BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

dokumen-dokumen yang mirip
BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

KOMPETENSI KONSELOR. Kompetensi Konselor Sub Kompetensi Konselor A. Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

LANDASAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

Pemetaan kompetensi dan sub kompetensi guru secara fomal seperti. berikut: SUB KOMPETENSI. PEDAGOGIK 1. Menguasai teori dan praksis pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Undang-undang itu menjelaskan bahwa:

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI)

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

Hak Asasi Manusia Dalam Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia memerlukan berbagai macam pengetahuan dan nilai. Terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

PANCASILA. AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dr. Achmad Jamil M.Si.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA HAK ASASI MANUSIA

Modul ke: PENDIDIKAN PANCASILA Implementasi Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab 12MKCU. Fakultas. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Buddha untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

I. PENDAHULUAN. yang mereka lahirkan. Dalam kelompok ini, arus kehidupan di kemudikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

KODE ETIK GURU INDONESIA

SKRIPSI Umtuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Pendidikan Studi Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Transkripsi:

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR KAJIAN FILOSOFIS DAN TEORITIS TENTANG PEMBELAJARAN BERBASIS HARKAT DAN MARTABAT MANUSIA INDONESIA Oleh: Dr. Drs. H. Maisondra, S.H, M.H, M.Pd, Dipl.Ed Staf Sekretariat Daerah Provinsi Sumatera Barat I. Latar Belakang Semua visi dan misi kehidupan bangsa Indonesia, baik individu maupun kelompok harus berorientasi kepada Pancasila sebagai falsafah Negara. Sesungguhnya antara Pancasila dan Harkat Martabat Manusia (HMM) ibarat dua sisi dari satu mata uang. Kenyataan yang dijumpai saat ini adalah sebagian perilaku manusia Indonesia tidak lagi mempedomani Pancasila, mecederai HMM, dan bahkan Pancasila hanya sebagai slogan atau Lip Services semata. Hakikat manusia menjadi dasar utama dalam menciptakan situasi pendidikan. Manusia merupakan unsur sentral dalam peristiwa pendidikan. Manusia sebagai objek, subjek, dan instrumen dalam upaya membangun peserta didik. Pemahaman tentang hakikat manusia menjadi sentral dalam pendidikan, yakni; dari manusia, untuk manusia, dan oleh manusia. II. Pembahasan A. Pemahaman Tentang Harkat dan Martabat Manusia Indonesia Pendidikan pada hakekatnya adalah pengembangan harkat dan martabat manusia (HMM) untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Prayitno (2002:12) menyatakan pendidikan adalah pemuliaan kemanusiaan manusia yang tercermin dalam HMM dengan dimensi kemanusiaan dan pancadaya serta HAM (Hak Azazi Manusia)-nya. HMM dengan komponennya merupakan landasan dalam pengembangan ilmu pendidikan. Mengacu kepada pemahaman seperti ini harkat dan martabat manusia mengandung pengertian bahwa manusia adalah: 1. Mahluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagai mahluk yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Kuasa, manusia menurut ajaran agama apapun, selalu disuruh untuk berpikir, meneliti, mengembangkan daya cipta, dan sebagainya. 2. Mahluk yang terindah dalam kelengkapan bentuk dan proses penciptaannya. Manusia diciptakan dengan memiliki seperangkat potensi yang terdiri dari dimensi dan daya, yang terbentuk selama proses penciptaannya dan berkembang sepanjang hayatnya. 1

