94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012. a. Gambaran Tingkat Suku Bunga Periode Tahun 2008 s.d. 2012 Perkembangan Tingkat Suku Bunga sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang berimbas kepada fluktuasi perekonomian nasional pada periode tahun 2008 s.d. 2012. Interval tingkat suku bunga pada tahun 2008 sebesar 8% s.d. 9,25% sebagai imbas dari meningkatnya tekanan risiko pasar, baik karena tekanan gejolak pasar keuangan global maupun karena perkembangan ekonomi internasional dan domestik. Tingginya inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM dan tingginya harga komoditas pokok dunia juga turut memengaruhi peningkatan suku bunga pada tahun 2008. Sepanjang tahun 2009 terjadi penurunan tingkat suku bunga secara bertahap dari 8,75% di bulan Januari hingga 6,5% di bulan Desember. Kecenderungan penurunan suku bunga ini diiringi dengan nilai tukar rupiah yang terapresiasi sehingga mengurangi tekanan risiko
95 pasar perbankan. Membaiknya beberapa faktor pasar seperti suku bunga, nilai tukar dan harga SUN berdampak pada menurunnya tekanan risiko pasar perbankan pada tahun 2009. Situasi kondusif perekonomian nasional terus berlanjut di tahun 2010 di mana terjaganya stabilitas sistem keuangan sehingga tingkat suku bunga pada tahun ini dapat dipertahankan sebesar 6,5%. Stabilitas tingkat suku bunga pada tahun 2011 masih terus berlanjut. Terkendalinya inflasi dan stabilnya BI Rate menjadi sentimen utama penguatan sektor Perbankan, Aneka Industri, dan Perdagangan yang penjualan barang atau jasanya sensitif terhadap pergerakan suku bunga. Selama interval bulan Februari hingga September 2011 BI rate sebesar 6,75%, namun kembali menurun pada bulan Oktober 2011 menjadi 6,5% dan 6% pada bulan November hingga Desember 2011. Pada tahun 2012, seiring turunnya persepsi risiko investasi pada Indonesia, kondisi ini membawa suku bunga cenderung terus diturunkan. Pada bulan Januari 2012 tingkat suku bunga sebesar 6% dan sejak bulan Februari s.d. Desember stabil pada angka 5,75%. b. Gambaran Jumlah Uang yang Beredar Periode Tahun 2008 s.d. 2012 Pola perkembangan jumlah uang yang beredar selama periode tersebut mengikuti pola musiman seperti hari raya keagamaan, tahun baru, pilkada, dan juga kondisi perekonomian global yang berimbas pada situasi perekonomian nasional.
96 Pada tahun 2008, jumlah uang yang beredar menunjukkan trend yang positif setiap bulannya. Pada bulan Januari, jumlah uang beredar sebesar Rp1.588.962 Milyar dan bulan Desember telah meningkat sebesar Rp1.883.851 Milyar. Secara umum, peningkatan permintaan dan peredaran uang oleh masyarakat terjadi akibat beberapa faktor yaitu: pelaksanaan pilkada yang cenderung marak pada sepanjang tahun tersebut, kenaikan harga BBM yang diiringi dengan penyaluran BLT (Bantuan Langsung Tunai), peningkatan pendapatan sektor pertanian di luar Jawa dan persiapan menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) nasional pada tahun 2009. Secara nominal, jumlah uang yang beredar sepanjang tahun 2009 memperlihatkan trend positif. Namun laju pertumbuhannya melambat jika dibandingkan dengan tahun 2008. Bank Indonesia mencatat jumlah uang yang beredar pada tahun 2009 merupakan laju pertumbuhan terendah dalam 5 tahun terakhir. Pada bulan Januari 2009, jumlah uang yang beredar sebesar Rp1.859.891 Milyar, dan pada bulan Desember sebesar Rp2.141.384 Milyar. Hal ini mencerminkan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi pasca krisis global dan tekanan inflasi yang rendah berindikasi terhadap melambatnya pertumbuhan kebutuhan uang di masyarakat. Sejalan dengan pemulihan ekonomi pasca krisis keuangan, ratarata jumlah uang yang beredar menunjukkan peningkatan sepanjang 2010. Pada bulan Januari jumlah uang yang beredar sebesar Rp2.073.860
