EFEKTIFITAS PIJAT TUI NA DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN PADA BALITA DI RW 02 KELURAHAN WONOKROMO SURABAYA. Annif Munjidah

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA TULIS ILMIAH EFEKTIFITAS PIJAT TUI NA DALAM MENINGKATKAN NAFSU MAKAN PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI BPM MA RIFATUN M.

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada bayi dan anak, makan merupakan kegiatan natural yang terjadi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

GAMBARAN PENYEBAB KESULITAN MAKAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 3-5 TAHUN DI PERUMAHAN TOP AMIN MULYA JAKABARING PALEMBANG TAHUN 2009

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

NURJANNAH NIM

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-3 TAHUN DI POSYANDU TERATAI I DESA BANGUNJIWO TAHUN 2015

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

STUDI BERAT BADAN ANAK BALITA SETELAH DILAKUKAN PIJAT TUINA DI POSYANDU DUSUN KEDUNG KLINTER DESA CANGGU KECAMATAN JETIS KABUPATEN MOJOKERTO

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

PENGARUH PIJAT BAYI TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI USIA 3 4 BULAN DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASUPAN PRODUK PANGAN ASAL HEWAN PADA BAYI

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

STATUS GIZI DAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA SATU SAMPAI LIMA TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2012

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Seimbang dengan Status Gizi Balita (1-5 tahun) (Di Desa Sumurgeneng Wilayah Kerja Puskesmas Jenu-Tuban)

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

Catur Saptaning Wilujeng*, Yuseva Sariati**, Ranthy Pratiwi** Abstrak

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

Key word: motorik development, nutrition status, children age 1-3 years old. Kata Kunci: Perkembangan Motorik, Status Gizi, Anak usia 1-3 tahun

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

: DESI SETIYANI J

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

RUTINITAS PIJAT BAYI DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN DAN PERKEMBANGAN PADA BAYI USIA 3-12 BULAN

FREKUENSI KUNJUNGAN SOLUS PER AQUA (SPA) BAYI KAITANNYA DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL ANAK DENGAN JENIS APE YANG DIBERIKAN PADA ANAK USIA 1-12 BULAN. Ihda Mauliyah ABSTRAK

PEMBERIAN STIMULUS TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 3 5 TAHUN GIVING STIMULUS OF CHILDREN DEVELOPMENT AGES 3-5 YEARS OLD ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

Mia Setiawati 1, Nunung Mulyani 2, Helmi Diana 2 ABSTRAK

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI POSYANDU MEKARSARI KROYO KARANGMALANG SRAGEN

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi. Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan. salah satunya adalah kebutuhan nutrisi (BAPPENAS, 2011).

HUBUNGAN ANTARA POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BATITA DI DESA BOJA KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

MANFAAT PEMBERIAN PERMAINAN EDUKATIF TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK PADA BALITA

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN GIZI ANAK DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Transkripsi:

EFEKTIFITAS PIJAT TUI NA DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN PADA BALITA DI RW 02 KELURAHAN WONOKROMO SURABAYA Annif Munjidah Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Jl. Smea No. 57 Surabaya Email: annifmunjidah@unusa.ac.id Abtract: The Effectivity of Tui Na massage to overcome feeding difficulties in infants in RW 02 of Wonokromo District Surabaya. The children s growth and development depends on the fulfillment of nutrients. Some problems which often occur in the fulfillment of nutrient are feeding difficulty in infants which can cause growth interference or stunting. The common cause of feeding difficulty in infants is divided into 3 factors, such as loss of appetite, impaired gastrointestinal function, and disruption of eating process of oral motor. To overcome feeding difficulty can be done through pharmacology or non pharmacology. The efforts of pharmacology way such as by giving miltivitamin, and another micronutrient. While non pharmacology way such as through drink herbal / herbs, massage, acupressure, and acupuncture. This study aims to analyze the effectivity of Tui Na massage in overcome feeding difficulty in infants. This was an observational analytic with crosssectional approach. The population used was all mothers and infants who are living in RW 02 Wonokromo District Surabaya as 27 people. The sample used is mostly mothers and the infants who were living in RW 02 of Wonokromo District Surabaya was 23 people. Its used a simple random sampling. The data were analyzed by Chi Square test with significant value alpha = 0.05. The results showed that the p value 0.009 < α 0.05. Tui Na massage is effective to overcome feeding difficulty in infants in RW 02 Wonokromo District Surabaya. The conclusions of this study is the more routine Tui Na massage is done, the easier way to overcome feeding difficulty. It is expected that the infant s mother are capable and routine to apply this massage Abstrak: Efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita di. Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat bergantung pada pemenuhan nutrisi. Beberapa masalah yang sering terjadi dalam pemenuhan nutrisi yakni kesulitan makan pada balita yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang atau stunting. Penyebab umum kesulitan makan pada bayi dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilangnya nafsu makan, gangguan fungsi saluran cerna, dan gangguan proses makan atau gangguan oral motor. Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun non farmakologi. Upaya dengan farmakologi antara lain dengan pemberian miltivitamin, dan micronutrien lainnya. Sedangkan non farmakologi antara lain melalui minuman herbal / jamu, pijat, akupresur, dan akupunktur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita. Penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan adalah semua ibu dan balita yang ada di sebesar 27 orang dan sampel yang digunakan adalah sebagian ibu dan balita yang ada di RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Besar sampel 23 orang. Menggunakan simple random sampling. Analisis data melalui uji Chi Square dengan nilai kemaknaan alpha 0,05. Hasil penelitian menunjukkan nilai p 0,009 < α 0,05. Pijat Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan 193

