PENERAPAN METODE KONVOLUSI DALAM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI. citra, piksel, convolution, dan Software Development Life Cycle.

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Pendahuluan. Dua operasi matematis penting dalam pengolahan citra :

BAB 1 PENDAHULUAN. berupa gambar, audio (bunyi, suara, musik), dan video. Keempat macam data atau

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TI JAUA PUSTAKA

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

Operasi Bertetangga (1)

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

BAB II LANDASAN TEORI

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Gaussian Filter pada Edge Detection

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

APLIKASI PERUBAHAN CITRA 2D MENJADI 3D DENGAN METODE STEREOSCOPIC ANAGLYPH BERBASISKAN KOMPUTER

MKB Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel pada Domain Frekuensi. Genap 2016/2017

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

ANALISIS UNJUK KERJA MEDIAN FILTER PADA CITRA DIGITAL UNTUK PENINGKATAN KUALITAS CITRA

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

EDGE DETECTION MENGGUNAKAN METODE ROBERTS CROSS

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

DETEKSI TEPI MENGGUNAKAN OPERATOR ISOTROPIK DENGAN PENGOLAHAN AWAL MENGGUNAKAN PENGATURAN INTENSITAS

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

7.7 Pelembutan Citra (Image Smoothing)

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Operasi Bertetangga KONVOLUSI. Informatics Eng. - UNIJOYO log.i. Citra kualitas baik: mencerminkan kondisi sesungguhnya dari obyek yang dicitrakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

DETEKSI KEBAKARAN BERBASIS WEBCAM SECARA REALTIME DENGAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Spatial Filtering Dengan Teknik Operasi Konvolusi

BAB II LANDASAN TEORI. perangkat komputer digital (Jain, 1989, p1). Ada pun menurut Gonzalez dan Woods

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGABURAN GAMBAR

Penerapan Metode Kirsch Dalam Mendeteksi Tepi Objek Citra Digital

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016

BAB II LANDASAN TEORI

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Perbaikan Kualitas Citra Menggunakan Metode Contrast Stretching (Improvement of image quality using a method Contrast Stretching)

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

BAB II LANDASAN TEORI

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

Modifikasi Histogram

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. berhubungan dengan image restoration, di antaranya adalah tentang image, image

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa teknik pengolahan citra

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVOLUSI UNTUK UNTUK REDUKSI DERAU PADA CITRA DIGITAL.

Yudi Ahmad Hambali Pendahuluan. Area Process. Lisensi Dokumen:

RESTORASI CITRA BLUR DENGAN ALGORITMA JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD

BAB 2 LANDASAN TEORI

Deteksi Tepi Citra Kanker Payudara dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG)

APLIKASI IMAGE THRESHOLDING UNTUK SEGMENTASI OBJEK

Pengembangan Algoritma Pengubahan Ukuran Citra Berbasiskan Analisis Gradien dengan Pendekatan Polinomial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN TEKNIK FILTERING ADAPTIVE NOISE REMOVAL PADA GAMBAR BERNOISE

APLIKASI PENGOLAHAN CITRA PERBAIKAN KUALITAS IMAGE CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HARMONIC MEAN FILTER

Aplikasi Matriks dalam Pengolahan Gambar

PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF TIRUAN BACK-PROPAGATION

BAB II TEORI PENUNJANG

SAMPLING DAN KUANTISASI

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONVOLUSI UNTUK PELEMBUTAN CITRA (IMAGE SMOOTHING) DALAM OPERASI REDUKSI NOISE

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

Penggunaan Filter Frekuensi Rendah untuk Penghalusan Citra (Image Smoothing)

Jurnal Coding, Sistem Komputer Untan Volume 4, No. 2, Hal ISSN : x

Transkripsi:

