MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1995 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Pertanyaan: Ringkasan Jawaban: Analisa. 1. Surat Tanah di Indonesia. Dapat kah dilakukan amandemen nama pemilik pada surat tanah?

BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah

MENTERI NEGARA AGRARIA/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 1998 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 1997

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 Tentang : Pendaftaran Tanah

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1996 TENTANG

mudah dapat membuktikan hak atas tanah yang dimiliki atau dikuasainya,

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 084 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 Tentang : Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 1996 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAFTARAN TANAH RH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

PEMANTAPAN TUGAS KEPALA DESA DALAM BIDANG ADMINISTRASI PERTANAHAN KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1998 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1961 TENTANG PENDAFTARAN TANAH. Presiden Republik Indonesia,

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB V PEMBAHASAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung. Bupati pada saat itu, Bapak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 1978 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH MENTERI DALAM NEGERI,

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

: AKIBAT HUKUM PENUNDAAN PROSES BALIK NAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

TINJAUAN HUKUM PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIS MELALUI AJUDIKASI BERDASARKAN PP NO. 24 TAHUN 1997 ANIKA SELAKA MURFINI/D ABSTRAK

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 64 Tahun 2017 Seri E Nomor 52 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1996 TENTANG

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Ed. Revisi. Cet.8, (Jakarta, Djambatan, 1999), hal.18.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1960 TENTANG PENGUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 1957 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI NEGERI AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PEMBIAYAAN PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS YANG DIBEBANKAN PADA MASYARAKAT

FUNGSI SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.62/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Wakaf merupakan perbuatan hukum Wakif untuk memisahkan atau

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Transkripsi:

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG PENYELENGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH UJI COBA MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa sesuai ketentuan UUPA, pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Pemerintah untuk menjamin terwujudnya kepastian hukum penguasaan hak-hak atas tanah; b. bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut ketentuan tersebut, telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah; c. bahwa untuk lebih mempercepat proses pendaftaran bidang-bidang tanah yang selama ini masih bersifat sporadik, perlu dilakukan kegiatan pendaftaran bidang-bidang tanah secara sistematik; d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, untuk uji coba pelaksanaannya, perlu dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan pertanhan Nasional tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Sistematik di Daerah Uji Coba; : 1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1079 tentang Pemerintahan Desa (Lembaran Negara Tahun 1979 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3153); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2171); 4. Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan Nasional jo Nomor 96/M Tahun 1993 mengenai Pembentukan Kabinet Pembangunan VI; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK DI DAERAH UJI COBA. Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I

