (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2004) yakni sekitar 57% dari luas areal kakao nasional sehingga hama PBK menjadi ancaman serius bagi kelangsungan produksi kakao Indonesia. Dinas Pertanian Maluku dan BPTP Maluku pada tahun 2005 melaporkan bahwa rerata produksi kakao di Maluku sebesar 913 kg ha -1. Rerata berat biji kakao kering berkisar 42,03 g 100 biji -1 dan 62,03 g 100 biji -1. Intensitas serangan hama PBK mencapai 82 % dan kehilangan hasil 72 %. Di Kecamatan Teon Nila Serua, Kabupaten Maluku Tengah, pada tahun 2006 rerata produksi kakao rakyat sebesar 533,328 kg ha -1. Rerata berat kering biji kakao berkisar 38,2 g 100 biji -1 dan 67,8 g 100 biji -1. Intensitas serangan hama PBK mencapai 57 % dan kehilangan hasil 49 %. Pemberongsongan merupakan cara perlindungan buah dari serangan hama, telah umum dilakukan pada berbagai jenis buah. Keefektifan pemberongsongan buah kakao dengan kantung plastik untuk mencegah serangan hama telah terbukti. Jika buah kakao diberongsong terus menerus selama 30 bulan hasil panen biji kering meningkat hampir 500% (Wardoyo & Moersamdono, 1984). Cara pembrongsongan buah kakao dengan kantong plastik sebagai berikut. Pilih buah muda yang akan diberongsong panjangnya 8-10 cm umur sekitar 70-100 hari). Kantong plastik yang digunakan berukuran 30 15 cm dengan ketebalan 0,02 mm dan kedua ujungnya terbuka. Kantung plastik disarungkan pada buah dan mulut kantong plastik diikatkatkan dengan karet gelang ke tangkai buah. Buah dibiarkan terselubung hingga saat panen (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2006). Apabila peletakkan telur hama dapat dihalangi, maka laju peningkatan populasi hama barikutnya dapat dikurangi (Untung, 2006). Salah satu kendala aplikasi pemberongsongan buah secara manual ini ialah masalah tenaga kerja sehingga perlu dicari solusinya untuk meningkatkan efisiensi. Kendala lain yakni posisi buah yang tinggi sehingga tidak terjangkau tangan. Seberapa porsi posisi buah kakao yang terjangkau tangan juga belum diketahui. Aplikasi pemberongsan buah kakao dengan kantung plastik belum pernah dilakukan di Maluku. Penelitian ini 21

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 6. No 1, Juli 2010, Halaman 21-24 bertujuan untuk mengetahui proporsi posisi buah kakao yang tidak terjangkau tangan guna menentukan perlu tidaknya alat bantu memudahkan pemberongsongan buah dan mengetahui kehandalan pencegahan serangan hama PBK dengan pemberongsongan buah. Ta Ca = Kehilangan hasil (%) pada petak perlakuan bioinsektisida yang diuji setelah penyemprotan bioinsektisida; = Kehilangan hasil (%) pada petak kontrol setelah penyemprotan Bioinsektisida. B A H A N D A N M E T O D E Lokasi penelitian di perkebunan kakao rakyat di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah. Penelitian dilaksanakan pada musim bunga dan buah bulan Desember 2007 sampai Maret 2008, meliputi kajian posisi buah kakao terhadap permukaan tanah dan efikasi pengendalian hama PBK dengan pemberongsongan buah. Posisi buah kakao terhadap permukaan tanah dibedakan menjadi dua berdasarkan kemampuan orang dewasa menjangkau buah dengan tangan. Rata-rata jangkauan petani setempat setinggi 180 cm, maka posisi buah dikelimpokkan sampai dengan 180 cm dan lebih dari 180 cm. Pengamatan posisi buah dilakukan ketika musim buah, sekaligus untuk mengetahui jumlah buah per pohon. Pohon kakao TM sampel umur produktif sebanyak 90 pohon ditentukan secara acak. Jumlah buah yang terjangkau tangan orang dewasa ketika berdiri (<180 cm) dan yang tidak terjangkau (>180 cm) pada setiap pohon sampel dihitung. Efikasi pemberongsongan buah kakao terhadap serangan hama PBK dibandingkan dengan tanpa pemberongsongan. Dalam kajian ini alat bantu yang diberi nama Kokosliver (Gambar 1) dipakai untuk menyarungkan kantong plastik pada buah kakao yang secara otomatis kemudian mulut kantung diikatkan dengan karet gelang pada tangkai buah. Kajian