PENERAPAN METODE KONVOLUSI DALAM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Wikaria Gazali 1 ; Haryono Soeparno 2 ; Jenny Ohliati 3 1,3 Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University 2 Computer Science Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 wikaria@binus.edu; haryono@binus.edu ABSTRACT A lot of photography studios today still perform image processing manually using installed the functions on the computer. As we know, manual image processing takes quite a long time. Therefore, they need an application program which is easier, user friendly and produces higher quality images. The application program created in this research uses metode konvolusi with several variations of image processing such as: smooth, Gaussian blur, sharpen, mean removal, emboss, and edge detection. The results of testing and evaluation of the program shows that image processing using the metode konvolusi is capable of producing better image quality. Keywords: smooth, Gaussian blur, sharpen, mean removal, emboss, edge detection. ABSTRAK Studio fotografi saat ini masih melakukan pengolahan citra secara manual menggunakan fungsi-fungsi yang sudah terpasang pada komputer. Pengolahan citra secara manual memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu diperlukan program yang lebih mudah, user friendly dalam penggunaannya dan menghasilkan gambar yang lebih berkualitas. Metode yang digunakan dalam program aplikasi ini adalah metode konvolusi. Beberapa variasi pengolahan citra yang menggunakan metode ini yaitu: smooth, Gaussian blur, sharpen, mean removal, emboss, dan edge detection. Hasil uji coba dan evaluasi dari program tersebut menyatakan bahwa pengolahan citra menggunakan metode konvolusi berdasarkan data-data yang ada mampu menghasilkan kualitas citra yang lebih baik. Kata kunci: pengolahan citra, smooth, Gaussian blur, sharpen, mean removal, emboss, edge detection Penerapan Metode Konvolusi... (Wikaria Gazali; dkk) 103

PENDAHULUAN Citra atau gambar dalam bahasa latin imago adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu obyek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tidak tampak. Contoh citra tampak dalam kehidupan sehari-hari: foto, gambar, dan lukisan, sedangkan citra tidak tampak misalnya: data gambar dalam file (citra digital), dan citra yang direpresentasikan menjadi fungsi matematis. Di antara jenis citra tersebut, hanya citra digital yang dapat diolah menggunakan komputer. Jenis citra lain, jika hendak diolah dengan komputer, harus diubah dulu menjadi citra digital, misalnya foto discan dengan scanner, persebaran panas tubuh foto ditangkap dengan kamera infra merah dan diubah menjadi informasi numeris, informasi densitas dan komposisi bagian dalam tubuh manusia ditangkap dengan bantuan pesawat sinar x dan sistem deteksi radiasi menjadi informasi digital. Kegiatan untuk mengubah informasi citra fisik non digital menjadi digital disebut sebagai pencitraan (imaging). Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variable, f(x,y), di mana x dan y adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut, hal tersebut diilustrasikan pada Gambar 1. Teknologi dasar untuk menciptakan dan menampilkan warna pada citra digital berdasarkan pada penelitian bahwa sebuah warna merupakan kombinasi dari tiga warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru (Red, Green, Blue - RGB). Gambar 1 Citra digital Sebuah citra diubah ke bentuk digital agar dapat disimpan dalam memori komputer atau media lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat, misalnya scanner, digital camera, dan handycam. Ketika sebuah citra diubah ke dalam bentuk digital, bermacam-macam proses pengolahan citra dapat diperlakukan terhadap citra tersebut. Pengolahan citra merupakan sebuah bentuk pemrosesan sebuah citra atau gambar dengan proses numerik dari gambar tersebut, dalam hal ini yang diproses adalah masing-masing pixel atau titik dari gambar tersebut. Salah satu teknik pemrosesan citra memanfaatkan komputer sebagai peranti lunak memproses masing-masing pixel dari sebuah gambar. Oleh karena itu muncul istilah pemrosesan citra secara digital atau digital image processing. Digital image processing diperkenalkan pertama kali di New York, USA pada awal tahun 1920-an. Pertama kalinya digunakan untuk meningkatkan kualitas gambar koran yang dikirimkan oleh kabel bawah laut yang terbentang antara London dan New York. Sampai tahun 1960-an perkembangannya tidaklah terlalu menggembirakan. 104 Jurnal Mat Stat, Vol. 12 No. 2 Juli 2012: 103-113

