BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI KARAKTER GOTONG ROYONG DAN PEDULI SOSIAL DALAM KERJA BAKTI MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter merupakan perwujudan amanat dari Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebaangsaan yang berkembang saat ini, diantaranya disorientasi dan belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kesadaran masyarakat untuk melakukan gotong royong sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penerus, pemuda harus dibina dan dipersiapkan sebaik baiknya untuk

IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL PADA MASYARAKAT LERENG MERAPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi Astana Mangadeg terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di Desa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa memiliki arti penting. Desa bisa dianggap sebagai kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memberikan contoh hal-hal yang baik dan positif. Penanaman karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang mengikat masyarakat secara bersama-sama(adler, 1927: 72

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Oleh: EVIEN NUR MAULIDA VIDIANA A

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kompetisi yang ketat. Pengaruh budaya asing juga sangat membentuk kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata Pramuka merupakan singkatan dari prajamuda karana, yang memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat diandalkan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan pendidikan diharapkan

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tengah. Tawangmangu menjadi salah satu objek wisata favorit karena daerahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ketertinggalan akademik, tetapi lengah dalam membangun karakter. Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

GERAKAN PRAMUKA IKIP BANDUNG HINGGA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TAHUN

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan zaman sebagai efek dari globalisasi yang diakibatkan dari perkembangan

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negaranya tanpa terkecuali, Negara Indonesia sebagaimana diatur dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah pendidikan menjadi hal yang utama bahkan mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk mencapai kesejahteraan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bullying merupakan perilaku dengan karakteristik melakukan tindakan yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. negara ikut serta dalam memajukan kebudayaan nasional Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas individu, baik

(Analisis Isi 2014/2015) persyaratan. Sarjana S-1. Diajukan Oleh: A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. telah berakar dalam kepribadian bangsa sebagai dasar negara yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai peran pengajaran yang cukup penting, hal tersebut sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia.

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan karakter merupakan upaya perwujudan dan amanat Pancasila dari pembukaan UUD 1945. Karakter merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam bermasyarkat. Menurut Samani dan Haryanto (2011,41), karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan perilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkunga dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma agama, hukum, tata krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun dalam tindakan. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, melaikan memerlukan orang lain dalam berbagai hal seperti bergaul, berkerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan dan lain-lain. Kerja sama yang dilakukan secara bersama-sama di sebut sebagai gotong royong. Gotong royong merupakan suatu kegiatan sosial yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia dari zaman dahulu kala hingga saat ini. Rasa kebersamaan ini muncul karena adanya sikap sosial tampa pamrih dari masing-masing individu untuk meringankan beban yang sedang di pikul. Menurut Samani dan Haryanto (2011,118), gotong royong adalah tindakan dan sikap mau bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama 1

2 dan keuntungan bersama. Tujuan dan keuntungan yang di maksud di sini merupakan tujuan keutungan untuk masyarakat atau sosial. Selain itu, dalam kehidupan bermasyarakat setiap orang harus saling menghormati, mengasihi, dan peduli terhadap berbagai macam keadaan disekitarnya. Kepedulian tersebut dapat tercermin dalam berbagai macam sikap salah satunya membantu apabila ada tetangga yang mengalami kesusahan. Menurut Yani (2008), peduli sosial dapat diartikan sebagai perilaku warga bangsa untuk dapat melakukan perbuatan baik terhadap sesama yaitu berbagi, membantu, atau mempermudah pihak lain dalam melakukannya. Kepedulian sosial juga dapat diartikan sebagai sikap memerhatikan atau menghiraukan urusan orang lain dan sesama anggota masyarakat. Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, tetapi lebih pada membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebaikan dan perdamaian. Realita gotong royong dalam masyarakat terjadi diberbagai wilayah Indonesia. Salah satu tepatnya di kota Padang yang dahulunya memaknai kebersamaan dalam bergotong royong kini sudah sulit ditemui. Pemuda dan masyarakat lainya disibukan dengan kepentingan sendiri. Ada yang duduk-duduk santai dirumah tidak mau ikut berpartisipasi dalam bermasyarakat dan ada yang pergi entah kemana sesuai dengan kepentingan mereka sendiri. Kehidupan serta interaksi sosial yang biasanya sangat terasa ketika waktu sore datang dan hari minggu tiba kini telah tidak terlihat lagi. Kejadian di Padang berbanding terbalik di kota Lumajang. Di kota Luamajang terdapat anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) beserta anggota Panitia Pemilu Kecamatan (PPK) bergotong royong

