2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI


b. Salah satu pihak menjadi pemabok, pemadat, atau penjudi yang sukar disembuhkan,

2018, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ten

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 45 TAHUN 1990 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3019); 2. Und

IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

M E M U T U S K A N. Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANGPERUBAHAN PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG

Jakarta, 22 Desember 1990 Kepada Yth. 1. Semua Menteri 2. Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia 3. Jaksa Agung 4.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.72, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Perkawinan. Perceraian. Rujuk. Pencabutan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Pedoman Pernikahan PNS. Pernikahan PNS. Catatan. Perceraian 1 / 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

POKOK-POKOK PP. No. 10 TAHUN 1983 Jo PP. No. 45 TAHUN 1990 TENTANG IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PNS

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaturan Hukum Prosedur Perizinan Perceraian Pegawai Negeri Sipil

BAB II PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

KEWAJIBAN PELAPORAN DALAM HAL PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Lex Privatum Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

2 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 123); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESID

2. SETIAP PERKAWINAN HARUS DICATAT Menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 ayat 2)

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

SURAT EDARAN NOMOR : 08/SE/1983 TENTANG IJIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 57

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PEMBERIAN PERINGATAN TERTULIS KEPADA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN

BAB III PROSEDUR PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Standar Pelayanan Pengajuan Ijin Cerai

PETUNJUK TEKNIS IZIN PERKAWINAN DAN PERCERAIAN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Presiden Nomor 130 Tahun 2017 tentang Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (

BAB II KERANGKA TEORITIK. isteri tidak akan dapat hidup rukun lagi sebagai suami isteri

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

2016, No Nomor 293, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5602); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGHASILAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG KEHADIRAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

BAB III. POLIGAMI MENURUT PP No. 45 TAHUN Ketentuan Poligami Bagi Pegawai Negeri Sipil

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBAYARAN HONORARIUM MENGAJAR BAGI PENGAJAR NON WIDYAISWARA DI LEMBAGA SANDI NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 253/PMK.03/2014 TENTANG

Peraturan Menteri Keuangan 229/PMK.03/2014 tgl 18 Desember 2014

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.03/2014 TENTANG PERSYARATAN SERTA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN SEORANG KUASA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG PENYESUAIAN GAJI POKOK PEGAWAI NEGERI SIPIL

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 41/PMK.01/2011 TENTANG

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN DAN PENGANGKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

BAB IV HUKUM KELUARGA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Penilaian dan Penetapan Nilai Tingkat Pengamanan Persandian dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan

2016, No Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Kepegawaian Negara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sip

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148/PMK. 01/2012 TENTANG

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da

2011, No tertulis, pemberian dan pemotongan Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara kepada pegawai di Lingkungan Kementerian Keuangan sebagai

2016, No Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan: 1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. 1. Pertimbangan Hakim dalam Memutuskan Perceraian (Putusan. Banyuwangi) perspektif UU No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

2 Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhe

2 c. bahwa untuk memberikan pedoman pelaksanaan, meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, serta memberikan kepastian hukum, perlu diatur ketentuan m

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BAB5 PERKAWINAN MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN NOMOR 1 TAHUN 1974.

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PER. 02 Tahun 2009 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SALATIGA PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENDELEGASIAN SEBAGIAN WEWENANG PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

P U T U S A N. Nomor xxxx/pdt.g/2017/pta.bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BUPATI GUNUNGKIDUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

2015, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti Pegaw

BAB I PENDAHULUAN. Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-nya, baik pada manusia, Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-nya untuk berkembang, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

No.755, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMSANEG. Pegawai. Perkawinan. Perceraian. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan tugas pokok pegawai Lembaga Sandi Negara dibutuhkan kehidupan keluarga yang harmonis dan serasi agar dapat menciptakan suasana tenteram dan bahagia dalam kehidupan rumah tangga guna mendukung pelaksanaan tugasnya; b. bahwa untuk memberikan kepastian hukum tentang hak dan kewajibannya dalam berumah tangga perlu pengaturan tentang perkawinan dan perceraian bagi pegawai Lembaga Sandi Negara; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara tentang Perkawinan dan Perceraian Pegawai Lembaga Sandi Negara;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019); 2. Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3250) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3424); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 tentang Administrasi Prajurit Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5120); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 6. Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara Nomor OT.001/PERKA.122/2007 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Sandi Negara; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA TENTANG PERKAWINAN DAN PERCERAIAN PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini yang dimaksud dengan:

