ANALISIS VARIASI TEMPERATUR LOGAM KATALIS TEMBAGA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berasal dari saluran pembuangan kendaraan bermotor, sehingga industri industri

BAB I PENDAHULUAN. berpacu untuk menginovasi produk produk kendaraan yang mereka

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

Analisa Pengaruh Penggunaan Logam Tembaga sebagai Katalis pada Saluran Gas Buang Mesin Bensin Empat Langkah Terhadap Konsentrasi Polutan Co DAN HC*

APLIKASI TEKNOLOGI CATALYTIC CONVERTER SISTEM SERABUT BAJA KARBON RENDAH PADA KENDARAAN BERMOTOR SEBAGAI PEREDUKSI POLUSI UDARA. Andi Sanata.

CATALYTIC CONVERTER BERBAHAN TEMBAGA BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG PADA SUPRA X 125

ANALISIS PENGARUH JARAK TEMPUH, PERIODE SERVIS DAN UMUR MESIN TERHADAP KONSENTRASI CO, HC,

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS KAWAT KUNINGAN BERBENTUK SARANG LABA-LABA UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB II LANDASAN TEORI. didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS PIPA TEMBAGA BERLUBANG UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

PENGARUH LETAK MAGNET TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA ELECTRONIC FUEL INJECTION PADA SEPEDA MOTOR ABSTRAK

EFEKTIFITAS PEMASANGAN CATALYTIC CONVERTER KUNINGAN TERHADAP PENURUNAN EMISI GAS CARBON MONOKSIDA PADA KENDARAAN MOTOR BENSIN RM Bagus Irawan*)

PENGARUH KATALITIK KONVERTER KUNINGAN TERHADAP PENURUNAN EMISI HC DAN CO MESIN OTTO MULTI SILINDER. Oleh, Samuel P.

Pengaruh Variasi Kandungan Logam Tembaga Berlapis Mangan Sebagai Katalis Pada Knalpot Suzuki Satria FU 150 Terhadap konsentrasi polutan CO dan HC

Ma ruf Ridwan K

EFEKTIFITAS KATALIS MATERIAL SUBSTRAT PADUAN CuZn (KUNINGAN) DALAM MEREDUKSI EMISI GAS KARBON MONOKSIDA MOTOR BENSIN * RM Bagus Irawan*) Abstrak

CATALITYC CONVERTER JENIS KATALIS PLAT TEMBAGA BERBENTUK SARANG LEBAH UNTUK MENGURANGI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

EMISI GAS CARBON MONOOKSIDA (CO) DAN HIDROCARBON (HC) PADA REKAYASA JUMLAH BLADE TURBO VENTILATOR SEPEDA MOTOR SUPRA X 125 TAHUN 2006

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI MESIN MOTOR BENSIN 4 TAK TIPE 5K 1486 cc MENJADI BAHAN BAKAR LPG. Oleh : Hari Budianto

ANALISA PERBANDINGAN EMISI GAS BUANG BAHAN BAKAR LGV DENGAN PREMIUM PADA DAIHATSU GRAND MAX STANDAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .

kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu

Pengujian Emisi Gas Buang Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

SKRIPSI PENGARUH VARIASI RASIO KOMPRESI DAN PENINGKATAN NILAI OKTAN TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR EMPAT LANGKAH

PENGARUH VARIASI TINGKAT PANAS BUSI TERHADAP PERFORMA MESIN DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR 4 TAK

Cyndia Putri Lupita *), Sudarno, Titik Istirokhatun PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG ABSTRACT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

JTM. Volume 01 Nomor 02 Tahun 2013,

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

ANALISA PENGARUH CAMPURAN PREMIUM DENGAN KAPUR BARUS (NAPTHALEN) TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN SUPRA X 125 CC

STUDI PENGARUH JARAK TEMPUH DAN UMUR MESIN KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPATTERHADAP KONSENTRASI EMISI KARBON MONOKSIDA (CO) DAN NITROGEN OKSIDA

PENGUJIAN PENGGUNAAN KATALISATOR BROQUET TERHADAP EMISI GAS BUANG MESIN SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN DAYA MOTOR DENGAN MERUBAH BESARNYA LUBANG KELUARAN GAS BUANG

