BAB IV Metodologi Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V Hasil dan Pembahasan

TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung

IV. METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

BAB IV METODE PENELITIAN. menghasilkan 165 grid. Seperti terlihat pada Gambar 4.1.

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK (FES) UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR INDUSTRI DAN TRANSPORTASI DI WILAYAH KABUPATEN SIDOARJO

EVALUASI PERUBAHAN EMISI GAS NOX DAN SO 2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI DI KAMAL BANGKALAN AKIBAT PENGOPERASIAN JEMBATAN SURAMADU

EMISI KENDARAAN PADA RUAS JALAN PROVINSI DI JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

Analisa Pemanfaatan Vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau dalam Menyerap Emisi CO 2 Kendaraan Bermotor (Studi Kasus: Kecamatan Gresik)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

PENGARUH KEGIATAN CAR FREE DAY (CFD) DI KOTA PEKANBARU UNTUK PENGURANGAN EMISI KARBON DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Analisis Emisi Gas Rumah Kaca (CO2) Angkutan Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) di Jawa Timur

Prediksi Emisi Karbondioksida Dari Kegiatan Transportasi Di Kecamatan Tampan Febrian Maulana 1), Aryo Sasmita 2), Shinta Elystia 3)

Studi Kontribusi Kegiatan Transportasi Terhadap Emisi Karbon di Surabaya Bagian Timur. Oleh: Fitri Arini

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DARI SEKTOR TRANSPORTASI DI KOTA MALANG

ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KENAIKAN BAHAN BAKAR DAN EMISI CO2 PADA KENDARAAN AKIBAT DAMPAK PEMBANGUNAN UNDERPASS SIMPANG PATAL PALEMBANG

STUDI KONTRIBUSI KEGIATAN TRANSPORTASI TERHADAP EMISI KARBON DI SURABAYA BAGIAN BARAT Oleh : Wima Perdana Kusuma

Efisiensi Program Car Free Day Terhadap Penurunan Emisi Karbon

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan transportasi semakin lama semakin meningkat seiring

GREEN TRANSPORTATION

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian membantu peneliti dalam langkah-langkah memperoleh

KERUSAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUMBER TRANSPORTASI Iskandar Abubakar

CONTOH SOAL UJIAN SARINGAN MASUK (USM) IPA TERPADU Institut Teknologi Del (IT Del) Contoh Soal USM IT Del 1

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol. 6, No. 3 (2017)

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

JRSDD, Edisi Maret 2015, Vol. 3, No. 1, Hal:57-70 (ISSN: )

ANALISIS EMISI GAS BUANG AKIBAT MOBIL DI KAMPUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

198 JTM (S-1) Vol. 3, No. 2, April 2015:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Kampus Keputih-Sukolilo, Surabaya Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS AKHIR KARAKTERISTIK OPERASIONAL KENDARAAN RINGAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN FAKTOR EMISI SPESIFIK DARI SEKTOR TRANSPORTASI UNTUK ESTIMASI TAPAK KARBON DAN PEMETAANNYA DI KABUPATEN SUMENEP-JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JUNI 2016 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/08/18/Th. IV, 1 Agustus 2016

ANALISA BIAYA KEMACETAN DI BANDAR LAMPUNG

Muhimmatul Khoiroh 1), dan Alia Damayanti 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

dan crossing dengan Ramp TOL Waru Juanda, sehingga terdapat persimpangan seperti pada Gambar 1.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS KONDISI YANG MEMPENGARUHI PENCEMARAN UDARA DI JAKARTA

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 5, No 1 (2016)

INVENTARISASI EMISI SUMBER BERGERAK DI JALAN (ON ROAD) KOTA DENPASAR

Evaluasi Perubahan Emisi Gas NO x dan SO 2 dari Kegiatan Transportasi di Kamal-Bangkalan Akibat Pengoperasian Jembatan Suramadu

TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Bagi masyarakat, transportasi merupakan urat nadi kehidupan sehari-hari

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN TUGAS HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

2014, No Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Perat

PANDUAN PENGISIAN INVENTARISASI EMISI ONLINE

PERKEMBANGAN TRANSPORTASI DESEMBER 2016 PROVINSI LAMPUNG

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

III. METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan literature baik berupa buku buku transportasi, artikel, jurnal

BAB III METODOLOGI START PERSIAPAN SURVEI PENDAHULUAN PENGUMPULAN DATA ANALISA DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengamatan Lapangan. Operasional Bus Damri Trayek Perumnas Banyumanik - Johar. Pengumpulan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain.