3 1. Pegawai adalah Aparatur Sipil Negara Lembaga Sandi Negara dan Pegawai Instansi Lain yang dipekerjakan pada Lembaga Sandi Negara. 2. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 3. Perceraian adalah putusnya hubungan perkawinan antara suami istri berdasarkan keputusan Pengadilan Agama atau Pengadilan Negeri. 4. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil Negara dan pembinaan Manajemen Aparatur Sipil Negara di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB II PERKAWINAN Pasal 2 (1) Pegawai yang akan melaksanakan perkawinan menyampaikan pemberitahuan rencana perkawinan secara tertulis kepada Kepala Lembaga Sandi Negara melalui Unit yang membidangi Kepegawaian dan diketahui oleh atasan langsung paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum perkawinan dilangsungkan. (2) Pemberitahuan rencana perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan melampirkan sebagai berikut: a. surat persetujuan orang tua atau wali Pegawai dari Pegawai dan calon suami atau calon istri; b. surat persetujuan dari calon suami dan istri; c. surat keterangan dari pimpinan tempat bekerja bagi calon suami atau istri yang bekerja; d. Surat Keterangan dari Kepolisian Republik Indonesia bagi calon suami atau istri; e. Fotokopi kartu identitas calon suami atau istri; dan f. Fotokopi Surat Keterangan dari Lurah atau Kepala Desa yang mencakup: 1) Surat Keterangan untuk nikah (model N; 2) Surat Keterangan asal-usul calon suami atau istri (model N; dan 3) Surat Keterangan orang tua (model N4).

4 (3) Format pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini. (4) Format surat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, dan huruf b tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini. Pasal 3 Pegawai yang telah mengajukan pemberitahuan rencana perkawinan, selanjutnya bersama calon suami atau calon istri berhak mendapatkan pengarahan dari pejabat yang membidangi kepegawaian. Pasal 4 Pegawai wanita tidak diizinkan untuk menjadi istri kedua atau ketiga atau keempat. Pasal 5 (1) Pegawai yang telah melaksanakan perkawinan pertama atau kedua wajib menyampaikan pemberitahuan secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui Unit yang membidangi Kepegawaian dan diketahui oleh atasan langsung paling lambat 1 (satu) tahun setelah perkawinan dilaksanakan. (2) Format surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran IV dan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini. Pasal 6 (1) Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang wajib memperoleh izin tertulis dari Pejabat Pembina Kepegawaian. (2) Permohonan izin Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang dibuat secara tertulis disertai alasan dan disampaikan melalui Pejabat yang membidangi Kepegawaian dan diketahui oleh atasan langsung. (3) Atasan langsung wajib menyampaikan pertimbangan tertulis atas permohonan izin Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui saluran hierarki dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterimanya permohonan izin. (4) Format permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan surat pertimbangan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran VII dan Lampiran VIII yang merupakan

5 bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini. Pasal 7 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian Lembaga Sandi Negara berwenang menyetujui atau menolak permohonan izin Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang. (2) Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan kewenangan menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pejabat di Lembaga Sandi Negara; (3) Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan kewewenangnya kepada Pejabat lain di Lembaga Sandi Negara, paling rendah Pejabat eselon IV atau yang disetarakan, untuk memberikan atau menolak pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2. (4) Izin Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan izin diterima oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat yang didelegasikan. (5) Apabila dalam waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikeluarkan keputusan atas permohonan izin Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang, permohonan izin tersebut ditolak. (6) Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat yang didelegasikan dalam menetapkan jawaban atas permohonan Pegawai yang akan beristri lebih dari seorang wajib mempertimbangkan: a. Alasan yang disampaikan oleh Pegawai yang bersangkutan; dan b. Pertimbangan tertulis dari atasan langsung Pegawai yang bersangkutan. (7) Dalam hal pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dipandang kurang menyakinkan, Pejabat Pembina Kepegawaian dapat meminta keterangan tambahan dari suami atau istri Pegawai yang mengajukanpermintaan izin atau dari pihak lain. Pasal 8 (1) Izin untuk beristri lebih dari seorang harus memenuhi syarat alternatif dan syarat kumulatif. (2) Syarat alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri; b. istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan; atau c. istri tidak dapat melahirkan keturunan.

6 (3) Syarat kumulatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. ada persetujuan tertulis dari istri; b. Pegawai pria yang bersangkutan mempunyai penghasilan yang cukup untuk membiayai lebih dari seorang istri dan anaknya yang dibuktikan dengan surat keterangan pajak penghasilan; dan c. ada jaminan tertulis dari Pegawai pria yang bersangkutan bahwa ia akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya. Pasal 9 Izin untuk beristri lebih dari seorang tidak dapat diterima jika: a. bertentangan dengan ajaran atau peraturan agama yang dianut Pegawai yang bersangkutan; b. tidak memenuhi syarat alternatif dan syarat kumulatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3); c. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat; dan/atau e. ada kemungkinan mengganggu pelaksanaan tugas kedinasan. BAB III PERCERAIAN Pasal 10 (1) Pegawai yang akan melakukan perceraian yang berkedudukan sebagai penggugat, wajib mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. (2) Format permohonan izin Pegawai yang akan melakukan perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini. (3) Pegawai yang akan melakukan perceraian yang berkedudukan sebagai tergugat, wajib memberitahukan secara tertulis mengenai adanya gugatan cerai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk mendapatkan surat keterangan paling lambat 6 (enam) hari kerja setelah Pegawai menerima gugatan perceraian (4) Format surat pemberitahuan dan Surat Pemberian Izin Cerai sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam Lampiran IX dan Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini. (5) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan surat pemberitahuan adanya gugatan perceraian sebagaimana dimaksud

