PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR

dokumen-dokumen yang mirip
KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat sering bergantung pada kemajuan teknologi canggih/maju (high tech

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

BAB III PENUTUP. Berdasarkan pembahasan diatas Pembuktian Cyber Crime Dalam. di dunia maya adalah : oleh terdakwa.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai langkah

KOMPUTER FORENSIK DALAM HUKUM INDONESIA

BAB III PENUTUP. 1. Upaya Penegakan Hukum terhadap Cybercrime terkait pembuktian. pembuktian terhadap perkara dibidang cybercrime tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini berkembang secara

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PENYIDIKAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

PENANAMAN MODAL (INVESTASI) TERKAIT PENGEMBANGAN MASYARAKAT LOKAL DI INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PROSTITUSI SECARA ONLINE BERDASARKAN PERSPEKTIF CYBER CRIME

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PEMIDANAAN ANAK DI BAWAH UMUR

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBER PROSTITUTION DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

TINJAUAN YURIDIS TERKAIT FAKTOR DAN UPAYA MENANGGULANGI ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI INDONESIA Oleh :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat

BAB III PENUTUP. 1. Perundang-undangan pidana umum yakni KUHP beserta semua perundangundangan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DATA PRIBADI NASABAH DALAM LAYANAN INTERNET BANKING

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

KEBERADAAN RAHASIA DAGANG BERKAITAN DENGAN PERLIDUNGAN KONSUMEN

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

Riva Lovianita Lumbantoruan ABSTRAK

CYBERCRIME & CYBERLAW

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN DALAM KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

BAB III PENUTUP. Pencemaran nama baik menurut hukum pidana sebagaimana yang. termaksud dalam Pasal 310 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana merupakan

PENGATURAN TINDAK PIDANA TERORISME DALAM DUNIA MAYA (CYBER-TERRORISM) BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL

KEBIJAKAN FORMULASI FUNGSI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

Keywords: Phishing, Legal Confusion, Criminalization, Legal Reform

LEGALITAS SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

CYBER LAW & CYBER CRIME

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BENTUK-BENTUK PRAKTIK OUTSOURCING DALAM UNDANG- UNDANG KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

TINJAUAN HUKUM PIDANA TERHADAP CARDING SEBAGAI SALAH SATU BENTUK CYBERCRIME

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMIDANAAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA MENGEKSPLOITASI EKONOMI ATAU SEKSUAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

PENDEKATAN FOLLOW THE MONEY DALAM PENELUSURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SERTA TINDAK PIDANA LAIN

BAB III PENUTUP. Setelah melakukan analisis terhadap data-data yang diperoleh. guna menjawab permasalahan yang diteliti, maka pada bab ini

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

ABSTRACT. Keywords : protection of law, consumer, electronic banking, system service of banking. ABSTRAK

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2

PENERAPAN SANKSI YANG BERKEADILAN TERHADAP ANAK BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

ABSTRACT. DewiHapsariYaraRizkia ( )

I. PENDAHULUAN. Globalisasi sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

PERKEMBANGAN PIDANA DENDA DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA INDONESIA

KEKHUSUSAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ( MONEY LAUNDERING )

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KEGIATAN TRANSAKSI JUAL BELI ONLINE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

RINGKASAN SKRIPSI AKIBAT HUKUM DARI PEMBATALAN PERKAWINAN TERHADAP STATUS ANAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA TERKAIT WANPRESTASI YANG DILAKUKAN KONSUMEN DENGAN CARA HIT AND RUN

TANGGUNG JAWAB PELAKU USAHA WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

PENERAPAN PENGGUNAAN MATA UANG RUPIAH BAGI PELAKU USAHA PERDAGANGAN LUAR NEGERI

SANKSI PIDANA TERHADAP PELAKU PEMBANTU KEJAHATAN TERHADAP NYAWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM UPAYA PENANGGULANGAN CYBERCRIME (CRIMINAL LAW POLICY IN PREVENTING CYBERCRIME)