dilakukan sejak awal pertumbuhan buah kakao, yakni ketika buah sudah tumbuh sekitar 7 cm panjangnya. Di daerah penelitian pada bulan Desember ukuran buah tersebut sudah mulai dicapai. Berhubung munculnya buah tidak serentak maka pemberongsongan buah dengan kantung plastik dilakukan tiga kali dengan selang waktu 2 minggu. Setiap kali pemberongsongan di tiga lokasi masing-masing lokasi sebanyak 100 buah yang diberongsong sehingga total buah yang diberongsong sebanyak 900 buah. Pasangan perlakuan pemberongsongan buah dan kontrol terletak di tiga lokasi kebun dan dilaksanakan sebanyak tiga periode sehingga dianggap sembilan ulangan. Pengamatan jumlah buah yang gugur karena faktor fisiologis, populasi indeks PBK, instensitas serangan, dan hasil panen biji kakao kering, dilakukan ketika saat panen, yakni 4 bulan lebih sejak aplikasi. Kehilangan hasil ditentukan dengan formula regresi linier menurut Wardani dkk. (1997) dan efikasi ditentukan dengan dengan rumus Abbott (Abbott, 1925) sebagai berikut. EBI = Ca Ta 100% Ca Dimana: EBI = Efikasi Bioinsektisida yang diuji (%); Selain itu uji t 0.05 one tail sembilan pasangan data dilakukan untuk membandingkan parameter efikasi antara perlakuan pemberongsongan buah dengan kontrol. H ASI L D A N PE MB A H ASA N Topografi di daerah penelitian datar, agak berombak sampai agak berbukit. Luas pemilikan tiap keluarga tani 1-2 ha. Pemeliharaan tanaman kakao belum intensif sehingga produktifitas masih rendah. Rata-rata umur tanaman kakao rakyat di Maluku lebih dari 15 tahun dan tingginya 4 m lebih karena pembentukan pohon tidak dilakukan. Hasil kajian pada kebun kakao rakyat di Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah menunjukkan bahwa 40% proporsi posisi buah kakao yang terjangkau tangan (< 180 cm) dan 60% buah kakao tidak terjangkau tangan (> 180 cm). Jumlah buah per pohon dengan kisaran 46-140 buah atau rata-rata 92 buah per pohon. Gambar 1. Kokosliver dan cara penggunaannya Pemberongsongan buah kakao dengan kantung plastik secara manual terhambat oleh posisi buah yang tinggi. Untuk kebun yang berada di topografi datar masalah buah tidak terjangkau tangan dapat diatasi antara lain dengan tangga. Namun pemakaian tangga ini sangat riskan untuk kebun yang berada di lereng-lereng. Alternatif solusinya antara lain menggunakan alat Kokosliver (Gambar 1) yang dapat menjangkau segala posisi dan ketinggian buah. Alat bantu ini dapat memudahkan petani melakukan pemberongsongan buah kakao khususnya buah yang posisinya tidak terjangkau tangan. Pencegahan serangan hama PBK dengan pemberongsongan buah menggunakan kantung plastik sangat efektif. Tabel 1 menunjukkan efikasi pemberongsongan tersebut dilihat dari aspek dampak serangan hama PBK dan hasil panen biji kakao kering. 22

SE N E W E & W A GI M AN: The Position and W rapping of Cocoa F ruits Tabel 1. Efikasi pemberongsongan buah kakao dengan kantung plastik terhadap hama PBK Kriteria Kokosliver Kontrol Rerata s.d. c.v. Rerata s.d. c.v. t 0.05 Buah gugur fisiologis, % 6,22 1,92 30,89 7,67 2,6 33,89 0,1551 Populasi indeks PBK (lubang 0,02 0,01 49,93 4,51 0,47 10,42 0,0065 keluar ulat per 100 buah) Buah terserang, % 2,26 1,13 50,23 98,8 1,15 1,16 0,0000 Intensitas serangan,% 2,26 1,13 50,23 80,68 11,03 13,67 0,0346 Efikasi, % 97,38 1,46 1,50 0 0 0 - Kehilangan hasil, % 0,20 0,11 56,04 8,09 1,11 13,68 0,0000 Hasil biji kering (kg/100 buah) 4,12 0,14 3,34 2,60 0,09 3,51 0,0000 Rendemen biji kering, % 38,17 2,22 5,81 32,11 2,27 7,06 0,0010 Keterangan: Data dengan c.v. >30 sebelum dianalisis ditransformasi dalam log (x+1). Buah yang diberongsong tidak semuanya berkembang sampai membentuk biji yang dapat dipanen, sebagian kecil gugur. Buah yang mati ini bukan karena pengaruh pemberongsongan tetapi kuat dugaan karena faktor fisiologis. