PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
M. Natsir, Kustiyo Peneliti Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lapan ABSTRACT

KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

ANALISIS PENGARUH PEMILIHAN KANAL DAN WINDOW DALAM PROSES OTOMATISASI PENGAMBILAN TITIK GCP UNTUK KOREKSI GEOMETRIK CITRA LANDSAT SKRIPSI

Citra Satelit IKONOS

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

III. BAHAN DAN METODE

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

III. BAHAN DAN METODE

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH REGISTRASI DAN REKTIFIKASI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ENVI. Oleh:

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL INFRASTRUKTUR

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

BAB IV. Ringkasan Modul:

III. METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN ASISTENSI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Dosen : Lalu Muhammad Jaelani ST., MSc., PhD. Cherie Bhekti Pribadi ST., MT

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

PERBANDINGAN KLASIFIKASI TUTUPAN LAHAN DENGAN METODE OBJECT-BASED DAN PIXEL- BASED

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Kajian Pendekatan Teori Probabilitas untuk... (I Made Parsa)

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Isfandiar M. Baihaqi

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

IV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Anita Dwijayanti, Teguh Hariyanto Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PREDIKSI PENGGUNAAN DAN PERUBAHAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS MULTISPEKTRAL

UJI KETELITIAN HASIL REKTIFIKASI CITRA QUICKBIRD DENGAN PERANGKAT LUNAK GLOBAL MAPPER akurasi yang tinggi serta memiliki saluran

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Perspective & Imaging Transformation

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JUDUL TUGAS AKHIR PEMETAAN GEOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA ALOS DI DAERAH PEGUNUNGAN SELATAN ( Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah )

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

LATIHAN GPS SUNGAI TIGO. Di Ambil dari Berbagai Sumber

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

REVIEW HASIL CEK LAPANGAN PEMETAAN RUPABUMI INDONESIA (RBI) SKALA 1:25

ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM

Transkripsi:

168 Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 4 Desember 2010 : 168-173 PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA Kustiyo Peneliti Bidang Produksi Data, LAPAN e-mail: kuslapan@yahoo.com ABSTRACT Currently, the standard product of Landsat imagery is tending to 1T level or ortho corrected product and the terrain data called Digital Elevation Model (DEM) was used in the geometric correction process. The level 1T Landsat data product has a better geometric accuracy with less then one pixel accuracy, so that the time series analysis could be done. This research developed an ortho correction model of Landsat imagery that leads to a consistent algoritm, standard result and documentation. The developed model leads to the automatic process and consistent methodology in using control points for the geometric correction. The model consists of 3 (three) steps; automatic selecting control points, control point quality checking and result simulation quality, and ortho geometric correction process. The automatic methodology hase been done for control points generation, using the point prediction and the point matching technique. While the used point matching technique is image correlation. The image correlation parameter utilized are channel 5 of Landsat data, 11x11 pixels size window, and correlation threshold of 0.85. By using the above model every process becomes so measurable, reportable, and verifiable that the resulted information from the image data as the land cover information of entire Indonesia becomes better. Key words: Ortho rectification, Control point, Digital Elevation Model (DEM), Point prediction, Point matching, Image correlation ABSTRAK Produk standar citra satelit Landsat sekarang berkembang ke level-1t, yang merupakan produk terkoreksi geometri ortho dengan menyertakan data terrain yang disebut sebagai Digital Elevation Model (DTM) dalam proses koreksi geometri. Data Landsat produk level-1t tersebut mempunyai ketelitian geometri yang lebih baik, sehingga dimungkinkan analisis tumpang susun (overlay) antar waktu dengan pergeseran geometri kurang dari 1 piksel. Pada penelitian ini dikembangkan suatu model koreksi geometri ortho citra Landsat yang mengarah kepada konsistensi proses, standarisasi hasil, dan standarisasi pendokumentasian. Model yang dikembangkan mengarah kepada otomatisasi proses, dan konsistensi dalam penggunaan titik kontrol untuk koreksi geometri. Model yang digunakan dibagi menjadi 3 tahap yaitu; pengambilan titik kontrol secara otomatis, pengecekan kualitas titik kontrol dan simulasi kualitas hasil, serta proses koreksi geometri ortho dengan menggunakan teknik koreksi ortho 2 tahap. Otomatisasi pengambilan titik kontrol menggunakan metode point prediction dan point matching, teknik point matching yang digunakan adalah image correlation. Parameter image correlation yang digunakan adalah kanal 5 dari data Landsat, ukuran window 11x11 piksel, dan nilai batas korelasi 0.85. Dengan menggunakan model tersebut di atas setiap proses menjadi terukur (measurable), terlaporkan (reportable), dan terverifikasi (verifiable), sehingga informasi yang dihasilkan dari data citra seperti informasi tutupan lahan seluruh wilayah Indonesia menjadi lebih baik. Kata kunci: Koreksi geometri ortho, Titik kontrol, Digital Elevation Model (DEM), Point prediction, Point matching, Image correlation