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PEMILIK WEBSITE YANG MENGANDUNG MUATAN PORNOGRAFI

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

Penyidikan Dan Penuntutan Tindak Pidana Penyelundupan Manusia di Indonesia

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENCEMARAN NAMA BAIK MELALUI MEDIA SOSIAL

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum penulis menguraikan hasil penelitian dan pembahasan, dan untuk menjawab

ABSTRAK. Dewi Karina Crietie Alvin ( )

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN INITIAL PUBLIC OFFERING TERHADAP EMITEN DAN INVESTOR

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II KAJIAN HUKUM TENTANG DELIK PENIPUAN

KONTROVERSI LANDASAN PENGHAPUSAN PIDANA MATI DALAM RUU KUHP NASIONAL. oleh

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA CYBERPORN MELALUI MEDIA SOSIAL BERBASIS LIVE STREAMING VIDEO (Studi di Polres Salatiga)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

TANGGUNG JAWAB EMITEN DAN PROFESI PENUNJANG ATAS ADANYA PROSPEKTUS YANG TIDAK BENAR DALAM KEGIATAN DI PASAR MODAL

UPAYA MENANGGULANGI INVESTASI BODONG DI INTERNET

KEGIATAN USAHA FOTOKOPI DALAM KAITANNYA DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA

JURNAL ILMIAH. PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Praya)

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

PERBANDINGAN CYBER LAW, COMPUTER CRIME ACT (MALAYSIA), COUNCIL OF EUROPE CONVENTION ON CYBER CRIME

Transkripsi:

PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR Oleh Bayu Anggara I Nyoman Darmadha Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The unlimited use of Information Technology (IT), has made cybercrime can be done by all of the people both adults and children under age. IT can be very useful for those who in need, but on the other hand, IT can be abused by certain parties including minors (children under age). The purpose of this study is to examine the law enforcement of cybercrime in Indonesia as well forms or kinds of cybercrime that may be performed by children under age. Types of methods used in this journal is normative legal research methods. Kinds of Law enforcement that used for cybercrime committed by children under age should involve competent authorities such as psychologists, Supervising social, or other expert is needed so that no one in making a wrong or bad decision for the under age children, and after the process of law enforcement, the parents of children that involved, should be required to provide advise and supervision in the use of IT. Keywords: Information Technology, Cybercrime, Law Enforcement. ABSTRAK Penggunaan Teknologi Informasi (TI) yang sangat tidak terbatas menyebabkan kejahatan dunia maya dapat dilakukan oleh semua kalangan baik itu orang dewasa maupun di bawah umur. Di satu sisi, TI sangat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya namun di sisi lain TI dapat saja disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu termasuk anak di bawah umur. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum dari kejahatan dunia maya di Indonesia serta bentukbentuk kejahatan dunia maya yang mungkin dilakukan oleh anak di bawah umur. Jenis metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode penelitian hukum normatif. Penegakan hukum kejahatan dunia maya yang dilakukan oleh anak di bawah umur seharusnya melibatkan pihak yang berkompeten seperti Psikolog, Pembimbing kemasyarakatan, atau ahli lain yang diperlukan sehingga tidak salah dalam mengambil suatu keputusan dan setelah proses penegakan hukum, orang tua dari anak yang terlibat sebaiknya diwajibkan memberikan pengawasan dalam penggunaan TI. Kata Kunci: Teknologi Informasi, Kejahatan Dunia Maya, Penegakan Hukum. I. PENDAHULUAN Perkembangan dari pemanfaatan teknologi informasi (TI) di Indonesia telah membentuk suatu rezim di mana segala aktivitas kehidupan dapat dilakukan berbasis 1