UNJUK KEMAMPUAN CATALYTIC CONVERTER DENGAN KATALIS KUNINGAN UNTUK MEREDUKSI GAS HIDRO CARBON MOTOR BENSIN. RM. Bagus Irawan 1 ), Muhammad Subri 2 )

PENGARUH SISTEM PEMBAKARAN TERHADAP JENIS DAN KONSENTRASI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR

yang digunakan adalah sebagai berikut. Perbandingan kompresi : 9,5 : 1 : 12 V / 5 Ah Kapasitas tangki bahan bakar : 4,3 liter Tahun Pembuatan : 2004

ANALISA EMISI GAS BUANG MESIN EFI DAN MESIN KONVENSIONAL PADA KENDARAAN RODA EMPAT

Pengaruh variasi celah reed valve dan variasi ukuran pilot jet, main jet terhadap konsumsi bahan bakar pada sepeda motor Yamaha F1ZR tahun 2001

: exhaust gas emissions of CO and HC, electric turbo, modified of air filter

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TEMBAGA BERLAPIS MANGAN TERHADAP KADAR POLUTAN GAS BUANG MOTOR BENSIN EMPAT LANGKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Penambahan Pemanas Campuran Udara dan Bahan Bakar

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

Grafik CO Terhadap Putaran Mesin

Analisis emisi gas buang dan daya sepeda motor pada volume silinder diperkecil

PENGARUH VARIASI SUDUT ELBOW INTAKE MANIFOLD TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR SUPRA X TAHUN 2002

JTM. Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014, PENGARUH PEMANFAATAN GAS BUANG SEBAGAI PEMANAS INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA MESIN SUPRA X TAHUN 2002

PENGARUH PENGGUNAAN METALLIC CATALYTIC CONVERTER BERBAHAN TEMBAGA DAN APLIKASI TEKNOLOGI SASS TERHADAP PERFORMA SEPEDA MOTOR HONDA NEW MEGA PRO

Setiawan M.B., et al., Pengaruh Molaritas Kalium Hidroksida Pada Brown Hasil Elektrolisis Terhadap.

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ANALISA PENGARUH KATALIS TEMBAGA PADA KATALYTIK KONVERTER TERHADAP EMISI GAS CARBON MONOKSIDA DAN HIDRO KARBON PADA KENDARAAN MOTOR BENSIN

Unjuk Kemampuan Metallic Catalytic Converter Berbahan Dasar Kuningan Berlapis Nikel

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

BAB III METODE PENELITIAN. berikut ini adalah diagram alir kerangka pelaksanaan penelitian. PEMBUATAN CATALYTIC CONVERTER PENGUJIAN EMISI

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN CATALYTIC CONVERTER TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MOTOR YAMAHA Rx-King TAHUN PEMBUATAN 2006

MODIFIKASI INTAKE MANIFOLD DENGAN VARIASI SUDUT PUTAR TERHADAP EMISI GAS BUANG HONDA SUPRA X TAHUN 2002

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas lingkungan yang baik merupakan hal penting dalam menunjang kehidupan manusia di dunia.

KAJI EKSPERIMENTAL EMISI GAS BUANG MOTOR BAKAR BENSIN DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN CAMPURAN PREMIUM BIOETANOL

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

KAJIAN PENGARUH BAHAN BAKAR PREMIUN PERTAMAX, PERTAMAX PLUS DAN VAREASI RASIO KOMPRESI TERHADAP KADAR EMISIS GAS BUANG CO DAN HC PADA SEPEDA MOTOR

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN FILTER ASAP PADA INCINERATOR SAMPAH (RJ01)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. tahun 2010 hanya naik pada kisaran bph. Artinya terdapat angka

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PEMASANGAN KAWAT KASA DI INTAKE MANIFOLD TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG PADA MESIN BENSIN KONVENSIONAL TOYOTA KIJANG 4K

Latar belakang Meningkatnya harga minyak mentah dunia secara langsung mempengaruhi harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Masyarakat selalu r

KAJI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN MEDAN MAGNET TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin Makassar 2

JURNAL FEMA, Volume 2, Nomor 1, Januari 2014

PENGARUH KATALIS TEMBAGA DAN KROM TERHADAP EMISI GAS CARBON MONOKSIDA DAN HIDRO CARBON PADA KENDARAAN MOTOR BENSIN. RM. Bagus Irawan ) Abstract

