BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tertentu. Sementara itu Ismail (2006) menyatakan bahwa kebijakan moneter. mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap suatu perekonomian,

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Perekonomian Indonesia

I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. BI Rate yang diumumkan kepada publik mencerminkan stance kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mekanisme transmisi kebijakan moneter didefenisikan sebagai jalur yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. moneter akan memberi pengaruh kepada suatu tujuan dalam perekonomian.

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permasalahan makro ekonomi yang begitu rumit menjadikan para pengambil

PENGANTAR EKONOMI MAKRO. Masalah Utama dalam perekonomian, Alat Pengamat Kegiatan Ekonomi dan Kebijakan Ekonomi Makro

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian besaran moneter untuk mencapai perkembangan kegiatan

Memasukkan beberapa aset sebagai alternatif dari uang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH TEORI EKONOMI 2 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ilmu ekonomi dikenal istilah pasar keuangan. Pasar keuangan adalah

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

I. PENDAHULUAN. berhasil menerapkan kebijakan dalam ekonomi. Pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi namun faktor-faktor ini di luar kontrol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

SATUAN ACARA PENGAJARAN ( SAP )

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sejarah banyak memuji kemampuan kebijakan ketentuan atau yang dikenal

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara. Saat jumlah uang beredar tidak mencukupi kegiatan transaksi pada satu

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Moneter 2.1.1 Pengertian Kebijakan Moneter Menurut Mishkin (2004), kebijakan moneter adalah semua upaya atau tindakan Bank Sentral dalam mempengaruhi perkembangan variabel moneter (uang beredar, suku bunga kredit, dan nilai tukar) untuk mencapai tujuan ekonomi tertentu. Sementara itu Ismail (2006) menyatakan bahwa kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya Bank Sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Kebijakan moneter dilakukan oleh bank sentral sebagai otoritas moneter untuk menjaga stabilitas moneter yang operasionalnya dilakukan oleh bank umum dan lembaga keuangan non bank. Dengan demikian Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki kewajiban untuk mengawasi aktivitas usaha yang dilakukan bank umum dan non bank sehingga tujuan ekonomi makro tercapai. Tujuan kebijakan moneter sebagai upaya untuk memecahkan isu ekonomi makro dalam kerangka memacu pertumbuhan ekonomi, pengendalian inflasi, dan mengatasi pengangguran. Secara eksplisit dinyatakan bahwa inflasi yang rendah dan stabil merupakan tujuan utama dari kebijakan moneter dengan menggunakan instrumen suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) sebagai pengganti dari jumlah uang beredar 8

(Base Money). Sejalan dengan kebijakan moneter kuantitatif yaitu dengan pengaturan tingkat suku bunga, Bank Indonesia menggunakan instrumen BI Rate dalam rangka stabilisasi harga demi tercapainya target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari sudut ekonomi makro kebijakan moneter dapat digolongkan dalam 2 bagian yaitu kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif (Monetary Expansive Policy) adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk menambah uang beredar. Sedangkan kebijakan moneter kontraktif (Monetary Contractive Policy) adalah kebijakan yang memiliki tujuan untuk mengurangi jumlah uang beredar. 2.1.2 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Manurung (2008:279) menyatakan ada beberapa mekanisme transmisi kebijakan moneter yaitu : 1. Mekanisme Transmisi Alur Tingkat Bunga Tingkat bunga adalah kunci mekanisme transmisi moneter dalam model IS, model LM, model AD, dan model AS. Penurunan tingkat bunga riil dan biaya modal diakibatkan oleh meningkatnya stok uang namun di sisi yang lain akan meningkatkan investasi bisnis. Dengan demikian penurunan tingkat bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur tingkat bunga dirumuskan sebagai berikut : 9

m r i y m p r i y dimana : m r p i y = stok uang nominal = tingkat bunga riil = ekspektasi tingkat harga = investasi riil = output riil agregat 2. Mekanisme Transmisi Alur Harga Aset Mekanisme transmisi alur harga aset terdiri dari efek nilai tukar (exchange rate effect), teori q Tobin dan efek kekayaan (wealth effect). Pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar fleksibel telah meningkatkan peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar mata uang suatu negara. a) Mekanisme transmisi alur efek nilai tukar mata uang dirumuskan : m r e x y dimana : e x b) Teori q Tobin = nilai tukar mata uang = ekspor riil netto Tobin mendefenisikan q sebagai rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal. Jika q tinggi maka rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal tinggi, dan sebaliknya jika q rendah maka rasio harga pasar perusahaan dengan biaya pengganti an modal rendah. Ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi harga saham perusahaan dan akibatnya rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian modal naik. Mekanisme transmisi alur teori q Tobin dirumuskan : m s q i y 10