Pengembangan Model Koreksi Geometri Ortho Landsat untuk...(kustiyo) 1 PENDAHULUAN Data satelit penginderaan jauh Landsat yang umumnya digunakan sebagai data dasar dalam pembuatan peta penutup lahan mempunyai kesalahan geometrik dan radiometrik, sehingga harus dikoreksi agar sesuai dengan kondisi permukaan Bumi sesungguhnya (wallace, 2009). Produk standar citra satelit Landsat tersebut sekarang berkembang menjadi produk standar level-1t, merupakan produk yang sudah terkoreksi geometri ortho dengan menyertakan data terrain yang disebut sebagai Digital Elevation Model (DEM) dalam proses koreksi geometri (Furby, 2009). Data Landsat produk level-1t tersebut mempunyai ketelitian geometri yang lebih baik, sehingga memungkinkan analisis tumpang susun (overlay) antar waktu dengan pergeseran geometri kurang dari 1 piksel. Dengan demikian maka perubahan tutupan lahan dapat diukur melalui data penginderaan jauh Landsat dengan lebih akurat, sehingga perubahan yang terjadi adalah perubahan objek yang nyata bukan akibat pergeseran geometri. Pada penelitian ini dikembangkan suatu model koreksi geometri ortho citra Landsat yang mengarah pada konsistensi proses, standarisasi hasil, dan standarisasi pendokumentasian (Furby, 2009). Model yang dikembangkan mengarah kepada otomatisasi proses, dan konsistensi dalam penggunaan titik kontrol untuk koreksi geometri. Dengan menggunakan model tersebut setiap proses menjadi bersifat terukur (measurable), dapat dilaporkan (reportable), dan bisa diverifikasi (verifiable), sehingga informasi yang dihasilkan dari data citra seperti informasi tutupan lahan seluruh wilayah Indonesia menjadi lebih baik. Tujuan dari penelitian ini adalah membangun prosedur operasional baku (Standard Operasional Procedure) sistem pengolahan citra ortho. Sedangkan sasaran dari kegiatan penelitian ini adalah tersedianya metode pengolahan data Landsat level ortho. 2 METODOLOGI 2.1 Data Penelitian ini menggunakan data citra Landsat sebagai data utama, sebagai berikut: Raw data (data yang dikoreksi geometri), citra Landsat 5 path/row: 124062 6 kanal multispectral, level pengolahan 1G path oriented, perolehan tanggal 16 Mei 2006. Data Referensi, citra Landsat 7 GLS- 2000 level 1T (ortho rectified). Basis Data GCP, titik GCP sebanyak 228 titik dari path/row 124062 yang diperoleh dari CSIRO Australia. DEM (Digital Elevation Model), SRTM 90 meter. 2.2 Koreksi Geometri Ortho (Orthorektifikasi) Agar citra mempunyai kualitas geometri yang akurat maka citra tersebut harus mempunyai proyeksi koordinat tegak (ortho). Kondisi riil data citra satelit tidak memungkinkan adanya pencitraan secara tegak pada setiap piksel citra, sehingga diperlukan transformasi koordinat atau koreksi geometri dari perekaman non-ortho menjadi ortho. Pergeseran koordinat dari transformasi ortho selain dipengaruhi oleh sudut pengambilan objek juga dipengaruhi oleh tinggi objek yang ada di permukaan Bumi. Pengaruh ketinggian objek terhadap pergeseran geometri citra sebagaimana ditunjukkan dapat dilihat pada Gambar 2-1. Titik A yang merupakan objek di permukaan Bumi (Gambar 2-1), seharusnya mempunyai bayangan a pada bidang citra. Akan tetapi karena titik A yang mempunyai elevasi h terhadap bidang datum maka bayangannya berada pada titik a. Pergeseran a ke a merupakan pergeseran bayangan yang selalu mempunyai sifat menjauhi pusat 169

