RANGKUMAN KESEPAKATAN DALAM KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS.

dokumen-dokumen yang mirip
KERANGKA ACUAN PERESMIAN KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DAN PERESMIAN SMS SIJARIBUNDA DI KABUPATEN BOGOR

PERJANJIAN KERJASAMA

Instrumen 1: Pelayanan Jejaring Sistem Rujukan Vanguard Kegawat daruratan Ibu dan BBL (neonatal)

Daftar ISI Pendahuluan... 1 Dasar Hukum Manajemen Pendampingan... 7 Tim Manajemen Lintas Program Tingkat Provinsi... 9 POKJA Provinsi...

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Tercatat di WHO Angka Kematian Ibu di dunia tahun 2013 sebesar 210

BAB I PENDAHULUAN. indikator utama dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Menurut

PEDOMAN DAN TATA CARA PENGUATAN SISTEM RUJUKAN KEGAWATDARURATAN KIBBLA PENANGGUNG JAWAB. Kepala. Ruangan

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

Pedoman Teknis Pokja

Pemanfaatan Alat Pantau Kinerja Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Neonatal

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

PENGUATAN JEJARING SISTEM RUJUKAN GAWAT DARURAT MATERNAL DAN NEONATAL

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai komitmen internasional, yang dituangkan dalam Millennium

Pedoman Teknis Pembentukan dan Pendampingan POKJA EMAS

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

Oleh : dr. Johanes Don Bosco Do, M.Kes Kepala Dinas Kesehatan Kab. Ende

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan, persalinan, dan menyusukan anak merupakan proses alamiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

Pedoman Teknis Fasilitasi Maklumat Pelayanan untuk Fasilitas Pelayanan Emergensi Ibu dan Bayi Baru Lahir

Program Jaminan Kesehatan Nasional dan Angka Kematian Ibu di Kota Bogor (Studi Fenomena dan Dampak Kesehatan)

suplemen Informasi Jampersal

Mengembangkan Public Private Partnership untuk Menurunkan AKI-AKB

Juknis Operasional SPM

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran hasil konsepsi, plasenta dan selaput ketuban oleh ibu,

Oleh : Dr. MOCH. ISMAIL Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Disampaikan pada Pertemuan

Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pelayanan Medik. dr. Supriyantoro,Sp.P, MARS

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PEDOMAN AUDIT MATERIAL PERINATAL (AMP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

AUDIT MATERNAL PERINATAL. dr. H. Armyn Oesman, SPOG(K)

Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS)

BAB I PENDAHULUAN. hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, keguguran atau terminasi

PONED sebagai Strategi untuk Persalinan yang Aman

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Panduan Operasional. Sistem Jejaring Rujukan Kegawatdaruratan Ibu dan Bayi Baru Lahir Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Fasilitasi Pemantapan AMP

PENGUATAN PENGUKURAN KESEHATAN IBU HAMIL DAN BAYI BARU LAHIR UKURAN BERBASIS FASILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

PengalamanJabardalam PeningkatanKompetensiBidan. Alma lucyati

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. millenium (MDG s) nomor 5 yaitu mengenai kesehatan ibu. Adapun yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kepemimpinan Kadinkes Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Neonatus

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Prawirohardjo (2010; h. 55) kehamilan, persalinan, nifas,dan

Pedoman Teknis Fasilitasi Perjanjian Kerjasama Antar Fasilitas

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

EVALUASI PELAKSANAAN PELAYANAN OBSTETRI DAN NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI PUSKESMAS KARANG MALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dari 189 negara yang menyepakati

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan akibat langsung proses reproduksi

Puskesmas - Rumah Sakit. Panduan Operasional

Visi RS PONEK di Jawa Tengah. Sebuah Hipotesis dalam rangka usaha penurunan angka kematian Ibu

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

Pendekatan Kebijakan di Hulu ke Hilir. dr. Sitti Noor Zaenab, M. Kes

BAB III INDIKATOR PEMANTAUAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Banyaknya pemahaman yang berbeda mengenai good governance

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih

PENCAPAIAN SPM BIDANG KESEHATAN KABUPATEN/KOTA

PENYUSUNAN PERENCANAAN SOSIAL DAN BUDAYA Kegiatan Penyusunan Masterplan Kesehatan Kabupaten Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN. Tersusunnya laporan penerapan dan pencapaian SPM Tahun 2015 Bidang Kesehatan Kabupaten Klungkung.