dimana : s q = ekspektasi harga saham = rasio harga pasar saham dengan biaya penggantian modal c) Mekanisme transmisi alur efek kekayaan dirumuskan : m s w c y dimana : w c = kekayaan keuangan atau neraca konsumen = konsumsi riil rumah tangga 3. Mekanisme Transmisi Alur Kredit Mekanisme transmisi alur kredit terdiri atas mekanisme transmisi alur pinjaman bank, alur neraca, alur arus kas, alur tingkat, harga tak terantisipasi dan alur likuiditas rumah tangga.ketergantungan bisnis terhadap kredit sistem perbankan dalam pembiayaan mengakibatkan peningkatan kredit sistem perbankan, investasi, dan output riil agregat. 2.2 Teori-Teori Perdagangan Internasional Ada beberapa teori perdagangan internasional (Apridar, 2009) yaitu : a. Teori Keunggulan Mutlak/Absolut (The Theory of Absolute Advantage) Pandangan ini berpendapat bahwa logam mulia tidak mungkin ditumpuk dengan surplus ekspor karena logam mulia akan mengalir dengan sendirinya melalui perdagangan internasional (price specie flow mechanism). Adam Smith menginginkan tidak adanya campur tangan pemerintah dalam perdagangan bebas, karena perdagangan bebas akan membuat orang bekerja keras untuk kepentingan negaranya sendiri dan menciptakan spesialisasi. Spesialisai akan menghasilkan suatu produk yang memiliki keunggulan mutlak (absolute advantage). Menurut Adam Smith dalam teori absolute advantage negara akan memperoleh manfaat 11

perdagangan internasional (gain from trade) karena melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang jika negara ini memiliki keunggulan mutlak tersebut dan akan mengimpor barang bila tidak memiliki ketidakunggulan mutlak. Teori keunggulan mutlak meiliki asumsi yaitu : 1. Faktor produksi yang digunakan hanya tenaga kerja. 2. Kualitas barang yang diproduksi kedua negara sama. 3. Pertukaran dilakukan secara barter atau tanpa uang. 4. Biaya transpor diabaikan. b. Teori Keunggulan Komparatif (The Theory of Comparative Advantage) Teori David Ricardo ini didasarkan pada nilai tenaga kerja atau theory of labor value yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu cost comparative produk ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. Menurut teori comparative advantage (labor eficiency), suatu negara akan memperoleh manfaat dari perdagangan internasional jika melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat berproduksi relatif lebih efisien serta mengimpor barang dimana negara tersebut berproduksi relatif kurang/tidak efisien. Dalam teori ini, setiap negara mengkhususkan produksinya dalam bidang yang diungguli secara komparatif dan semua negara melakukan perdagangan secara bebas tanpa hambatan, maka akan tercapainya efisiensi dalam penggunaan faktorfaktor produksi dan pada gilirannya produksi dunia secara keseluruhan akan mencapai maksimum. Teori David Ricardo ini didasarkan pada nilai kerja atau theory of labor value, yang menyatakan bahwa nilai atau harga suatu produk 12

ditentukan oleh jumlah waktu atau jam kerja yang diperlukan untuk memproduksinya. c. Teori Heckscher-Ohlin (Modern Theory of Comparative Advantage) Menurut teori Heckscher-Ohlin atau tori H-O, perbedaan opportunity cost suatu produk antara satu negara dengan negara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki (endowment factors) masing-masing negara. Dalam analisisnya, teori modern H-O menggunakan dua kurva yaitu kurva isocost (kurva yang menggambarkan total biaya produksi yang sama dan kurva isoquant (kurva yang menggambarkan total kuantitas produk yang sama. 2.3 INFLASI Menurut Boediono (1985:161) defenisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain. Sehingga pemerintah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Sadono Soekirno (2004) berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi dibedakan atas : 1. Inflasi Tarikan Permintaan Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi 13

menegluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi 2. Inflasi Desakan Biaya Inflasi ini berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang. 3. Inflasi Diimpor Inflasi ini akan terwujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Berdasarkan pada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi dapat dibedakan atas : a. Inflasi Merayap Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. b. Hiperinflasi 14

Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. c. Inflasi Sederhana (Moderate) Inflasi ini di sebagian negara mencapai antara 5 hingga 10 persen. Menurut Boediono (1985) berdasarkan atas dasar sebab-musabab awal dari inflasi dibagi menjadi : a. Demand Inflation Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. b. Cost Inflation Inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. 2.4 KURS Menurut Mankiw (2006) kurs (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Sementara itu menurut Yoopi (2004) nilai tukar atau exchange rate atau kurs adalah harga relatif mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Para ekonom membedakan kurs menjadi 2 yaitu 1. Kurs Nominal (nominal exchange rate) 15

Kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar uang. 2. Kurs Riil (real exchange rate) Kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs ini menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade. Hubungan antara kurs riil dan kurs nominal : Kurs Riil = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik Harga Barang Luar Negeri Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat kurs yang berlaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs adalah sebagai berikut : Perubahan dalam citarasa masyarakat. Perubahan harga barang ekspor dan impor Kenaikan harga umum (inflasi) Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi. Dalam sistem perekonomian terbuka ada sistem kurs yang dikenal (Mankiw, 2006) yaitu: A. Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate) 16

Dibawah kurs mengambang, kurs ditentukan oleh pasar dan dibiarkan berfluktuasi dengan bebas untuk menanggapi kondisi perekonomian yang sedang berubah. Pada kasus ini, kurs e menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan simultan di pasar barang dan pasar uang. Ketika sesuatu terjadi pada keseimbangan tersebut, kurs memungkinkan untuk bergerak ke nilai keseimbangan baru. B. Kurs Tetap (Fixed Exchange Rates) Di bawah kurs tetap, bank sentral mengumumkan nilai kurs dan siap untuk membeli dan menjual mata uang domestik untuk mempertahankan kurs sesuai dengan tingkat yang diumumkan. Dengan kata lain, esensi dari sistem kurs tetap adalah komitmen bank sentral untuk membiarkan jumlah uang beredar menyesuaikan pada level berapapun akan menjamin kurs ekuilibrium sama dengan kurs yang diumumkan. Menurut Levin, 1975 (dalam buku memahmi kurs valuta asing, Yoopi, 2004) sistem nilai tukar tetap bersifat excessive rigidity atau sangat kaku. Di sisi lain, sistem nilai tukar mengambang mendorong spekulasi yang bersifat destabilizing. 2.5 BI Rate BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyalin Bank Indonesia ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) triwulan untuk berlaku selama satu triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama. Dengan demikian, suku bunga tertimbang rata-rata hasil lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal kebijakan moneter Bank Indonesia. 17

BI Rate diumumkan kepada publik segera setelah ditetapkan dalam RDG sebagai sinyal kebijakan moneter dalam merespon prospek pencapaian sasaran inflasi ke depan. Fungsi BI Rate adalah sebagai sinyal kebijakan dan sasaran pengendalian moneter bagi Bank Indonesia. Dengan langkah ini kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih pasti ditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat sehingga dapat pula meningkatkan efektivitas moneter. 2.6 Suku Bunga Bank Sentral Amerika (The Fed) Suku bunga The Fed merupakan tingkat suku bunga moneter yang ditetapkan oleh Federal Open Market Commite (FOMC) atau Komite Pasar Terbuka Bank Sentral Amerika. Penetapan tingkat suku bunga The Fed ini merupakan sebuah piranti moneter Bank Sebtral Amerika untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. Hal ini dilakukan melalui salah satu kebijakan yaitu operasi pasar terbuka. Perubahan tingkat suku bunga The Fed secara langsung akan mempengaruhi perkembangan ekonomi global seperti tingkat suku bunga internasional. Hal ini karena nilai mata uang dollar Amerika yang stabil sehingga banyak dipakai dalam transaksi internasional. Hal ini membuat pengaruh terhadap tingkat suku bunga negara-negara yang memakai dollar dalam transaksi tersebut. Di Indonesia, perkembangan suku bunga di dalam negeri selain dipengaruhi oleh inflasi, juga dipengaruhi oleh suku bunga luar negeri terutama Amerika Serikat. Penurunan dan peningkatan suku bunga dalam negeri ini sejalan dengan kebijakan Bank Indonesia untuk mengupayakan perbedaan selisih antara 18