Munjidah: Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di 194 makan pada balita di. Simpulan dari penelitian ini semakin rutin pijat Tui Na dilakukan, maka kesulitan makan pada balita akan teratasi. Diharapkan agar ibu balita mampu dan rutin menerapkan pijat ini. Kata kunci : pijat Tui Na, kesulitan makan PENDAHULUAN Setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dengan normal. Pertumbuhan ( growth) yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik /retensi kalsium dan nitrogen tubuh. (Soetjiningsih, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan anak sangat bergantung pada pemenuhan nutrisi. Beberapa masalah yang sering terjadi yakni kesulitan makan pada balita yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan tumbuh kembang, antara lain: daya tahan tubuh menurun, gangguan tidur, gangguan keseimbangan dan koordinasi, juga anak menjadi agresif, impulsif dan stunting. Di Indonesia dari 23 juta balita, sekitar 7,6 juta anak balita tergolong gagal tumbuh atau stunting (35,6%) yang terdiri dari 18,5% balita sangat pendek dan 17,1% balita pendek. Angka prevalensi ini diatas ambang batas yang disepakati secara universal, batas non public health problem yang ditolerir oleh badan kesehatan dunia (WHO) hanya 20% atau seperlima dari jumlah total balita di suatu negara. Lebih dari sepertiga (36.1%) anak Indonesia tergolong pendek ketika memasuki usia sekolah, Prevalensi anak pendek ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia, baik pada anak lakilaki maupun perempuan (Depkes RI, 2010). Anak dengan stunting beresiko memiliki IQ 5-10 poin lebih rendah dibanding dengan anak yang normal (Yenni Puspita. 2015). Stunting terjadi akibat kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun pertama kehidupan seorang anak ( Yenni Puspita. 2015). Anak-anak yang mengalami stunting disebabkan kurangnya asupan makanan dan penyakit yang berulang terutama penyakit infeksi yang dapat meningkatkan kebutuhan metabolik serta mengurangi nafsu makan anak (Yenni Puspita, 2015) Gejala kesulitan makan dijumpai pada usia anak sebesar 25%, jumlah tersebut akan meningkat sekitar 40-70% pada anak. Hal ini juga yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua. Kesulitan makan sering dialami oleh anak terutama rentang usi 1-3 tahun yang disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya makan pada makanan yang disukai atau bahkan sulit makan, seringkali hal ini dianggap wajar namun keadaan sulit makan yang berkepanjangan akan menimbulkan masalah pada pertumbuhan dan perkembangan anak. (Afiani L. Ika dkk, 2003). Demikian juga penelitian Joko Widodo di Jakarta tahun 2010 yang menyebutkan pada anak pra sekolah usia 2-3 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan. Secara umum penyebab umum kesulitan makan pada bayi dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah hilangnya nafsu makan, gangguan fungsi saluran cerna, dan gangguan proses makan atau gangguan oral motor. (Joko Widodo, 2012). Gangguan fungsi limpa dan pencernaan menjadi penyebab paling dominan pada anak dengan kesulitan makan. Gangguan fungsi saluran cerna kronis seperti alergi makanan, intoleransi makanan, penyakit coeliac. Reaksi simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama 194

