DANA INVESTASI IKLIM

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP

DANA INVESTASI IKLIM. 7 Juli 2009 DOKUMEN RANCANG UNTUK PROGRAM INVESTASI HUTAN, PROGRAM YANG DITARGETKAN BERDASARKAN DANA PERWALIAN SCF

LEMBAR DATA PENGAMANAN TERPADU TAHAP KONSEP

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 3 NOTA KESEPAKATAN (MOU) UNTUK MERENCANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA. (Versi Ringkas)

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

Deklarasi Dhaka tentang

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Inisiatif Accountability Framework

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

Sintesis Pengaman Sosial dan Lingkungan (SES) TFCA Kalimantan

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No.73.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

Belajar dari redd Studi komparatif global

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PROGRAM INVESTASI KEHUTANAN INDONESIA (FIP)

Lihat untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

Pendanaan Iklim dan Kehutanan Gubernur

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

Anggaran Dasar KONSIL Lembaga Swadaya Masyarakat INDONESIA (Konsil LSM Indonesia) [INDONESIAN NGO COUNSILINC) MUKADIMAH

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Petunjuk Undangan mengirimkan Proposal

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

Proyek GCS- Tenurial. Kepastian tenurial bagi masyarakat sekitar hutan. Studi komparasi global ( )

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

R a a t f. Sistem Informasi Pedesaan

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Asesmen Gender Indonesia

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Standar Sosial & Lingkungan REDD+

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

MENUJU KERANGKA KERJA STRATEGIS MENGENAI PERUBAHAN IKLIM DAN PEMBANGUNAN UNTUK KELOMPOK BANK DUNIA RANGKUMAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

KEMAJUAN PENYIAPAN ARSITEKTUR REDD+ INDONESIA: SISTEM INFORMASI SAFEGUARDS (SIS) REDD+ INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Sebuah Kota bagi Semua Menuju Sydney yang tangguh dan berkeadilan sosial

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR IX/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

Studi kasus untuk merancang intervensi tingkat perusahaan untuk mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM SCORE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : IX/MPR/2001 TENTANG PEMBARUAN AGRARIA DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

DRAFT PEDOMAN MENGENAI HUBUNGAN AICHR DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT MADANI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Melibatkan masyarakat 1.1 Pengenalan karakter umum dan

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

Transkripsi:

DANA INVESTASI IKLIM 29 November 2011 USULAN RANCANG MEKANISME HIBAH TERDEDIKASI UNTUK WARGA PRIBUMI DAN MASYARAKAT LOKAL YANG AKAN DISUSUN BERDASARKAN PROGRAM INVESTASI HUTAN

PENDAHULUAN 1. Dokumen Rancang FIP, berdasarkan ayat 38-40, mensyaratkan agar ditetapkan suatu mekanisme hibah khusus yang didedikasikan berdasarkan FIP untuk memberikan hibah kepada warga pribumi dan masyarakat lokal di negara atau perintis wilayah. Lebih tepatnya, ayat 40 mengatur tentang "prinsip-prinsip operasional dan prioritas, modalitas pendanaan dan tata kelola mekanisme hibah yang didedikasikan dan akan dikembangkan melalui konsultasi luas, transparan dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal yang tinggal di seluruh wilayah hutan, serta melaksanakan pembangunan sesuai pembelajaran yang telah dipelajari menurut mekanisme yang ada. 2. Pada pertemuan yang diadakan di bulan Maret 2010, Sub-Komite FIP telah menyetujui kerangka acuan dan anggaran yang terkait dengan suatu proses untuk mendukung masyarakat pribumi dan masyarakat lokal dalam mempersiapkan usulan rancang terhadap Mekanisme Hibah yang Didedikasikan bagi Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal (DGM). PROSES RANCANG 3. Sesuai dengan Kerangka Acuan untuk Pengembangan Mekanisme Hibah yang Didedikasikan bagi Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal (FIP/SC.3/5) yang telah disetujui, proses rancang meliputi, antara lain: a) Tinjauan Meja berdasarkan pengalaman dan pelajaran yang diperoleh dari mekanisme hibah nasional dan internasional yang berlaku dengan tujuan yang sama 1 ; b) presentasi dan diskusi pada Sidang Kesembilan dari Forum Permanen Persatuan Bangsabangsa (PBB) untuk Masyarakat Adat (yang dilakukan pada tanggal 23 April 2010), mengenai tujuan dari mekanisme hibah, proses rancang dan prospek pelaksanaan dengan cara melindungi hutan dan mata pencaharian masyarakat adat, nilai-nilai dan gaya hidup secara bersamaan; c) Mengadakan empat pertemuan regional (Afrika, Asia, Amerika Latin dan Pasifik) masyarakat adat dan masyarakat lokal, dari negara percontohan dan non-percontohan FIP, untuk membahas prinsip-prinsip, isi dan elemen struktur persiapan mekanisme hibah di kemudian hari dalam dua pertemuan global untuk mengembangkan konsensus lintas daerah sesuai dengan rancang mekanisme. Setiap pertemuan regional menghasilkan kesimpulan konsensus dan rekomendasi yang ditetapkan dalam dokumen tertulis sebagai kontribusi untuk pertemuan global, dan untuk peninjauan lebih luas, sebagai contohnya melalui penyiaran di web (web-posting). d) pertemuan regional meliputi pembahasan dengan para wakil pemerintah di setiap negara percontohan FIP; e) Dua pertemuan global dari perwakilan masyarakat pribumi dan masyarakat lokal yang dipilih 2, yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada tanggal 8-10, 2011 dan Washington, DC pada tanggal 22-24, 2011. 1 http://www.climateinvestmentfunds.org/cif/sites/climateinvestmentfunds.org/files/report%20on%20grantin g%20programs%20october%202010.pdf 2 Dipilih sendiri berdasarkan rapat wilayah masing-masing. 2