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 20

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

Jalan Soekarno-Hatta Km. 09 Tondo, Palu 94118, Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2

BAB III METODELOGI III - 1

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. Kemacetan adalah situasi tersendatnya atau bahkan terhentinya lalu lintas

II.TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan menggunakan alat pengangkutan, baik yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN. ke tahun pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin meningkat. Hal ini

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR INVENTARISASI EMISI ONLINE

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Low Cost Green Car Terhadap Pendapatan Negara

EVALUASI INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) TERHADAP PEMBELIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) JENIS PERTALITE DI KOTA DEPOK THERESIA DAMAYANTI

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III METODOLOGI SURVEI. Sebelum pelaksanaan survai dilaksanakan, terlebih dahulu diadakan survai

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI SEPTEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/11/18/Th. III, 2 NOPEMBER 2015

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI APRIL 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/06/18/Th. VI, 2 Juni 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 14. Emisi Karbon Dioksida yang Dihasilkan dari Penggunaan Listrik

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI JANUARI 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/03/18/Th. V, 1 Maret 2017

BPS PROVINSI LAMPUNG PERKEMBANGAN TRANSPORTASI MARET 2017 PROVINSI LAMPUNG. No. 12/05/18/Th. V, 2 Mei 2017

ANALISIS BIAYA NGETEM ANGKUTAN UMUM DI DKI JAKARTA STUDI KASUS : LOKASI JAKARTA BARAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

Transkripsi:

32 BAB IV Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian tesis ini merupakan rangkaian proses yang dilakukan selama pengerjaan penelitian meliputi: tahapan pengambilan data, tahapan pengolahan dan analisa data, pembahasan sampai kepada pembuatan laporan akhir tesis. IV.1. Bagan Alir Metode Penelitian Pengerjaan laporan Tesis ini mengikuti alur yang digambarkan pada Bagan Alir Metode Penelitian (Gambar IV.1). Mulai Proses Administrasi, Studi Literatur Pengumpulan data Data Primer Data Sekunder Pengambilan Data Primer Lokasi: Ruas Jalan, terminal, lokasi servis kendaraan, SPBU di kota dan kabupaten Bandung Data VKT, BBM, Data Aktivitas Perjalanan Kendaraan Bermotor, Penjualan Harian BBM SPBU Pengambilan Data Sekunder Lokasi: SAMSAT, BPS Jabar dan Pertamina UPMS III Data Data Kuota BBM 2004-2006 Data jumlah kendaraan 2004-2006 Analisa dan Pembahasan 1. Penentuan Fuel Economy 2. Penentuan Faktor Emisi 3. Perhitungan Beban Emisi 4. Penentuan Konstributor Sumber Pencemar 5. Perbandingan hasil perhitungan menggunakan Jarak Tempuh dan konsumsi BBM Kesimpulan dan Saran Laporan Akhir Gambar IV.1. Bagan Alir Metode Penelitian

33 IV.3. Data Aktivitas Kendaraan IV.2.1. Tipe/Jenis Kendaraan Pengelompokkan jenis kendaraan bermotor mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh LPPM ITB (Lestari, 2005) dengan pembagian sebagai berikut : 1. angkutan penumpang : sedan, minibus, taksi, mikrolet dan jeep 2. angkutan ringan : pick up dan microbus 3. angkutan berat : bus dan truk 4. sepeda motor IV.2.2. Jarak Tempuh Kendaraan Dalam melakukan inventori emisi dari kendaraan bermotor, sudah lazim dilakukan penghitungan aktivitas kendaraan bermotor dalam bentuk Vehicle Distance Travelled (VKT) atau jarak tempuh kendaraan selama waktu tertentu (misalkan km/tahun). Jarak tempuh kendaraan ini dapat diperkirakan dengan berbagai cara diantaranya melalui kuisioner dan observasi langsung. IV.2.3. Konsumsi Bahan Bakar Konsumsi bahan bakar adalah jumlah bahan bakar yang dibutuhkan untuk tiap jarak tempuh pada waktu tertentu oleh suatu kendaraan. Total untuk konsumsi bahan bakar dari sektor transportasi dapat diketahui datanya, tetapi data konsumsi bahan bakar untuk tiap jenis kendaraan lebih sulit untuk diketahui. Data konsumsi yang digunakan dapat dalam bentuk kilogram (kg) atau liter (L) bahan bakar. IV.3. Metode Pengambilan Data Primer Pengambilan data primer dilakukan dengan menggunakan alat kuisioner serta survey langsung untuk validasi data yang diperoleh melalui kuisioner meliputi jarak tempuh angkutan umum dan komposisi penjualan bahan bakar di SPBU wilayah kota dan Kabupaten Bandung IV.3.1. Kebutuhan Data primer Data primer merupakan hasil perolehan langsung di lapangan meliputi :