Spesifikasi Bahan dan alat :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

INFO TEKNIK Volume 5 No. 1, Juli 2004 (18-25)

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

JTM.Volume 03 Nomor 02 Tahun 2014,

Journal of Mechanical Engineering Learning

SKRIPSI PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR PERTALITE TERHADAP AKSELERASI DAN EMISI GAS BUANG PADA SEPEDA MOTOR BERTRANSMISI OTOMATIS

Transkripsi:

ANALISIS VARIASI TEMPERATUR LOGAM KATALIS TEMBAGA (Cu) PADA CATALYTIC CONVERTER UNTUK MEREDUKSI EMISI GAS KARBONMONOKSIDA (CO) DAN HIDROKARBON (HC) KENDARAAN BERMOTOR Andi Sanata 1 ABSTRACT The air pollution rate caused by the vehicles in big cities is now reach the critical limit. It affects the environmental health as well as the financial factors. To reduce the pollutant gas from the vehicle engines emission, a technology is needed. One of the technology is the application of catalytic converter inside the exhaust emission. A research has been done on 125 cc motorcycle engine to modify its exhaust emission. The catalysts used in this research was made of copper and designed using the honeycomb system with various diameters ( 4, 6, 8, 10, 12 mm). The observation variables are catalyst temperature, CO and HC emission rate. The emission of CO and HC from the sample engine was then compared with the standard emission rates. Result showed that increase of the copper catalyst temperature resulted in decrease of CO and HC emission rates. The decrease started to occur for all the catalysts at 225 o C. Optimum convertion efficiency is up to 47,93 % (CO) and 50,36 % (HC). Both optimum efficiency reached at the temperature of 325 o C using 8 mm diametered catalysts. Keywords : air pollutions, honeycomb system catalytic converter, temperature and copper PENDAHULUAN Pencemaran udara di kota-kota besar terutama dari negara berkembang telah mencapai tingkat yang kritis. Rendahnya kualitas udara menyebabkan kematian sekitar tiga juta orang per tahun dan menjadi dilema bagi jutaan orang lainnya di dunia yang menderita asma, gangguan pernafasan akut, gangguan kardiovaskular dan penderita kanker paru-paru (MENLH, 2006). Permasalahan ini kerap mengancam penduduk Indonesia terutama yang tinggal di perkotaan dengan kecenderungan mobilitas dan kepadatan kendaraan bermotor yang sangat tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan JICA, sumber pencemar udara bergerak seperti mobil, motor, pesawat terbang dan kapal laut, menyumbang 70 persen dari total pencemaran udara di daerah Jakarta pada tahun 1995. Dan penelitian Ekuwasbang pada tahun 1997 menyebutkan bahwa kendaraan bermotor adalah pengguna terbesar konsumsi BBM (49%) dari total penggunaan bahan bakar. (MENLH, 2006) Sementara itu menurut data dari Bank Dunia tahun 1993, komposisi dari kerusakan lingkungan akibat dari pembakaran bahan bakar fosil pada enam kota di Negara berkembang yang dipantau, yaitu Bangkok, Krakow (Polandia), Manila, Mumbai, Santiago (Chile) dan Shanghai adalah: 68% berdampak pada kesehatan, 21% berdampak pada perubahan iklim dan 11% berdampak pada aspek lain. Pencemaran udara selain merusak lingkungan dan kesehatan, juga merugikan secara ekonomi. Hasil kajian Studi RETA ADB tahun 2002 menemukan dampak ekonomi akibat pencemaran udara di Jakarta sebesar Rp 1.8 triliun dan jumlah tersebut akan membengkak menjadi Rp 4.3 triliun pada tahun 2015. (MENLH, 2006). Oleh karena itu untuk memenuhi batas konsentrasi polusi gas buang kendaraan bermotor diperlukan teknologi untuk mengurangi kadar polusi gas buang kendaraan bermotor, salah satunya dengan pemasangan catalytic converter pada saluran pembuangan gas kendaraan bermotor. Alat ini tersusun atas fase aktif yang berfungsi untuk mengubah CO menjadi CO2 serta HC menjadi H2O dan CO2. 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember 1