tingkat suku bunga domestik (BI Rate) dengan tingkat suku bunga luar negeri The Fed berada pada tingkat yang wajar, guna mengurangi ekspansi moneter yang berasal dari aliran modal masuk terutama yang berjangka pendek. 2.7 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat menggambarkan kondisi perekonomian negara tersebut. Hal itu sangat berpengaruh karena pertumbuhan ekonomi dapat merangsang investor untuk menanamkan modalnya di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu (wikipedia.org). Menurut Samuelson (2001) pertumbuhan ekonomi menggambarkan ekspansi GDP potensial atau output nasional negara. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi terjadi apabila batas kemungkinan produksi (productionpossiblity frontier/ppf) bangsa bergeser keluar. Pertumbuhan ekonomi meliputi pertumbuhan output perkapita merupakan sasaran penting pemerintah karena berkaitan dengan peningktan rata-rata riil pendapatan dan standar-standar hidup. Ada empat faktor pertumbuhan ekonomi yaitu : 1. Sumber daya manusia (penawaran tenaga kerja, pendidikan, displin, motivasi). 2. Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan bakar, kualitas lingkungan). 3. Pembentukan modal (mesin, pabrik, jalan). 4. Teknologi (sains, rekayasa, manajemen, kewirausahaan) 19

Sadono Sukirno (2004) menyatakan bahwa dalam kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal produksi barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruktur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Todaro (2006) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses peningkatan kapasitas produksi dari perekonomian secara komprehensif dan terus menerus atau berkesinambungan sepanjang waktu sehingga menghasilkan tingkat pendapatan nasional yang semakin lama semakin besar. 2.8 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Ahli 2.8.1 Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik (Sadono Sukirno, 2004) ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. 2.8.2 Teori Schumpeter 20

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Para pengusaha merupakan golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan sesuatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Pada akhirnya akan akan tercapai tingkat keadaan tidak berkembang atau stationary state. 2.8.3 Teori Harrod-Domar Teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh atau steady growth dalam jangka panjang. Dalam Teori Harrod-Domar tidak diperhatikan syarat untuk mencapai kapasitas penuh apabila ekonomi terdiri dari tiga sektor atau empat sektor. Melalui analisis Harrod-Domar dapat dilihat bahwa dalam jangka panjang pertambahan pengeluaran agregat yang berkepanjangan perlu dicapai untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang teguh hanya mungkin dicapai apabila I+G+(X-M) terus menerus bertambah dengan tingkat yang menggalakkan. 2.9 Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian Yu Hsing (2012) meneliti tentang dampak dari desakan makroekonomi dan shock eksternal terhadap produksi riil di Indonesia. Penelitian ini menggunakan model IS-MP untuk mempelajari dampak potensial dari variabel ekonomi makro yang sudah dipilih dan shock eksternal yaitu harga minyak dunia terhadap GDP Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa tingginya tingkat harga, rupiah yang terapresiasi, rendahnya tingkat inflasi, tingginya harga minyak dunia 21