3 melakukan pengepakan logistik Pemilu 2014. Dikarenakan logistik yang sangat banyak, setiap PPK mewakilkan 4 anggotanya untuk pengepakan. (beritajatim.com). Selain realita peduli sosial yang terjadi dalam masyarakat terjadi di berbagai wilayah Indonesia. Salah satu tepatnya di kota Semarang yaitu dengan mengajak generasi muda untuk peduli dengan HIV/AIDS. (news.liputan6.com) Tetapi sangat disayangkan kemajuan pendidikan di Indonesia hanya demi memajukan pola pemikiran yang akan berorientasi untuk prospek dunia kerja, bukanlah untuk mendidik moral dan kepribadian yang peka terhadap gejala-gejala sosial yang timbul utamanya dalam pemberdayaan kualitas intelektual di segi ilmu umum saja tapi tidak dari segi agama. Sebagaimana kita lihat pada saat sekarang ini banyak kaum intelektual yang lahir dibangsa ini yang dahulunya mereka dididik untuk memperkaya ilmu tapi dalam kenyataanya memperkaya hati dan minimnya kepekaaan terhadap sosial dan budaya sehingga berimbas sifat individualisme dan egoisme mereka terhadap gotong royong dan pedulian sosial mereka terhadap lingkungan di sekitarnya. Maka dibutuhkan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) yang merupakan wadah untuk membentuk karakter bangsa termasuk karakter gotong royong dan peduli sosial. Selain itu penelitian mengenai karakter gotong royong dan peduli sosial juga terkait dengan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammdiyah Surakarta (UMS). Relevansi tersebut dapat dilihat dari visi,misi, maupun tujuannya. Visi Program Studi PPKn UMS di yaitu

4 menjadi pusat pengembangan pendidikan dan pembelajaran bidang PPKn dan serta Ketatanegaraan untuk membentuk bangsa yang berkarater kuat dan memiliki kesadaran berkonstitusi menuju masyarakat madani (Buku Panduan FKIP, 2013:138). Visi tersebut selanjutnya dirumuskan dalam misi PPKn FKIP UMS sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan pendidikan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan. 2. Memajukan ilmu pengetahuan teknologi dan seni serta meningkatkan sumber daya manusia yang berkarakter kuat sehingga mampu memecahkan permasalahan bangsa dan memberikan pelayanan pendidikan menuju masyarakat madani 3. Menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui Program Pendidikan Kepramukaan (Buku Panduan FKIP, 2013:138). Sedangkan tujuan dari PPKn FKIP UMS yaitu: 1. Menghasilkan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewagranegaran serta Ketatanegaraan yang professional, mampu mengembangkan pembelajaran inovatif dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Menghasilkan guru yang mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk mendukung profesionalisme guru. 3. Meghasilkan guru berkarakter kuat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional. 4. Menghasilkan guru yang memiliki kemampuan dalam membina generasi muda melalui Pendidikan Kepramukaan (Buku Panduan FKIP, 2013:138). Pada dasarnya PPKn bertujuan untuk membentuk moral bangsa sehingga memiliki karakter yang kuat. Kedudukan peneliti adalah sebagai mahasiswa PPKn FKIP UMS sehingga peneliti memiliki kewajiban berpartisipasi untuk membentuk karakter bangsa yang kuat sebagimana tertuang pada visi, misi, dan tujuan program studi PPKn FKIP UMS tersebut. Fokus penelitian ini adalah mengenai karakter khususnya karakter gotong royong dan peduli sosial, sehingga relevan dengan kedudukan peneliti sebagai mahasiswa program studi PPKn FKIP UMS.

