PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR: 31 TAHUN 2000 T E N T A N G PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IJIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DI WILAYAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERLINDUNGAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

- 2 - Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

KEPUTUSAN BUPATI KABUPATEN KUTAI NOMOR /HK-110/2002 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN PEMUNGUTAN DAN PEMANFAATAN KAYU RAKYAT BUPATI KUTAI,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN (IPHH) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 132 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 80 SERI C NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 49 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 09 TAHUN 2006

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU, NON KAYU PADA TANAH MILIK/HUTAN RAKYAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PEREDARAN DAN PENERTIBAN HASIL HUTAN KAYU DI KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 7 Tahun 2000 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR : 07 TAHUN 2000 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH BUPATI KUTAI TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET KABUPATEN KUTAI TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI HASIL PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU UTARA NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG HARI,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PASIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II SINTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IJIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUTAI NOMOR: 14 TAHUN 1996 T E N T A N G HUTAN RAKYAT DAN HUTAN MILIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENATAUSAHAAN HASIL HUTAN HAK DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI HASIL HUTAN (RHH)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI ATAS IJIN PENEBANGAN KAYU RAKYAT (IPKR) DAN SURAT KETERANGAN ASAL USUL (SKAU)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 1 TAHUN : 2003 SERI : B

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU NOMOR rz. TAHUN 2008

P E R A T U R A N D A E R A H

NOMOR 6 TAHUN 1999 TENTANG PENGUSAHAAN HUTAN DAN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN PADA HUTAN PRODUKSI

BUPATI INDRAGIRI HILIR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.352/Menhut-II/2004

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN NOMOR 677/KPTS-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

PERATURAN KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN TAMBAK DI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 677/Kpts-II/1998 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN HASIL BUKAN KAYU

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KOTA PADANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU SELATAN NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGELOLAAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGATURAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN HAK/MILIK DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG KOTA BONTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PERDAGANGAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASIR NOMOR : 17 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR: 31 TAHUN 2000 T E N T A N G PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT Menimbang : a. Bahwa hutan rakyat adalah merupakan salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat, maka kebijakan tentang pengelolaannya bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat berkualitas dengan tetap memperhatikan aspek-aspek kelestariannya; b. Bahwa untuk maksud huruf a di atas dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai tentang Pengelolaan Hutan Rakyat. Mengingat : 1. Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok Agraria. 2. Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. 3. Undang-Undang No. 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang. 4. Undang-Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. 5. Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil. 6. Undang-Undang No. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 7. Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

8. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. 9. Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. 10. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan. 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 64 tahun 1999 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah tentang Badan Perwakilan Desa. 12. Peraturan Pemerintah No. 62 tahun 1998 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Kehutanan Kepada Daerah. 13. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000. 14. Keputusan Presiden No. 44 tahun 1999. 15. Perda No. 15 tahun 1998 tentang Retribusi, Ijin Pengambilan Hasil Hutan Ikutan. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERH KABUPATEN KUTAI BARAT M E M U T U S K A N Menetapkan: PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Kutai. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Kutai.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Kutai. 4. Dinas Kehutanan adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai. 5. Kepala Dinas Kehutanan adalah Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai. 6. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Kutai. 7. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat Daerah Kabupaten yang berada di bawah Kecamatan. 8. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang sesuatu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. 9. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkutan paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. 10. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang telah ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. 11. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan yang mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa dan ekosistimnya. 12. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, pengendalian erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. 13. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak atas tanah. 14. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak milik atas tanah. 15. Hasil Hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya serta jasa yang berasal dari hutan. 16. Hutan Rakyat adalah hutan yang berada di atas tanah/lahan yang telah dibebani hak milik dan atau hak lainnya.

