PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBANGUN MARTABAT BANGSA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang mempengaruhi kehidupan manusia. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam konteks kebangsaan, pendidikan berperan untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasionalisme melahirkan sebuah kesadaran melalui anak-anak bangsa. penindasan, eksploitasi dan dominasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

MATA KULIAH : KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagian penting bagi kehidupan bangsa dan negara. Secara detail, penyebab

I. PENDAHULUAN. pemerintahannya juga mengalami banyak kemajuan. Salah satunya mengenai. demokrasi yang menjadi idaman dari masyarakat Indonesia.

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

A. Identitas Program Studi

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

KEBIJAKAN PENDIDIKAN NASIONAL BERBASIS KARAKTER

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

Transkripsi:

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBANGUN MARTABAT BANGSA Makalah disampaikan dalam Pertemuan Ilmiah Forum FIP - JIP Denpasar, Bali 24-26 Juli 2009 Oleh: Ratna Dyah Suryaratri, M.Si NIP. 19751216 200604 2 001 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2009

1

ABSTRAK Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang berat di era globalisasi ini. Menurunnya martabat bangsa dan hilangnya jati diri bangsa berujung pada rendahnya mutu SDM, pupusnya kreativitas, tumbuhnya kecenderungan budaya pembajakan serta tercerai-berainya moralitas bangsa. Pendidikan rupanya belum menjadi paradigma dalam pembangunan bangsa. Untuk itu perlu upaya menguatkan kembali dunia pendidikan dan menitikberatkan pada pendidikan yang dapat membangun keperadaban. Pendidikan yang peduli pada pembentukan sikap-sikap mental yang tahan banting, berorientasi kreatifitas dan bermoral tinggi. Melalui pendidikan karakter maka diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas. Pendidikan karakter adalah respon dari tantangan globalisasi untuk menyediakan kualitas pendidikan untuk semua. Makalah ini dimaksudkan sebagai kajian tentang pendidikan karakter di Indonesia dan bahan kajian lanjutan tentang pentingnya peran pendidikan karakter di institusi pendidikan, untuk meningkatkan kepekaan peserta didik dan mempersiapkan mereka mencapai pilar pendidikan UNESCO, learning to live together dalam kemajemukan Indonesia. Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri. Pendidikan karakter harus bersifat membebaskan. Alasannya, hanya dalam kebebasannya individu dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Locus educationis pendidikan karakter adalah sekolah. Semua pihak yang terlibat dalam di sekolah memikul tanggung jawab membangun pendidikan karakter. Pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral Pancasila, dan sebagainya. Pembangunan peradaban tidaklah semata tergantung pada tangan-tangan terampil dalam teknisi, melainkan juga kemuliaan jiwa. Dari sinilah kita bisa memahami keterpurukan bangsa kita saat ini. Tak ada cara ampuh kecuali menguatkan sistem pendidikan yang integral-komprehensif secara terus menerus. 2

PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMBANGUN MARTABAT BANGSA Oleh: Ratna Dyah Suryaratri, M. Si FIP UNJ Pendahuluan Bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan yang berat di era globalisasi ini. Berbagai masalah mulai dari ekonomi, sosial, budaya, politik dan pendidikan menerpa masyarakat Indonesia secara bersamaan. Kenyataan penuh problema ini yang mencuatkan pikiran bahwa bangsa kita sedang mengalami keterpurukan. Diantara begitu banyaknya masalah, yang paling dirasakan adalah menurunnya martabat bangsa, baik dalam pandangan masyarakatnya sendiri atau bahkan hingga di masyarakat internasional. Dengan menurunnya martabat bangsa ini, maka individu-individu dalam bangsa akan mudah tergelincir serta tersihir oleh berbagai pengaruh yang datang dalam orbit globalisasi. Jati diri bangsa akan mudah menghilang ditelan oleh gelombang dunia yang berada dalam genggaman kapitalis. Siapa yang mampu berkreasi dan memapankan eksistensinya, maka dialah yang akan bisa bertahan sekaligus berkembang tanpa kehilangan watak kolektifnya. Pemusatan berlebih pada investasi kapitalis telah memakan korban pada penurunan mentalitas bangsa yang berujung pada rendahnya mutu SDM, pupusnya kreativitas, tumbuhnya kecenderungan budaya pembajakan serta tercerai-berainya moralitas bangsa. Dunia pendidikan yang diharapkan sebagai kawah candradimuka bagi penyebaran tata nilai yang humanis, produktif kreatif serta ketahanan mental bangsa ternyata banyak mendapat kritikan karena tidak berdaya mengemban pencerahan bangsa. Ironisnya lagi, dunia pendidikan malah justru mengidap kesimpangsiuran informasi sehingga berdampak pada kerapnya terjadi penyalahgunaan. Untuk itu, apa yang bisa dijalankan adalah dengan menguatkan kembali dunia pendidikan. Institusi-institusi pendidikan yang dibangun secara mandiri yang mengedepankan dan menitikberatkan pada pendidikan yang dapat membangun keperadaban. Pendidikan yang peduli pada pembentukan sikap-sikap mental yang 3