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 4 Desember 2010 : 168-173 proyeksi. Jika citra mempunyai sudut pencitraan alfa (α) maka pergeseran geometri yang terjadi adalah sebesar d= tan(α) * h, (2-1) dimana h adalah tinggi objek yang ada di permukaan Bumi. Gambar 2-1: Pergeseran geometri akibat ketinggian (h) Untuk menghasilkan citra dengan kualitas geometri ortho, ditempuh beberapa tahap yaitu, (a) Pengambilan 4 titik kontrol awal; (b) Proses pengambilan titik kontrol secara otomatis; (c) Pengecekan titik kontrol; dan (d) Proses koreksi geometri ortho. 2.3 Prosedur Koreksi Geometri Ortho Untuk menghasilkan citra dengan kualitas geometri ortho, ditempuh beberapa tahap yaitu: Pengambilan 4 titik kontrol awal; Proses pengambilan titik kontrol secara otomatis; Pengecekan titik kontrol; Proses koreksi geometri ortho. 2.3.1 Pengambilan titik kontrol awal Untuk menghitung fungsi transformasi koordinat diambil 4 titik kontrol GCP awal yang digunakan dalam proses point prediction. 2.3.2 Proses pengambilan titik kontrol secara otomatis Proses pengambilan titik kontrol secara otomatis (smart_warp) dilakukan menggunakan teknik point prediction dilanjutkan dengan point matching. 170 Inciden α d A h a a D d=tan(α)*h H=830 km d=d/(h-h)*h H-h Dengan fungsi transformasi dari koordinat peta ke koordinat citra yang diturunkan dari 4 titik GCP awal, maka titik kontrol yang diperoleh dari basis data GCP yang telah dibuat diprediksi untuk mendapatkan titik koordinat pada citra (point prediction) (Furby, 2009). Hasil titik kontrol GCP dari point prediction selanjutnya diperbaiki untuk mendapatkan pasangan titik GCP yang lebih tepat sesuai tekstur pada citra, proses ini disebut sebagai point matching. Proses point matching dalam kegiatan ini menggunakan metode image korelasi dengan parameter sebagai berikut. kanal spektral yang digunakan adalah kanal 5; ukuran windows matching yang digunakan 11x11 piksel; ukuran radius pencarian titik matching 7 piksel; batas nilai korelasi yang digunakan adalah 0.85. 2.3.3 Pengecekan titik kontrol Proses ini digunakan untuk melihat kualitas GCP hasil point matching dari tahap sebelumnya. Selain itu juga dilakukan simulasi ketelitian hasil dari proses ortho, sehingga sebelum diproses ortho rektifikasi sudah dapat diketahui ketelitian hasil koreksi. Keluaran dari pengecekan GCP ini, yaitu: Root Mean Square (RMS) dari semua GCP yang digunakan Simulasi ketelitian hasil ortho yang dilakukan dengan cara: Satu GCP dikeluarkan satu persatu, dihitung errornya, kemudian dari error tersebut dihitung RMS errornya. Separuh GCP dikeluarkan untuk digunakan dalam pengecekan hasil koreksi, sedangkan separuhnya lagi digunakan dalam proses penghitungan fungsi transformasi, dan sebaliknya.