5 Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, hal ini mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian mengenai Implementasi karakter gotong royong dan peduli sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permaslahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri? 2. Bagaimana implementasi karakter Gotong Royong dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri? 3. Bagaimana implementasi karakter Peduli Sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri? 4. Adakah kendala implementasi karakter Gotong Royong dan Peduli Sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri? 5. Bagaimana solusi implementasi karakter Gotong Royong dan Peduli Sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri?

6 C. Tujuan Berdasrkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permaslahan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mendiskripsikan pelaksanaan kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. 2. Untuk mendiskripsikan implementasi karakter Gotong Royong dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. 3. Untuk mendiskripsikan implementasi karakter Peduli Sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. 4. Untuk mendiskripsikan kendala implementasi karakter Gotong Royong dan Peduli Sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri. 5. Untuk mendiskripsikan solusi implementasi karakter Gotong Royong dan Peduli Sosial dalam kegiatan kerja bakti mingguan di Desa Miri Slogoretno Kecamatan Jatipurno Kabupaten Wonogiri D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat atau kegunaan Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya mengenai karakter gotong royong dan peduli sosial pada masyarakat dalam kerja bakti

7 b. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat atau kegunaan Praktis a. Hasil penelitian ini dapat memperluas informasi kepada masyarakat mengenai pentingnya karakter gotong royong dan peduli sosial dalam kerja bakti. b. Hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti sebagai calon pendidik dalam mentransformasikan karakter gotong royong dan peduli sosial kepada peserta didik saat proses pembelajaran di kelas. E. Daftar Istilah Untuk mempermudah para pembaca dalam memahami isi skripsi ini, peneliti perlu mencantumkan daftar istilah dari skripsi ini. Adapun daftar istilah skripsi ini sebagaimana uraian berikut. 1. Karakter. Menurut Koesoema dalam Harnid dan Saebani (2011:31). Karakterk identik dengan kepripadian, kepribadian merupakan ciri atau karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentuk-bentuk yang diterima dari lingkungan. Menurut Samani dan Haryanto (2011:41). Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan berkerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dan keputusannya. Menurut Kesuma, dkk. (2011:11), karakter adalah suatu nilai yang di wujudkan dalam

8 bentuk perilaku. Jadi karakter merupakan ciri atau karakteristik yang khas tiap individu untuk hidup, perilaku dan bekerja sama yang bersumber dari bentukbentuk yang diterima dari lingkungan. 2. Gotong royong. Menurut Kartodirdjo (1994:91), gotong royong menujuk kepada suatu jenis perwujudan solidaritas yang tampak jelas sebagai ciri khas dalam komunitas pedesan. Menurut Samani dan Hariyanto (2012: 118), gotong royong adalah suatu tindakan dan sikap mau bekerja keras dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dan keuntungan bersama. Jadi gotong royong merupakan suatu jenis solidaritas maupun tindakan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan dan keuntungan bersama. 3. Peduli sosial. Menurut Yani (2008), karakter peduli sosial dapat diartikan perilaku warga bangsa untuk melakukan perbuatan baik terhadap sesama yaitu berbagi, membantu, dan mempermudah pihak lain dalam melakukan urusannya ( urusan yang benar dan baik). Menurut Imazizah (2012), peduli sosial merupakan perasaan bertanggung jawab atas kesulitan yang dihadapi oleh orang lain. Jadi peduli sosial adalah suatu perilaku atau sikap untuk memberikan bantuan kepada orang lain serta masyarakat dalam melakukan urusanya ( urusan yang benar dan baik).