17. Hasil Hutan Rakyat adalah hasil hutan yang berupa kayu dan bukan kayu yang berasal dari hutan rakyat, baik yang dibudidayakan maupun yang tumbuh secara alamiah. 18. Peredaran Kayu Rakyat adalah proses lalu lintas, jual beli kayu rakyat atau pemasaran kayu rakyat mulai dari produsen di tempat asal usul hasil hutan sampai pada tangan konsumen ketempat lainnya. BAB II KEBERADAAN HUTAN RAKYAT Pasal 2 1. Keberadaan hutan rakyat yang berada di atas tanah/lahan yang dibebani hak milik dibuktikan dengan surat-surat bukti pemilikan/penguasaan atas tanah/lahan sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2. Hutan Rakyat merupakan hutan yang dibudidayakan berupa hutan tanaman dan dapat berupa hutan yang tumbuh secara alami di atas tanah yang dibebani Hak Milik/hak lainnya. 3. Surat bukti kepemilikan/penguasaan atas tanah/lahan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III INVENTARISASI HUTAN RAKYAT Pasal 3 1. Inventarisasi Hutan Rakyat adalah kegiatan pengumpulan data tegakan hutan rakyat meliputi pendataan tentang lokasi, potensi tegakan dan data lain yang diperlukan. 2. Terhadap Hutan Rakyat yang akan dilakukan penebangan dan pemungutan kayunya harus terlebih dahulu dilaksanakan inventarisasi.

3. Pelaksanaan inventarisasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2), dapat dilakukan oleh pemilik hutan rakyat dengan bimbingan dan bantuan dari petugas kehutanan setempat (Petugas Kehutanan Lapangan) serta beban biaya ditanggung pemilik. BAB IV PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT Pasal 4 1. Pengelolaan Hutan Rakyat mencakup aspek kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, pemanfaatan, pemasaran dan pengembangan dengan tata cara pelaksanaannya akan diatur dengan Keputusan Bupati. 2. Pengelolaan Hutan Rakyat yang telah ada dilaksanakan oleh penduduk setempat menurut tata cara/budaya setempat, tetap diperhatikan dalam rangka kelestarian dan peningkatan produktifitas hasil hutan. 3. Dinas Kehutanan wajib untuk memfasilitasi kegiatan pengelolaan hutan rakyat yang biayanya dibebankan pada APBD Kabupaten Kutai. BAB V PRODUKSI HUTAN RAKYAT Pasal 5 1. Pemungutan/pemanfaatan kayu dari Hutan Rakyat dapat dilaksanakan oleh pemilik dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi dan aspek kelestarian. 2. Terhadap Hutan Rakyat baik yang dibudidayakan maupun yang tumbuh secara alami, pemanfaatan kayunya diperlukan Ijin Pemungutan Kayu (IPK) Hutan Rakyat dari Bupati dan atau pejabat yang ditunjuk. 3. Tata cara pemberian IPK Hutan Rakyat akan diatur dalam Keputusan Bupati.

4. Hasil produksi pemungutan/pemanfaatan Hutan Rakyat baik berupa kayu maupun non kayu sepenuhnya menjadi hak pemilik, baik untuk kebutuhan sendiri maupun untuk diperdagangkan. BAB VI PEREDARAN KAYU RAKYAT Pasal 6 1. Peredaran kayu rakyat yang diatur dalam Peraturan Daerah ini hanya pada produksi hasil hutan kayu rakyat yang akan diangkut keluar wilayah Desa/Kelurahan, Kecamatan dan Kabupaten dari tempat atau asal-usul kayu. 2. Pemilik/Pengelola/Pedagan/Industri Pengelolaan Kayu yang berasal dari Hutan Rakyat yang akan mengangkut hasil produksinya harus melaporkan tentang rencana pengangkutan kayunya kepada Dinas Kehutanan dengan tembusan kepada Petugas Kehutanan setempat dan Pemerintah Desa. 3. Tata cara pengangkutan kayu hutan rakyat dan pelaporan dilaksanakan sesuai prosedur Tata Usaha Kayu yang berlaku. BAB VII KEWAJIBAN Pasal 7 1. Setiap pemilik hutan rakyat wajib melaporkan realisasi produksi kayu setiap bulan kepada Dinas Kehutanan setempat dengan tembusan kepada kepala desa/lurah. 2. Setiap pemilik hutan rakyat wajib melaksanakan penanaman kembali terhadap tanah/lahan yang telah dilakukan penebangan kayunya dengan tanaman budidaya ataupun tanaman non budidaya kehutanan.