3. Mahluk yang tinggi derajatnya diantara ciptaan Tuhan yang lain. Hal ini dikarenakan manusia mempunyai rasio/akal dan moral, yang tidak ada dimiliki oleh mahluk lainnya seperti binatang dan lainnya. 4. Mahluk yang menjadi khalifah dimuka bumi dengan kesempurnaan kejadian dan derjatnya. Manusia telah ditunjuk oleh sang pencipta sebagai khalifah dimuka bumi untuk memanfaatkan segala yang ada di bumi dengan memanfaatkan segala potensi yang ada yang dikendalikan oleh dimensi moral yang dimiliki. 5. Makluk yang memiliki hak asasi manusia (HAM). HMM merupakan inti dari kemanusiaan manusia. Seperti disebutkan di atas, potensi dasar yang ada pada kemanusiaan manusia itu adalah dimensi dan daya. Dimensi-dimensi pada diri manusia itu adalah: 1. Dimensi ketuhanan, dengan unsur utamanya iman dan taqwa. Terkandung pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki kecendrungan dan kemampuan untuk bertaqwa kepada Sang Maha Penciptanya. 2. Dimensi individu, dengan unsur utamanya adalah potensi dan keunikannya. Terkandung pemahaman bahwa setiap individu pada dasarnya memiliki potensi, baik potensi fisik maupun potensi mental, dan potensi tersebut akan berbeda-beda pada setiap individu. 3. Dimensi sosial, dengan unsur utamanya komunikasi dan kebersamaan. Terkandung pemahaman bahwa dengan bahasa, individu menjalin kebersamaan dengan individu lain dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti: keluarga, persahabatan, perkumpulan dan organisasi. 4. Dimensi moral, dengan unsur utamanya adalah nilai dan norma. Terkandung pemahaman bahwa perlu digarisbawahi bahwa kemampuan dasar setiap individu untuk menghargai sesuatu dan mengikuti nilai dan norma yang diakui bersama, sehingga kehidupan manusia menjadi teratur, terarah dan terkendali. Untuk mengembangkan dimensi tersebut manusia memiliki lima daya (pancadaya) yaitu: daya taqwa; 2) daya cipta; 3) daya karsa; 4) daya rasa; dan 5) daya karya. Masingmasing daya tersebut merupakan kemampuan potensial perlu dikembangkan menjadi kemampuan aktual, yang selanjutnya akan terwujud dalam perilaku individu dengan warna kebutuhan, keindividualan, kesosialan, dan moral. Pada hakekatnya manusia adalah machluk Tuhan yang paling indah dan paling tinggi derajatnya serta merupakan khalifah di muka bumi ini. Manusia juga sebagai makhluk yang bertaqwa kepada penciptanya Inilah konsep yang menunjukkan harkat dan martabat manusia (HMM), sekaligus kemuliaan manusia. Dalam harkat martabat dan kemuliaan itu pada diri manusia terdapat empat dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi keindividuan, dimensi kesosialan, dimensi kesusilaan, dan dimensi keberagamaan. Dimensi-dimensi itu dilengkapi dengan seperangkat instrumentasi dasar pada diri setiap individu, yaitu daya cipta, daya rasa, daya karsa, daya karya dan daya taqwa. Selanjutnya pancadaya dimensi 2