Jenis catalytic converter ini dapat mengonversi emisi gas buang (CO, HC dan NOX) sangat tinggi (antara 80% - 90%), tetapi harganya sangat mahal (Muhaji, 2001). Selain itu logam-logam mulia tersebut memiliki kelimpahan yang rendah. Dengan demikian sebagai alternatif digunakan logam tembaga yang mempunyai harga yang lebih murah dan memiliki kelimpahan yang tinggi. TINJAUAN PUSTAKA Temperatur gas buang pada mesin pembakaran dalam dapat bervariasi dari 300 sampai 400 o C selama idle dan sampai 900 o C pada operasi beban penuh (full load condition). Range temperatur yang paling umum adalah 400 sampai 600 o C. Untuk mempertahankan efisiensi konversi tetap tinggi dan periode pemakaian yang lama, catalytic converter harus dibuat untuk beroperasi pada jangkauan temperatur 400 sampai 800 o C. Jika temperatur gas buang pada catalytic converter mencapai 800 sampai 1000 o C dalam periode yang lama, logam mulia dan substrat lapisan pelindung tersebut laju keausannya cenderung akan meningkat (Heisler, 1995). Sebuah catalytic converter yang beroperasi pada kondisi ideal diharapkan dapat memiliki waktu pengoperasian dengan efisiensi pemakaian maksimal kira-kira sampai dengan 100.000 km. Tetapi jika mesin mengalami backfire atau misfire, yang disebabkan karena campuran yang terlalu miskin pada kecepatan penuh serta beban berat, maka hal ini dapat menyebabkan temperatur gas buang akan meningkat, dan jika temperatur sampai melebihi 1400 o C, substrat materialnya akan meleleh, sehingga dapat merusak aktivitas catalytic converter seluruhnya (Heisler, 1995). Pada temperatur lebih dari 300 o C efisiensi konversi dari catalytic converter baru dapat mencapai 98 sampai 99% untuk karbon monoksida(co) dan 95% lebih untuk hidrokarbon (HC). Akan tetapi, jika temperatur berada di bawah 300 o C fungsi dari catalytic converter akan sangat tidak efektif (Heisler, 1995). Hal ini dapat dilihat dalam grafik pada gambar berikut. Gambar 1. Efisiensi Konversi untuk CO dan HC Relatif Terhadap Temperatur Gas Buang METODOLOGI PENELITIAN Bahan yang dipakai pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yang terdiri dari kelompok kontrol dan knalpot uji. Kelompok kontrol pada penelitian ini adalah knalpot sepeda motor 125cc standard pabrik. Sedangkan kelompok uji pada penelitian ini yaitu knalpot sepeda motor 125cc yang sudah dimodifikasi dengan pemasangan pipa tembaga untuk catalytic converter. Perancangan catalytic converter dilakukan berdasarkan ruang yang tersedia pada knalpot standard menggunakan pipa tembaga dengan diameter 4 mm, 6 mm, 8 mm, 10 mm, dan 12 mm. Dalam melakukan penelitian pada motor bakar bensin ini putaran mesin mengunakan putaran tetap ( constant speed) dengan putaran menengah tanpa pembebanan yaitu pada putaran 2

6000 rpm pada gigi transmisi 4. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali pada knalpot standard dan 5 variasi diameter catalytic converter. Dengan variabel pengamatan yaitu pada temperatur katalis, kadar emisi CO dan kadar emisi HC. Kemudian kadar emisi CO dan HC tersebut dibandingkan dengan sistem saluran gas buang standar. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisa Temperatur Logam Katalis Tembaga pada Catalytic Converter terhadap Kadar Emisi CO Analisa ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh temperatur gas buang pada katalis tembaga terhadap kandungan emisi CO (karbon monoksida) dibandingkan dengan pengujian menggunakan knalpot standar. Karbon monoksida dari asap kendaraan bermotor terjadi karena pembakaran yang tidak sempurna, yang disebabkan oleh kurangnya jumlah udara dalam campuran yang masuk ke ruang bakar atau bisa juga karena kurangnya waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pembakaran. Karbon monoksida juga juga sangat ditentukan oleh kualitas campuran, homogenitas, dan air fuel ratio. Semakin bagus kualitas campuran dan homogenitas akan mempermudah oksigen untuk bereaksi dengan karbon. Jumlah oksigen dalam campuran (air-fuel ratio) juga sangat menentukan besar CO yang dihasilkan, mengingat kurangnya oksigen dalam campuran akan mengakibatkan karbon bereaksi tidak sempurna dengan oksigen sehingga terbentuk CO. Karbon monoksida juga cenderung timbul pada temperatur pembakaran yang tinggi. Meskipun pada campuran miskin atau mempunyai cukup oksigen jika temperatur pembakaran terlalu tinggi, maka oksigen yang telah terbentuk dalam karbon dioksida bisa berdisosiasi (melepaskan diri) membentuk karbon monoksida dan oksigen. Grafik hubungan antara temperatur gas buang dengan kandungan CO dalam emisi gas buang pada knalpot standar dan knalpot uji dengan catalyitic converter pipa tembaga berdiameter 4 mm, 6 mm, 8 mm, 10 mm, dan 12 mm dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini. Gambar 2. Hubungan Antara Temperatur Gas Buang dengan Kandungan CO Dengan pemasangan knalpot uji yang telah dimodifikasi menggunakan catalytic converter, dari grafik pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa dengan pemasangan katalis terjadi penurunan kandungan CO dibandingkan dengan knalpot standar. Dari kelima variasi diameter yang diuji menunjukkan bahwa pada penggunaan catalytic converter dengan diameter 12 mm pada temperatur rendah menghasilkan CO paling rendah dibandingkan dengan variasi catalytic 3