Pengembangan Model Koreksi Geometri Ortho Landsat untuk...(kustiyo) 2.3.4 Proses koreksi geometri ortho Proses koreksi geometri ortho dalam penelitian ini menggunakan metode 2 tahap pengolahan. Tahap pertama dibuat simulasi koreksi geometri dengan meratakan permukaan Bumi pada ketinggian 0 (nol) meter, setiap GCP yang ada pada ketinggian tertentu digeser dengan metode Pitagoras (segitiga siku). Jika tinggi satelit dan tinggi objek diketahui, maka pergeseran akibat faktor ketinggian dapat dihitung. Setelah dilakukan pergeseran GCP berdasarkan faktor ketinggian, selanjutnya dihitung fungsi transformasi koordinat dengan meng-gunakan metode transformasi linier AFFINE. Berbeda dengan tahap pertama yang melakukan koreksi geometri akibat distorsi yang diakibatkan oleh pergeseran geometri arah X dan Y, maka pada tahap berikutnya atau tahap kedua adalah koreksi geometri akibat pergeseran yang disebabkan oleh faktor ketinggian saja atau arah Z. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 3-1 menunjukkan 4 titik kontrol awal, lokasi 4 titik kontrol tersebut menyebar pada ke empat pojok citra dan diambil secara manual. Sedangkan Gambar 3-2 menunjukkan citra referensi yang digunakan dalam koreksi geometri, citra referensi ini diperoleh dari citra Landsat GLS-2000 (Global Land Survey-2000), dimana citra GLS-2000 tersebut sudah terkoreksi Gambar 3-1: Empat (4) titik awal geometri ortho dan mempunyai proyeksi UTM. Koordinat 4 titik kontrol awal tersebut disajikan pada Tabel 3-1. Dengan menggunakan fungsi transformasi koordinat AFFINE, maka dengan 4 titik kontrol dapat dicari koefisien transformasi dari koordinat peta ke koordinat citra atau sebaliknya. Dari 228 basis data titik GCP pada scence 124062 dilakukan point prediction dan point matching, yang dapat dilihat pada Tabel 3-2. Setiap titik kontrol GCP mempunyai nilai korelasi yang dapat dilihat pada kolom paling akhir. Dengan nilai batas korelasi 0.85 diperoleh 65 titik kontrol GCP matching. Sebaran GCP matching dinyatakan pada Gambar 3-3, GCP warna putih menunjukkan GCP yang matching dengan nilai korelasi >0.85, sedangkan GCP warna merah menunjukkan GCP yang tidak matching atau mempunyai nilai korelasi >0.85. Setelah dihasilkan 65 titik kontrol GCP yang dianggap matching, selanjutnya dilakukan pengecekan GCP. Hasil pengecekan memperoleh sebanyak 65 titik GCP yang matching, seperti dinyatakan pada Tabel 3-3. RMS error dari 65 titik GCP adalah 1.18 pixel, sedangkan prediksi kesalahan jika dilakukan proses ortho rektifikasi adalah 1.47 piksel dan 1.05 piksel. Dengan hasil tersebut perlu dilakukan editing GCP hasil matching, dengan cara menghapus titik kontrol yang mempunyai error > 1.5 piksel. Gambar 3-2: Citra referensi 171

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 5 No. 4 Desember 2010 : 168-173 Tabel 3-1: KOORDINAT 4 TITIK KONTROL AWAL No. X Y Easting Northing Error " 1" 914 1044 406631.326-254430.832 0.0312 " 2" 961 2227 402934.753-289752.387 0.0361 " 3" 6140 4310 547699.87-374003.315 0.0773 " 4" 2067 3484 430359.664-331849.415 0.1639 Tabel 3-2: HASIL PROSES POINT MATCHING No. X Y Easting Northing Korelasi " 1" 3898 3033 486645.943-326381.731 95.5 " 2" 3601 1109 486121.385-267992.100 93.1... " 64" 3622 843 487884.640-260195.209 86.0 " 65" 1619 1946 423661.639-320274.681 85.6 " 66" 2248 185 449710.822-234773.805 84.9 " 67" 3339 5110 461117.881-385651.191 84.8... "227" 380 5621 371104.894-387983.582 77.5 "228" 3074 637 472511.803-251702.032 77.5 Tabel 3-3: ENAM PULUH LIMA (65) TITIK GCP YANG MATCHING No. X Y Easting Northing Error " 1" 914 1044 406631.326-254430.832 0.0312 " 2" 961 2227 402934.753-289752.387 0.0361 " 3" 6140 4310 547699.87-374003.315 0.0773 " 4" 2067 3484 430359.664-331849.415 0.1639... "57" 3760 3191 481898.503-330511.873 1.3777 "58" 5760 994 550723.306-273930.957 1.4256 "59" 198 5632 365665.254-387602.170 1.4832 "60" 6267 5446 546536.044-408255.623 1.6346(*) "61" 5383 791 540404.478-266293.935 1.7270(*) "62" 194 5615 365581.712-386941.178 2.3818(*) "63" 4999 740 529132.725-263149.279 2.8651(*) "64" 5146 3330 522514.556-340547.129 3.9923(*) "65" 6419 1373 568487.601-287969.683 4.5427(*) Jumlah GCP Total : 282 Jumlah GCP ON : 65 RMS Error 65 GCP : 1.18 Ketelitian Hasil cara-1 : 1.26 Ketelitian Hasil cara-2 : 32 gcp off : 1.47 Ketelitian Hasil cara-2 : 33 gcp offsebaliknya : 1.05 Sebanyak 6 titik kontrol dihilangkan (titik kontrol nomor 60 s.d 65), kemudian dilakukan pengecekan GCP ulang. Hasil pengecekan terhadap 49 titik GCP diperoleh hasil sebagai berikut: Jumlah GCP ON :59 RMS Error 59 GCP : 0.71 Ketelitian Hasil cara-1 : 0.75 Ketelitian Hasil cara-2 : 29 gcp off: 0.80 Ketelitian Hasil cara-2 : 30 gcp offsebaliknya : 0.74 Dari hasil pengecekan GCP tersebut di atas semua RMS dan prediksi ketelitian hasil koreksi ortho kurang dari 1 piksel. Proses selanjutnya dilakukan koreksi geometri ortho dengan menggunakan titik kontrol sebanyak 49 titik yang sudah menyebar pada seluruh bagian scence. Hasil koreksi geometri ortho dapat dilihat pada Gambar 3-4. 172

