harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan

dokumen-dokumen yang mirip
a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

ELEMEN STRUKTUR TARIK

Komponen Struktur Tarik

Struktur Baja 2. Kolom

KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member)

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

II. KONSEP DESAIN. A. Pembebanan Beban pada struktur dapat berupa gaya atau deformasi sebagai pengaruh temperatur atau penurunan.

DESAIN BALOK SILANG STRUKTUR GEDUNG BAJA BERTINGKAT ENAM

PERBANDINGAN PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU DENGAN BAUT DAN PAKU BERDASARKAN PKKI 1961 NI-5 DAN SNI 7973:2013

BAHAN KULIAH STRUKTUR BAJA 1. Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik dan Informatika Undiknas University

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Baut.

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nyata baik dalam tegangan maupun dalam kompresi sebelum terjadi kegagalan

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BAJA BERDASARKAN TATA CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG (SNI ) MENGGUNAKAN MATLAB

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri ke dalam tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rangka (framed structure), di mana elemen elemennya kemungkinan

Sambungan diperlukan jika

KAJIAN FAKTOR REDUKSI U (SHEAR LAG FACTOR) PADA KOMPONEN STRUKTUR YANG MEMIKUL GAYA AKSIAL (Studi Literatur) RANGGA PUTRA ANGKOLA SIAGIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

MODUL PERKULIAHAN. Struktur Baja 1. Batang Tarik #1

PERENCANAAN PORTAL BAJA 4 LANTAI DENGAN METODE PLASTISITAS DAN DIBANDINGKAN DENGAN METODE LRFD

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan tinggi berkaitan erat dengan masalah kota, Permasalahan kota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu konstruksi tersusun atas bagian-bagian tunggal yang digabung membentuk

MODUL 3 STRUKTUR BAJA 1. Batang Tarik (Tension Member) Dosen Pengasuh : Ir. Thamrin Nasution

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bawahnya dari panas,hujan, angin, dan benda-benda lain yang bisa

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

ANALISIS SAMBUNGAN ANTARA RIGID CONNECTION DAN SEMI-RIGID CONNECTION PADA SAMBUNGAN BALOK DAN KOLOM PORTAL BAJA

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

PERENCANAAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS PADA KOMPONEN BALOK KOLOM DAN SAMBUNGAN STRUKTUR BAJA GEDUNG BPJN XI

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

STUDI EKSPERIMENTAL DAN ANALITIS KAPASITAS SAMBUNGAN BAJA BATANG TARIK DENGAN TIPE KEGAGALAN GESER BAUT

BAB I PENDAHULUAN. Pada suatu konstruksi bangunan, tidak terlepas dari elemen-elemen seperti

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC LRFD 1999

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

MODUL STRUKTUR BAJA II 4 BATANG TEKAN METODE ASD

SAMBUNGAN DALAM STRUKTUR BAJA

Kuliah ke-6. UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI FAKULTAS TEKNIK Jalan Sudirman No. 629 Palembang Telp: , Fax:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA SAMBUNGAN BATANG TARIK STRUKTUR BAJA DENGAN METODE ASD DAN METODE LRFD

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Filosofi Desain Struktur Baja

BAB I PENDAHULUAN. bersifat monolit (menyatu secara kaku). Lain halnya dengan konstruksi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Las Pertemuan - 14

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan struktur yang kuat, aman dan murah. Baja adalah salah satu

T I N J A U A N P U S T A K A

TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF PENGGUNAAN HONEYCOMB DAN SISTEM RANGKA BATANG PADA STRUKTUR BAJA BENTANG PANJANG PROYEK WAREHOUSE

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN ELEMEN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN SNI 1729:2015

KAJIAN FAKTOR REDUKSI U (SHEAR LAG FACTOR) PADA KOMPONEN STRUKTUR YANG MEMIKUL GAYA AKSIAL (STUDI LITERATUR) RANGGA PUTRA ANGKOLA SIAGIAN

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

BAB I PENDAHULUAN. tanah, dan batu digunakan langsung sebagai bahan utama pembuatan bangunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

DAFTAR ISI. LEMBAR JUDUL... i KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... iii. DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK...

2- ELEMEN STRUKTUR KOMPOSIT

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DAN TANPA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI. ur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor N u harus memenuhi : N u. N n... (3-1)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BEARING STRESS PADA BASEPLATE DENGAN CARA TEORITIS DIBANDINGKAN DENGAN PROGRAM SIMULASI ANSYS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN...