- 2-1. Pendaftaran tanah sistematik adalah kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sampai dengan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. 2. Ajudikasi adalah kegiatan dan proses dalam rangka pendaftaran tanah untuk pertama kali secara sistematik, berupa pengumpulan dan pemastian kebenaran data fisik dan yuridis mengenai sebidang tanah atau lebih untuk keperluan pendaftarannya. 3. Panitia Ajudikasi adalah panitia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. 4. Penyuluhan adalah kegiatan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan diadakannya proyek pendaftaran tanah sistematik. 5. Pengumuman adalah pemberitahuan kepada masyarakat luas tentang hasil ajudikasi yang diumumkan pada papan pengumuman di kantor kelurahan/desa, kecamatan dan di tempat lain yang dianggap perlu selama2 (dua) bulan. 6. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat semua atau sebagian unsur geografi yang terdapat pada permukaan bumi seperti: sungai, jalan, batas-batas bidang tanah, titik dasar teknis. 7. Titik dasar teknik adalah titik tetap yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu sistem tertentu dan merupakan titik ikat pengukuran dan rekonstruksi batas. 8. Peta pendaftaran adalah peta dasar pendaftaran yang memuat data fisik yang bidangbidang tanahnya telah diumumkan serta telah disahkan oleh Panitia Ajudikasi. 9. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah yang didaftar serta bagian bangunan yang ada di atasnya. 10. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang haknya dan pihak lain serta beban-beban lain yang ada di atasnya. 11. Menteri adalah Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional. 12. Kantor Wilayah adalah Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi. 13. Kantor Wilayah adalah Kantor Pertanahan Kabupaten /Kotamadya. BAB II PERSIAPAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK Bagian Pertama Penunjukan Lokasi Pasal 2 (1) Desa-desa /Kelurahan yang dijadikan proyek uji coba ditunjuk oleh Menteri. (2) Terhadap desa sebagaimana dimaksud ayat (1) sudah tersedia peta dasar pendaftaran. Pasal 3 (1) Pada peta pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dilaksanakan pemetaan tanah-tanah yang sudah terdaftar haknya. (2) Apabila belum tersedia peta dasar pendaftaran, maka pembuatan peta dasar pendaftaran dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pengukuran bidang-bidang tanah. Bagian Kedua Susunan, Tugas dan Wewenang serta Penunjukan dan Pengangkatan Panitia Ajudikasi (1) Panitia Ajudikasi dibentuk oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk di setiap desa/kelurahan yang dijadikan proyek uji coba penyelenggaraan pendaftaran tanah sisitematik. (2) Panitia Ajudikasi beranggotakan : a. Seorang pegawai BPN dari komponen Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah; b. Seorang pegawai BPN dari Komponen Bidang Pengurusan HAk Atas Tanah; c. Kepala Desa/Lurah; d. Seorang anggota Pemerintahan Desa. (3) Ketua Panitia Ajudikasi adalah unsur dari Badan Pertanahan Nasional yang tertinggi pangkatnya.

- 3 - (4) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Ajudikasi dibantu oleh satuan tugas ( satgas), yaitu satgas pengumpul data fisik dan satgas pengumpul data yuridis, serta beberapa petugas administrasi. (5) Satgas pengumpul data yuridis beranggotakan : a. Seorang pegawai BPN dari unsur Deputi Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah; b. Seorang pegawai BPN dari unsur Deputi Bidang Pengurusan Hak Atas Tanah; c. Seorang pengurus RT atau yang setingkat dari wilayah yang bersangkutan. (6) Ketua satgas adalah unsur dari Badan Pertanahan Nasional yang tertinggi pangkatnya. (7) Satgas pengumpul data fisik beranggotakan : a. beberapa orang petugas ukur; b. beberapa orang pembantu peugas ukur yang jumlahnya disesuaikan menurut kebutuhan. Pasal 5 Panitia Ajudikasi, satgas-satgas dan petugas administarsi sebagaimana Pasal 4 ditunjuk dan diangkat oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, atas usul Direktur Proyek. Pasal 6 Tugas dan wewenang Panitia Ajudikasi : a. Mengumpulkan data fisik dan dokumen asli data yuridis semua bidang tanah yang ada di desa/kelurahan yang bersangkutan, dan oleh Ketua Panitia Ajudikasi diberikan tanda terima; b. Menilai kebenaran dokumen yang diserahkan dan alat bukti lain yang akan digunakan sebagai dasar pendaftaran; c. Mengumpulkan data yang sudah dikumpulkan dan akan digunakan sebagai dasar pendaftaran; d. Membantu pmenyelesaikan ketidaksepakatan atau sengketa antara pihak-pihak yang bersangkutan mengenai data yang diumumkan; e. Mengesahkan peta dasar pendaftaran yang memuat data fisik dan yuridis yang akan digunakan sebagai dasar pendaftaran; f. Dibantu petugas administrasi, menyiapkan surat ukur, buku tanah dan sertifikat serta daftar-daftar isian lainnya; g. Mengusulkan peruntukan dan atau penguasaan tanah Negara yang ada di desa/kelurahan yang bersangkutan; h. Hal-hal lain yang ditugaskan secara khusus kepadanya, yang berhubungan dengan kegiatan ajudikasi. Pasal 7 Tugas dan wewenang Ketua Panitia Ajudikasi : a. Atas nama Kepala Kantor Wilayah menandatangani penegasan konversi/pengakuan hak; b. Atas nama Kepala Akntor Pertanahan menandatangani buku tanah dan sertipikat; c. Atas nama Kepal Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah menandatangani surat ukur; d. Menunjuk dan mengangkat penggantian anggota, satgas dan petugas administrasi; e. Menyerahkan hasil kegiatan Ajudikasi kepada Kepala Kantor Pertanahan. Bagian Ketiga Penyuluhan Pasal 8 (1) Sebelum dimulainya kegiatan proyek, diadakan penyuluhan oleh Panitia Ajudikasi bersama-sama dengan Kepala Kantor Pertanahan, Pejabat Badan Pertanahan Nasional, dan petugas Kecamatan/Pemerintah Desa. (2) Penyuluhan dimaksud ayat (1) bertujuan memberitahukan kepada pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah dan pihak-pihak yang berkepentingan bahwa: a. di desa tersebut akan diselenggarakan pendaftaran tanah sisitematik; b. pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah agar menunjukkan bukti pemilikan atau penguasaan tanahnya kepada Panitia Ajudikasi;