digital. Berbagai kemudahan dapat diperoleh namun berbagai permasalahan juga akan bermunculan apabila tidak ada pengaturan yang kuat terhadap TI. Banyaknya Permasalahan ditunjukkan dengan semakin meningkatnya tindak pidana dunia maya atau cybercrime di Indonesia yang sudah sangat mengkhawatirkan. 1 Di satu sisi, TI sangat berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya namun di sisi lain TI dapat saja disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu termasuk anak di bawah umur. Temuan terbaru menunjukkan lebih dari 65% pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah pernah mengakses internet untuk menonton video dengan unsur pornografi. Bahkan sejumlah anak yang masih berstatus pelajar banyak yang terlibat kasus pornografi melalui social media. 2 Cybercrime dapat saja terjadi pada segala aspek kehidupan dan dilakukan oleh siapa saja dikarenakan cybercrime merupakan penyalahgunaan kecanggihan dari TI berbasis dunia digital, dengan dunia maya sebagai media. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penegakan hukum dari cybercrime berdasarkan hukum positif di Indonesia serta bentuk-bentuk cybercrime yang mungkin dilakukan oleh anak di bawah umur, sehingga seluruh masyarakat Indonesia dapat menggunakan TI secara aman dan penuh tanggung jawab. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penelitian Jenis metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah metode penelitian hukum normatif, karena penelitian ini menggunakan aturan-aturan hukum yang berlaku serta bahan-bahan kepustakaan sebagai sumber utama dalam penelitian. 3 Bahan hukum diperoleh melalui bahan hukum yang telah diteliti dan selanjutnya akan dikumpulkan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian ini untuk dilakukan pembahasan. 4 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Penegakan Hukum Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime) yang Dilakukan Anak di Bawah Umur 1 Teja Wulan, 2014, Mengkhawatirkan: Jumlah Tingkat Cybercrime di Indonesia, VOA Indonesia, http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/mengkhawatirkan-tingkat-cyber-crime, Diakses Terakhir, Kamis, 21 April 2016. 2 Afiyati Reno, 2016, Kasus Anak Kecanduan Video Porno Terus Meningkat, Berita Satu, http://www.beritasatu.com/kesra/353366-kasus-anak-kecanduan-video-porno-terus-meningkat.html, Diakses Terakhir Sabtu, 21 Mei 2016. 3 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 166. 4 Bambang Sunggono, 2010, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, hal. 86. 2

Penegakan hukum di Indonesia bersifat tegas dan memaksa, bukan berarti polisi ataupun pejabat yang berwenang lainnya memperlakukan anak di bawah umur sama seperti orang dewasa yang melakukan tindak pidana. Maka dari itu, diperlukan adanya peradilan khusus yang menangani masalah tindak pidana pada anak di bawah umur yang berbeda dari lingkungan peradilan umum. Oleh karena itu, proses peradilan perkara pada anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana sejak ditangkap, ditahan, diadili dan sampai diberikan pembinaan selanjutnya, wajib diberikan oleh pejabat khusus yang benar-benar memahami masalah anak dan dunianya. Cybercrime yang dilakukan anak di bawah umur, merupakan dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan gaya dan cara hidup yang telah membawa perubahan sosial mendasar dalam kehidupan masyarakat yang pada gilirannya sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Sesuai dengan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (selanjutnya disebut UU 11/2012), di dalam tindakan penahanan, penyidik seharusnya melibatkan pihak-pihak yang berkompeten seperti Psikolog, Pembimbing kemasyarakatan, atau ahli lain yang diperlukan sehingga penyidik anak tidak salah dalam mengambil suatu keputusan. Selanjutnya, pada Pasal 30 ayat (1) UU 11/2012, penahanan anak bawah umur seharusnya ditempatkan secara terpisah dari narapidana yang lain dan tidak boleh di gabung dengan tahanan orang dewasa. Penahanan terhadap anak di bawah umur ditempatkan di suatu tempat khusus untuk anak yakni pada Lembaga Penempatan Anak Sementara (LPAS) atau Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (LPKS) apabila belum terdapat LPAS. Hal ini adalah untuk mencegah akibat-akibat negatif dari pengaruh narapidana orang dewasa. Berkaitan dengan cybercrime yang dilakukan oleh anak di bawah umur, seharusnya setelah proses penegakan hukum, orang tua dari anak yang terlibat sebaiknya diwajibkan untuk memberikan arahan-arahan dalam penggunaan TI dan batasan-batasan dalam penggunaannya. Pada hakekatnya, harus terdapat keseimbangan antara media, sarana, tujuan dan kontrol atau penegakan nilai. Dalam hal ini salah satunya adalah hukum pidana. Pencegahan perilaku menyimpang anak di bawah umur sebagai akibat negatif pemanfaatan teknologi secara tidak tepat haruslah mendapat pengaturan secara proporsional dalam hukum Pidana Indonesia 3