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan telah mempermudah manusia untuk melakukan pekerjaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat diramalkan kapan terjadi dan berapa besarnya, serta akan menimbulkan

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG Batang-batang struktur baik kolom maupun balok harus memiliki kekuatan, kekakuan dan ketahanan yang cukup sehingga dapat berfungsi selama umur layanan struktur tersebut. Dalam mendesain batang tarik yaitu balok baja harus memberikan keamanan dan menyediakan cadangan kekuatan yang diperlukan untuk menanggung beban layanan, yaitu balok harus memiliki kemampuan terhadap kemungkinan kelebihan beban (overload) atau kekurangan kekuatan (understrength). Kelebihan beban dapat terjadi akibat perubahan fungsi balok, terlalu rendahnya taksiran atas efek-efek beban karena penyederhanaan yang berlebihan dalam analisis strukturnya, dan akibat variasi-variasi dalam prosedur konstruksinya. Dalam merencanakan suatu struktur baja untuk bangunan gedung, SNI 03-1729-2002 telah menjadi standar Indonesia dalam perencanaan saat ini. Dalam perencanaan struktur baja, ada tiga cara yang dapat digunakan. 1. Metode elastis (ASD = Allowable Stress Design) 2. Metode plastis (PD = Plastic Design) 3. Metode LRFD (Load and Resistance Factor Design) Di Indonesia, kebanyakan desain masih dilakukan dengan desain tegangan ijin menurut metode ASD (Allowable Stress Design). Metode ASD menitik beratkan pada beban layanan (beban kerja) dan tegangan yang dihitung secara elastis dengan cara membandingkan tegangan terhadap harga batas yang diizinkan.

Peraturan SNI 03-1729-2002 yang kita gunakan, yang sebelumnya menggunakan desain tegangan izin seperti metode ASD pada Peraturan Pembebanan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI 1983) terlihat memperbaharui metodenya dengan mengacu pada LRFD. Komponen struktur dengan rangka dua dimensi dan tiga dimensi hampir setengahnya merupakan komponen struktur tarik. Komponen struktur tarik juga dapat dilihat pada hubungan atau pada struktur yang tergantung. Komponen struktur tarik juga terlihat pada elemen pengaku yang menahan pengaruh gempa dan angin. Komponen struktur tarik baja didesain dengan memperhitungkan kemungkinan model kegagalan yang terjadi serta menggunakan kriteria beban yang sesuai agar aman digunakan. Tahanan nominal komponen struktur tarik dapat ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: (a) Leleh penampang pada daerah yang jauh dari hubungan (las) (b) Fraktur pada penampang efektif neto pada lubang-lubang baut di hubungan (las) (c) Keruntuhan blok geser (Shear Block) pada lubang-lubang baut di hubungan (las) a b c Gambar 1.1 Faktor penentu nilai tahanan nominal komponen struktur tarik

I. 2 PERMASALAHAN Untuk kasus (a) berlaku tahanan tarik nominal di mana F y adalah kuat leleh (MPa/(Kg/Cm 2 )) A g adalah luas penampang bruto (Cm 2 ) Untuk kasus (b) pada hubungan yang menggunakan baut maka senantiasa terjadi konsentrasi tegangan di sekitar lubang baut. Pada kasus (b) yang mana leleh terjadi secara lokal menyebabkan terjadinya fraktur pada luas penampang neto sehingga tahanan nominalnya adalah di mana F u adalah kuat tarik (MPa/(Kg/Cm 2 )) A e adalah luas penampang efektif (Cm 2 ) A e adalah luas penampang efektif yang diperoleh dengan sebelumya mengalikan luas neto penampang dengan faktor reduksi U akibat adanya eksentrisitas pada sambungan, sedemikian hingga didapat : di mana A e adalah luas penampang efektif (Cm 2 ) U adalah faktor reduksi (Shear Lag Factor) A n adalah luas neto penampang (Cm 2 ) Koefisien reduksi U untuk hubungan yang menggunakan baut atau paku keling diperoleh dari persamaan berikut: di mana adalah jarak dari titik berat panampang yang tersambung secara eksentris ke bidang pemindahan beban. l adalah panjang sambungan dalam arah gaya tarik, yaitu jarak antara dua buah baut yang terjauh pada suatu sambungan atau panjang las dalam arah gaya tarik.

Gambar 1.2 Penentuan letak nilai x Untuk hubungan dengan las. 1. Bila komponen struktur tarik dilas kepada pelat menggunakan las longitudinal di kedua sisinya, 2. Bila komponen struktur tarik dihubungkan menggunakan las transversal saja, 3. Bila komponen struktur tarik dihubungkan kepada baja bukan pelat menggunakan las longitudinal/transversal. Yang menjadi permasalahan pada tugas akhir ini adalah pada kasus (c) saat terjadinya suatu keruntuhan dimana mekanisme keruntuhannya merupakan kombinasi geser dan tarik, dan terjadi melewati lubang-lubang baut pada komponen struktur tarik dikenal dengan sebutan keruntuhan blok geser (Shear Block).