tahan banting, berorientasi kreatifitas dan bermoral tinggi. Melalui pendidikan karakter maka diharapkan dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas. Pendidikan karakter adalah respon dari tantangan globalisasi untuk menyediakan kualitas pendidikan untuk semua. Makalah ini dimaksudkan sebagai kajian tentang pendidikan karakter di Indonesia dan bahan kajian lanjutan tentang pentingnya peran pendidikan karakter di institusi pendidikan, untuk meningkatkan kepekaan peserta didik dan mempersiapkan mereka mencapai pilar pendidikan UNESCO, learning to live together dalam kemajemukan Indonesia. Pembahasan Pendidikan seharusnya bisa memperbaiki watak bangsa, bahkan memberikan pengalaman yang lebih baik untuk membangun suatu masyarakat yang saling menghormati. Perjalanan sejarah bangsa membuktikan bahwa pendidikan mampu memberikan pencerahan bagi watak anak bangsa. Dari anak jajahan yang terpinggirkan menjadi warga negara yang merdeka yang memiliki peranan sentral untuk mengatur dirinya sendiri. Individu yang terdidik mampu mengubah dirinya sendiri termasuk mengubah wataknya menjadi individu yang berkarakter. Wacana pendidikan karakter belakangan ini umumnya memosisikan pendidikan karakter sebagai jalan keluar bagi berbagai krisis moral yang sedang melanda bangsa Indonesia. Demikianlah, orang mengusulkan pendidikan karakter untuk mencegah perilaku korupsi, praktik politik yang tidak bermoral, bisnis yang culas, penegakan hukum yang tidak adil, perilaku intoleran, dan sebagainya. Meskipun demikian, sejauh manakah pendidikan karakter telah dipahami? Apakah pendidikan karakter sama saja dengan pendidikan moral, pendidikan agama, pendidikan budi pekerti atau pendidikan kewarganegaraan? Apakah pendidikan karakter dapat diaplikasikan tanpa pengetahuan yang memadai tentangnya? Pemikiran-pemikiran Doni Koesoema A. Dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Karakter. Strategi Pendidikan Anak Bangsa (2007) ini sangat membantu kita memahami apa itu pendidikan karakter sebelum mengaplikasikannya. Tiga pertanyaan utama membantu kita memahami buku ini. Pertama, apa itu pendidikan karakter? Kedua, di manakah pendidikan karakter akan diaplikasikan? Ketiga, bagaimana mengevaluasi pendidikan karakter? 4

Memahami Pendidikan Karakter Pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan secara individu dan sosial dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan kebebasan individu itu sendiri. Pendidikan karakter harus bersifat membebaskan. Alasannya, hanya dalam kebebasannya individu dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Pendidikan terutama merupakan usaha sadar yang ditujukan bagi pengembangan diri manusia secara integral dan utuh melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya (religius, moral, personal, sosial, kultural, temporal, institsional, relasional, dll) demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain. Sementara, karakter merupakan kondisi dinamis struktur antropologis individu, yang tidak mau sekedar berhenti atas determinasi krodatinya, melainkan juga sebuah usaha hidup untuk menjadi semakin integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya untuk proses penyempurnaan dirinya terus menerus. Kebebasan manusialah yang membuat struktur antropologis itu tidak tunduk pada hukum alam, melainkan menjadi faktor yang membantu pengembangan manusia secara integral. Dua pemahaman ini mengantar kita pada pemahaman tentang pendidikan karakter sebagai keseluruhan dinamika reasional antarpribadi dengan berbagai macam dimensi, baik dari dalam maupun dari luar dirinya, agar pribadi itu semakin dapat menghayati kebebasannya sehingga ia dapat semakin bertanggung jawab atas pertumbuhan dirinya sendiri sebagai pribadi dan perkembangan orang lain dalam hidup mereka. Manusia ideal adalah manusia yang baik secara moral, pribadi yang kuat dan tangguh secara fisik, yang mampu mencipta dan mengapresiasi seni, bersahaja, adil, cinta pada tanah air, bijaksana, beriman teguh pada Tuhan, dan sebagainya. Pendidikan mencoba merealisasikan manusia ideal ini. Tentu berbagai tujuan pendidikan dapat menentukan bagaimana manusia ideal ini direalisasikan. Masyarakat dalam pemerintahan yang otoriter akan mendahulukan ketaatan pada negara atau patriotisme sebagai manusia ideal yang ingin diwujudnyatakan. Sementara 5

