BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)

BAB I PENDAHULUAN. debitur. Namun dalam sistem bagi hasil pembayaran tetap selain pokok pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. umum dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Agama islam tidak hanya meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang berkekurangan dana disebut bank. Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadikan manusia dengan berbagai naluri, di antaranya naluri hidup

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Antonio, 2001). Khairunisa, 2001 ). (Karim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Lembaga keuangan perbankan syariah merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan, terutama perbankan, banyak mengeluarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai bank

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. atau badan badan hukum koperasi yang memberikan kebebasan masuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia tetap dianggap terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. yang hanya mengejar target pendapatan masing-masing, sehingga tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syariah non bank yang banyak ditemui di masyarakat. BMT dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah kejadian yang menarik. Lahirnya Bank Syariah Mandiri di

(Survey pada Mahasiswa Akuntansi Di Universitas Muhammadiyah Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Hasan, memperkirakan bahwa pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. of founds) dengan pihak yang mengalami kekurangan dana. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI PENERAPAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH BERDASARKAN PSAK NO. 59 (Survai Pada BMI dan BMT) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pengiriman uang. Piter dan Suseno (2003) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. sejauh ini perbankan syariah telah menunjukkan eksistensinya dalam roda

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah atau yang dikenal dengan Islamic Banking, pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan bagian dari sistem perbankan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu. Namun prinsip-prinsip pertukaran barang dan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang sulit dihindari. Bank merupakan lembaga financial intermediary yang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional. Namun, orang awam dan orang-orang mengenal bank syari ah dari

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hubungan manusia dengan Tuhannya. Ibadah juga merupakan sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian rakyat yang berdasarkan kekeluargaan dan kegotongroyongan.

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

KATA PENGANTAR. Skripsi ini dengan judul Kontribusi Pemikiran Adiwarman Karim Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan permodalan tidak mudah diperoleh. 1. Mudharabah BMT Bina Umat Sejahtera Semarang (Universitas Negeri Semarang, 2007)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Salah satu lembaga moneter ini adalah Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan lembaga Islam di Indonesia termasuk cukup signifikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkain perjuangan yang cukup lama, yang pada awalnya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan. Koperasi di Indonesia berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi liberalisasi industri perbankan. Para ulama waktu itu telah berusaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB 1 PENDAHULUAN. mikro maupun makro. Terbukti dari semakin banyak munculnya usaha baru yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya yang dilakukan oleh para

Prinsip prinsip Islam

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. PERSEPSI DAN SIKAP PESANTREN TERHADAP BANK SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bunga bank yang umumnya berlaku dalam sistem dunia perbankan dewasa ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar yang berkembang menjadi krisis multidimensi, melanda negeri kita tercinta. Lima tahun adalah suatu periode waktu yang singkat apabila dilihat dari kacamata ekonomi, yang biasanya melihat sesuatu dari perspektif jangka panjang, namun tentu terasa sangat lama bagi sebagian besar rakyat Indonesia yang sudah lelah menjalani hari-hari yang penuh masalah dan musibah yang datang silih berganti 1. Krisis ekonomi yang pada awalnya dipandang sebagai krisis moneter, banyak menyebabkan perubahan pada kondisi perbankan di Indonesia sehingga kondisi perbankan di Indonesia mengalami penurunan tingkat kepercayaan masyarakat baik dalam maupun masyarakat luar negeri. Sehubungan dengan hal ini, munculnya Bank Syariah merupakan salah satu sistem perbankan alternatif. Penulis tidak tahu pasti kapan menjumpai dan menyadari tentang wacana riba dalam pandangan Islam (Ekonomi Syariah) khususnya yang berkembang di Desa Manjung.. Penulis melihat secara khusus permasalahan riba dalam Syariah Islam. Bagi seorang muslim satusatunya nilai adalah Al-Quran dan Sunnah Nabi. Apapun nilai yang diperlukan dalam analisis dan perilaku ekonomi bertumpu pada sumber nilai di atas. Ini juga terlihat dalam pendangan Islam mengenai Riba. Tetapi tidak setiap kegiatan ekonomi dibenarkan oleh Al-Quran. Apabila kegiatan itu punya watak yang merugikan banyak orang dan menguntungkan sebagian kecil orang, seperti monopoli dagang, calo, perjudian, dan riba pasti akan ditolak. Persoalan baru dalam Fiqh muamalat muncul ketika pengertian riba sebagaimana diterangkan di muka dihadapkan kepada persoalan bank. Di satu pihak, bank terperangkap teori riba tetapi di sisi lain, bank mempunyai fungsi sosial yang besar. Masalah pokok di sekitar praktek perbankan bagi mobilitas dana dan terutama dalam pemberian kredit dengan memungut bunga. Menjadi masalah bagi umat muslim yang menganggap bahwa dalam transaksi keuangan harus bebas dari unsur riba. 1 Syahril Sabirin., Perjuangan Keluar dari Krisis, Yogyakarta, 2003, hal.1.