3. Setiap pemilik hutan rakyat wajib menjaga, mencegah dan menanggulangi kerusakan hutan, kebakaran dan kelestarian kawasan konservasi, sehingga kelestarian hutan dan lahan tetap terjaga sesuai dengan peruntukkannya. 4. Terhadap Hasil Hutan berupa kayu yang dipungut/dimanfaatkan dari Hutan Rakyat yang berasal dari Hutan Tanaman untuk setiap M3. Aktualnya dikenakan Pungutan Iuran Kehutanan, yang merupakan pendapatan Asli Daerah. 5. Besarnya tarif Iuran Kehutanan sebagaimana dimaksud ayat (4) di atas dengan Keputusan Bupati. 6. Terhadap pemanfaatan jenis Kayu Hutan Rakyat yang berasal dari Hutan Alami dikenakan kewajiban membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang non hasil budi daya dan Dana Reboisasi (DR) sesuai ketentuan yang berlaku. 7. Setiap hasil hutan yang akan diangkut harus disertai dengan Surat Keterangan Sahnya hasil Hutan. 8. Kepada petugas pemungut Iuran Kehutanan diberikan upah pungut sebesar 5% (Lima perseratus) dari realisasi pungutan. BAB VIII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 8 1. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan pengelolaan hutan rakyat dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai dan atau Cabang Dinas Kehutanan setempat. 2. Dalam jangka minimal satu kali dalam 3 bulan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk wajib melaporkan hasil Keputusan, Pedagang dan Pengawasan/Pengendalian ke DPR dan bisa atas oleh masyarakat luas. BAB IX KETENTUAN PIDANA

Pasal 9 1. Barang siapa dengan sengaja: a. Tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pasal 7 ayat (1), (2) (3) dan (4). b. Memindah tangankan IPKHR Kayu kepada pihak lain dalam bentuk apapun. c. Mengangkut hasil hutan tanpa disertai/dilengkapi bersama-sama Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan. d. Memungut hasil hutan diluar areal ijin yang telah ditentukan. 2. Perbuatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dan b adalah pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi berupa: a. Pencabutan IPKHR b. Penghentian pelayanan 3. Perbuatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dan d adalah kejahatan yang dapat dikenakan sanksi berupa: a. Pencabutan IPKHR b. Penghentian pelayanan c. Dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan pasal 71 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. BAB X KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 10 1. Pejabat penyidik Polri yang berwenang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak pidana dibidang Kehutanan dilakukan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu dilingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai yang diangkat dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan Ruang II/b) BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Kutai No. 14 tahun 1996 tentang Hutan Rakyat/Hutan Milik beserta Peraturan Pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku. Pasal 12 Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai. Ditetapkan di Tenggarong Pada tanggal 15 Desember 2000 BUPATI KUTAI DRS. H. SYAUKANI. HR

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 31 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT UMUM Dalam rangka untuk menciptakan lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat pedesaan (sekitar hutan), meningkatkan sumber pendapatan masyarakat dan kesempatan berusaha, maka pengaturan, pembinaan dan pengembangannya perlu diatur oleh karena keberadaan potensi hasil hutan baik kayu maupun bukan kayu dari hutan rakyat cukup besar dan potensial, sehingga pemerintah sangat menaruh perhatian dan harapan agar supaya produksi hasil hutan rakyat dapat turut menyumbangkan dalam pemenuhan kebutuhan kayu dan bukan kayu untuk kepentingan lokal dan nasional, terutama bahan baku kayu untuk memenuhi keperluan lokal maupun untuk bahan baku kayu industri perakayuan yang terpasang khusus di Kabupaten Kutai dan pada umumnya di Kalimantan Timur. Keberadaan hutan rakyat mempunyai fungsi pendukung lingkungan, konservasi tanah dan perlindungan tata air, sehingga sangat diperlukan pengaturan produksi hasil hutan rakyat terutama produksi kayunya yang dikaitkan dengan pengaturan, pengembangan dan pengelolaan terhadap tanah/lahan sesuai pertimbangan sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan sesuai dengan peruntukkannya. Bagi Pemerintah Daerah, pengaturan, pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat sangat penting artinya mengingat bahwa produksi hasil hutan rakyat baik yang berupa kayu ataupun bukan kayu adalah merupakan hasil dari tanah/lahan petani sendiri, sehingga dalam pengaturan produksi dan peredaran hasilnya sangat diperlukan dari