- 4 - c. pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah agar memasang tanda-tanda batas sesuai ketentuan yang berlaku; d. Pada saat Panitia Ajudikasi melakukan pengumpulan data yuridis dan data fisik, pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah wajib berada di lokasi; e. Kewajiban-kewajiban lain yang harus dipenuhi oleh pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah. Pasal 9 Kepala Kantor Pertanahn mengkoordinasikan kegiatan penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dengan instansi-instansi terkait, yaitu: a. Pemerintah Daerah Tingkat! dan II b. Kantor Departemen Penerangan Kabupaten/Kotamadya; c. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan; d. Instansi lain yang dianggap perlu. BAB III KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIK Bagian Pertama Penunjukan Batas, Pemasangan Tanda Batas dan Penetapan Batas Pasal 10 (1) Pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah diwajibkan untuk menunjukkan batas dan memasang tanda-tanda batas tanahnya, dengan ketentuan : a. Penunjukan batas dilakukan oleh pemegang hak atau kuasanya yang dikuatkan secara tertulis, sesuai dengan kenyataan batas tanah yang dikuasai; b. Pemasangan tanda batas dilakukan berdasarkan kesepakatan pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah dengan pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah yang letaknya berbatasan; c. Untuk setiap sudut batas atau garis-garis batas yang ditandai dengan tanda batas yang permanen tidak perlu dipasang tanda batas; d. Untuk setiap sudut batas atau garis batas yang tidak jelas, tanda batas tanahnya wajib dipasang setelah adanya kesepakatan dari pemilik tanah yang berbatasan; e. Tanda batas disediakan oleh Badan Pertanahan Nasional yang bentuk, ukuran, dan cara pemasangannya ditetapkan sebagaimana contoh terlampir. (2) Untuk tanah Negara dan batas untuk batas-batas tanah yang sudah disetujui oleh pemegang hak yang letaknya berbatasan, penetapan batas dilakukan oleh Panitia Ajudikasi. Pasal 11 (1) Jika terjadi perselisihan mengenai batas bidang tanah yang letaknya berbatasan, maka Panitia Ajudikasi berusaha menyelesaikannya secara musyawarah dengan pihak-pihak yang berkepentingan. (2) Apabila penyelesaian sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak tercapai, maka Panitia Ajudikasi menganjurkan kepada pihak yang lemah pembuktiannya untuk mengajukan keberatan ke Pengadilan. (3) Apabila keberatan dimaksud ayat (2) diajukan ke Pengadilan, dan Pengadilan mengeluarkan sita jaminan atas tanah dimaksud, maka pendaftaran tanahnya ditunda sampai ada putusan Pengadilan. (4) Sita jaminan sebagaimana dimaksud ayat (3) dicatat dalam daftar isian. (5) Setelah diperoleh keputusan baik secara musyawarah maupun melalui Pengadilan, diadakan penyelesaian terhadap catatan-catatan yang ada. (6) Apabila kebenaran sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak diajukan ke Pengadilan dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari, maka untuk yang paling kuat pembuktiannya menurut penilaian Panitia Ajudikasi, kegiatan pendaftaran tanahnya dilanjutkan.

