BAB I PENDAHULUAN. dapat dipertanggungjawabkan pemakainnya. Hubungan administrasi keuangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun perusahaan dalam penyelenggaraan kehidupan sehari-hari. Maju

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 11/900/2017 TENTANG

GUBERNUR JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

WALIKOTA SUKABUMI PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG :

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan asas desentralisasi serta otonomi fiskal maka daerah diberikan wewenang untuk

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAUSAHAAN KEUANGAN BENDAHARA WALIKOTA BLITAR,

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR 07 TAHUN 2009

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 3/900/2017 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan. Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 17/900/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 14 /900/2017 TENTANG

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dijadikan studi kasus adalah Dinas Pendapatan,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 7/900/2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan penyusunan dan pengesahan daftar isian laporan pelaksanaan anggaran,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 24/900/2017 TENTANG

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR :32/900/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 29/900/2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum.

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PRAKTIK KERJA LAPANGAN. 3.1 Gambaran Singkat dan Perkembangan Badan Kepegawaian Daerah

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 2/900/2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 9 PERATURAN BUPATI KERINCI

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 6/900/2017 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. program yang dapat melahirkan mahasiswa mahasiswa yang terampil,

BAB I PENDAHULUAN. negara/daerah dimulai dengan diterbitkannya 2 (dua) undang-undang yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 90 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Gambaran Umum Obyek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Boyolali

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan keuangan negara maka

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA. KEMENRISTEK-DIKTI. Pejabat Perbendaharaan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR : 28 /900/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. cukup signifikan dalam pelaksanaan APBN di Indonesia. Perubahan tersebut ditandai

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR :22 /900/2017 TENTANG

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2012 NOMOR 20 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.05/2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN DANA OPERASIONAL KHUSUS PENGAMANAN PENERIMAAN NEGARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. administratif diserahkan kepada Kementerian Negara/Lembaga (K/L), dan

PEMBUATAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ) PENGELUARAN

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008

PROSEDUR PEMBUKUAN DAN PENYUSUNAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENGELUARAN SKPD KECAMATAN BOJONGGEDE

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2010 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pencairan Dana

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan yang cukup kepada daerah. Semua sumber keuangan yang

9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 66 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

(LPSE) Jl. Sowi Gunung, Sowi. Manokwari Papua Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Perubahan ini

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

- 1 - Bupati Cirebon DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON,

[6.10.] PEMBUATAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ) PENGELUARAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1. Gambaran Umum Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. a. Sejarah singkat DPPKAD Kabupaten Boyolali

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

PROSEDUR PENGENDALIAN KEGIATAN DI DINAS PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA PEKANBARU

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK KOTA BIMA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Dalam pandangan penulis, pertanggungjawaban merupakan hal penting dalam pengelolaan keuangan daerah. Karena dalam penggunaan anggaran, harus dapat dipertanggungjawabkan pemakainnya. Hubungan administrasi keuangan dengan proses pertanggungjawaban bendahara pengeluaran adalah kegiatan pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah melalui tata usaha keuangan yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan berdasarkan prosedurprosedur tertentu yang dilakukan melalui proses kegiatan kerjasama sehingga proses pertanggungjawaban bendahara pengeluaran dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan pengelolaan keuangan negara, tugas dari bendahara pengeluaran adalah menerima, menyimpan,membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan seluruh penerimaan APBN. Dalam hal ini, penulis mengambil tema pengelolaan keuangan daerah yang merupakan bagian dari mata kuliah pengelolaan keuangan negara. Badan Kepegawaian Daerah merupakan Lembaga Teknis Daerah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik serta berkedudukan dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretariat Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 21 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56) dan sesuai Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 1

2 47 Tahun 2009, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan urusan bidang kepegawaian. Dalam menjalankan tugasnya, Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan dan Penempatan kebijakan teknis bidang kepegawaian; b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang kepegawaian daerah meliputi : kesekretariat, pengadaan dan informasi pegawai, mutasi dan administrasi kepegawaian, pengembangan karir, kesejahteraan dan disiplin; c. Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. (Sumber: Peraturan Daerah No 22 Tahun 2008) Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah yang akuntabel dan transparan, dilakukan penunjukan pengelolaan keuangan Daerah pada setiap awal tahun anggaran yang ada pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. Atas dasar Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Barat Nomor 900/Kep. 13- Keu/2014, Bendahara Pengeluaran ditunjuk untuk melaksanakan pengelolaan keuangan baik fungsional maupun administratif dengan mempertanggungjawabkan penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Dalam hal ini, Bendahara pengeluaran bertugas menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan seluruh penerimaan APBD pada setiap OPD. Bendahara pengeluaran berwenang untuk: 1. Mengajukan permintaan pembayaran, baik melalui mekanisme UP/GU/TU maupun LS; 2. Menrima dan menyimpan UP/GU/TU;

3 3. Melakukan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya; 4. Menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan; 5. Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK; 6. Mengembalikan dokumen pendukung SPP-LS yang diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap. (Sumber:Inspektorat, Sep 27, 2013, http://www.slideshare.net/inapurmini/tupoksi-bendahara) Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah, bendahara pengeluaran dibantu oleh beberapa Bendahara Pengeluaran Pembantu (BPP) pada masingmasing bidang. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada unit kerja SKPD. Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Sedangkan Kuasa Pengguna Anggara (KPA) adalah pejabat struktural yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran (PA) sebagai wakil untuk menatausahakan anggaran kegiatan yang dikelolanya sesuai dengan bidang-bidang yang ada di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. Karena jumlah disetiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) tidak sama jumlah perbidangnya. Pertanggungjawaban bendahara pengeluaran merupakan hasil akhir dari penatausahaan dan harus dipertanggungjawabkan oleh seorang bendahara kepada atasannya dalam mengelola keuangan daerah. Maka dari itu diperlukan sebuah pertanggungjawaban yang dilakukan secara sistematis di bidang keuangan

