BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentang Otonomi Daerah, yang dimulai dilaksanakan secara efektif

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

SUMBANGAN RETRIBUSI PASAR TRADISIONAL KEPADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang baik (good local governace) merupakan

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

I. PENDAHULUAN. dilakukan langsung oleh pemerintah pusat yang disebar ke seluruh wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kewajiban pemerintah adalah untuk menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 (dilihat juga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan Daerah Istimewaan yang berbeda dengan Provinsi yang lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Penulis memutuskan untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Implementasi Kewenangan Kepala Daerah Dalam Pembuatan Perda Dan Peraturan Lainnya. Yusdiyanto Dosen Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Unila

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Ide negara kesatuan muncul dari adanya pemikiran dan keinginan dari warga

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan golongan tertentu saja. Yaitu kepentingan politik kekuasaan, bukan kepada publik.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 24 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang dipayungi oleh Pasal 18 Undang-Undang Dasar Sedangkan inti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI TENTANG PEDOMAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SABU RAIJUA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SERANG DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG : KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LOMBOK TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cita-cita dan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 35 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA KOTAMOBAGU DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dari amanah yang diemban pemerintah dan menjadi faktor utama dalam

DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN NIAS BARAT DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA SEBAGAI PENEGAK PERATURAN DAERAH Sejarah Pembentukan Satuan Polisi Pamong Praja

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA GUNUNGSITOLI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DEIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA SERANG DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DOGIYAI DI PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah Provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. setiap daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mempunyai pemerintah daerah yang diatur dengan undangundang. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintah yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantu. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintah daerah diatur dalam undang-undang. 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa otonomi daerah merupakan suatu hak, wewenang dan kewajiban dari masing-masing daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konsekuensi dari pemberian wewenang tersebut adalah masing-masing kepala daerah diwajibkan laporan penyelenggaraan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. mencangkup penyelenggaraan urusan desentralisasi meliputi urusan wajib dan pilihan. 1. Kacung Marijan. 2010, Sistem Politik Indonesia Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru, Jakarta, Penerbit Kencana Pranada Media Group, Cetakan I, hlm. 20 1

2 Urusan wajib adalah urusan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar masyarakat. Sedangkan urusan pemerintah kabupaten kota yang bersifat pilihan yang meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejatraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, isi dari laporan penyelenggaraan pemerintah daerah (LPPD) pemda kabupaten/kota sangat tergantung dengan urusan yang menjadi tanggung jawabnya dan karakteristik dari masing-masing pemda. Atas dasar hal tersebut, maka DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggraan pemerintah daerah. DPRD memiliki fungsi legislasi, angaran, dan pengawasan. DPRD mempunyai hak : (a). Interpertasi (b). Angket dan (c). Menyatakan pendapat. Alat kelengkapan DPRD terdiri atas: (a). Pimpinan (b). Komisi (c). Panitia musyawara (d). Panitia anggaran (e). Badan kehormatan dan (f). Alat kelengkapan lain yang diperlukan. Anggota DPRD mempunyai hak kewajiban. Anggota DPRD mempunyai larangan dan dapat diganti sewaktu-waktu. ketentuan tentang DPRD sepanjang tidak diatur dalam undang-undang mengenai pemerintahan daerah berlaku ketentuan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan MPR, DPD, dan DPRD. 2 Gubernur yang karena jabatanya berkedudukan juga sebagai wakil pemerintah pusat diwilayah provinsi yang bersangkutan, dalam pengertian untuk menjabatani dan memperpendek rentang kendali pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah termaksud dalam pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggara urusan pemerintah pada strata 2 Buku Pintar, 2009, Politik Sejarah Pemerintah dan Ketatanegaraan, Yogyakarta, Jogja Great Publisher, Cetakan Pertama Hlm 197-203