Namun pada akhir tahun 1960-an, di mana perkembangan komputer yang pesat dan mampu menawarkan kecepatan dan kapasitas yang lebih tinggi memacu perkembangan dari implementasi algoritma pemrosesan citra yang lebih pesat lagi. Untuk saat ini penggunaan dari pemrosesan citra telah melingkupi berbagai macam disiplin ilmu di antaranya bidang Arsitektur, Geografi, Ilmu Komputer, Kedokteran, Fotografi, Arkeologi, dan lain sebagainya. Proses pengambilan citra menggunakan kamera terkadang mengalami penurunan mutu, misalnya mengandung derau (noise), kurang tajamnya, terjadi pengaburan (blur), dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit diinterpretasikan karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut berkurang. Pihak dari cuci cetak sendiri juga dapat melakukan pengolahan citra dengan piranti lunak dari komputer, tetapi biasanya cukup lama untuk menghasilkan citra yang diminta atau untuk bisa diinterpretasikan. Hal ini disebabkan proses yang dilakukan secara manual dengan penambahan warna dan penghalusan citra melalui piranti lunak komputer. Akan lebih cepat untuk pihak cuci cetak, apabila telah ada perangkat lunak yang secara otomatis menangani hal tersebut. Atas dasar itu, artikel ini membahas perancangan program untuk mengolah citra menggunakan Metode konvolusi, di mana terdiri dari penghalusan citra, Gaussian blur, mean removal, penajaman citra, emboss, dan edge detection. METODE Artikel ini membahas perancangan program untuk mengolah citra menggunakan Metode konvolusi. Konvolusi adalah operator matematika yang penting untuk banyak operator dalam image processing. Konvolusi menyediakan cara untuk menggabungkan dua array, biasanya untuk ukuran array yang berbeda, tetapi untuk dimensi array yang sama, menghasilkan array ketiga yang mempunyai dimensi yang sama. Konvolusi dapat digunakan dalam image processing untuk menerapkan operator yang mempunyai nilai output dari piksel yang berasal dari kombinasi linear nilai input piksel tertentu. Konvolusi citra adalah tehnik untuk menghaluskan suatu citra atau memperjelas citra dengan menggantikan nilai piksel dengan sejumlah nilai piksel yang sesuai atau berdekatan dengan piksel aslinya. Tetapi dengan adanya konvolusi, ukuran dari citra tetap sama, tidak berubah. Konvolusi memiliki dua buah fungsi f(x) dan g(x) yang didefinisikan sebagai berikut: h ( x) f ( x) g( x) = f ( a) g( x a)da = * (1) yang dalam hal ini, tanda (*) menyatakan operator konvolusi dan peubah (variable) bantu. adalah peubah Untuk pengolahan citra, operasi yang dilakukan adalah diskrit karena nilai koordinat piksel merupakan nilai yang diskrit. Selanjutnya filter atau mask yang digunakan pada pengolahan citra biasanya berukuran terbatas, dalam artian bobot atau pengaruh dari titik-titik yang cukup jauh sudah tidak signifikan, sehingga dapat diabaikan (dianggap nol). Bentuk diskrit dari operasi konvolusi satu dimensi pada pengolahan citra adalah: h ( x) f ( x) g( x) = f ( a) g( x a) = * (2) a= Penerapan Metode Konvolusi... (Wikaria Gazali; dkk) 10

Untuk fungsi dengan dua dimensi, operasi konvolusi didefinisikan sebagai berikut: Untuk fungsi integral: h ( x, y) f ( x, y) * g( x, y) = f ( a, b) g ( x a, y b) da db = (3) Untuk fungsi diskrit: h ( x y) f ( x, y) * g( x, y) = f ( a, b) g ( x a, y b) =, (4) a= a= Fungsi penapis g(x,y) disebut juga konvolusi filter, konvolusi mask, konvolusi kernel, atau template. Dalam bentuk diskrit konvolusi kernel dinyatakan dalam bentuk matriks (umumnya matriks 3x3). Ukuran matriks ini biasanya lebih kecil dari ukuran citra. Setiap elemen matriks disebut koefisien konvolusi. Ilustrasi konvolusi ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 Ilustrasi Konvolusi (Rinaldi Munir, 2004, p79). f(i,j) = Ap 1 + Bp 2 + Cp 3 + Dp 4 + Ep + Fp 6 + Gp 7 + Hp 8 + Ip 9 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Operasi Konvolusi Operasi konvolusi dilakukan dengan menggeser konvolusi kernel piksel per piksel. Hasil konvolusi disimpan di dalam matriks baru. Contoh 1. Misalkan citra f(x,y) yang berukuran x dan sebuah kernel atau mask yang berukuran 3x3 masing-masing adalah sebagai berikut: f ( x, y) 4 6 = 6 2 4 6 6 7 3 6 2 6 4 4 2 2 3 4 dan g ( x, y) 0 = 1 0 1 0.4 1 0 1 0 (keterangan: tanda menyatakan posisi (0,0) dari kernel) 106 Jurnal Mat Stat, Vol. 12 No. 2 Juli 2012: 103-113