2.2.2. Bentuk-Bentuk Kejahatan Dunia Maya (Cybercrime) di Indonesia Kasus-kasus kejahatan yang melibatkan anak sebagai pelaku tindak kejahatan membawa fenomena tersendiri. Mengingat anak adalah individu yang masih labil emosi sudah menjadi subyek hukum, maka penanganan kasus kejahatan dengan pelaku anak perlu mendapat perhatian khusus terutama kejahatan di dunia maya atau cybercrime. Kualifikasi cybercrime menurut Convention on Cybercrime 2001, sebuah konvensi yang dilaksanakan di Budapest, Hongaria dan juga yang mendasari dari terbentuknya Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik adalah: 1. Economic cyber crime; 2. EFT (Electronic Funds Transfer) Crime; 3. Cybank Crime, Internet Banking Crime, On-Line Business Crime; 4. Cyber/Electronic Money Laundering; 5. Hitech WCC (white collar crime); 6. Internet fraud (Bank fraud, Credit card fraud, On-line fraud); 7. cyber terrorism; 8. cyber stalking; 9. cyber sex, cyber (child) pornography, cyber defamation, cyber-criminals. 5 Berdasarkan jenis tindakan kejahatan yang dapat dilakukan di dunia maya, cybercrime dapat dikelompokan dalam berbagai kategori. Bentuk-bentuk Pemisahan cybercrime yang umum dikenal adalah kategori berdasarkan motif pelakunya, yaitu: 1. Sebagai tindak kejahatan murni Kejahatan dunia maya terjadi secara sengaja dan secara terencana untuk melakukan perusakan, pencurian, tindakan anarkis terhadap sistem informasi atau sistem komputer. (tindak kriminal dan memiliki motif kriminalitas) dan biasanya menggunakan internet hanya sebagai sarana kejahatan. 2. Sebagai tindak kejahatan abu-abu Cybercrime jenis ini terjadi terhadap sistem komputer, tetapi tidak melakukan perusakan, pencurian terhadap sistem informasi atau sistem komputer. 6 5 Barda Nawawi Arief, 2006, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indoensia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 36. 6 Ibid. 4

III. SIMPULAN Berdasarkan paparan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa terhadap penegakan hukum cybercrime yang dilakukan oleh anak di bawah umur dapat dilakukan mulai saat anak ditangkap, ditahan, diadili dan sampai diberikan pembinaan selanjutnya, dengan wajib dilakukan oleh penegak hukum dan profesi-profesi khusus yang benar-benar memahami masalah anak dan dunianya sesuai dengan yang diatur pada UU 11/2012. Bentuk-bentuk dari cybercrime yang dilakukan oleh anak di bawah umur dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu sebagai tindak kejahatan murni dan sebagai tindak kejahatan abu-abu. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Arief, Barda Nawawi, 2006, Tindak Pidana Mayantara Perkembangan Kajian Cyber Crime di Indoensia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Reno, Afiyati, 2016, Kasus Anak Kecanduan Video Porno Terus Meningkat, Berita Satu, website: http://www.beritasatu.com/kesra/353366-kasus-anak-kecanduanvideo-porno-terus-meningkat.html, Diakses Terakhir Sabtu, 21 Mei 2016. Sunggono, Bambang, 2010, Metodologi Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta. Teja Wulan, 2014, Mengkhawatirkan: Jumlah Tingkat Cybercrime di Indonesia, VOA Indonesia, web http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/10/mengkhawatirkantingkat-cyber-crime-di-indonesia, Diakses Terakhir, Kamis, 21 April 2016. PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Republik Indonesia nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 5