masyarakat yang demokratis akan mengidolakan kebebasan individu sebagai karakter ideal yang ingin direalisasikan. Pendidikan sepenuhnya ditentukan oleh manusia, karenanya ia bersifat parsial dan kontingen dalam sejarah peradaban manusia. Pendidikan akan selalu dirumuskan dalam konteks ruang dan waktu tertentu, konteks di mana manipulasi atau politisasi terhadap pendidikan sangat mungkin terjadi. Berhadapan dengan relativitas pendidikan pada umumnya dan pendidikan karakter khususnya, pertanyaannya adalah apakah pendidikan karakter dilaksanakan semata-mata untuk merealisasikan manusia ideal tertentu sebagaimana dicita-citakan ideologi atau rezim penguasa tertentu? Doni Koesoema berpendapat bahwa hanya melalui pendidikan sebagai proses pembebasanlah individu mampu membebaskan diri dari berbagai manipulasi dan rekayasa pendidikan oleh penguasa demi status quo. Pendidikan yang menonjolkan nilai keterbukaan dan demokrasi, misalnya, akan membantu individu menghayati hidupnya sebagai bagian integral dari masyarakat dan negara, yang memiliki hak untuk berpartisipasi dalam proses politik demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Pada tingkat individu, pendidikan karakter yang membebaskan akan membantu seseorang memahami determinisme dan segala kelemahan tubuhnya faktor yang membuat seseorang mudah berperilaku tidak bermoral agar ia bisa bertumbuh secara penuh sebagai manusia. Melalui pendidikan yang membebaskan pula manusia mampu menegaskan komitmen-komitmen moralnya dan terus mengobsesikan perilaku-perilaku ideal yang akan direalisasikan di masa depan. Tanggung Jawab Semua Pihak Locus educationis pendidikan karakter adalah sekolah. Semua pihak yang terlibat dalam di sekolah memikul tanggung jawab membangun pendidikan karakter. Meskipun demikian, pendidikan karakter bukanlah sebuah mata pelajaran yang harus dihafal. Pendidikan karakter merupakan keseluruhan proses pendidikan yang dialami peserta didik sebagai pengalaman pembentukan kepribadian melalui memahami dan mengalami sendiri nilai-nilai, keutamaan-keutamaan moral, nilai-nilai ideal agama, nilai-nilai moral Pancasila, dan sebagainya. Sekolah memiliki tanggung jawab besar dalam pendidikan karakter bagi anak didiknya, terutama melalui disiplin, keteladanan, dan organisasi sekolah. Sekolahsekolah harus memiliki keberanian untuk menanamkan dalam diri para muridnya 6