Operasi konvolusi antara citra f(x,y) dengan kernel g(x,y), yaitu f(x,y) * g(x,y) dapat diilustrasikan sebagai berikut: (1) Tempatkan kernel pada sudut kiri atas, kemudian hitung nilai piksel pada posisi (0,0) dari kernel. 4 4 3 4 6 6 2 3 6 6 6 2 Hasil konvolusi = 3. Nilai ini dihitung dengan cara berikut: (0x4) + (-1x4) + (0x3) + (-1x6) + (4x6) + (-1x) + (0x) + (-1x6) + (0x6) = 3 (2) Geser kernel satu piksel ke kanan, kemudian hitung nilai piksel pada posisi (0,0) dari kernel: 4 4 3 4 6 6 2 3 0 6 6 6 2 Hasil konvolusi = 0. Nilai ini dihitung dengan cara berikut: (0x4) + (-1x3) + (0x) + (-1x6) + (4x) + (-1x) + (0x6) + (-1x6) + (0x6) = 0 (3) Geser kernel satu piksel ke kanan, kemudian hitung nilai piksel pada posisi (0,0) dari kernel: 4 4 3 4 6 6 2 3 0 2 6 6 6 2 Hasil konvolusi = 2. Nilai ini dihitung dengan cara berikut: (0x3) + (-1x) + (0x4) + (-1x) + (4x) + (-1x2) + (0x6) + (-1x6) + (0x2) = 2 (4) Geser kernel satu piksel ke bawah, lalu mulai lagi melakukan konvolusi dari sisi kiri citra. Setiap kali konvolusi, geser kernel atau piksel ke kanan: 4 4 3 4 6 6 2 3 0 2 6 6 6 2 0 (i) Hasil konvolusi = 0. Nilai ini dihitung dengan cara berikut: (0x6) + (-1x6) + (0x) + (-1x) + (4x6) + (-1x6) + (0x6) + (-1x7) + (0x) = 0 Penerapan Metode Konvolusi... (Wikaria Gazali; dkk) 107

4 4 3 4 6 6 2 3 0 2 6 6 6 2 0 2 (ii) Hasil konvolusi = 2. Nilai ini dihitung dengan cara berikut: (0x6) + (-1x) + (0x) + (-1x6) + (4x6) + (-1x6) + (0x7) + (-1x) + (0x) = 2 4 4 3 4 6 6 2 3 0 2 6 6 6 2 0 2 6 (iii) Hasil konvolusi = 6. Nilai ini dihitung dengan cara berikut: (0x) + (-1x) + (0x2) + (-1x6) + (4x6) + (-1x2) + (0x) + (-1x) + (0x3) = 6 Dengan cara yang sama, piksel-piksel pada baris ketiga di konvolusi sehingga menghasilkan: 3 0 2 0 2 6 6 0 2 Jika hasil konvolusi menghasilkan nilai piksel negative, nilai tersebut dijadikan 0. Sebaliknya jika hasil konvolusi menghasilkan nilai piksel lebih besar dari nilai keabuan maksimum (2), nilai tersebut dijadikan ke nilai keabuan maksimum. Masalah timbul bila piksel yang dikonvolusi adalah piksel pinggir, karena beberapa koefisien konvolusi tidak dapat diposisikan pada piksel-piksel citra, seperti contoh di bawah ini: 4 4 3 4? 6 6 2? 6 6 6 2? Solusi untuk masalah ini adalah (Rinaldi Munir, 2004, p83): (1) piksel-piksel pinggir diabaikan, tidak dikonvolusi, jadi nilai piksel pinggir sama dengan nilai pada citra semula; (2) duplikasi elemen citra, misalnya elemen kolom pertama disalin ke kolom M+1 dst.; (3) elemen bertanda? diasumsikan bernilai 0 atau konstanta lain, sehingga konvolusi pinggir-pinggir dapat dilakukan. Solusi dengan ketiga pendekatan di atas mengasumsikan bagian pinggir citra lebarnya sangat kecil (hanya satu piksel) relative dibandingkan dengan ukuran citra, sehingga piksel-piksel pinggir tidak memperlihatkan efek yang kasat mata. 108 Jurnal Mat Stat, Vol. 12 No. 2 Juli 2012: 103-113