2 A. Hasan pendiri pesantren PERSIS Bangil mengatakan bunga bank halal. Beliau mengemukakan alasan bahwa bunga bank yang ada di negara kita ini, tidak begitu besar atau tidak berlipat ganda, sedang yang dilarang agama Islam adalah riba yang berlipat ganda. Dengan menginterpresikan bunga sebagai riba, para teoritis Perbankan Islam mengikuti pemahaman klasik yang mengatakan bahwa setiap keuntungan yang diperoleh para pemberi pinjaman atas pinjamannya adalah riba. Munculnya upaya peninjauan ulang tentang riba dalam Al Quran disebabkan oleh kontak orang Islam dengan kegiatan perbankan. Karenanya, kontroversi tentang hukum bunga bank muncul sesudah kurun waktu ini, tidak sebelumnya. Kelompok pertama adalah neo-revivalis, yang pahamnya secara tekstualis dan lebih mengedepankan aspek legal-formal dari ayat riba yang ada dalam Al Quran. Pendapat ini diantaranya menurut pendapat Muhammad Mutawilli yang dikutib oleh Yusuf al-qa adawi yang menyatakan bagaimanapun bunga bank itu adalah sesuatu yang haram, karena memang ia adalah riba 2. Kelompok kedua adalah kaum modernis, yang pemahamannya secara kontekstualis dan lebih mengedepankan aspek moralitas dalam memahami riba, sesuai dengan makna riba di sini dibedakan dengan bunga. Dalam perekonomian modern, pada dasarnya bank adalah lembaga perantara dan penyalur dana antara pihak yang berkelebihan dengan pihak yang kekurangan dana 3. Muhammad Hatta yang pendapatnya diperlihatkan oleh Dawan Raharjo, dengan jelas membedakan antara riba dan rente. Dalam karangannya itu ia memberi penjelasan, mengapa riba itu dilarang, yaitu karena perbuatan itu telah menyebabkan kesengsaraan orang yang mengalami kesulitan. Riba adalah tambahan atas hutang yang dipakai untuk konsumsi. Sedangkan rente atau bunga adalah jelas merupakan balas jasa atas pinjaman yang telah digunakan untuk kepentingan produksi 4. Ekonomi Syariah berusaha menegakkan sistem keuangan yang bebas dari riba. Salah satu bentuk dari akad bersyariah adalah mudharabah. Mudharabah adalah akad bersama untuk 2 Yusuf al-qaradawi, Haruskah Hidup dengan Riba, Jakarta, Gema Isani Press, 1994, hal 61. 3 Muh Zuhri, Riba dalam Al Quran, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1996, hal 144. 4 Dawam Raharjo, Enklopedia Islam, Paramadina, Jakarta, 1996, hal 500.

3 melaksanakan suatu usaha antara dua pihak yaitu pihak penyedia modal/dana (shahibul maal) dan pihak yang mengelola usaha (mudharib) 5. Beberapa ulama muslim di Desa Manjung memahami bahwa bunga atas modal yang telah ditentukan dahulu termasuk riba. Bunga yang diambil oleh pemberi modal adalah riba yang diharamkan, karena riba adalah semua tambahan yang disyaratkan atas pokok harta. Artinya, apa yang diambil seseorang melalui usaha perdagangan dan tanpa berpayah-payah sebagai tambahan atas pokok hartanya adalah riba. Transaksi yang berdasarkan bunga tetap atau berubah tetap haram. Islam tidak memperbolehkan menaruh pokok hartanya dengan hanya mengambil keuntungan. Para ulama percaya dengan menginterprestasikan kembali pemahaman riba sebagaimana yang telah termuat dalam hukum Islam akan keluar dari persoalan riba 6. Kegiatan usaha murabahah, salam, musyarakah bisa dibenarkan dalam mengambil keuntungan walaupun unsur bunga tidak terlalu nampak dan digunakan dengan alasan jasa/komisi. Ketika ajaran Islam mulai didalami oleh masyarakat muslim di sekitar penulis khususnya kebijaksanaan ekonomi syariah di Desa Manjung. Oleh karena Itu muncullah suatu lembaga keuangan mikro Simpan Pinjam BMT (Baitul Maal wa Tamwil) Baitur Rahman yang diyakini dapat menyelesaikan masalah kemanusiaan seperti ketidakadilan dan penderitaan, karena lembaga dalam menghimpun dana yang disalurkan masyarakat bebas dari riba. Jika kemudian produk bank dan penyedia modal perorangan tidak sesuai dengan syariah, maka suka atau tidak suka harus ditinggalkan, walaupun bunga yang digunakan sangat rendah. Dengan pemahaman bunga bank haram maka ulama di Desa Manjung memunculkan suatu wadah sebagai tempat untuk menghimpun dan menyalurkan dana yang dibutuhkan masyarakat yang memerlukan dana untuk usaha mereka dan bebas dari unsur bunga bank dan riba. Desa Manjung merupakan daerah yang penduduknya sebagian besar penganut agama Islam. Desa Manjung merupakan sentral bermacam-macam industri rumah tangga kecil, misal industri soun, genting, emping melijo ternak ayam dan babi. Kesemuanya itu memerlukan 5 Zainal Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, CV. Alphabet, Jakarta, 1999, hal.117. 6 Sda hal. 6-7.