converter yang lain. Sedangkan pada temperatur tinggi gas CO paling rendah dihasilkan oleh penggunaan catalytic converter dengan diameter 8 mm. Dengan penggunaan catalytic converter pada diameter 4 mm, 6 mm, 8 mm, 10 mm, maupun 12 mm, dapat dilihat bahwa kandungan gas CO akan meningkat seiring dengan kenaikan temperatur. Dari Gambar 2 terlihat bahwa kadar gas CO bernilai rendah pada temperatur rendah dan kemudian terus naik pada saat temperatur semakin tinggi. Hal ini terjadi disebabkan karena pada temperatur rendah atau saat awal penyalaan kandungan gas CO yang terbentuk dapat keluar dari saluran gas buang dengan baik serta terjadinya adsorbsi yang baik pada awal pemakaian tembaga. Tetapi seiring dengan waktu penyalaan mesin yang semakin lama konsentrasi gas CO akan semakin tinggi sehingga kadar CO akan terus meningkat pada saluran gas buang dan tembaga mulai mengalami kejenuhan. Kenaikan kadar CO ini juga disebabkan karena terlalu rapatnya katalis yang menyebabkan gas buang tidak dapat keluar dengan sempurna sedangkan CO yang keluar dari ruang bakar terus bertambah pada saluran gas buang, sehingga menyebabkan proses katalisasi tidak dapat berlangsung dengan sempurna. Seiring dengan naiknya temperatur proses katalisasi dapat berlangsung dengan baik, hal ini disebabkan karena pada saat temperatur meningkat maka laju reaksi meningkat. Pada fase gas tanpa katalis untuk oksidasi CO dibutuhkan temperatur lebih besar dari 700 C. Akan tetapi, jika menggunakan katalis untuk oksidasi CO pada saluran gas buang, dapat dicapai pada temperatur yang rendah yaitu mulai dari 250 atau 300 C, dan jika temperatur berada di bawah 300 oc fungsi dari catalytic converter akan sangat tidak efektif. Sedangkan pada pengujian, temperatur maksimum yang didapatkan yaitu hanya sampai dengan 325 oc. Hal ini disebabkan desain saluran gas buang yang kurang optimal sehingga proses perambatan panas yang terjadi kurang baik, terutama pada desain flange. Untuk diameter 4 mm, dapat dilihat bahwa pada temperatur 250 oc kadar emisi CO mulai stabil, tetapi nilainya masih lebih besar dari diameter lainnya. Sedangkan pada diameter lain belum dapat dilihat temperatur optimal untuk menurunkan kadar gas CO dikarenakan temperatur gas buang yang hanya mencapai 325 C. Besarnya konversi efisiensi katalis untuk CO dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Efisiensi Konversi untuk CO terhadap Temperatur Gas Buang Dari Gambar 3 terlihat bahwa efisiensi konversi katalis tertinggi adalah pada diameter 12 mm pada temperatur 100 oc yaitu sebesar 59,91 %. Ini dikarenakan pada diameter tersebut merupakan diameter katalis terbesar sehingga laju gas buang tidak terhambat pada awal penyalaan. Setelah terjadi kenaikan temperatur nilainya semakin turun karena konsentrasi gas 4