4 4 3 4 6 3 0 2 2 0 2 6 2 6 6 0 2 3 Gambar 3 Piksel-piksel pinggir (yang tidak diarsir) tidak dikonvolusi. (Rinaldi Munir, 2004, p84). Dalam algoritma konvolusi citra N x M dengan mask atau kernel yang berukuran 3 x 3 piksel yang dikonvolusi adalah elemen (i,j). Delapan buah piksel yang bertetangga dengan piksel (i,j) diperlihatkan pada Gambar 4. i-1, j-1 i-1, j i-1, j+1 i, j-1 i, j i, j+1 i+1, j-1 i+1, j i+1, j+1 Gambar 4 Delapan piksel yang bertetangga dengan piksel (i,j). Dapat dilihat bahwa operasi konvolusi merupakan komputasi pada area lokal, karena komputasi untuk suatu piksel pada citra keluaran melibatkan piksel-piksel tetangga pada citra masukannya. Hasil Pengujian Konvolusi pada Citra Smooth Berikut adalah perbandingan hasil pengolahan citra dengan menggunakan konvolusi smooth yaitu menghaluskan citra yang mengalami gangguan noise (Gambar ). (a) (b) Gambar (a) Image asli yang mengalami noise; (b) Hasil konvolusi smooth. Dapat dilihat dari gambar di atas bahwa citra asli noise berhasil dihaluskan dengan menggunakan konvolusi smooth. Noise pada citra dapat dihilangkan dan dihaluskan, tetapi, operasi smooth ini mempunyai efek pemerataan derajat keabuan, sehingga gambar yang diperoleh tampak lebih kabur kontrasnya. Efek pengaburan ini disebut efek blurring. Penerapan Metode Konvolusi... (Wikaria Gazali; dkk) 109

Gaussian Blur Pengolahan citra dengan menggunakan konvolusi gaussian blur menyebabkan suatu citra menjadi kabur sehingga sudut-sudut tajam pada citra akan menjadi lebih halus. Pengolahan citra ini dapat berdampak suatu citra menjadi semakin baik, tapi bisa juga menjadi semakin buruk. Hasil konvolusi Gaussian blur dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini, di mana hasil yang diberikan citra terlihat lebih halus dari citra aslinya. (a) (b) Gambar 6 (a) Citra asli; (b) citra yang telah mengalami Gaussian Blur Sharpen File gambar yang mengalami sharpen akan mengalami perubahan di mana warna-warna menjadi lebih tajam. Konvolusi sharpen sangat berguna untuk citra yang terlihat halus atau blur di mana berguna untuk memperjelas intrepretasi citra itu sendiri dan hasilnya juga bisa nampak lebih baik dari citra sebelumnya. Hasil evaluasi citra yang telah diolah dengan konvolusi sharpen dapat dilihat pada Gambar 7. Dapat dilihat bahwa warna yang dihasilkan tampak lebih tajam dan terang. (a) (b) Gambar 7 (a) Citra asli; (b) citra yang telah mengalami sharpening Mean Removal Konvolusi mean removal memberikan ketajaman lebih pada citra. Konvolusi mean removal berbeda dengan konvolusi sharpen walaupun sama-sama mempertajam citra. Perbedaan itu terletak pada mask konvolusi yang digunakan. Ketajaman citra yang diberikan pada mean removal lebih tajam daripada ketajaman sharpen. Namun, user dapat menggunakan keduanya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Hasil evaluasi mean removal dapat dilihat pada Gambar 8. Citra yang dihasilkan terlihat lebih tajam dan nampak nyata. Pewarnaan yang dihasilkan lebih baik dari citra aslinya. 110 Jurnal Mat Stat, Vol. 12 No. 2 Juli 2012: 103-113