4. Konsultasi dan perbaikan bahan tertulis selanjutnya yang dikembangkan dalam lokakarya global juga menghasilkan konsep kerja dari sebuah proposal untuk rancang DGM yang disajikan dalam dokumen ini. FINALISASI RANCANG MEKANISME HIBAH TERDEDIKASI 5. Dalam pertemuan pada bulan Juni 2011, Sub-Komite FIP telah melakukan peninjauan ulang terhadap draf kerja DGM, memperhatikan pekerjaan yang sedang berlangsung dan memberikan respon positif atas perkembangan yang diperoleh dalam menyelesaikan usulan rancang mekanisme hibah yang disusun tersebut. 6. Sub-Komite mendorong masyarakat adat dan masyarakat lokal, dengan bekerja sama dengan Unit Administrasi CIF dan Komite MDB, untuk mempersiapkan proposal akhir terhadap rancang DGM untuk peninjauan ulang lebih lanjut. 7. Sub-Komite meminta agar usulan rancang meliputi, antara lain, rekomendasi tentang bagaimana PGD akan dioperasionalkan, termasuk bagaimana sumber daya akan disetujui dan disebarluaskan. Sub-Komite juga meminta MDB untuk menetapkan setiap tinjauan internal yang mungkin diperlukan untuk memungkinkan mereka memberikan dukungan terhadap PGD tersebut. 8. Anggota Sub-Komite dan para pengamat diundang untuk memberikan saran tertulis pada draft proposal kepada Unit Administrasi CIF paling lambat tanggal 31 Juli 2011. Masyarakat adat dan masyarakat lokal diundang untuk mempertimbangkan saran-saran tersebut dalam menyelesaikan proposalnya. Saran telah diterima dari satu anggota Sub-Komite. 9. Bulan lalu, masyarakat pribumi dan masyarakat lokal, bersama dengan MDB dan Unit Administrasi CIF bekerja sama untuk menyelesaikan usulan rancang dan menyusun pengaturan pelaksanaan dalam rangka DGM. 10. Dua dokumen yang berbeda dan saling melengkapi akan diberikan kepada Sub-Komite: (a) Dokumen FIP/SC.7/8, Design Proposal for the Dedicated Grant Mechanism for Indigenous Peoples and Local Communities (Usulan Rancang Mekanisme Hibah yang Didedikasikan kepada Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal); dan (b) Dokumen FIP/SC.7/9, Preliminary Proposal for Implementation Arrangements under the Dedicated Grant Mechanism for Indigenous Peoples and Local Communities (Usulan Awal untuk Pengaturan Pelaksanaan berdasarkan Mekanisme Hibah yang Didedikasikan bagi Masyarakat Pribumi dan Masyakarat Lokal). 11. Usulan rancang, dokumen FIP/SC.7/8 akan diserahkan kepada Sub-Komite untuk diperiksa dengan maksud untuk memperoleh persetujuan. 12. Rancangan proposal untuk pengaturan pelaksanaan mekanisme hibah, dokumen FIP/SC.7/9, diberikan kepada Sub-Komite untuk memperoleh saran yang akan dipertimbangkan dalam penyusunan usulan proyek yang akan diserahkan kepada Sub-Komite untuk memperoleh persetujuan. KEPUTUSAN OLEH SUB-KOMITE FIP 13. Sub-Komite menyetujui proposal rancang yang telah disajikan dalam dokumen FIP/SC.7/8 sebagai kerangka kerja untuk pekerjaan mekanisme hibah yang terdedikasi dan memperhatikan permintaan dana sebesar USD 50 juta untuk pembiayaan mekanisme tersebut. Sehubungan dengan distribusi pendanaan yang diusulkan, Sub-Komite menyarankan mengingat kegiatan dibiayai dan 3