34 a. Data perjalanan kendaraan (jarak tempuh dan konsumsi bahan bakar) dari kuisioner yang meliputi jenis kendaraan taksi, mikrolet, jeep, pickup, mikrobus, bus, truk dan sepeda motor b. Data perjalanan jenis kendaraan mikrolet (jarak trayek, waktu tempuh, kecepatan dan hambatan perjalanan) c. Data penjualan dan komposisi penggunaan bahan bakar di SPBU wilayah kota dan kabupaten Bandung IV.3.2. Lokasi Pengambilan Data Primer Pengambilan data meliputi data perjalanan untuk jenis kendaraan angkutan sedan, minibus, taksi, jeep, pickup, truk dan sepeda motor dilakukan secara random dengan menggunakan alat kuisioner meliputi wilayah kota dan kabupaten Bandung yang terbagi atas: a. Kota Bandung : Jl. Dago, Jl. H Juanda, Jl. Dipatiukur, Jl. Surapati, Jl. Supratman, Jl. Soekarno-Hatta, Jl. Asia Afrika, Jl. Geger Kalong b. Kabupaten Bandung : Lembang (sebelah utara kota Bandung), Cibiru dan Rancaekek (sebelah timur kota Bandung), Soreang dan Ciwidey (sebelah selatan kota Bandung) serta Padalarang dan Batu Jajar (sebelah barat kota Bandung) Lokasi pengambilan data untuk data perjalanan jenis kendaraan mikrolet, mikrobus dan bus, dilakukan secara random pada terminal pemberhentian angkutan transportasi dalam kota dan antar kota yang meliputi : a. terminal Leuwi Panjang b. terminal Tegalega c. terminal Cicaheum d. terminal Dago e. terminal Kebon Kalapa f. terminal Cileunyi g. terminal Lembang h. terminal Geger Kalong i. terminal Ledeng j. terminal DAMRI

35 Lokasi pengambilan data untuk data penjualan bahan bakar dilakukan pada Stasuin Pengisian Bahan Bakar (SPBU) yang terdapat di wilayah kota Bandung dan kabupaten Bandung IV.3.3. Jumlah Pengambilan Data Primer Tabel IV.1 berikut ini merupakan tabel jumlah pengambilan data yang meliputi data perjalanan kendaraan bermotor dan penjualan BBM pada stasiun pengisian bahan bakar di wilayah kota dan kabupaten Bandung. Penelitian inventori gas rumah kaca merupakan pengembangan dari penelitian inventori yang dilakukan sebelumnya oleh Endang Kurniawan (2005) terhadap polutan udara primer. Sampling data yang dilakukan bertujuan sebagai cross-check terhadap relevansi penggunaan data sebelumnya, seperti pada data mengenai jarak tempuh kendaraan. Contoh format kuisioner dapat di lihat pada lampiran A. Tabel IV.1 Jumlah Pengambilan Data Jenis Data Jumlah Jenis Data Jumlah SPBU Kota Bandung 46 Pick Up 50 SPBU Kab Bandung 38 Bus 38 Mikrolet 64 Truk 41 Jeep 30 Sepeda Motor 58 Mikrobus 44 Taksi 42 IV.4. Metode Pengambilan Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian sebelumnya atau merupakan hasil pendataan secara kontinu oleh suatu instansi. IV.4.1. Kebutuhan Data Sekunder Data sekunder merupakan data hasil penelitian atau survey yang pernah dilakukan sebelumnya meliputi :