- 5 - Bagian Kedua Pengukuran Dan Pemetaan Bidang Tanah Pasal 12 (1) Setelah penetapan batas dan pemasangan tanda batas selesai dilaksanakan, maka dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah. (2) Pengukuran dan pemetaan bidang tanah harus diikatkan pada titik-titik dasar teknik dan benda tetap yang ada pada peta dasar pendaftaran. Pasal 13 (1) Pengukuran dan pemetaan bidang tanah dapat dilakukan dengan cara terrestrik dan/atau fotogrametrik. (2) Identifiaksi dan pemetaan bidang tanah cara fotogrametrik dilakukan untuk bidangbidang tanah yang batas-batasnya dapat diidentifikasi pada peta foto atau peta garis. (3) Hasil pengukuran batas bidang tanah yang dilaksanakan secara terrestrik dituangkan pada lembar gambar ukur, formulir data ukur dan dihitung pada formulir hitungan sebagaiman terlampir. (4) Hasil identifikasi batas bidang tanah yang dilaksanakan secara fotogrametrik dipindahkan ke peta dasar pendaftaran yang merupakan hasil plotting. Pasal 14 (1) Setelah bidang-bidang tanah dalam suatu desa selesai diukur dan dipetakan pada peta dasar pendaftaran, maka kegiatan selanjutnya adalah pemberian nomor bidang tanah untuk setiap bidang tanah pada peta dasar pertanahan secara berurutan dari nomor yang paling rendah. (2) Pemberian nomor bidang tanah sebagagaimana dimaksud ayat (1) dimulai pada lembar satu yang terletak pada pojok kiri atas kearah kanan sampai pada bidang yang terletak pada pojok kanan, bersiku-keluang ke bawah ke arah kiri sedemikian sampai pada bidang tanah pada pojok kanan bawah dan dilanjutkan pada lembar kedua dengan cara seperti pada lembar kesatu dan seterusnya. (3) Selain pemberian nomor bidang bidang tanah pada peta dasar pendaftaran juga dibuat simbol-simbol kartografi sebagaimana contoh terlampir. (4) Apabila terjadi keberatan mengenai data fisik, maka penyelesaianya dilaksanakan sebagaimana dimaksud Pasal 11, pada peta dasar pendaftaran dan daftar isian lainnya dibuat catatan adanya sengketa dengan simbol katografis. Bagian Ketiga Pembuktian Hak Pasal 15 Dalam kegiatan penyelidikan riwayat tanah diperluakan adanya alat-alat bukti pemilikan atau penguasaan atas bidang-bidang tanah baik berupa bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis yang ditunjukkan oleh pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah kepada Panitia Ajudikasi. Pasal 16 Alat bukti tertulis sebagaimana dimaksud Pasal 15 antara lain : a. Sertipikat hak atas tanah sebagaiman dimaksud dalam PP Nomor 10 Tahun 1961 yang dilengkapi dengan surat ukur; b. Sertipikat hak atas tanah sebagaiman dimaksudnya dimaksud dalam PP Nomor 10 tahun 1961 yang dilengkapi dengan gambar situasi; c. Sertipikat hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam PP Nomor 10 Tahun 1961 tanpa dilengkapi dengan surat ukur dan gambar situasi; d. Grosse akte eigendom yang telah dibubuhi catatan dikonversi menjadi Hak Milik; e. Keputusan pemberian Hak Milik sesudah tanggal 24 September 1960 yang tidak disertai kewajiban mendaftarkan hak yang diberikan. f. Surat keputusan pemberian Hak Milik sebelum tanggal 24 September 1960; g. Akta jual beli/hibah/tukar menukar yang dibuat PPAT; h. Akta jual beli/hibah/tukar menukar menurut hukum adat, yang disaksikan oleh Kepala Desa;