195 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199 gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan. (Rita Yulia, 2012). Beberapa indikator tanda kesulitan makan pada balita yakni: kesulitan mengunyah, menghisap, menelan, memuntahkan atau menyemburkan makanan yang sudah masuk di mulut, memainkan makanan atau makan berlama-lama, sama sekali tidak mau memasukkan makanan kedalam mulut atau menutup rapat mulut, memuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan, tidak menyukai banyak variasi makanan, dan kebiasaan makan yang tidak biasa. (Joko Widodo. 2012) Upaya untuk mengatasi kesulitan makan dapat dilakukan dengan cara farmakologi maupun non farmakologi. Upaya dengan farmakologi antara lain dengan pemberian miltivitamin, dan micronutrien lainnya. Sedangkan non farmakologi antara lain melalui minuman herbal / jamu, pijat, akupresur, dan akupunktur (Wong, 2011). Pijat dan akupresur merupakan metode yang sudah lama ada, namun sangat jarang dilakukan dalam memberikan asuhan pada balita, di masyarakat anak hanya mendapatkan pijat saat baru lahir sampai usia 40 hari atau jika ada masalah otot lainnya. (Shoim, 2006) Saat ini kebanyakan orang tua mengatasi kesulitan makan anak sebatas pemberian multivitamin tanpa memperhatikan penyebab. Hal tersebut akan berdampak negatif jika diberikan dalam jangka waktu yang lama. Dewasa ini telah dikembangkan dari tehnik pijat bayi, yakni pijat Tui Na. Pijat ini dilakukan dengan tehnik pemijatan meluncur ( Effleurage atau Tui), memijat (Petrissage atau Nie), mengetuk (tapotement atau Da), gesekan, menarik, memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu sehingga akan mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan menekan tubuh pada bagian tubuh tertentu. Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan penekanan pada titik meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010). Akupresur memiliki sistem dan titik terapi yang cukup banyak, sehingga jika akupresur harus dilakukan di keseluruhan titik maka metode ini akan cukup sulit dilaksanakan oleh bidan ataupun keluarga pasien sebagai asuhan rutin pada anak balita, padahal pada dasarnya setiap titik pada metode akupresur memiliki fungsi tertentu sesuai kebutuhan fisik klien, sehingga akupresur dapat menjadi sangat mudah untuk dilakukan jika terpusat pada titik terkait yang sesuai dengan kebutuhan saja, misalnya pada Pijat Tui Na ini yang terbatas pada titik meridian tangan, kaki, perut dan pungung. Ketentuan pijat ini yakni 1 set terapi sama dengan1 x protokol terapi per hari, selama 6 hari berturut-turut, bila perlu mengulang terapi beri jeda 1-2 hari dan pijat salah satu sisi tangan saja, tidak perlu kedua sisi, jangan paksa anak makan karena akan menimbulkan trauma psikologis. berikan asupan makanan yang sehat, bergizi dan bervariasi (dr. Tiwi dan Reza, 2013) Hasil penelitian Zhen Huan Liu dan Li ting Cen di Guangzhou tahun 2009 menyebutkan bahwa pijat Tui na berpengaruh positif terhadap perkembangan syaraf dan peredaran darah pada bayi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Mehta (2002) didapatkan bahwa akupresur pada titik meridian tertentu dapat memperlancar aliran darah ke pencernaan Berdasarkan hal tersebut peneliti perlu mengkaji lebih lanjut efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan pada balita, dengan tetap mengedepankan keamanan dan asuhan sayang anak.

Munjidah: Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di 196 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan meneliti efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan anak. Populasi yang digunakan adalah semua ibu dan balita yang ada di sebesar 27 orang dan sampel yang digunakan adalah sebagian ibu dan balita yang ada di RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Besar sampel 23 orang. Menggunakan simple random sampling. analisis data menggunakan Chi Square dengan nilai kemaknaan alpha 0,05 Pengumpulan data secara langsung menggunakan insrumen lembar kuesioner tentang tanda-tanda kesulitan makan pada balita. Sedangkan untuk variabel pijat Tui Na yakni perlakuan pijat pada anak selama 6 hari oleh orang tua Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di RW 02 Kelurahan Wonokromo Surabaya. Sedangkan waktu pelaksanaannya dilakukan pada bulan April-Juli 2015 Uji Korelasi Chi Square dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS 17 HASIL Penelitian ini telah dilakukan di RW 02 Kelurahan Wonokromo. Dimana lokasi penelitian berjarak kurang lebih 1 KM dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Pelayanan kesehatan yang dekat dengan tempat penelitian yaitu Puskesmas Wonokromo, RS. Islam Surabaya. Kegiatan pelayanan kesehatan melalui posyandu di RW 02 juga terlaksana dengan baik. Setiap hari kamis minggu pertama setiap bulan selalu diadakan kegiatan posyandu yang melibatkan kader, petugas kesehatan dari puskesmas dan tidak jarang dosen dan mahasiswa Unusa terlibat dalam pengabdian masyarakat dan penelitian di acara posyandu tersebut. Pengumpulan data pada variabel pijat Tui Na dilakukan secara langsung, melalui pembagian kuisioner pada orang tua. Dengan ketentuan pijat dilakukan dengan rutin jika orang tua memberikan 1x protokol pijat yaitu 1x/hari yang meliputi 8 gerakan. Sedangkan untuk variabel kesulitan makan pada anak, pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu peneliti menyebarkan kuisioner berupa 8 indikator kesulitan makan pada balita 1. Distribusi responden berdasarkan usia Karakteristik Responden Menurut Usia Balita Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Balita Di RW 02 Kelurahan Wonokromo No Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%) 1 7 - < 36 bulan 13 56,5 2 36-59 bulan 10 43,5 Total 23 100 Sumber: data primer Juli 2015 Berdasarkan tabel 1 diatas, diketahui bahwa lebih dari separo responden (59%) berusia 7 s/d <36 bulan 2. Distribusi responden berdasarkan perlakukan pijat Tui Na Karakteristik responden berdasarkan perlakukan pijat Tui Na akan disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi perlakukan pijat Tui Na Di RW 02 Kelurahan Wonokromo No Pijat Frekuensi Persentase (%) 1 Rutin melakukan 8 34,8 2 Tidak rutin 15 65,2 melakukan Total 23 100 Sumber: data primer Juli 2015 196