3 pemerintah kabupaten kota. dalam kedudukannya sebagai wakil pemerintah pusat sebagaimana dimaksud, Gubernur bertanggung jawab kapada Presiden. Berdasarkan pendapatan daerah yang dapat memulai pendapatan asli Daerah dan dana perimbangan yang dapat melalui pendapatan asli Daerah berhak mengelolanya dan membelanjakannya untuk membangun daerah, dimana didalam pelaksanaan dana yang diperoleh tersebut harus didasarkan kepada peraturan daerah, dan peraturan daerah tersebut merupakan Peraturan Daerah tentang APBD. Berdasarkan fungsi dari APBD tersebut maka dapat dikatakan APBD merupakan indikator mengenai berhasil atau tidaknya pembangunan daerah, sehingga dapat dikatakan bahwasannya pengawasan yang dilakukan oleh DPRD terhadap pelaksanaan APBD pada dasarnya bertujuan sebagai pemberi pengaruh kepada pemerintah untuk mengikuti ramburambu yang telah ditetapkan suatu pokok pembahasan APBD. Pengawasan yang dilakukan oleh DPRD dapat dilaksanakan dengan mengajukan haknya sebagai DPRD yaitu mengajukan pertanyaan, interpertasi, hak amandemen dan lainlain hak DPRD. Dimana hal ini merupakan pelaksanaan teori tias politika yang pada masa pemerintahan orde baru tidak dilaksanakan sepenuhnya. Dimana Indonesia mengenai pembagian kekuasaan tidak memisah kekuasaan, pembagian kekuasaan ini dapat dilihat dari undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia pada masa pemerintahn orde baru dimana Presiden merupakan pimpinan lembaga kekuasaan eksekutif memiliki hak dan kewenagan membuat peraturan perundang-undangan sebagaimana ditentukan pasal 5 ayat (1) Undangundang Dasar 1945 yang bunyinya:

4 Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-undang kepala Dewan Perwakilan. 3 Oleh karena itu, untuk menjelaskan prilaku suatu lembaga dalam hal ini DPRD yang perlu ditelaah bukan lembaganya, melainkan latar belakang individu yang secara aktual mengendalikan lembaga yaitu para anggota dewan. Latar belakang anggota DPRD terdiri dari latar belakang individu, latar belakang politik dan pengetahuan anggota DPRD tentang anggaran, serta pemahaman anggota terhadap peraturan, kebijakan, dan prosudural mengenai pengawasan keuangan daerah (APBD) yang terdiri dari undang-undang. Peraturan pemerintah, keputusan presiden, Peraturan Daerah, dan lain-lain. 4 Latar belakang diri yang melekat pada individu meliputi banyak aspek antara lain seperti nama, jenis kelamin, usia, agama, juga pendidikan dan lain-lain sebagainya. Latar belakang individu berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia, sumber daya merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak suatu roda organisasi dalam usaha mewujudkan suatu elemen organisasi dalam usaha sangat penting, karena harus dipastikan sumber daya manusia harus dikelola sebaik mungkin agar mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan suatu organisasi. Namun demikian menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, memberikan terminologi pemerintah dalam dua sisi pengertian, yaitu dalam pengertian sempit dan dalam pengertian yang luas. Pengertian sempit, pemerintah diartikan sebagai pemegang kekuasaan eksekutif sedangkan dalam arti luas adalah seluruh lembaga kegiatannya dalam suatu 3 Santos. 2013, Jurnal Ilmu Politik Universitas Brawijaya, 2014, Implementasi fungsi Pengawasan Legeslasi dalam Prevektif Otonomi Daerah. Malang, minggu tgl 08-03-2015 Jam: 23-00. 4 Agus Dwiyanto, dkk. 2012, Seri Kajian Birokrasi, Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta, Gadja Mada University Press, Cetakan Empat, hlm 1-2.

5 negara, termaksud hal-hal yang berhubungan langsung dengan legislatif dan yudikatif. Dengan demikian suatu perilaku latar belakang individu maupun organisasi mempunyai persoalan yang sangat besar akan dihadapi sudah barang tentu nilai-nilai dipandang sebagai penyebab suatu kebijakan yang bisa menjadi pandangan hidup sebagaimana nilai Pancasila Republik Indonesia. Baik nilai politik dan nilai organisasi, melihat nilai yang berkaitan dengan kepentingan kelompok dimana perilaku yang bervariasi, dan nilai yang dipertahankan organisasi. Dalam tatanan negara Indonesia ada beberapa daerah yang dikenal dengan sebutan daerah khusus dan daerah istimewa sebagaimana diatur dalam pasal 18 B ayat (1) undangundang Dasar 1945 hasil amandemen. Didalam pasal tersebut ditegaskan bahwa daearah khusus dan daerah istimewa diatur oleh undang-undang. DKI Jakarta, Papua, Papua Barat, serta Nangroe Aceh Darussalam adalah provinsi yang berotonomi khusus, sedangakan, Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi yang bertsatus Istimewa. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu Daerah Istimewa yang diakui keberadaannya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak kelahirannya sebagaimana diatur Dalam pasal 18, pasal 18A, dan 18B Undang-undang Dasar Negara Republik Indinesia 1945. Secara yuridis, status hukum Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai khusus dan bersifat istimewa, menjadi hal yang inheren dengan status keistimewaannya sehingga meskipun tidak dibuatkan suatu undang-undang tentang keistimewaan, sebenarnya telah memiliki status keistimewaan sehingga meskipun tidak dibuat undang-undang tentang keistimewaan, sebenarnya telah memiliki status istimewa. Dengan problem diatas, maka dalam proposal penelitian ini selanjutnya akan diteliti bagaimana tugas DPRD DIY