- 6 - i. Surat penunjukan atau pembelian kaveling pengganti tanah yang diambil Pemerintah/Pemda; j. Berbagai bentuk surat keterangan kematian dan waris; k. Petuk pajak bumi atau Vervonding Indonesia sebelum tahun 1960; l. Petuk pajak dan pembayaran IPEDA atau surat bukti pembayaran PBB; m. Risalah lelang; n. Akta ikrar wakaf. Pasal 17 Alat bukti tidak tertulis sebagaiman dimaksud Pasal 15 antara lain : a. Pendakuan dari yang bersangkutan dengan kesaksian 2 (dua) orang saksi bahwa dalam kenyataan tanahnya dikuasai dan digunakan sendiri dan tidak dalam keadaan sengketa; b. Pendakuan dari yang bersangkutan dengan kesaksian 2 (dua) orang saksi bahwa dalam kenyataan tanahnya dikuasai, tetapi digunakan pihak lain secara sewa atau bagi hasil; c. Kesaksian dari Kepala Desa atau pendakuan bahwa yang bersangkutan benar pemegang hak yang berhak atas tanah; d. Kesaksian dari orang-orang yang dapat dipercaya; e. Pendakuan dari yang bersangkutan, tetapi tidak ada yang bersedia memberikan kesaksian; f. Apabila pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah tidak hadir dibuatkan kesaksian dari 2 (dua) orang saksi secara tertulis. Pasal 18 (1) Setelah pemegang hak atas tanah/yang menguasai tanah menunjukkan bukti-bukti sebagaimana dimaksud Pasal 16 dan atau Pasal 17, maka petugas pengumpul data yuridis membuat berita acara pemeriksaan tanah dengan mempergunakan daftar isian sebagaimana contoh terlampir. (2) Berdasarkan berita acara penyelidikan riwayat tanah dan peta pendaftaran dibuatkan daftar tanah. Bagian keempat Pengumuman Dan Pengesahan Pasal 19 (1) Untuk memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan mengajukan keberatatn mengenai data fisik dan data yuridis, maka dilaksanakan kegiatan pengumuman selama 2 (dua) bulan di Kantor Kepala Desa/Kelurahan dan ditempat lain yang dianggap perlu. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari lembar peta bidang-bidang tanah yang selanjutnya akan menjadi peta pendaftaran, dan berita acara penyelidikan riwayat tanh yang dituangkan dalam daftar isian. (3) Setelah jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud ayat (1) berakhir dan tidak ada yang mengajukan keberatan, maka dilaksanakan kegiatan pengesahan lembar peta bidang-bidang tanah dan daftar-daftar isian, serta dibuatkan berita acara hasil pengumuman sebagaimana contoh terlampir. (4) Jika selama pengumuman berlangsung, terdapat keberatan mengenai data fisik dan data yuridis, maka oleh Panitia Ajudikasi diselesaikan menurut cara sebagaimana diatur dalam Pasal 11. Bagian Kelima Pelaksanaan Penegasan Konversi dan Pemberian Hak Pasal 20 Setelah kegiatan sebagaiman dimaksud dalam BAB III Bagian Pertama sampai dengan Keempat dilaksanakan, penegasan konversi dilakukan oleh Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan atau Kepala Kantor Wilayah.