197 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden (65,2%) tidak melakukan pijat Tui Na secara rutin 3. Distribusi responden berdasarkan tingkat kesulitan makan Karakteristik responden berdasarkan tingkat kesulitan makan akan disajikan dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2. Distribusi Frekuensi tingkat kesulitan makan Balita Di RW 02 Kelurahan Wonokromo No Tingkat Kesulitan makan Frekuensi Persentase (%) 1 Sulit 17 74 2 Tidak sulit 6 26 Total 23 100 Sumber: data primer Juli 2015 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden ( 74%) masih mengalami kesulitan makan 4. Efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan balita Berdasarkan hasil uji statistik, karena syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka peneliti menggunakan uji Exact fisher, didapatkan nilai signifikan p = 0,009 < α = 0,05. Maka Ho ditolak Artinya pijat Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan makan pada balita PEMBAHASAN 1. Pijat Tui Na Berdasarkan tabel 2 didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden (65,2%) tidak melakukan pijat Tui Na secara rutin. Dari 23 responden hanya 8 orang yang melakukan pijat secara rutin pada anak. Dikatakan rutin jika pijat dilakukan 1 set terapi sama dengan 1 x protokol terapi per hari, selama 6 hari berturut-turut meliputi 8 gerakan ( dr. tiwi dan Reza, 2013). Dikatakan tidak melakukan secara rutin jika tidak setiap hari melakukan atau dalam 1x protokol pijat tidak semua gerakan dilakukan, pada hasil penelitian menunjukkan sebesar 15 orang ( 65,2%) tidak melakukannya dengan rutin. Dari kuisioner yang disebar sebagian besar orang tua tidak melanjutkan pijatan sampai dengan selesai (8 gerakan). Saat melakukan gerakan yang kedua anak sudah tidak mau. Dan orang tua kesulitan dalam menyelesaikan pijatan sampai dengan selesai. Hal ini yang menyebabkan pijatan tidak masuk dalam kategori rutin. 2. Kesulitan makan pada balita Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden ( 74%) masih mengalami kesulitan makan. Jika dilihat dari mayoritas responden yakni pada tabel 1 bahwa usia responden paling banyak antara 7 bulan sampai < 36 bulan (56,5%). Hal ini sesuai teori bahwa kesulitan makan sering dialami oleh anak terutama rentang usi 1-3 tahun yang disebut juga usia food jag, yaitu anak hanya makan pada makanan yang disukai atau bahkan sulit makan (Afiani L. Ika dkk, 2003). Dikategorikan kesulitan makan jika ibu menjawab isian kuisioner lebih dari 2 tanda / indikator kesulitan makan. Beberapa indikator tanda kesulitan makan pada balita yakni: kesulitan mengunyah, menghisap, menelan, memuntahkan atau menyemburkan makana yang sudah masuk di mulut, memainkan makanan atau makan berlama-lama, sama sekali tidak mau memasukkan makanan kedalam mulut atau menutup rapat mulut, memnuntahkan atau menumpahkan makanan, menepis suapan, tidak menyukai banyak variasi makanan, dan kebiasaan makan yang tidak biasa. (Joko Widodo. 2012) c. Efektifitas pijat Tui Na dalam mengatasi kesulitan makan balita Hasil uji statistik melalui uji Chi Square tidak memenuhi syarat, sehingga peneliti menggunakan uji axact fisher,