4 modal dari pihak luar untuk pengembangan usaha. Sementara permasalahan bunga bank masih menjadi perdebatan di kalangan umat muslim. Terlepas dari pandangan pro-kontra tentang riba penulis ingin mendiskripkan secara analitis terhadap pemikiran seorang tokoh ekonomi sekaligus cendikiawan muslim yang berpikiran liberal yaitu Prof. DR. Dawam Raharjo.SE. Pendapat Dawam Raharjo berbeda dari sebagian ulama yang masih memperdebatkan haram halalnya bunga bank. Malah Beliau berkomentar bahwa justru bank itu dianggap sebagai jalan keluar dari permasalaham riba yang diharamkan sebagian umat muslim, sedangkan riba yang diharamkan terjadi di dalam masyarakat dengan pembungaan tinggi dan secara liar seperti mendring, ijo, bank pelecit. 1.2. Permasalahan Dengan berdirinya BMT Baitur Rahman yang mempunyai konsep bebas dari unsur riba dan pengharaman bunga bank menjadikan kebinguaan masyarakat Desa Manjung baik umat Islam atau yang lain. Kecurigaan akan terjadinya Islamisasi ekonomi dan terganggunya kerukunan umat beragama. Semetara permasalahan Riba dalam kalangan umat muslim sendiri masih menjadi perdebatan yang hangat seperti apa yang diungkapkan oleh seorang tokoh muslim yaitu DR Dawam Raharjo. Suatu hal yang menarik dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah melihat secara kritis terhadap riba dalam ruang lingkup Islam, dijadikannya alasan utama berdirinya lembaga keungan yang bebas dari unsur riba. 1.2.1. Pokok Permasalahan Pokok Permasalahan yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mendiskusikan pandangan DR. Dawam Raharjo tentang larangan riba dalam Al-Quran. 2. Melihat permasalahan riba dengan mengkaitkan aturan-aturan sosial, ekonomi dalam realitas kehidupan dunia modern. 3. Bagaimana perkembangan pemahaman riba dalam dunia ekonomi syariah dewasa ini.

5 1.2.2 Batasan Masalah Bahasan ekonomi Islam sangatlah kompleks, maka peneliti hanya melihat pada pandangan DR. Dawam Raharjo dan sikap Islam terhadap ekonomi syariah dimana riba diharamkan. Dikhususkan pada aktivitas dan manfaat Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman yang mempraktekkan ekonomi syariah yang bebas dari riba. 1. 3. Tujuan Penulisan 1. Menyoroti beberapa masalah dalam praktek ekonomi syariah yang kelihatan ada ketidaksesuaian dengan pengertian riba atau bunga yang ada saat ini. 2. Berusaha mengidentisifikasikan lembaga keuangan mikro Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman, terutama dalam praktek yang diperoleh dari petunjuk nara sumber. 3. Untuk menambah wawasan penulis tentang agama Islam khususnya tentang ekonomi syariah. 1. 4. Rumusan Judul Karena dewasa ini perbincangan mengenai riba dikalangan umat Islam mencuat kembali, sehingga upaya melakukan usaha yang bertujuan menghindari riba mulai dilaksanakan. Saat ini dalam dunia terjadi perkembangan pemikiran yang semakin maju. Hal ini mendorong antusias dari berbagai kalangan, tidak lepas juga orang-orang dalam gereja yang membicarakan bagaimana meningkatkan ekonomi jemaat. Permasalahan ekonomi menjadi masalah aktual untuk masa sekarang. Berdasarkan latar belakang, pokok permasalahan dan batasan masalah, maka penelitian ini diberi judul Memahami Pandangan Riba dalam Ekonomi Syariah Islam menurut DR. Dawam Raharjo, Dalam Praktek Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman di Desa Manjung. 1. 5. Metode Penelitian Metode penilitian yang digunakan adalah penelitian pustaka di mana pendapat DR. Dawam Raharjo diteliti berdasarkan literatur yang ada dan penelitian lapangan pada BMT Baitur Rahman dengan wawancara.

6 1. 6. Sistem Penulisan BAB I Dalam bab ini dibahas tentang latar belakang, pokok permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan, rumusan judul, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Dalam bab ini akan dibahas tentang pandangan DR. Dawam Raharjo terhadap praktek larangan riba dalam Al-Quran. BAB III Dalam bab ini akan dibahas bagaimana profil dan praktek Simpan Pinjam BMT Baitur Rahman di Desa Manjung pada saat pengamatan dilakukan. BAB IV Bagian ini akan berisi analisis dan sikap Islam terhadap larangan riba. BAB V Kesimpulan dan saran.