4 berdasarkan prosedur-prosedur tertentu yang dilakukan melalui proses kegiatan kerjasama, sehingga dapat memberikan informasi aktual di bidang keuangan. Pembuatan Pelaporan Pertanggungjawaban tersebut diketahui dan ditandatangani oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat selaku Pengguna Anggaran (PA), dan kemudian diserahkan ke Biro Keuangan Bagian Akuntansi Pelaporan. Pertanggungjawaban yang diserahkan ke Biro Keuangan Bagian Akuntansi Pelaporan adalah pertanggungjawaban fungsional. Dengan adanya pertanggungjawaban bendahara pengeluaran ini, maka setiap pengeluaran dana APBD yang dikelola oleh Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat sesuai dengan prinsip Pengelolaan Keuangan yaitu bahwa dalam rangka tertib administrasi dan akuntabilitas pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Sehingga anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang ada di Badan Kepegawaian Daerah dapat dipertanggungjawabkan kepada Kepala Daerah dalam hal ini Gubernur Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan uraian latar belakang penulisan diatas serta kondisi di lapangan, Penulis tertarik untuk mengembangkan uraian-uraian tersebut dalam laporan tugas akhir yang berjudul : Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran Pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat

5 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi permasalahan yang menjadi dasar pembahasan dalam penyusunan laporan tugas akhir, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat? 2. Apa saja hambatan yang dihadapi dalam Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat? 3. Apa saja upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat? 1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan 1.3.1 Maksud Penulisan Maksud Penulisan ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang objektif berkaitan dengan Proses Pertanggungjawaban Bulanan Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat untuk menyusun Laporan Tugas Akhir guna memenuhi salah satu syarat Ujian Sidang Program Diploma 3 Administrasi Keuangan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Bandung.

6 1.3.2 Tujuan Penulisan Di dalam setiap kegiatan yang dilakukan seseorang tentu mempunyai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Demikian pula dengan tujuan penelitian laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang di temukan di dalam Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penulisan Hasil dari Praktek Kerja Lapangan, dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu sebagai berikut: 1. Kegunaan Praktis a. Untuk Penulis Menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berkaitan dengan Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. Dan dapat dijadikan sebagai studi banding antara teori yang di dapatkan selama perkuliahan dengan praktek secara langsung di lapangan.

7 b. Untuk Instansi Praktek Kerja Sebagai bahan pertimbangan, memberikan kritik dan saran, serta pertanggungjawaban terhadap kinerja yang berkualitas dalam Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. 2. Kegunaan Akademik Untuk memberikan dan menambah sumber karya tulis terutama yang berkaitan dengan Proses Pertanggungjawaban Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. 1.5 Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data 1.5.1 Metode Penulisan Metode yang dilakukan dalam Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini adalah metode deskriptif yaitu metode penulisan yang bertujuan untuk mengembangkan dan menjelaskan situasi atau keadaan satu permasalahan yang sedang dihadapi dengan cara mengumpulkan dan menafsirkan untuk disusun serta dijelaskan guna memperoleh kesimpulan. Dalam Penyusunan laporan ini penulis menggunakan metode deskriptif dengan maksud menggambarkan dan menjelaskan tentang Proses Pertanggungjawaban Bulanan Bendahara Pengeluaran pada Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat.

8 1.5.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam meyusun laporan tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Studi Lapangan Studi Lapangan yaitu mengumpulkan data dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang meliputi kegiatan sebagai berikut : a Observasi Penulis melakukan observasi di tempat penulis melaksanakan PKL yaitu di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat dengan mencatat, meneliti dan mempelajari data atau fakta yang ada hubungannya dengan proses pertanggungjawaban bulanan bendahara pengeluaran. b Wawancara Pengumpulan data yang penulis lakukan dengan melalui wawancara yaitu melakukan tanya jawab kepada pegawai yang berwenang dari Sub Bagian Keuangan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. 2. Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan yang dilakukan penulis yaitu pengumpulan data yang secara relevan dan teoritis melalui buku-buku, yang berhubungan dengan proses penatausahaan bendahara pengeluaran anggaran belanja rutin, dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari sumber data yang digunakan, makalah dan buku digunakan sebagai pelengkap refrensi.

9 1.6 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Lokasi yang dijadikan tempat praktek kerja oleh penulis yaitu di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat Bandung pada Bagian Keuangan yang berada di JL. Ternate no 2 Bandung. Adapun lama waktu praktek kerja kurang lebih 50 hari sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu terhitung mulai dari tanggal 6 Januari 2014 sampai 14 Maret 2014, dengan ketentuan 5 hari kerja dari hari Senin sampai dengan hari Jumat. Sedangkan waktu kerja mulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB.

10 Tabel 1.1 Jadwal Penyusunan Laporan TAHUN 2014 AKTIVITAS BULAN November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Pengajuan Kerja Praktek Pelaksanan Kerja Praktek Pengumpulan Data Penyusunan dan Bimbingan Kerja Praktek Pengumpulan Laporan Kerja Praktek Sidang

11