CO yang semakin bertambah di saluran pembuangan, sedangkan katalis belum mencapai temperatur optimal untuk melakukan proses katalisasi dengan sempurna. Sedangkan pada temperatur tinggi dimulai dari temperatur 225 oc pada kelima diameter katalis terjadi peningkatan efisiensi konversi gas CO. Terutama pada diameter 8 mm terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan diameter lain, yaitu sebesar 37,2 %. Puncaknya terjadi pada temperatur 325 C, sebesar 47,93 %. Berdasarkan kelima hasil analisa data yang disajikan dalam Gambar 3 dapat dilihat bahwa efisiensi konversi untuk gas CO dengan penggunaan catalytic converter makin optimal seiring dengan kenaikan temperatur yang besarannya berbeda pada setiap variasi diameter katalis. 2. Analisa Temperatur Logam Katalis Tembaga pada Catalytic Converter terhadap Kadar Emisi HC Analisa ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh temperatur gas buang pada katalis tembaga terhadap kandungan emisi HC (hidrokarbon) dibandingkan dengan pengujian menggunakan knalpot standar. Hidrokarbon yang tidak terbakar ( unburned hydrocarbon) adalah akibat langsung dari ketidaksempurnaan pembakaran, yang erat kaitannya dengan berbagai macam desain engine dan variabel operasi. Selama proses kompresi dan pembakaran, kenaikan tekanan pada ruang bakar akan memaksa sejumlah gas untuk masuk ke celah-celah kecil dalam ruang bakar sehingga tidak ikut terbakar, yang paling utama adalah celah antara piston, ring piston dan dinding silinder. Gas-gas yang terperangkap dalam celah-celah tersebut akan keluar pada saat langkah ekspansi dan langkah buang. Unburned hydrocarbon yang terbentuk dalam volume crevice ini merupakan penyebab utama munculnya unburned hydrocarbon. Sumber lainnya adalah adanya lapisan oli pelumas yang menempel pada dinding ruang bakar. Lapisan oli ini kemudian menyerap uap bahan bakar dan melepaskan kembali pada saat langkah ekspansi dan langkah buang. Sehingga memungkinkan bahan bakar lolos ketika terjadinya pembakaran. Sumber HC tersebut kemudian akan ikut keluar lewat gas buang ke udara bebas dan akan memperbesar kadar HC yang dihasilkan. Hubungan antara temperatur gas buang dengan kandungan HC dalam emisi gas buang pada knalpot standard dan knalpot uji dengan catalyitic converter pipa tembaga berdiameter 4 mm, 6 mm, 8 mm, 10 mm, dan 12 mm dapat dilihat pada grafik dalam Gambar 4. Gambar 4. Hubungan Antara Temperatur Gas Buang dengan Kandungan HC Dengan pemasangan knalpot uji yang telah dimodifikasi menggunakan catalytic 5