36 a. Data jarak tempuh kendaraan angkutan penumpang pribadi seperti sedan, minibus dan jeep yang mengacu pada hasil penelitian inventori yang dilakukan oleh Kurniawan (2006) b. Data jumlah kendaraan bermotor yang diperoleh dari SAMSAT Bandung Timur untuk wilayah kota Bandung dan SAMSAT Padalarang dan Rancaekek untuk wilayah kabupaten Bandung c. Data kuota bahan bakar (premium dan solar) tahun 2004-2005 dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat d. Data kuota bahan bakar (premium dan solar) tahun 2006 dari Pertamina UPMS III Bandung e. Data faktor emisi CO 2 dan CH 4 kendaraan bermotor hasil penelitian Lestari (2005) Situs internet yang berkaitan dengan laporan penelitian mengenai faktor emisi kendaraan bermotor yang mengacu pada Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC). IV.4.2. Lokasi Pengambilan Data Sekunder Lokasi pengambilan data sekunder dilakukan pada instansi terkait seperti: SAMSAT Bandung Timur, SAMSAT Padalarang dan Rancaekek, Badan Pusat Statistik Jawa Barat dan Pertamina UPMS III Bandung IV.5. Fuel Economy (FE) Fuel economy merupakan besaran kebutuhan bahan bakar oleh suatu kendaraan dalam menempuh satuan jarak tertentu. Sebagai contoh, nilai fuel economy kendaraan jenis mikrolet adalah sebesar 6,81 km/l yang berarti bahwa untuk setiap 6,81 kilometer jarak tempuh dibutuhkan bahan bakar sebanyak 1 liter. Nilai fuel economy dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kondisi topografi, pola mengemudi, kondisi perjalanan serta kondisi perjalanan. Perolehan data tersebut dilakukan dengan kuisioner dan observasi lapangan secara random terhadap setiap pengelompokkan jenis kendaraan bermotor.

37 IV.6. Faktor Emisi Faktor emisi dapat didefinisikan sebagai emisi rata-rata polutan tertentu dari sumber tertentu pula yang besarnya relatif dengan unit aktivitas. Satuan yang digunakan dapat berupa g/km, g/l atau g/j. Nilai faktor emisi dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan nilai fuel economy kendaraan yang dikonversikan terhadap nilai faktor emisi yang mengacu pada Lestari (2005) untuk perhitungan dengan menggunakan pendekatan jarak tempuh kendaraan dan IPCC (1996) untuk perhitungan dengan menggunakan pendekatan konsumsi bahan bakar. Untuk sumber bergerak, faktor emisi dapat dinyatakan dalam unit : gram/kilometer (g/km), gram menyatakan banyaknya pencemar yang diemisikan, km menyatakan jarak tempuh kendaraan dalam waktu tertentu gram/kilogram (g/kg), gram menyatakan banyaknya pencemar yang diemisikan, kg menyatakan kuantitas bahan bakar yang digunakan gram/joule (g/j), gram menyatakan banyaknya pencemar yang diemisikan, joule menyatakan enegi yang digunakan Tabel IV.2-3 berikut ini merupakan data faktor emisi CO 2 dan CH 4 serta nilai fuel economy kendaraan bemotor menurut Lestari (2005) dan IPCC (1996). Tabel IV.2. Faktor Emisi CO 2 dan CH 4 Kendaraan Bermotor Menurut Lestari Fuel Economy CO 2 (g/km) CH 4 (g/km) Jenis (km/l) Kendaraan Premium Solar Premium Solar Premium Solar Angkutan Penumpang Angkutan Ringan Angkutan Berat Sedan Minibus Taksi Mikrolet Jeep Pick up Mikrobus Bus Truk 8.2 9 9.1 8.4 8 8.3 7.4-4.4 10.3 9.2 9.1 7.2 7.64 8.4 5.9 4 5.3 297.5 270.5 268.5 291 318.5 293.5 329-539 257 286 291 366 345 314 497 859 582 0.076 0.069 0.068 0.074 0.074 0.071 0.08-0.1 0.007 0.005 0.008 0.006 0.006 0.005 0.009 0.066 0.045 Sepeda Motor 22.3-112 - 0.175 - Sumber : Lestari, 2005