6 melakukan pengawasan terhadap APBD 2014 sebagai lembaga legislatif melakukan pengawasan pelaksanaan dalam rangka meningkatkan PAD yang efektifitas dan stabilan dan apa faktor-faktor menjadi kendala yang di hadapi DPRD DIY dalam melaksanakan fungsi pengawasan terhadap APBD. Oleh karena itu, penulis berkesimpulan bahwa judul penelitian ini menarik untuk diangkat dalam rangka penulisan skripsi sebagai berikut : 5 Pengawasan DPRD DIY Terhadap Pelaksanaan APBD Tahun 2014 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka muncullah suatu rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengawasan yang dilakukan DPRD DIY Terhadap pelaksanaan APBD tahun 2014? 2. Bagaimana Penghambat dan faktor pelaksanaan Anggaran Pendapata Belanja Daerah (APBD) DIY 3. Bagaimana DPRD DIY Dalam mengatasi suatu penghambat-penghambat pelaksanaan Angara Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DIY C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengawasan DPRD DIY Terhadap Pelaksanaan terhadap APBD DIY tahun 2014. 2) Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan APBD DIY, bagaimana upaya DPRD DIY dalam mengetasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan APBD DIY. 5 H. Heru Wahyukismoyo. Merajut Kembali Pemikiran Sri Sultan Hamenhkubuwono IX, Cetakan Pertama, Penerbit Dharamkaryadhik Yogyakarta, Hlm 1-3.

7 D. MANFAAT PENILITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Dengan adanya penelitian ini, dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya terkait pola hubungan eksekutif dan legislatif dalam permasalahan politik pembangunan di daerah DIY terhadap politik anggaran sehingga menjadi literatur untuk memberikan pandangan yang jelas mengenai peran dan fungsi Pengawasan DPRD DIY terhadap pelaksanaan APBD DIY Pada tahun 2014. Memberikan ilmu pengetahuan dan masukan bagi lembaga pelayanan masyarakat yang berkaitan dengan peran dan fungsi DPRD DIY yang berkaitan dengan langkah yang diambil DPRD dalam mencapai sasaran yang lebih baik dalam hubungannya dengan masyarakat luas dalam menyelenggarakan fungsi kontrolnya terhadap pemerintah Daerah (Pemda). Dalam menjalankan amanat undang-undang dasar yang berlaku. Secara akademis dengan adanya penilitian, dapat menjadi referensi bagi penelitian lainnya terkait pola hubungan eksekutif dan legislatif. pelaksanaan DPRD DIY dalam menjalankan tugas dan fungsi pengawasannya untuk meningkatkan efektifitas dan kestabilan pemerintah serta dapat menjadi literatur bagi peneltian lainnya. b. Dalam rangkan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, efektif dan konsisten, maka DPRD melakukan pengawasan maupun pertanggung jawaban pememerintah DIY untuk mendukung program-program yang dapat mendukung beban pemerintah Daerah. Semakin berat penuh tanggung jawab, maka dengan adanya pengawasan lebih efktif dan konsisten yang dilakukan oleh DPRD dan pemerintah (pemda) akan mampu mencapai sasaran kegiatan-kegiatan yang telah

8 di sepakati oleh pemerintah dan DPRD mulai dari tahap pembahasan sampai pelaksanaan. Untuk itu menciptakan pemerintahan yang stabil hendak pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur selaku Pimpinan tingkat daerah harus mampu dan serius dalam melaksanakan segala Fungsi Pemerintahan sehingga dapat meningkatkan semangat pembangunan di daerah yang lebih baik dan efektif. Baik dalam mendorong setiap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh dinas terkait untuk meningkatkan baku mutu kenerja.