bahwa pemahaman konseptual dan praksis dipandu oleh nilai-nilai luhur akan membantu menciptakan sebuah masyarakat yang lebih sehat dan manusiawi. Lembaga pendidikan memiliki fungsi strategis dalam mengembangkan sebuah penciptaan lingkungan sekolah yang menghargai kultur yang hormat terhadap nilainilai moral. Sekolah bisa menjadi kesempatan yang baik bagi guru dan pendidik untuk membuktikan kinerja dan integritas profesional mereka sehingga mampu menjadi model bagi para siswa. Jika dipahami secara lebih komprehensif, sekolah benar-benar menjadi sebuah wadah bagi praksis pendidikan nilai. Di dalam sekolahanlah diharapkan para siswa belajar mengaktualisasikan nilai-nilai yang telah mereka terima secara langsung. Praksis nilai inilah yang menjadi acuan keberhasilan pendidikan karakter di sekolah. Sebab, karakter hanya bisa dilihat dari perilaku dan praksis, bukan dari pemahaman teoritis. Lingkungan sekolah sangat berperan dalam pendidikan karakter, peran orang tua, masyarakat, dan negara tidak kalah penting. Nilai-nilai yang ditawarkan pada pendidikan sebagai fondamen pendidikan karakter tidak akan bisa terealisasi menjadi karakter individu jika tidak pernah dipraktikkan di rumah dan di masyarakat. Sebagai contoh, seorang anak sulit bersifat terbuka dan menghormati perbedaan jika orang tua di rumah biasa bersifat otoriter. Lebih parah lagi jika nilai-nilai semacam ini dipasung oleh rezim penguasa tertentu. Keteladanan sebagai salah satu model pendidikan karakter kiranya tepat dengan situasi negara kita. Orang tua yang gemar bekerja keras, disiplin, setiap pada nilai-nilai moral, agama, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan akan membantu pembentukan karakter seorang siswa. Demikian pula guru yang terbuka, dedicated, jujur dan adil atau masyarakat dan negara yang menjunjung tinggi kebebasan, demokrasi, multikulturalisme, keadilan sosial, dan sebagainya. Inilah lingkungan yang kondusif bagi pembentukan karakter. Sehubungan dengan pertanyaan ketiga di awal tulisan ini, sangat sulit melakukan penilaian terhadap pendidikan karakter. Pendidikan karakter tidak bisa dinilai seperti menguji mata pelajaran lain. Kritik terhadap masalah Ujian Nasional sepintas memang menggarisbawahi hal ini, tetapi tampaknya tidak berhubungan langsung dengan assessment terhadap pendidikan karakter. Sementara itu, penegasan bahwa pendidikan karakter harus bersifat membebaskan mengandung konsekuensi 7

logis bahwa penilaian terhadap pendidikan karakter harus dilakukan oleh individu sendiri. Meskipun demikian, pendidikan karakter tidak lantas menjadi proses pembentukan watak pribadi yang subjektif sifatnya. Doni Koesoema berhasil menegaskan pentingnya perilaku standar yang dimiliki sekolah, bahkan di rumah dan di masyarakat. Perilaku standar inilah yang menjadi semacam life in common yang dibangun di atas nilai-nilai unggulan yang sudah disepakati dan yang pada gilirannya menjadi tolok ukur (benchmark) dalam menilai pendidikan karakter itu sendiri. Penutup Adanya dukungan kuat dari pemahaman filsafat manusia menyadarkan bahwa konsepsi-konsepsi tentang pendidikan pada umumnya dan pendidikan karakter khususnya tidak bisa dilepaskan dari pemahaman mengenai siapa manusia, kebebasan, etika, paham tentang kodrat, dan sebagainya. Memberi kesempatan pada anak didik kita untuk saling mengenal dan hal itu menjadi sebagian dari learning to live together. Demikianlah sepatutnya nilai-nilai ideal yang perlu menjadi landasan bagi pendidikan. Kemajuan metode dalam peningkatan kecerdasan intelektual memang memberikan dampak besar bagi manusia modern untuk membangun kekuatan teknis melalui teknologi. Metode ini telah menghasilkan teknokrat-teknokrat yang brilian. Tetapi pembangunan peradaban tidaklah semata tergantung pada tangan-tangan terampil dalam teknisi, melainkan juga kemuliaan jiwa. Dari sinilah kita bisa memahami keterpurukan bangsa kita saat ini. Tak ada cara ampuh kecuali menguatkan sistem pendidikan yang integral-komprehensif secara terus menerus. 8

Referensi Doni Koesoema A. (2007). Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Doni Koesoema A. (2009). Pendidik Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter. Jakarta: Grasindo. Freire, P. (2000). Pendidikan pembebasan, Jakarta, LP3S. Kompas. (2003). Pendidikan belum jadi paradigma membangun bangsa. Kompas. (2003). Lembaga pendidikan di Indonesia gagal membangun karakter bangsa. Republika. (2005). Membangun martabat bangsa melalui pendidikan. Tilaar, H. A. R. (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta, Grasindo. 9