converter, dari grafik pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa dengan pemasangan katalis terjadi penurunan kandungan HC jauh dibawah dengan menggunakan knalpot standard. Dari kelima variasi diameter yang diuji menunjukkan bahwa pada penggunaan catalytic converter dengan diameter 12 mm pada temperatur rendah menghasilkan HC paling rendah dibandingkan dengan variasi catalytic converter yang lain. Sedangkan pada temperatur tinggi gas HC paling rendah dihasilkan oleh penggunaan catalytic converter dengan diameter 8 mm. Tetapi perbandingan jumlah HC yang terbentuk pada kelima jenis variasi diameter katalis tidak terlalu signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelima jenis variasi diameter katalis dapat menurunkan kandungan gas HC dengan baik dibandingkan dengan penggunaan knalpot standard. Pada fase gas tanpa katalis untuk oksidasi hidrokarbon dibutuhkan temperatur lebih besar dari 700 C. Akan tetapi, jika menggunakan katalis untuk oksidasi HC pada saluran gas buang, dapat dicapai pada temperatur yang rendah yaitu mulai dari 250 atau 300 oc, dan jika temperatur berada di bawah 300 oc fungsi dari catalytic converter akan sangat tidak efektif. Dari gambar 3 terlihat bahwa dengan penggunaan catalytic converter pada diameter 4 mm, 10 mm, 12 mm, kandungan gas HC akan meningkat dengan naiknya temperatur, dan kemudian mulai turun pada temperatur 225 C. Sedangkan dengan penggunaan catalytic converter pada diameter 6 mm, dan 8 mm kadar gas HC cenderung turun dengan turunnya temperatur. Pada diameter 4 mm, 10 mm, dan 12 mm hal tersebut terjadi disebabkan karena temperatur belum mencapai temperatur optimal untuk terjadinya oksidasi sehingga tidak menurunkan HC dengan optimal, sedangkan pada temperatur 225 oc mulai dicapai temperatur optimal sehingga terjadi peningkatan laju reaksi yang menyebabkan mulai terlihat adanya penurunan kandungan gas HC pada ketiga diameter katalis tersebut. Sedangkan untuk diameter 6 mm dan 8 mm kepadatan katalis untuk keluarnya gas buang tidak terlalu menghambat aliran gas buang, sehingga laju gas buang tidak terlalu lambat seperti pada diameter 4 mm atau terlalu cepat meninggalkan katalis seperti pada diameter 10 dan 12 mm, yang menyebabkan adsorbsi gas HC dapat berlangsung dengan baik dan menyebabkan terjadinya penurunan kadar HC mulai dari temperatur rendah. Walaupun kemudian pada diameter 6 mm dan 8 mm kandungan gas HC kembali naik dikarenakan belum tercapainya temperatur optimal pada katalis dikarenakan temperatur optimal yang dapat dicapai hanya sampai dengan 325 C. Besarnya konversi efisiensi katalis untuk HC dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Efisiensi Konversi untuk HC terhadap Temperatur Gas Buang Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa efisiensi konversi katalis terendah adalah pada 6

diameter 12 mm pada temperatur 125 o C yaitu sebesar 66,55 %. Setelah terjadi kenaikan temperatur nilainya semakin turun karena konsentrasi gas HC yang semakin bertumpuk di saluran pembuangan, sedangkan katalis belum mencapai temperatur optimal untuk melakukan proses katalisasi dengan sempurna. Namun pada temperatur 225 o C mulai terjadi titik balik hampir pada semua diameter katalis, walaupun belum dapat dicapai temperatur optimal dikarenakan temperatur pengujian yang hanya sampai dengan 325 C. Berdasarkan kelima hasil analisa data yang disajikan dalam Gambar 5 diatas dapat dilihat bahwa efisiensi konversi untuk gas HC dengan penggunaan catalytic converter makin optimal seiring dengan kenaikan temperatur yang besarannya berbeda pada setiap variasi diameter katalis. Dengan efisiensi konversi tertinggi pada temperatur tinggi yaitu pada diameter 8 mm, yaitu sebesar 50,36 %. KESIMPULAN 1. Kenaikan temperatur pada logam katalis tembaga berpengaruh terhadap penurunan kandungan emisi gas buang karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC). Hal ini terbukti yaitu dengan mulai terjadi penurunan pada kelima jenis diameter katalis pada temperatur 225 O C. Dengan pemakaian katalis terbaik terjadi pada katalis dengan diameter 8 mm. 2. Efisiensi konversi untuk gas buang CO dan HC semakin optimal seiring dengan kenaikan temperatur katalis. Ini terjadi pada kelima jenis diameter katalis. Dengan efisiensi konversi paling optimal yaitu sampai dengan 47,93 % untuk CO dan 50,36 % untuk HC pada temperatur 325 O C, yang terjadi pada katalis dengan diameter 8 mm. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, Arif. 2001. Pengaruh Katalis Oksida Tembaga dan Krom terhadap Emisi Gas CO, HC dan Daya Mesin pada Kendaraan Bermotor. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan ITS. Heisler, Heinz. 1995. Advanced Engine Technology. London: Edward Arnold. Kementerian Lingkungan Hidup RI. 2006. Indonesian Fuel Quality Report 2006. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup RI. Pronawan, Oky Melvin. 2006. Pengaruh Penggunaan Kuningan pada Straight Through Muffler Motor Bensin 4 Langkah 1 Silinder dalam Upaya Pengurangan Emisi Gas Buang. Surabaya: Jurusan Teknik Mesin ITS. 7