(a) (b) Gambar 8 (a) citra asli; (b) citra yang telah mengalami mean removal Emboss Hasil penggujian konvolusi emboss diberikan dalam Gambar 9, dengan arah kiri, kanan, atas, dan bawah. (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 9 (a) citra asli; (b)emboss dari arah kiri; (c)emboss dari arah kanan; (d) emboss dari arah atas; (e)emboss dari arah bawah. Penerapan Metode Konvolusi... (Wikaria Gazali; dkk) 111

Edge Detection Tepi suatu obyek dalam citra dinyatakan sebagai titik yang nilai keabuannya berbeda cukup besar dengan titik yang ada di sebelahnya. Hasil pengujian konvolusi edge detection dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Hasil operasi edge detection filter (a) Citra asli; (b) Citra yang telah dilakukan edge detection SIMPULAN Dari hasil uji coba dan evaluasi, dapat disimpulkan bahwa: (1) metode konvolusi dapat digunakan dalam proses pengolahan citra seperti: penghalusan citra (smooth), Gaussian blur, sharpen, mean removal, emboss (memberi efek timbul pada citra), dan edge detection (pendeteksian tepi pada citra); (2) Konvolusi kernel yang digunakan berbentuk matriks 3x3, maka pengolahan citra yang dilakukan memberi efek kecil namun masih terlihat perbedaan antara citra asli dengan citra yang sudah diolah. Untuk mendapatkan hasil yang diinginkan user dapat melakukan proses berulang kali; (3) dalam melakukan penghalusan citra terhadap noise akan memberikan efek blur pada citra yang diolah, maka dari itu perlu dilakukan penajaman citra; (4) Fungsi konvolusi mean removal sama dengan konvolusi sharpen yaitu melakukan penajaman citra, tetapi konvolusi mean removal memberi ketajaman lebih pada citra. Hal tersebut dikarenakan oleh kernel yang digunakan oleh konvolusi sharpen hanya bekerja pada garis horizontal dan vertikal saja, sedangkan konvolusi mean removal juga bekerja pada garis diagonal; () berdasarkan data-data yang ada pengolahan citra mengunakan metode konvolusi mampu menghasilkan kualitas citra yang lebih baik.; (6) aplikasi pengolahan citra yang telah dibuat dapat diterapkan untuk kebutuhan studio foto, di mana penggunaannya lebih mudah daripada menggunakan software yang ada yang dilakukan secara manual atau menggunakan software khusus yang memerlukan keahlian khusus. DAFTAR PUSTAKA Achmad, B., Firdausy, K., Teknik Pengolahan Citra Digital Menggunakan Delphi. Yogyakarta: Ardi Publishing. Crane, Randy. (1997). A Simplified Approach to Image Processing. New Jersey: Prentice Hall. Jahne, Bernd. (200). Digital Image Processing (6th ed.). Jerman: Springer. 112 Jurnal Mat Stat, Vol. 12 No. 2 Juli 2012: 103-113

Joshi, B. K. (1973). The Inversion of a Konvolusi Transform. Department of Mathematics, Government College of Engineering and Technology, Raipur. Maria, P., Bosdogianni, P. (1999). Image Processing: The Fundamental. England: John Wiley & Sons. Munir, R. (2004). Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik. Bandung: Informatika. Pathmanabhan, A., Dinesh, S. (2007). The Effect of Gaussian Blurring on Extraction of Peaks and Pits from Digital Elevation Models. Discrete Dynamics in Nature and Soceity. Zhang, M. Z., Ngo, H.T., Livingston, A. R., Asari, V. K. (2008). A High Performance Architecture for Implementation of 2-D Konvolusi With Quadrant Symmetric Kernels. International Journal of Computers and Applications, 30: 4. Penerapan Metode Konvolusi... (Wikaria Gazali; dkk) 113