kemanusiaan itu ditambah dengan hak azasi manusia (HAM) yang melekat pada diri individu sejak penciptaannya oleh sang pencipta. Pengembangan manusia seutuhnya mengacu pada kualitas manusia dengan harkat dan martabatnya seiring dengan pengembangan ke lima dimensi kemanusiaan dan panca daya itu dalam kondisi hak-hak azasi kemanusiaannya. Upaya pengembangan potensi dan pribadi maksudnya adalah usaha untuk mengembangkan potensi yang telah ada pada setiap manusia yang dilahirkan ke muka bumi ini. Jadi tujuan pendidikan itu mengarah kepada pembentukan manusia yang berperikehidupan takwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sesuai dengan keindahan, kesempurnaan dan ketinggian derajatnya, menguasai dan memelihara alam tempat tinggalnya, dan terpenuhi hak asasinya. Tujuan pendidikan harus disesuaikan dengan HMM-nya manusia. Dengan mengetahui bagaimana sebenarnya manusia itu dan apa tujuan manusia itu hidup tentu saja tujuan pendidikan harus disesuaikan dengan apa, bagaimana dan mau menjadi apa manusia itu sendiri. Hal inilah yang kurang disadari oleh para pembuat keputusan bidang arah kebijakan pendidikan. Pada sebagian pengambil kebijakan, kadang-kadang terlupa untuk apa dan akan dijadikan apa anak didiknya dan kurang memahami keberagaman manusia, bahwa manusia itu pada dasarnya tidak sama dalam banyak hal. Adapun yang dimaksud dengan HMM itu adalah tiga hal yang dimiliki manusia sebagai manusia seutuhnya yang disebut juga sebagai Trilogi HMM (Prayitno, 2008:30). Ketiga trilogi adalah: hakikat manusia, dimensi kemanusiaan dan pancadaya. B. Peran Anggota Masyarakat dalam Penerapan HMM Penerapan falsafah pancasila dalam pendidikan di Indonesia berkaitan dengan pendidikan formal, informal dan nonformal mesti berakar kepada nilai-nilai falsafah pancasila sebagai falsafah negara. Pendidikan yang diselenggarakan baik formal, informal dan non formal adalah dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Di Indonesia gambaran manusia Indonesia seutuhnya itu mengacu kepada falsafah bangsa yang menjadi dasar falsafah bangsa yaitu pancasila. Dasar ini pula yang menjadi aturan dasar dan tolak ukur tingkah laku bagi warga negara (Prayitno:2003). Dari pendapat di atas terlihat bahwa penyelenggaraan pendidikan di Indonesia baik formal, informal dan nonformal disamping pancasila dijadikan sebagai tolak ukur, namun pendidikan yang dilaksanakan dalam tiga lembaga tersebut harus mengantarkan peserta didik memiliki nilai-nilai pancasilais. Oleh karenanya individu harus berpartisipasi dalam masyarakat yang mendukung terciptanya lima dasar falsafah bangsa Indonesia. Diantaranya : 1). Menunjukkan pribadi sebagai masyarakat yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME, dengan ikut terlibat dalam kegiatan- kegiatan keagamaan yang diadakan di masyarakat dengan tidakmeninggalkan rukun Islam dan Rukun Iman.2) sebagai makhluk yang ditinggikan derajatnya, sebagai anggota masyarakat, harus memperlihatkan bahwa kita memang 3

individu yang punya potensi, sebagai seorang pendidik, untuk itu jadikanlah peran pendidik itu tempat bertanya, berbagi pendapat dan sumber pengetahuan bagimasyarakat. Begiatu juga kaitannya dengan pendidikan inklusif berusaha mencari informasi tentang peserta didik yang belum mendapatkan pendidikan termasuk anak-anak berkebutuhan khusus. C. Peran Sebagai Pejabat Pemerintah Bila kita lihat dan dipahami tujuan yang terdapat dalam sistem pendidikan nasional kita sudah sangat jelas dan lengkap bahwa untuk membentuk anak didik menjadi pribadi yang utuh yang dilandasi akhlak dan budi pekerti luhur yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan ini tidak akan dapat dilaksanakan apabila tidak didukung dan diiring oleh kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Jadi upaya yang dapat dilakukan adalah pertama sekali dengan menerapkan kurikulum yang berbasis kepada akhlak dan budi pekerti anak. Hal ini dimulai sejak dini yaitu pendidikan dasar, disamping itu juga disosialisaikan kepada orang tua melalui komite sekolah untuk memberikan pendidikan di rumah atau di rumah tangga, di masyarakat, dan tentunya di sekolah dengan penanaman pendidikan agama sejak usia dini, sebab secara otomatis akan tertanam nilai-nilai moral dan budi pekerti luhur dan akan tertanam hingga anak itu dewasa. Kemudian mensosialisasikan kepada masyarakat Indonesia melalui media elektronik maupun cetak, pelatihan aparatur pemerintahan (diklat), dan lainnya. bahwa Pancasila harus ada dalam segala bentuk kehidupan rakyat Indonesia. Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk memperkembangkan diri. Begitu juga karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh Pancasila. Dengan demikian bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia. 4