partisipasi petani pemilik hutan rakyat, dengan menggunakan sistem/prosedur dan tata cara yang cukup sederhana yang bertujuan agar fungsi lindung, konservasi dan fungsi produksi dapat tercapai secara optimal dan lestari dan berkelanjutan. Dengan tercapainya program pengaturan, pengembangan dan pengelolaan hutan rakyat dengan budidaya tanaman kehutanan dan tanaman non kehutanan secara optimal dan lestari serta berkelanjutan diharapkan dapat menghasilkan manfaat yang berdaya guna dan berhasil guna cukup besar bagi masyarakat pedesaan dan masyarakat sekitar hutan. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat 1 Ayat 2 Hutan Rakyat yang tumbuh pada lahan Hak Milik dibuktikan Kepemilikan lahan dengan Sertifikat Tanah dari Instansi yang berwenang. Hutan Rakyat yang tumbuh dilahan hak lainnya termasuk Hutan Rakyat yang berada dilahan yang mempunyai sertifikat Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan atau ditanah garapan yang keberadaan Hutan Rakyat dan kepemilikannya diakui oleh warga masyarakat setempat dan oleh Aparat Desa (Lurah/Kades) dan Camat. Ayat 3 Pasal 3 Ayat 1

Inventarisasi hutan rakyat merupakan kegiatan survey lapangan untuk mengetahui tersedianya data potensi kayu yang akan dilakukan penebangan dan pemanfaatan kayunya. Ayat 2 Ayat 3 Pasal 4 Ayat 1 Kegiatan penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pemungutan/pemanfaatan, pemasaran dan pengembangan hutan rakyat adalah merupakan hak pemilik hutan rakyat, dan dalam pelaksanaannya dibina dan dibimbing oleh Dinas Kehutanan. Ayat 2 Ayat 3 Pasal 5 Pemungutan/pemanfaatan hasil hutan dari hutan rakyat yang diatur dalam Perda ini hanya terbatas pada hasil hutan yang berupa kayu, sedangkan hasil hutan non kayu Perda Kabupaten Kutai tentang Hak Pemungutan Hasil Hutan Non Kayu. Pasal 6

Pasal 7 Ayat 1 Ayat 2 Ayat 3 Ayat 4 Ayat 5 Kelompok jenis kayu adalah sebagai berikut Kelompok Kayu Meranti - Meranti Putih - Merawan - Meranti Kuning - Mersawa - Meranti Merah - Nyatoh - Meranti Batu - Penjalin - Meranti Rawa - Perupuk - Banok - Pinang - Balau - Pulai - Bangkirai - Pelapi - Durian - Rasamala - Gerunggang - Resak - Giam - Sintuk - Jelutung - Agathis - Kapur - Damar - Kenari - Merbabu - Majau - Keruing

Kelompok Kayu Rimba Campuran: - Bakau - Balam - Bangku - Banitan - Bania - Bayur - Bintanggur - Binuang - Bugis - Bulan - Eucalyptus - Gelam - Gempol - Laban - Jabon (Kelempayan) - Kapas-kapasan - Kecapi - Kedondong Hutan - Kelat (Jambu-jambu) - Kempas - Keranji - Ketapang - Ketimun - Kundur - Labu - Mahang - Medang - Menjalin (Lilin) - Semangkok - Pinus - Puspa - Damar Laut - Tahan - Terap - Terentang - Sesendok Kelompok Kayu Indah: - Bungur - Cempaka - Cendana - Johar - Kuku - Kupang - Lasi - Mahoni - Melor - Nyirih - Pasang - Raja Bunga - Rengas - Ramin - Sawo Kecik - Sempetir - Sono Kembang - Sono Keling - Sungkai - Tanjung - Trembesi - Tinjau Belukar

- Torem - Ulin - Meru - Tapus Ayat 6 Besarnya PSDH DAN DR berdasarkan Sk MENHUTBUD Nomor 858/KPTS II/1999 dan atau Peraturan/Ketentuan yang berlaku. Ayat 7 Ayat 8 Pasal 8 Pasal 9 Ayat 1 Ayat 2 Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang dapat melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Kehutanan adalah Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Dinas Kehutanan atas Perintah Kepala Dinas. Pasal 10 Ayat 1 Ayat 2

Ayat 3 Pasal 11 Pasal 12