Munjidah: Efektifitas Pijat Tui Na Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Balita Di 198 didapatkan nilai signifikan p 0,009 < α 0,05. Maka Ho ditolak Artinya pijat Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan makan pada balita. Pijat Tui Na ini dilakukan dengan tehnik pemijatan meluncur ( Effleurage atau Tui), memijat ( Petrissage atau Nie), mengetuk ( tapotement atau Da), gesekan, menarik, memutar, menggoyang, dan menggetarkan titik tertentu sehingga akan mempengaruhi aliran energi tubuh dengan memegang dan menekan tubuh pada bagian tubuh tertentu. Pijat Tui Na ini merupakan tehnik pijat yang lebih spesifik untuk mengatasi kesulitan makan pada balita dengan cara memperlancar peredaran darah pada limpa dan pencernaan, melalui modifikasi dari akupunktur tanpa jarum, teknik ini menggunakan tenik penekanan pada titik meridian tubuh atau garis aliran energi sehingga relatif lebih mudah dilakukan dibandingkan akupuntur (Sukanta, 2010). Penyebab tersering pada kasus kesulitan makan pada balita dikarenakan gangguan fungsi limpa dan pencernaan. Sehingga makanan yang masuk kedalam perut tidak segera dicerna, yang berakibat pada stagnasi makanan dalam saluran cerna, keluhan yang disampaikna orang tua pada masalah ini adalah anak sering muntah, mual jika disuapi, dan perut terasa penuh sehingga mengurangi nafsu makan atau bahkan tidak nafsu makan sama sekali. Pijat ini akan memperlancar peredaran darah ke limpa dan pencernaan, hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Zhen Huan Liu dan Li ting Cen di Guangzhou tahun 2009 menyebutkan bahwa pijat Tui na berpengaruh positif terhadap perkembangan syaraf dan peredaran darah pada bayi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Joko Widodo dkk (2012) didapatkan bahwa akupresur pada titik meridian tertentu dapat memperlancar aliran darah ke pencernaan SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar orang tua tidak melakukan secara rutin pijat Tui Na 2. Sebagian besar balita masih mengalami kesulitan makan 3. Pijat Tui Na efektif dalam mengatasi kesulitan makan pada balita DAFTAR RUJUKAN Depkes RI. 2010. Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang. Jakarta: UKK tumbuh Kembang dr. Tiwi dan Reza. Langkah Pijat Tui Na. https://www.youtube.com/watch?v= odctwlqgmzc Ika, Afiani L.dkk. 2003. Ramuan jamu cekok sebagai penyembuhan kurang nafsu makan pada anak. Jurnal Makara kesehatan, Vol. 7, No 1, Juni 2003. UGM: Yogyakarta Mehta, H. (2002). The Science and Benefits of Acupressure therapy. http://www.associatedcontent.com/a rticle. di akses tanggal 10 Mei 2015. Blog of Pasific collage of oriental medicine. Benefit of Tui Na massage.http://www.pacificcollege. edu/news/blog/2014/12/19/benefitstui-na-massage Puspita, Yenni. 2015. Faktor dan dampak stunting pada kehidupan balita. Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu. Word Press. Shoim, Muhammad dkk. 2006. Pengaruh pijat terhadap kenaikan berat badan bayi umur 4 bulan. Jurnal gizi klinik Indonesia. Vol 3 No 02. November 2006:67-70 Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang anak. Jakarta: EGC Sukanta, P. Okta. 2010. Akupressur & Minuman untuk Mengatasi Gangguan Kesehatan Reproduksi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sukanta, P. Okta. 2010. Pijat Akupresur Untuk Kesehatan. Penebar Plus. 198

199 Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol. 8, No. 2, Agustus 2015, hal 193-199 Jakarta Widodo, Joko. 2012. Edukasi dan konsultasi sulit makan dan gangguan kenaikan berat badan. Jakarta: Picky Eaters And Grow Up Clinik. http:// pickyeatersclinik.com akses 27 Mei 2015 jam 11.00 Wong, M. Fery. 2011. Panduan Lengkap Pijat. Jakarta: Penebar plus Yulia, Rita. 2012. Lebih sehat dengan akupresur dan pijat bayi. Jakarta: Salemba Medika Zhen Huan Liu., Li-ting Cen. 2011. Effect Tui Na On Neurodevelopment in Premature Infant. Journal of Acupuncture and Tuina Science. Vol. 11, Issue 1, pp7-12. Shanghai Research Institute of Acupuncture and Mer