7 pada ayat (3) disertai alasan dan disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui pejabat yang membidangi Kepegawaian dan diketahui oleh atasan langsung. (6) Atasan langsung wajib menyampaikan pertimbangan tertulis atas permohonan izin perceraian kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui saluran hierarki dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung mulai tanggal diterimanya permohonan izin. Pasal 11 (1) Pejabat Pembina Kepegawaian berwenang menyetujui atau menolak permohonan izin perceraian. (2) Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan kewenangan menyetujui atau menolak permohonan izin perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pejabat lain (3) Pejabat Pembina Kepegawaian dapat mendelegasikan kewewenangnya kepada Pejabat lain di Lembaga Sandi Negara, paling rendah Pejabat eselon IV atau yang disetarakan, untuk memberikan atau menolak pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2. (4) Keputusan atas permohonan izin Perceraian ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak permohonan izin diterima oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Pejabat yang didelegasikan. (5) Keputusan atas permohonan izin perceraian wajib mempertimbangkan: a. alasan yang disampaikan oleh Pegawai yang bersangkutan; dan b. Pertimbangan tertulis dari atasan langsung Pegawai yang bersangkutan. (6) Dalam hal pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dipandang kurang menyakinkan, Pejabat Pembina Kepegawaian dapat meminta keterangan tambahan dari istri atau suami Pegawai yang mengajukanpermintaan izin atau dari pihak lain. (7) Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang didelegasikan harus berupaya merukunkan kembali Pegawai serta suami atau istri Pegawai yang bersangkutan. (8) Apabila dalam waktu yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikeluarkan keputusan atas permohonan izin perceraian, permohonan izin tersebut dianggap ditolak. Pasal 12 (1) Izin untuk melakukan perceraian dapat diberikan jika didasarkan pada alasan yang sah dan disertai bukti yang cukup untuk mendukung alasan tersebut.

8 (2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. salah satu pihak berbuat zina; b. salah satu pihak menjadi pemabuk, pemadat, penjudi yang sukar disembuhkan; c. salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah serta tanpa memberikan nafkah lahir maupun batin atau karena hal lain di luar kemampuannya; d. salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat secara terus menerus setelah perkawinan berlangsung; e. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat baik lahir maupun batin yang membahayakan pihak lain; dan/atau f. antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga. (3) Izin untuk melakukan perceraian tidak dapat diberikan jika: a. bertentangan dengan ajaran atau peraturan agama yang dianut Pegawai yang bersangkutan; b. tidak memenuhi alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2); c. bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; dan/atau d. alasan yang dikemukakan bertentangan dengan akal sehat. Pasal 13 Pegawai yang melakukan perceraian wajib melaporkan putusan perceraian kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui pejabat yang membidangi kepegawaian paling lambat 1 (satu) bulan setelah putusan perceraian dengan melampirkan salinan putusan perceraian BAB IV KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 14 (1) Dalam hal perkawinan atau perceraian yang dilakukan oleh Pegawai yang berstatus anggota Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Republik Indonesia, berkas perkawinan atau perceraian dilimpahkan ke instansi yang bersangkutan dengan disertai pertimbangan yang cukup.

9 (2) Berkas perkawinan atau perceraian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. (3) Pegawai yang berstatus anggota Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Republik Indonesia yang melakukan perkawinan wajib melaporkan perkawinan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui pejabat yang membidangi kepegawaian. (4) Pegawai yang berstatus anggota Tentara Nasional Indonesia atau anggota Kepolisian Republik Indonesia yang melakukan perceraian wajib melaporkan putusan perceraian kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui pejabat yang membidangi kepegawaian. Pasal 15 SANKSI Pelanggaran terhadap Pasal 4, pasal 5, pasal 6, pasal 10 dan Pasal 13 Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini dijatuhi sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 16 Pada saat Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini mulai berlaku, Keputusan Ketua Lembaga Sandi Negara Nomor 0769/K/SK.1.003/99 Tahun 1999 tentang Tata Cara Ijin Melakukan Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Lembaga Sandi Negara, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 17 Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

10 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Lembaga Sandi Negara ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 8 Mei 2015 KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, DJOKO SETIADI Diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, YASONNA H. LAOLY