D. Hambatan-Hambatan dalam Merealisasikan Upaya Perwujudan HMM Upaya perujudan Pancasila dan HMM akan mendapat hambatan dari pihak-pihak yang tidak menjunjung terhadap HMM, diantaranya kaum atheisme, yang mengakui tidak ada agama. Sehingga dalam penerapannya kelompok tersebut tidak mempercayai bahwa manusia adalah makhluk yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan YME. Paham seperti ini mungkin saja berkembang dalam masyarakat tanpa kita sadari dan tidak terdeteksi. Mungkin saja mereka mengaku memiliki satu agama tertentu secara formal dalam berbagai identitas, tetapi hakikatnya mereka tidak mengakuinya. Kemudian dari kelompok politik tertentu yang menginginkan Negara ini tidak tenang, tidak nyaman dan hendaknya yang memerintah adalah dari partai dia. Sehingga kelompokkelompok tersebut akan melakukan berbagai cara agar persatuan dan kesatuan serta keadilan di bumi Indonesia tidak berjalan dengan baik. Kelompok ini bisa saja mengeluarkan ide-ide yang kelihatannya bagus untuk kehidupan berbangsa namun sebenarnya ide-ide tersebut adalah ide-ide mengacau dan merusak kehidupan berbangsa. E. Cara Mengatasi hambatan-hambatan Yang Dapat Dilakukan Seorang Pendidik Cara yang bisa dilakukan sebagai seorang pendidik dalam mengatasi hambatanhambatan tersebut adalah: Menerapkan kewibawaan (high-touch) melalui penjabaran tujuan pendidikan kearah Pancasilais, Kewibawaan atau diistilahkan dengan high-touh dalam proses pembelajaran. Dalam konteks pembelajaran, pengertian high-touh mengacu pada kemampuan pendidik memberikan sentuhan terhadap peserta didik sehingga diharapkan peserta didik merespons secara aktif dan merasa nyaman sehingga proaktif dan mampu menjalani proses pembelajaran yang menyenangkan dan produktif. Pemberian sentuhan itu terkait dengan pendidik sebagai tenaga profesional yang selalu berpegang pada kode etik profesional pendidik sehingga peserta didik mampu berkembang secara optimal dan memperoleh kebermaknaan pendidikan bagi dirinya maupun lingkungannya. Menurut Prayitno (2009:78) Kewibawaan adalah perangkat hubungan antarpersonal yang mempertautkan peserta didik dengan pendidik dalam situasi pendidikan. Pemberian sentuhan tertentu terhadap peserta didik oleh pendidik dalam pembelajaran merupakan hal yang mendasar karena merupakan alat pendidikan yang ampuh. pengakuan kepercayaan peserta didik terhadap pendidik yang diharapkan mampu memberi bantuan, tuntunan dan nilai-nila manusiawi. Melalui kewibawaan ini pendidikan memasuki pribadi peserta didik. Lebih jauh dalam Pengembangan Peta Keilmuan Pendidikan (2005) dan Prayitno (2008) dinyatakan bahwa kewibawaan meliputi: (1) pengakuan dan penerimaan, (2) kasih sayang dan kelembutan, (3) penguatan, (4) tindakan tegas yang mendidik, dan (5) pengarahan dan keteladanan. 5

III. PENUTUP Mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas dan memiliki daya saing adalah suatu kebutuhan. Manusia merupakan suatu organisme terpadu yang sangat kompleks yang mampu bereaksi terhadap lingkungan. Tingkah laku manusia dikendalikan oleh citacita, kepercayaan dan tingkah laku lainnya yang menciptakan makna atau arti. Manusia merupakan unsur utama dalam kegiatan pendidikan. Manusia sebagai obyek, subyek dan instrumen dalam upaya membangun peserta didik. Dalam kaitan ini semua, kajian tentang manusia serta pemahaman, penyikapan dan perlakuan terhadap manusia menjadi hal yang sangat esensial dalam pendidikan. Ada rumusan yang mengatakan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia belum menjelaskan pengertian, arah ataupun karakteristik pendidikan. Begitu juga dari berbagai kajian filsafat dan keilmuan serta paparan tentang moral dan keagamaan, dapat ditarik benang merah berkenaan dengan hakikat manusia seutuhnya yang didalamnya terkandung harkat dan martabat manusia (HMM). HMM menunjukkan tingkat kesempurnaan manusia, ketinggian kemampuannya, keterarahan tujuan kehidupan lainnya. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negaranya. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi dan pribadi individu menuju terwujudnya HMM. 6