Pengembangan Model Koreksi Geometri Ortho Landsat untuk...(kustiyo) Gambar 3-3: GCP hasil Point Matching Hasil pengecekan akhir yang merupakan pengecekan kualitas produk dilakukan dengan cara tumpang susun hasil ortho dengan citra referensi. Setelah dilakukan pengecekan secara visual hasil di empat pojok citra dan tengah citra, tidak diperoleh adanya pergeseran citra, artinya bahwa citra ortho yang dihasilkan mempunyai ketelitian geometri yang sama dengan citra referensi. Proses koreksi geometri ortho yang dilakukan telah mengikuti sistem MRV yaitu terukur, terlaporkan dan terverifikasi. Kualitas hasil koreksi geometri ortho dapat diukur dengan melihat kesalahan geometri titik kontrol dan tingkat ketelitian hasil koreksi. Semua tahap proses mulai dari pemilihan titik kontrol, cek kualitas hasil terlaporkan atau terdokumentasikan dalam bentuk file teks secara otomatis sehingga dapat direview (dilihat) kualitas hasil koreksi geometri yang dilakukan. Adanya cek kualitas hasil pada akhir proses menunjukkan bahwa hasil koreksi telah terverifikasi. 4 KESIMPULAN Dari penelitian ini dihasilkan sebuah standar proses koreksi geometri ortho, yang setiap proses terdokumentasi dengan baik. Dokumentasi setiap proses dibuat secara otomatis oleh perangkat lunak yang digunakan dalam bentuk text file, yang berisi informasi tentang GCP yang digunakan beserta error-nya dan korelasinya serta RMS dan prediksi ketelitian hasil. Dari hasil koreksi Gambar 3-4: Hasil Koreksi Ortho geometri ortho ini dimungkinkan analisis tumpang susun antar waktu dengan pergeseran geometri kurang dari 1 piksel. Model koreksi geometri ortho citra landsat seperti dalam penelitian ini mengarah pada konsistensi proses, standarisasi hasil, dan standarisasi pendokumentasian. Dengan menggunakan model tersebut maka setiap proses menjadi terukur, terlaporkan, dan terverifikasi sehingga informasi yang dihasilkan dari data citra seperti informasi tutupan lahan seluruh wilayah Indonesia menjadi lebih baik. DAFTAR RUJUKAN Furby, Suzanne, May 2009. General Guidelines for Registering Landsat TM Coverage to the Rectification Base and Performimg the BRDF Correction, Prepared for the Indonesian NCAS Project, CSIRO Mathematical and Information Sciences. Furby, Suzanne, August 2009. Quality Assurance Documentation, Prepared for the Indonesian NCAS Project, General Guidelines for Cecking the Registration of Landsat Images to Rectification Base Image, CSIRO Mathematical and Information Sciences. Wallace, Jeremy and Suzanne Furby, 2009. Report on The Traning Course Image Rectification and Correction, CSIRO Mathematical and Information Sciences. 173