38 Tabel IV.3. Faktor Emisi CO 2 dan CH 4 Kendaraan Bermotor Menurut IPCC Unit Tipe / Jenis Kendaraan CO 2 CH 4 g/km g/kg fuel g/km g/kg fuel Gasoline Passanger Car Light-Duty Gasoline Trucks Heavy-Duty Gasoline Vehicles Diesel Passanger Cars Light-Duty Diesel Trucks Heavy Duty Diesel Vehicles Motorcycle LEVT; FE 8.5 km/l TWCC; FE 8.3 km/l ETWC; FE 8.0 km/l OC FE; 6.2 km/l NCC; FE 4.5 km/l Uncontrolled; FE 4.7 km/l LEVT; FE 6.0 km/l TWCC; FE 6.0 km/l ETWC; FE 4.8 km/l OC FE; 4.8 km/l NC; FE 4.0 km/l Uncontrolled; FE 4.1 km/l TWCC; FE 2.3 km/l NCC; FE 2.3 km/l Uncontrolled; FE 1.8 km/l AC; FE 10.0 km/l MC; FE 9.6 km/l Uncontrolled; FE 7.5 km/l AC; FE 7.2 km/l MC; FE 7.2 km/l Uncontrolled; FE 5.7 km/l AC; FE 2.4 km/l MC; FE 2.4 km/l Uncontrolled; FE 2.2 km/l NCC; FE10.8 km/l Uncontrolled; FE 8.9 km/l Sumber : IPCC Guideline, 1996 Notes : LEVT (Low-Emission Vehicle Technology) TWCC (Three-Way Catalyst Control) ETWC (Early Three-Way Catalyst) OC (Oxidation Catalyst) NC (Non-Catalyst) NCC (Non-Catalyst Control) AC (Advance Control) MC (Moderate Control) 280 285 298 383 531 506 396 396 396 498 601 579 1017 1036 1320 237 248 319 330 331 415 987 1011 1097 219 266 0.02-0.03 0.03 0.03-0.05 0.06-0.08 0.11-0.13 0.13-0.14 0.02-0.04 0.03-0.04 0.06-0.08 0.08-0.10 0.13-0.15 0.13-0.14 0.07-0.08 0.12-0.13 0.25-0.29 0.04 0.05 0.06 0.13 0.26 0.25-0.38 0.28-0.39 0.37-0.48 0.50-0.63 0.65-0.75 0.82-0.90 0.18-0.29 0.21-0.30 0.47-0.63 0.52-0.66 0.69-0.80 0.71-0.79 0.21-0.24 0.36-0.41 0.61-0.70 0.06 0.08 0.12 0.08 0.08 0.10 0.14 0.16 0.18 1.83 3.13

39 IV.7. Perhitungan Nilai Beban Emisi Secara umum pehitungan emisi dari sektor transportasi mengikuti persamaan sebagai berikut: Emisi = ( FE abcd Aktivitas abcd ) abcd Emisi : Total emisi dari transportasi Faktor Emisi : Massa per unit aktivitas Aktivitas : Rata-rata aktivitas (konsumsi bahan bakar atau jarak tempuh) a : Tipe bahan bakar (bensin, solar) b : Tipe kendaraan (sedan, minibus, taksi, dan sebagainya) c : Kontrol emisi d : Tipe jalan atau kecepatan kendaraan Rata-rata aktivitas yang digunakan dalam perhitungan dibedakan menjadi dua bagian yaitu berdasarkan jarak tempuh kendaraan dan konsumsi bahan bakar, dimana besaran aktivitas serta faktor emisi akan menentukan nilai beban emisi yang dihasilkan dalam periode waktu satu tahun. IV.7.1. Perhitungan Berdasarkan Pendekatan Jarak Tempuh Kendaraan Jarak tempuh kendaraan dimaksudkan untuk melihat jarak tempuh suatu jenis kendaraan dalam satuan waktu tertentu. Istilah Vehicles Kilometres Travel (VKT) dimaksudkan untuk mengetahui besar kilometer tempuh kendaraan dalam satuan waktu tertentu (hari/minggu/bulan/tahun). Perhitungan beban emisi berdasarkan pendekatan jarak tempuh kendaraan dilakukan dengan menghitung besar emisi gas CO 2 dan CH 4 yang dihasilkan dari tiap jenis kendaraan berdasarkan besarnya jarak tempuh selama satu tahun. Pendekatan perhitungan beban emisi dengan menggunakan jarak tempuh kendaraan merupakan pengembangan konseptual model dengan basis Bottom-Up Primitives. Konsep perhitungan ini dimulai dari entitas yang paling sederhana yaitu data jarak tempuh untuk masing-masing unit kendaraan bermotor dengan merk yang berbeda yang nantinya dikelompokkan ke dalam jenis kendaraan yang sama sehingga diperoleh nilai VKT yang mewakili kelompok jenis kendaraan bermotor tersebut. Penentuan nilai jarak tempuh kendaraan (VKT) pada penelitian ini diperoleh berdasarkan data hasil survey lapangan meliputi jenis kendaraan taksi, mikrolet, jeep, pick up, mikrobus, bus,