PENCAPAIAN SPM KESEHATAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JATENG TAHUN

KATA PENGANTAR. Soreang, Februari 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANDUNG

Latar Belakang. Manfaat. a. Bagi Stakeholders/ Pengguna. - Meningkatnya peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap ibu hamil dan ibu nifas;

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat dan

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan yaitu asuhan kehamilan, pesalinan, bayi baru lahir, nifas

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 60 TAHUN 2017 TENTANG

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

KERANGKA ACUAN PELACAKAN KASUS KEMATIAN IBU/BAYI

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

a. 10 (dua belas) indikator memperoleh capaian > 100 %, b. 4(empat) indikator capaiannya < 100 %, yaitu 1).Cakupan Imunisasi dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sinergis dan terpadu untuk mempercepat penurunan AKI dan AKB di

Disampaikan pada Workshop Strategik Leadership & Learning Organization (SLLO), April 2012 Pra PIT HOGSI V Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 4 minggu sekali dari saat pemeriksaan

Pedoman Teknis Fasilitasi Perjanjian Kerjasama Antar Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama

Motivator KIA. Buku Saku. Edisi 1, September Motivator KIA 1

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat menetukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang

BAB I. PENDAHULUAN A.

Transkripsi:

RANGKUMAN KESEPAKATAN DALAM KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS. POKJA PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR KABUPATEN BOGOR BOGOR, 21 Juli 2016

I PENDAHULUAN Kabupaten Bogor, dengan jumlah penduduk 5,3 Jiwa, menempatkan kabupaten Bogor sebagai Kabupaten dengan jumlah penduduk terbesar di Jawa Barat (Pemda Kabupaten Bogor, 2014). Dan tahun 2015 terdapat 124.529 kelahiran hidup di kabupaten Bogor, sementara kematian Ibu di kabupaten Bogor pada tahun yang sama tercatat 69 ibu (Data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2015), kondisi ini menempatkan Kabupaten Bogor sebagai salah satu Kabupaten dengan jumlah kematian Ibu tertinggi di Jawa Barat, meskipun secara ratio AKI di Kabupaten Bogor adalah 55,41 per Seratus Ribu Kelahiran Hidup,jauh dibawah AKI secara Nasional. Kondisi tsb menjadi salah satu pertimbangan Kementerian Kesehatan RI dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, untuk menjadikan Kabupaten Bogor sebagai salah Kabupaten yang mendapatkan pendampingan Program EMAS dengan bantuan USAID. Pendampingan Program EMAS di Kabupaten Bogor dimaksudkan untuk mengembangkan model Program Penyelamatan Ibu dan Bayi baru lahir, yang akan dijadikan percontohan bagi Kabupaten/kota lainnya, khususnya di Wilayah Pembangunan 1, disamping Kabupaten Karawang, untuk wilayah pembangunan 2,Kabupaten Cirebon,untuk wilayah pembangunan 3 dan Kabupaten Bandung, untuk wilayah pembangunan 4. Pendampingan Program EMAS di Kabupaten Bogor dimulai tahun 2013, dan berakhir pada 30 Juni 2016, dalam kurun waktu tsb telah dilaksanakan pengembangan model Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir meliputi 3 komponen utama yaitu: 1. Peningkatan kulaitas Pelayanan klinis gawat darurat Ibu dan bayi baru lahir 2. Penguatan system rujukan yang efektif dan efisien serta berkeadilan 3. Penguatan akuntabilitas pelayanan public dalam Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Pendampingan Program EMAS tsb dilaksanakan pada 4 RSU Daerah (RSUD Ciawi, RSUD Cibinong, RSUD Leuwiliang dan RSUD Cileungsi), 1 RS Swasta (RS Sentosa), 9 Puskesmas PONED (Puskesmas Jasinga, Puskesmas Rumpin, Puskesmas Parung, Puskesmas Naringgul, Puskesmas Cileungsi, Puskesmas Tanjung sari, Puskesmas Cigombong, Puskesmas Ciomas, Puskesmas Cibungbulang) dan 1 Puskesmas DTP (Puskesmas Citeureup). Hasil pendampingan dalam kurun waktu tsb dapat sebagaiman tsb dalam bab berikutnya. Mengingat hasil pendampingan tsb, serta SE Gubernur Jawa Barat no 437/36/Yansos 2015, tanggal 18 Agustus 2015, tentang Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi baru Lahir di Provinsi Jawa Barat. Maka Tim Pokja Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor bersepakat, untuk melanjutkan program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir pasca Program EMAS dengan kegiatan kegiatan sebagaimana tsb pada Bab berikutnya.