97 Milyar, dan pada bulan Desember sebesar Rp2.469.399 Milyar. Pada tahun 2011, uang kartal sebagai alat pembayaran tetap memegang peranan yang penting di masyarakat. Hal ini tercermin dari meningkatnya pertumbuhan uang yang beredar pada periode tersebut, di mana pada bulan Januari jumlah uang yang beredar sebesar Rp2.436.679 Milyar, dan pada bulan Desember sebesar Rp2.877.220 Milyar. Pada tahun 2012, seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi serta berbagai kebijakan pengelolaan uang rupiah yang ditempuh Bank Indonesia, beberapa indikator utama pengelolaan uang rupiah yaitu jumlah uang yang beredar dan aliran uang kartal melalui Bank Indonesia mengalami peningkatan. Pada bulan Januari 2012, jumlah uang yang beredar sebesar Rp3.304.645 Milyar, dan pada bulan Desember 2012 sebesar Rp2.854.978 Milyar. c. Gambaran Harga Saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012 Kelompok perusahaan pertambangan yang mengalami trend harga saham rata-rata menurun selama interval 5 tahun adalah ANTM, BUMI, DEWA, ENRG, INCO dan MEDC. Sedangkan perusahaan pertambangan yang mengalami trend harga saham rata-rata meningkat adalah PTRO, PGAS, PTBA dan TINS. Nilai tertinggi Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia adalah sebesar Rp. 20.753,37 yakni terjadi pada bulan Desember 2010 dengan nama kode perusahaan PTBA. Sedangkan untuk nilai terendah
98 terjadi pada bulan Maret 2008 dengan nama kode perusahaan PTRO yakni sebesar Rp. 23,74. Besaran nilai rata-rata Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2008 s/d Desember 2012 adalah Rp. 3.022,22. Kecenderungan fluktuasi harga saham ini sangat dipengaruhi oleh berbagai strategi kebijakan setiap perusahaan di tengah lesunya sektor pertambangan dalam kurun 4 tahun terakhir. Secara makro, pada tahun 2008 kinerja saham sektor pertambangan sangat baik. Namun imbas dari krisis keuangan global cukup memukul kinerja perusahan pertambangan pada periode tahun-tahun selanjutnya. Pada tahun 2012, harga-harga saham di sektor pertambangan sangat dipengaruhi oleh melemahnya perekonomian global yang berdampak pada termoderasinya kinerja ekspor sepanjang tahun 2012. Lebih jauh lagi, menurunnya harga saham perusahaan pada sektor pertambangan tersebut tidak terlepas dari penurunan harga-harga komoditas pertambangan di pasar internasional. Sejak awal tahun 2012, komoditas pertambangan seperti aluminium, nikel, dan timah putih menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. 2. Pengaruh tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap Indeks Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012 Secara Simultan Dari hasil pengujian yang telah dilakukan antara tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap Indeks Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan menunjukkan bahwa nilai tingkat suku bunga dan jumlah uang
99 beredar memberikan pengaruh kepada Indeks Harga Saham Perusahaan Pertambangan secara simultan sebesar 31,4%, sedangkan sisanya 68,6% merupakan pengaruh dari variabel lain yang tidak diteliti. Pada pengujian hipotesis (Uji F), disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar secara simultan mempengaruhi Indeks Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan secara signifikan. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar berpengaruh secara simultan terhadap Indeks Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan. 3. Pengaruh tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar terhadap Indeks Harga Saham Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode 2008-2012 Secara Parsial Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, variabel Jumlah Uang Beredar memiliki pengaruh paling besar yakni 43,94%. Sedangkan variabel Tingkat Suku Bunga memiliki pengaruh paling kecil yakni sebesar -12,52%. Pada pengujian hipotesis (uji t), disimpulkan bahwa baik variabel Tingkat Suku Bunga maupun Jumlah Uang Beredar secara parsial (individu) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Indeks Harga Saham Sektor Pertambangan. 5.2 Saran 1. Bagi investor yang akan berinvestasi di sektor pertambangan disarankan agar mengumpulkan berbagai informasi baik itu faktor-faktor fundamental
100 maupun variabel-variabel perekonomian makro dalam berinvestasi, karena prospek perusahaan sangat tergantung dari keadaan ekonomi secara keseluruhan tanpa mengabaikan faktor mirko ekonomi itu sendiri. 2. Bagi peneliti lain yang tertarik dengan topik yang sama, penelitian ini masih memiliki keterbatasan baik dalam hal jumlah variabel yang digunakan. Di masa mendatang diperlukan unit analisis yang lebih luas dan relevan terhadap harga saham di sektor pertambangan sehingga dapat memberikan hasil penelitian yang lebih maksimal.