40 truk dan sepeda motor. Sedangkan data jarak tempuh kendaraan untuk jenis sedan, minibus dan jeep berbahan bakar solar mengacu pada penelitian inventori yang dilakukan oleh Kurniawan (2006) Emisi = VKT ( km / tahun) FE ( gram / km) Gambar IV.2 berikut ini memperlihatkan alur perhitungan beban emisi dengan menggunakan pendekatan jarak tempuh kendaraan. Gambar IV.2 Bagan Perhitungan Beban Emisi dengan pendekatan VKT IV.7.2. Perhitungan Berdasarkan Pendekatan Konsumsi Bahan Bakar Perhitungan beban emisi dengan pendekatan konsumsi bahan bakar merupakan pengembangan konseptual model berbasis Top-Down Primitives. Pendekatan ini dimulai dengan suatu gambaran data tunggal dalam hal ini kuota bahan bakar minyak (premium dan solar) untuk wilayah kota dan kabupaten Bandung, yang kemudian dilakukan pemecahan data sehingga diperoleh besar penggunaan atau konsumsi bahan bakar minyak oleh tiap jenis kendaraan bermotor.

41 Nilai persentase penggunaan bahan bakar untuk tiap jenis kendaraan selain sepeda motor diperoleh dari perbandingan nilai kebutuhan bahan bakar berdasarkan data total nilai jarak tempuh dan fuel economy untuk tiap jenis kendaraan terhadap total jumlah bahan bakar dari keseluruhan kendaraan bermotor yang terdapat di kota dan kabupaten Bandung. Sedangkan nilai persentase kebutuhan atau penggunaan bahan bakar oleh kendaraan sepeda motor diperoleh berdasarkan survey yang dilakukan terhadap SPBU yang terdapat di kota dan kabupaten Bandung dengan melihat jumlah liter yang dikeluarkan per hari khusus untuk kendaraan sepeda motor. Data persentase kebutuhan BBM kemudian di olah berdasarkan kuota BBM yang terjual setiap tahun dari 2004-2006, sehingga diperoleh kebutuhan bahan bakar dalam satuan kiloliter (KL) untuk setiap jenis kendaraan di wilayah kota dan kabupaten Bandung. Perhitungan beban emisi berdasarkan pendekatan konsumsi bahan bakar dilakukan dengan mempertimbangkan besar konsumsi bahan bakar baik premium maupun solar yang digunakan atau dikonsumsi oleh tiap jenis kendaraan dalam kurun waktu satu tahun di kota dan kabupaten Bandung. Emisi = Konsumsi BBM ( liter / tahun) FE ( gram / kg BBM ) Gambar IV.3 berikut ini memperlihatkan alur perhitungan beban emisi dengan menggunakan pendekatan jarak tempuh kendaraan.

42 Gambar IV.3 Bagan Perhitungan Beban Emisi dengan pendekatan VKT IV.8. Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan data dalam penelitian ini, dilakukan dengan dua cara, yaitu perhitungan nilai beban emisi berdasarkan sumber dan jenis bahan bakar, serta analisa data hasil perhitungan. Analisa data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa analisa deskriptif yang memberikan gambaran sederhana dari hasil pengukuran yang dipresentasikan berupa grafik dan/atau tabulasi serta memaparkan perbandingan hasil pengukuran berdasarkan pendekatan jarak tempuh kendaraan (VKT) dan konsumsi bahan bakar (BBM). IV.9. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2006 sampai November 2007. Lama waktu penelitian meliputi tahapan pra-penelitian, survey lapangan, pengolahan data sampai pada pembuatan laporan tesis. Tempat dan wilayah studi yang diamati adalah kota dan kabupaten Bandung.