II KONSEP PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS Konsep Pendampingan Program EMAS dibuat dan disepakati bersama antara Program EMAS,USAID, Kementerian Kesehatan RI, Dinas Kesehatan Provinsi dan Organisasi Profesi terkait. Dalam pelaksanaannya pendampingan Program EMAS dilaksanakan oleh 5 organisasi yang mendapatkan mandate, yaitu Jhpiego, afiliasi Johns Hopkins University, Rumah Sakit Budi Kemuliaan, Organisasi Islam Muhammadiyah, Save The Children dan Research Triangle Institute (RTI). Ke 5 organisasi tsb, melalui staf yang bekerja di Program EMAS Provinsi Jawa Barat, bekerjasama dgn DinasKesehatan Provinsi Jawa Barat, Pemda Provinsi Jawa Barat, Organisasi Profesi terkait di Provinsi Jawa Barat dan stakeholders lainnya yang tergabung dalam Tim Koordinasi Penyelamatan Ibu dan bayi baru lahir Provinsi Jawa Barat (SK Gubernur Jawa Barat no 441.8/Kep.1076-Dinkes/2014), memilih Kabupaten kabupaten dengan jumlah kematian Ibu dan bayi yang tinggi, serta memiliki sumberdaya yang cukup dan komitmen pemda setempat yang tinggi, untuk dijadikan sebagai Kabupaten percontohan yang akan mendapatkan pendampingan dari program EMAS, dimana salah satunya adalah Kabupaten Bogor. Kerangka Kerja Program EMAS dalam pendampingan adalah sbb: Penerapan Konsep tsb di Kabupaten Bogor dilaksanakan oleh seluruh staf terkait di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, RSUD di Kab Bogor, RS Swasta (RS Sentosa), Puskesmas PONED

jejaring yg terpilih, Pemda Kab Bogor, organisasi masyarakat sipil yg tergabung dalam Forum Masyarakat Madani (FMM). Penerapan Kegiatan pendampingan tsb dikoordinasikan oleh POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor, sesuai SK Bupati Kabupaten Bogor no 441.8/138/Kpts/Per-UU/2014, tentang Pembentukan kelompok Kerja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor. Pelaksanaan kegiatan sehari hari dilaksanakan dengan pendampingan Program EMAS Jawa Barat, melalui proses mentoring, yang salah satu hasil dari kegiatan tsb antara lain mendapatkan staf pada instansi terkait yang mampu untuk menjadi mentor dan mengembangkan pencapaian kegiatan pada fasilitas kesehatan lain di Kabupaten Bogor maupun diluar Kabupaten Bogor, dihasilkan Fasilitas Kesehatan yang siap menjadi model untuk percontohan, Forum Masyarakat Madani (FMM) yg terdiri dari berbagai organisasi masyarakat sipil terkait, dan Motivator KIA di Desa terpilih, serta berbagai regulasi terkait di Kabupaten Bogor dan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor, yang siap untuk terus mengawal dan mengembangkan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Bogor. Rencana tindaklanjut pasca Program EMAS yang disepakati dalam POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor adalah sebagaimana tsb dalam dokumen kesepakatan pertemuan POKJA Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir tanggal 21 Juni 2016 ini. III HASIL PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS DI KABUPATEN BOGOR Dalam kurun waktu 4 tahun pendampingan Program EMAS,Kabupaten Bogor telah memiliki 4 RSUD, 1 RS Swasta (RS Sentosa),9 Puskesmas PONED dan 1 Puskesmas DTP sebagai model kesatuan fasilitas jejaring rujukan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir yang terstandar dan siap untuk menjadi percontohan bagi fasilitas kesehatan lainnya di kabupaten Bogor, maupun Kabupaten/Kota lainnya. Dalam kurun waktu 4 tahun pendampingan Program EMAS, Kabupaten Bogor memiliki 42 orang Mentor Klinis, 21 Mentor System Rujukan, 27 Organisasi Masyarakat Sipil yang tergabung dalam FMM dan 86 Motivator kesehatan ibu dan Anak (MKIA). Mentor mentor tsb siap untuk mendampingi fasilitas kesehatan lainnya di Kabupaten Bogor, sehingga seluruh fasilitas kesehatan di Kabupaten Bogor dapat terstandar dan berjejaring sebagai satu jejaring rujukan pelayanan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Bogor maupun Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor.