dan rendahnya tingkat persediaan federal diharapkan bisa meningkatkan GDP riil Indonesia. Persentase defisit dari GDP tidak akan mengakibatkan produki meningkat. Oleh karena itu, Indonesia tidak akan menderita karena tingginya harga minyak dunia. Penelitian Ibnu Yahya (2007) menganalisis efektivitas kebijakan moneter dalam menangani dampak variabel shock external pada rezim nilai tukar mengambang bebas : studi kasus Indonesia (model struktural VAR : periode 1997:8-2006:12). Penelitian ini ingin menguji efektifitas kebijakan moneter terhadap perubahan variabel harga minyak dunia dan suku bunga internasional pada perekonomian Indonesia dalam rezim nilai tukar mengambang bebas periode Agustus 1997 sampai dengan Desember 2006. Dengan menggunakan model struktural VAR milik Kim dan Roubini (1999) yang telah dimodifikasi oleh Andrea Brischetto dan Graham Voss (1999), maka didapat kesimpulan bahwa kebijakan moneter berlangsung secara efektif dalam mempengaruhi tingkat harga. Kebijakan moneter yang cenderung ketat menyebabkan penurunan tingkat inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan harga minyak dunia dan suku bunga internasional. Penelitian Andrea Brischetto dan Graham Voss (1999) menganalisis efektivitas kebijakan moneter negara Australia dengan memperhatikan variabel shock eksternal, yaitu harga minyak dunia dan suku bunga internasional. Kesimpulan dari penelitian ini adalah respon kualitatif dari tingkat harga dan nilai tukar terhadap perubahan dari kebijakan moneter konsisten dengan teori. Sebagai respon dari perubahan kebijakan moneter mereka mengamati bahwa perubahan 22

terhadap output dan harga, besar dan waktunya konsisten secara empiris untuk Australia dan negara lainnya. Selain itu, model ini juga memberikan prediksi yang tepat untuk dampak terhadap output dan harga dari shock suku bunga luar negeri atau shock siklus bisnis eksternal. Model ini juga berkesimpulan bahwa kebijakan moneter dapat mengurangi dampak dari shock siklus bisnis eksternal. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti dan Tahun Penelitian Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Penelitian Kesimpulan Yu Hsing (2012) Ibnu Yahya (2007) Impacts of Macroeconomic Forces and External Shocks on Real Output for Indonesia Efektivitas Kebijakan Moneter Dalam Menangani Dampak Variabel Meneliti dampak beberapa variabel ekonomi makro yang dipilih dan shock eksternal termasuk harga minyak dunia terhadap produksi riil di Indonesia 1.Menjelaskan bagaimana pengaruh perubahan (shock) harga minyak dunia Regresi Ordinary Least Square (OLS) dan metode Newey-West Model Struktural Vector Auto Regressive (VAR) GDP riil memiliki hubungan yang positif dengan harga minyak dunia Kebijakan moneter berlangsung secara efektif dalam mempengaruhi tingkat harga dan 23

Andrea Brischetto dan Graham Voss (1999) Shock External Pada Rezim Nilai Tukar Mengambang Bebas : Studi Kasus Indonesia (Model Struktural VAR :Periode 1997:8-2006:12) A Structural Vector Auto Regression Model of Monetary Policy In Australia dan tingkat suku bunga internasional terhadap variabel domestik Indonesia seperti pendapatan nasional dan tingkat harga. 2.Membuktikan apakah kebijakan moneter yang diterakan, terutama penggunaan variabel suku bunga domestik sudah benar dan efektif dalam menghadapi gangguangangguan external tersebut. Menganalisis efektivitas kebijakan moneter negara Australia dengan memperhatikan variabel shock eksternal, yaitu harga minyak dunia dan suku bunga internasional Structural Vector Auto Regression Model (VAR) kebijakan moneter yang cenderung ketat menyebabkan penurunan tingkat inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan harga minyak dunia dan suku bunga internasional. Respon kualitatif dari tingkat harga dan nilai tukar terhadap perubahan dari kebijakan moneter adalah konsisten dengan teori. Model ini juga memberikan prediksi yang tepat untuk dampak terhadap output dan harga dari shock suku bunga luar negeri atau shock siklus bisnis eksternal. 24

2.10 Kerangka Konseptual Suku Bunga The FED BI Rate Kurs Dollar AS Terhadap rupiah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Kurs Dollar AS BI Rate Suku Bunga The FED Pertumbuhan Ekonomi Inflasi 25

Dollar AS Suku Bunga The FED BI Rate Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.11 Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu serta variabelvariabel yang dijelaskan dalam penelitian ini untuk menguji apakah terjadi hubungan antar variabel, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Shock kurs dollar Amerika Serikat berpengaruh positif terhadap suku bunga The FED, BI Rate, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah di Indonesia. 2. Shock suku bunga internasional berpengaruh positif terhadap kurs dollar AS, BI Rate, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah di Indonesia. 3. Kebijakan moneter (BI Rate) berpengaruh positif terhadap kurs dollar AS, suku bunga The FED, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah di Indonesia. 26