Keruntuhan jenis ini sering terjadi pada sambungan dengan baut terhadap pelat badan yang tipis pada komponen struktur tarik. Keruntuhan tersebut juga umum dijumpai pada sambungan pendek, yaitu sambungan yang menggunakan dua baut atau kurang pada garis searah dengan bekerjanya gaya. Gambar 1.3 Blok Geser Pengujian menunjukkan bahwa keruntuhan geser blok dapat dihitung dengan menjumlahkan tarik leleh (atau tarik fraktur) pada suatu irisan dengan tahanan geser fraktur (atau geser leleh) pada bidang lainnya yang saling tegak lurus. Tahanan tarik blok geser nominal ditentukan oleh persamaan berikut ini, dengan fraktur mendahului leleh atau rasio fraktur/leleh terbesar. (a) Dimana (fraktur) (leleh).(b) Dimana (leleh) > (fraktur) Nilai Ø = 0.75 A gv adalah luas penampang yang berhubungan dengan geser A gt adalah luas penampang yang berhubungan dengan tarik A nv adalah luas neto penampang yang berhubungan dengan geser A nt adalah luas neto penampang yang berhubungan dengan tarik

Madugula dan Mohan (1999) memperlihatkan hasil percobaan yang dilakukan pada sudut sebuah batang tarik eksentris. Mereka memperlihatkan 13 kegagalan blok geser dari 61 sudut yang di uji coba. Mereka menyimpulkan bahwa kegagalan blok geser terjadi pada sudut batang tarik yang eksentris. Pada tahun 1990-1992 sebuah hasil penelitian dipublikasikan dari percobaan untuk sambungan baut dengan gaya tarik pada sudut struktural (Adidam,1990; Epstein and Adidam,1991; Eipstein, 1992). Mereka menyimpulkan bahwa faktor keamanan pada AISC ASD dan LRFD yang ada tidak cukup memadai untuk kegagalan blok geser pada struktur. Kemudian, dengan semakin bertambah luasnya daerah kaki sambungan, maka besarnya eksentrisitas akan bertambah dan mengurangi kekuatan dari komponen tersebut. Howard I. Epstein dan Christopher L. D Auito juga menawarkan sebuah persamaan analitis yang dapat digunakan dalam perhitungan komponen struktur baja yang mengalami gaya tarik aksial, dan dinilai lebih konservatif. Dengan demikian, melalui tugas akhir ini dapat dilakukan kajian terhadap faktor reduksi U dengan memperhitungkan komponen komponen lainnya yang berperan dalam menghasilkan perhitungan blok geser yang dapat lebih efektif digunakan dalam perencanaan struktur baja terutama pada sambungan. I. 3 MANFAAT DAN TUJUAN Dalam tugas akhir ini, penulis bertujuan untuk melakukan kajian terhadap faktor reduksi U yang terdapat pada peraturan SNI 03-1729-2002 khususnya pada pembahasan komponen struktur yang mengalami gaya tarik aksial pada kondisi blok geser (Shear Block). Sehingga nantinya diharapkan mendapat kesimpulan perumusan perhitungan yang baru dan lebih efektif untuk digunakan

dalam perhitungan kuat tarik rencana pada komponen struktur yang mengalami kegagalan pada kondisi blok geser (Shear Block). I. 4 PEMBATASAN MASALAH Adapun pembatasan masalah yang diambil untuk pengerjaan tugas akhir ini adalah: 1. Kajian faktor U yang dilakukan adalah pada saat komponen struktur baja mengalami keadaan keruntuhan blok geser (Shear Block). 2. Menggunakan peraturan SNI 03-1729-2002 Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung dan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) tahun 1983. 3. Perhitungan yang dilakukan menggunakan model struktur sebagai berikut: P 4. Penampang adalah profil T-beam dengan perbandingan tertentu antara tinggi dan lebar profil dan tebal badan dan tebal sayap profil 5. Baut yang digunakan adalah baut mutu tinggi untuk sambungan pelat. 6. Analisa regangan tidak ditinjau 7. Pengaruh komposisi bahan, temperatur, kecepatan regang bahan dan residual stress tidak ditinjau

I. 5 METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah dengan studi literatur yang berasal dari berbagai sumber seperti buku, jurnal-jurnal ilmiah. Selain itu juga akan dilakukan perhitungan secara analitis. I. 6 SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan tugas akhir ini, maka isi dari tugas akhir ini dapat diuraikan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang, permasalahan, manfaat dan tujuan, metodologi penulisan dan sistermatika penulisan. BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN, terdiri dari penjelasan umum mengenai struktur baja, komponen yang mengalami gaya tarik aksial, sambungan baja. BAB III : PEMBAHASAN MASALAH, terdiri dari prinsip umum terjadinya shear block (blok geser), kajian mengenai faktor U beserta faktorfaktor yang mempengaruhi adanya nilai faktor U yang terdapat pada peraturan yang digunakan. BAB IV BAB V : APLIKASI : KESIMPULAN DAN SARAN, terdiri dari kesimpulan dan saran.