Dalam kurun Waktu 4 tahun pendampingan Program EMAS: -- 17,828 Ibu telah mendapatkan manfaat pelayanan persalinan di fasilitas kesehatan yang didampingi oleh Program EMAS -- 8,613 kasus gawat darurat telah dirujuk melalui SiJariEmas -- 1.286 Ibu hamil telah didampingi oleh motivator KIA -- 1,764 tenaga kesehatan telah terdaftar SiJariEmas -- 5 R U M A H S A K I T siap menjadi model pelayanan gawat darurat maternal neonatal yang terstandar -- 9 P U S K E S M A S PONED siap menjadi model pelayanan gawat darurat maternal neonatal yang terstandar -- 1 Puskesmas DTP siap menjadi model pelayanan gawat darurat maternal neonatal yang terstandar -- 10 Kebijakan yang terkait dengan programpenyelamatan Ibu dan bayi baru Lahir telah diterbitkan -- Terdapat Call center yang siap beroperasi 24 jam, 7 hari dalam seminggu yang dioperasionalkan oleh 8 orang bidan, untuk menerima dan melanjutkan informasi gawat darurat kebidanan dan bayi baryu lahir. -- Rata-rata kinerja sistem rujukan : dari 60% menjadi 91% -- Rata-rata kinerja klinis rumah sakit : dari 34% menjadi 92% -- Rata-rata kinerja klinis puskesmas: dari 19% menjadi 84 Dalam satu tahun terakhir (2015-2016): 94% dari 209 kasus Pre-Eklampsia Berat atau Eklampsia di puskesmas sudah mendapat MgSO4 87% dari 836 kasus Pre-Eklampsia Berat atau Eklampsia di rumah sakit sudah mendapat MgSO4 98% dari 8.024 persalinan telah diberikan uterotonic pada kala tiga persalinan 63% dari 380 ibu melahirkan dengan usia kehamilan 24-34 minggu telah diberikan Antenatal Corticosteroids 78% dari 7.933 bayi baru lahir dilakukan IMD Dampaknya: Ratio kematian ibu terhadap persalinan: 0,57% (thn 2014) turun menjadi 0,56% (Thn 2015) Rate kematian bayi baru lahir ( 2000gr): 19 /1000 kelahiran hidup (thn 2014) turun menjadi 13 /1000 kelahiran hidup di thn 2015

IV KESEPAKATAN POKJA PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR KABUPATEN BOGOR DALAM KEBERLANJUTAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR Dalam pertemuan evaluasi dan rencana tindak lanjut Program Penyelamatan Ibu dan bayi baru lahir yang diadakan pada tanggal 21 Juni 2016 di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, disepakati bahwa: Kab Bogor sudah menunjukan upaya yang baik ( on tract ) dalam menurunkan AKI dan AKB sebagai Bagian dari Upaya peningkatan IPM Program EMAS telah melakukan pendampingan, sehingga Kab Bogor bisa memiliki fasilitas model pelayanan klinis gawat darurat maternal neonatal berkualitas, system rujukan maternal neonatal yang efektif dan efisien yang didukung oleh akuntabilitas publik. Tim Pokja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor menyepakati hal hal sebagai berikut: 1. Hasil pendampingan Program EMAS di Kabupaten Bogor telah dirasakan manfaatnya, karena itu upaya yang sudah dibangun dengan pendampingan Program EMAS tsb perlu dilanjutkan, dengan memperluas cakupan fasilitas pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas dan akuntabel pada RS, Puskesmas, Bidan Praktek Mandiri dan Klinik Pratama lainnya di Seluruh Kabupaten Bogor. 2. Berbagai kebijakan pendukung untuk Program penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di Kabupaten Bogor sudah dan sedang di selesaikan, termasuk Raperda Kesehatan Ibu dan Anak yang perlu dipercepat penyelesaiannya, sebagai landasan hukum dan acuan dalam memperkuat pelaksaaan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir di kabupaten Bogor. 3. Dalam aspek kelembagaan Pokja Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, yang sudah ditetapkan dengan SK Bupati Kabupaten Bogor No 441.8/138/Kpts/Per-UU/2014, tentang Pembentukan Kelompok Kerja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor, bertanggung jawab terhadap kerlangsungan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, untuk meningkatkan IPM Kabupaten Bogor. Untuk itu Tim Pokja akan bertemu secara rutin satu bulan satu kali dan diperkuat agar lebih independen. Tim Pokja sebagai suatu lembaga akan mengkoordinasikan kegiatan Tim Mentor program Penyelamatan Ibu dan bayi baru lahir.