- 7 - Pasal 21 Berdasarkan Berita Acara penyelidikan Riwayat Tanah, dengan peraturan ini Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan diberi wewenang untuk menegaskan konversi hak atas tanah-tanah bekas hak adat, sebagai berikut : a. Tanah-tanah bekas hak adat ditegaskan konversinya menjadi Hak Milik, sepanjang pemegang haknya memenuhi syarat; b. Pengakuan haknya diberikan kepada pemegang hak yang dianggap oleh Ketua Panitia Ajudikasi paling berhak atas tanah tersebut sesuai alat bukti yang dimilikinya dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan yang berlaku; c. Pada daftar isian yang telah disahkan diberi catatan sebagai berilut: Berdasarkan Berita Acara Penyelidikan Riwayat Tanah jo.pasal 21 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor.. tanggal.jo. Ketentuan Konversi UUPA hak atas tanah ini ditegaskan menjadi tanah bekas hak milik adat dan dikonversi menjadi Hak Millik dengan pemegang hak atas nama a.n Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.. Ketua Panitia Ajudikasi ( ) Pasal 22 Berdasarkan Berita Acara Penyelidikan Riwayat Tanah, dengan peraturan ini Kepala Kantor Wilayah memberi wewenang kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat untuk menetapkan pemberian hak atas tanah Negara dalam jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja. Bagian Keenam Pembukuan Hak Atas Tanah dan Penerbitan Sertipikat Pasal 23 Pembukuan hak tanah dilaksanakan berdasarkan hasil pengesahan Ketua Panitia Ajudikasi baik terhadap tanah-tanah bekas hak milik adat maupun terhadap tanah-tanah negara yang telah diberikan haknya. Pasal 24 (1) Dalam rangkaian kegiatan pembukuan hak oleh Panitia Ajudikasi dilaksanakan kegiatan tata usaha pendaftaran tanah yang meliputi: a. Pembuatan daftar isian; b. Pembuatan daftar tanah; c. Pembuatan daftar nama; d. Pembuatan daftar surat ukur; e. Pembuatan daftar buku tanah; f. Pembuatan sertipikat. (2) Bentuk dan isi daftar-daftar sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan sebagaimana contoh terlampir. Pasal 25 (1) Ketua Panitia Ajudikasi atas nama Kepala Kantor Pertanahan menerbitkan sertipikat Hak Atas Tanah sebagai tanda bukti hak. (2) Sertipikat sebagimana dimaksud ayat (1) terdiri atas salinan buku tanah dan surat ukur. Pasal 26 Dalam kegiatan pembukuan hak dan penerbitan sertipikat Panitia Ajudikasi menyelenggarakan administrasi pendaftaran tanah tersendiri.

- 8 - Bagian Ketujuh Penyerahan Hasil Kegiatan Pasal 27 (1) Setelah berakhirnya kegiatan proyek maka Ketua Panitia Ajudikasi menyerahkan hasil pekerjaannya kepada Kepala Kantor Pertanahan berupa: a. Daftar nama; b. Daftar tanah; c. Daftar Buku Tanah; d. Daftar Surat Ukur; e. Sertipikat Hak Atas Tanah; f. Peta Pendaftaran; g. Daftar isian lainnya; h. Warkah-warkah. (2) Penyerahan hasil pekerjaan sebagaimana dimaksud ayat (1) disertai Berita Acara serah terima sebagaimana contoh terlampir. BAB III BIAYA PENDAFTARAN TANAH Pasal 28 (1) Untuk penerbitan penerbitan sertipikat kepada penerima hak dipungut biaya sesuai dengan pelaksanaan Prona (Proyek Operasi Nasional Pertanahan) sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun 1981. (2) Besarnya biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) dicantumkan dalam hasil penetapan Ketua Panitia Ajudikasi. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 (1). Bidang-bidang tanah yang terletak di lokasi proyek pendaftaran tanah sistematik yang pada saat berlakunya peraturan ini sedang dimohonkan Hak Atas Tanahnya pada Kantor Pertanahan, penyelesaiannya tetap dilakukan oleh Kantor Pertanahan yang bersangkutan. (2). Apabila terjadi peralihan/pembebanan hak, maka yang bersangkutan wajib memberitahukannya kepada Panitia Ajudikasi. BAB V KETENTUAN PENUTUP PASAL 30 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 3 Pebruari 1995 MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL ttd. IR. SONI HARSONO