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa persentase buah yang gugur antara perlakukan pemberongsongan dan kontrol tidak berbeda nyata, yakni masing-masing 6,22 dan 7,67 %. Pemberongsongan buah mampu melindungi buah kakao dari serangan hama PBK dengan efikasi sebesar 97,38 %. Dampak positif lain pemberongsongan buah yakni hasil panen biji kering 36,89 % lebih tinggi dari pada kontrol (2,6 kg 100 buah -1 ). Demikian juga rendemen biji kering pada pemberongsongan buah sangat signifikan lebih tinggi (38,17 %) daripada kontrol (32,11 %). Sulistyowati & Sulistyowati (1993) menyatakan bahwa serangan hama PBK pada tingkat ringan berpengaruh terhadap mutu biji yaitu menurunkan ukuran biji. Berat biji kakao dari buah sehat rata-rata 100 biji 100 g -1 (1 g biji -1 ), sedangkan dari buah yang terserang PBK 128 biji 100 g -1 (0,78 g biji -1 ). Biji dari buah yang terserang PBK mempunyai nilai densitas kamba (bulk density) lebih rendah yang berarti bijinya lebih ringan. Dalam kotak fermentasi yang berkapasitas 20 kg biji kakao dari buah sehat ternyata hanya dapat diisi 18 kg biji dari buah yang terserang hama kakao. Prinsip kerja pencegahan serangan hama PBK dengan pemberongsongan buah yakni ngengat PBK gagal meletakkan telurnya pada permukaan buah. Pemahaman sangat penting tentang perilaku bertelur ngengat PBK ialah preferensi buah yang paling sesuai untuk peneluran. Pengalaman pragmatis diyakini bahwa ngengat PBK suka bertelur pada buah kakao muda berukuran sekitar 12 cm panjangnya. Oleh karena itu pemberongsongan buah hendaknya dilakukan ketika panjang buah kurang dari 12 cm. Sejauh ini seberapa ukuran buah kakao muda yang disukai untuk peneluran oleh ngengat PBK belum diketahui. Dalam penelitian ini buah yang diberongsong ditetapkan 7-8 cm, dengan asumsi sudah lebih muda daripada yang disukai (12 cm) sehingga diharapkan masih bebas dari telur PBK. Kenyataannya, buah pada perlakuan pemberongsongan masih ada yang terserang PBK walaupun kecil persentasenya (2,26 %). Dengan demikian preferensi buah kakao untuk peneluruan oleh ngengat PBK perlu dikaji secara mendalam. Kajian skala kecil telah membuktikan keunggulan pemberongsongan buah kakao untuk mencegah serangan hama PBK. Alat Kokosliver juga mendukung kelancaran proses pemberongsongan terutama untuk buah yang posisinya sulit dijangkau karena tinggi atau karena permukaan tanah yang terlalu miring. K ESI MPU L A N Posisi buah kakao terhadap permukaan tanah sebanyak 60 % tidak terjangkau tangan orang dewasa (> 180 cm). Pencegahan dan pengendalian serangan hama PBK dengan pemberongsongan buah kakao muda berukuran 7-8 cm dengan kantung plastik sangat efektif, efikasinya 97,38 %. Salah satu kendala pemberongsongan buah kakao yakni tingginya posisi buah, dan masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan alat bantu Kokosilver. D A F T A R PUST A K A Abbott, W.S. 1925. A method of computing the effectiveness of an insecticide. J. Econ. Entomol. 18: 265-267. [BPS Maluku]. 2007. Maluku Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Maluku. Dinas Pertanian Propinsi Maluku. 2007. Peta Sebaran Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan di Propinsi Maluku Tahun 2006. Direktorat Jenderal Perkebunan. 2004. Statistik Perkebunan Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Sulistyowati & E. Sulistyowati. 1993. Pengaruh Serangan Hama Penggerek Buah Kakao Terhadap Mutu Biji Kakao. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao 15: 29-35. Untung, K. 2006. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu (Edisi Kedua). Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada. Gadjah Mada University Press, II:18. 23

Jurnal Budidaya Pertanian, Vol. 6. No 1, Juli 2010, Halaman 21-24 Wardani, S. H. Winarno & E. Sulistyowati. 1997. Model pendugaan kehilangan hasil akibat serangan hama penggerek buah kakao. Pelita Perkebunan 13(1): 33-39. Wardoyo, S. & Moersamdono. 1984. Kantung plastik untuk melindungi buah cokelat dari serangan Acrocercops cramerella Snellen. Menara Perkebunan 52: 77-83. 24