4. Forum Masyarakat Madani (FMM), sebagai wadah komunikasi dan koordinasi antara 27 organisasi masyarakat sipil di Kabupaten Bogor yang peduli pada Kesehatan Ibu dan Anak, mendukung Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, melalui pemantauan akuntabilitas pelayanan fasilitas kesehatan Ibu dan Anak, meskipun bersifat independen, tetapi dalam pelaksanaannnya tetap berkoordinasi dgn Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, memberikan input dan umpan balik pendapat warga terhadap kualitas pelayanan Ibu dan Bayi Baru Lahir, karenanya untuk operasional kepuasan warga diperlukan dana operasional dan diusulkan bisa dialokasikan di Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Untuk Itu FMM perlu disinkronkan dengan pencapaian keluarga sehat. 5. Untuk kegiatan MKIA, bisa dintergrasikan dgn kegiatan Desa Siaga dibawah koordinasi BPMPD dan didukung kegiatannya melalui Dana Desa. 6. Dalam kaitan dgn Pembiayaan program penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, agar dimasukan dalam Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang program Penyelamatan ibu dan Bayi Baru Lahir, mentor, sebagai inovasi Daerah, agar dapat dialokasi anggrannya oleh Bapeda. 7. Untuk kegiatan mentor, manfaatkan dana kapitasi untuk meningkatkan kapsitas mentor. Demikian pula di RS perlu dialokasikan dana untuk meningkatkan kapasitas mentor. 8. Penugasan mentor akan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor atas nama POKJA 9. Untuk perluasan jejaring pelayanan yang berkualitas, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor akan menambah 5 Puskesmas PONED/tahun yg akan didampingi mentor, sedangkan untuk penambahan RS Swasta yang berkualitas akan dikoordinasikan dgn PERSI wilayah Bogor dan menjadi kewajiban persyaratan perijinan RS dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor 10. Call center SiJariEMAS Kabupaten Bogor akan ditingkatkan kapasitasnya dengan perluasan cakupan kegiatannya, mulai dari deteksi Ibu hamil dengan resiko tinggi, pencatatan di RS dan koordinasi dgn MKIA di desa terkait. Untuk itu Sijariemas akan berubah nama menjadi SiJariBunda (system jaringan Informasi Ibu, Neonatal dan Anak). 11. Perlu diupayakan terobosan dalam meringankan biaya untuk Ibu bersalin agar dapat kepastian persalinan gratis, apakah melalui BPJS, asuransi lain, atau bantuan biaya Pemda dalam bentuk hibah pada RS Swasta, sebagai pengganti biaya persalinan, hal ini perlu di bahas lebih lanjut dari aspek legal formal-nya. 12. Pokja juga merekomendasikan agar dalam kesempatan tertentu rapat Pokja bisa dihadiri oleh Ibu Bupati secara pribadi. 13. Lain lain: saran dari IBI, agar STR yang masih dalam proses perpanjangan bisa di berikan keterangan dan digunakan untuk penerbitan SIP bidan ybs.

V PENUTUP Demikian kesepakatan Tim POKJA Program penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Kabupaten Bogor, sebagai acuan dalam Keberlanjutan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Semoga, melalui koordinasi Team Pokja Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir, Kabupaten Bogor dapat menekan kematian Ibu dan Bayi dan sekaligus meningkatkan IPM Kabupaten Bogor dan mencapai Visi Kabupaten Bogor sebagai Kabupaten Termaju di Indonesia. TEAM POKJA PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR KABUPATEN BOGOR. dr. Hj. Camalia W Sumaryana, MKM. NIP : 195806101985112001