dilaksanakan sesuai mekanisme hibah terdedikasi, maka perlu diadakan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa sumber daya dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif. Sub-Komite lebih lanjut memperhatikan pengaturan pelaksanaan yang diusulkan sebagaimana disajikan dalam dokumen FIP/SC.7/9, Proposal Awal untuk Pengaturan Pelaksanaan berdasarkan Mekanisme Hibah Terdedikasi untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal. 14. Para FIP Sub-Komite meminta agar MDB serta perwakilan dari kelompok masyarakat adat dan komunitas lokal untuk lebih mengembangkan proyek/program yang diperlukan untuk persetujuan dana FIP dan operasionalisasi mekanisme hibah yang didedikasikan tersebut. 15. Mengenai komponen global dari mekanisme hibah yang didedikasikan, Sub-Komite meminta Unit Administrasi, MDB dan perwakilan dari kelompok masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk mengeksplorasi sinergi dengan upaya-upaya serupa yang didukung oleh lembaga REDD+ lainnya, seperti FCPF dan program REDD PBB, serta memberikan laporan pada pertemuan berikutnya atas pilihan tentang bagaimana program dapat dikoordinasikan dengan cara yang efektif secara biaya dan pertimbangan terhadap kemungkinan pemberian pembiayaan untuk kelompok masyarakat adat "dan masyarakat setempat", serta upaya REDD+ di negara-negara percontohan FIP. 4

Rancangan Program Penanaman Modal Hutan terhadap Mekanisme Hibah yang Didedikasikan untuk Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal Pendahuluan 1. Bagian X dari Dokumen Rancang untuk Program Penanaman Modal Hutan (FIP) menetapkan hal-hal sebagai berikut: "38. Diperlukan partisipasi penuh, efektif dan berkesinambungan dari masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi investasi FIP. Partisipasi ini sangat bergantung pada penguatan kapasitas kelompok dalam memainkan peran informasi dan aktif dalam proses REDD nasional pada umumnya dan proses FIP khususnya, serta pada pengakuan dan dukungan terhadap hak kepemilikan mereka, peran pelayanan hutan, dan sistem manajemen hutan tradisional. Mekanisme hibah terdedikasi akan disusun berdasarkan FIP untuk memberikan hibah kepada masyarakat adat dan masyarakat lokal di negara atau percontohan wilayah untuk mendukung partisipasi mereka dalam mengembangkan strategi investasi FIP, program dan proyek. Pada tahap pelaksanaan, hibah untuk masyarakat adat dan masyarakat lokal merupakan bagian tak terpisahkan dari setiap percontohan. 39. Ruang lingkup kegiatan yang memenuhi syarat untuk pemberian dukungan terhadap mekanisme hibah yang didedikasikan bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal (dan organisasi dukungan mereka yang ditunjuk) meliputi, antara lain, dukungan untuk mengamankan dan memperkuat penguasaan tanah adat dan hak-hak sumber daya dan sistem pengelolaan tradisional hutan masyarakat adat dan masyarakat lokal; dukungan, termasuk pembangunan kapasitas sesuai kebutuhan, untuk pengembangan proposal proyek percontohan oleh masyarakat adat dan masyarakat setempat dan pelaksanaannya, dan dukungan untuk keterlibatan masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam pemantauan dan evaluasi kegiatan hutan, sesuai dengan peraturan dan perundangan nasional yang bersangkutan. 40. Prinsip-prinsip operasional dan prioritas, modalitas pendanaan dan tata kelola mekanisme hibah khusus harus dikembangkan melalui konsultasi secara luas dan transparan dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal (dan organisasi mereka yang ditunjuk) di seluruh wilayah hutan, dan membangun berdasarkan pelajaran yang diperoleh dari mekanisme yang ada. Kerangka acuan (TOR) untuk pengembangan proposal mekanisme terdedikasi akan disusun oleh perwakilan masyarakat adat dan masyarakat sipil 3 yang dipilih untuk berpartisipasi dalam pertemuan penyusunan FIP (atau subset daripadanya), melalui konsultasi dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal, dan konsultan yang berkualitas. Sebuah proposal untuk mekanisme terdedikasi akan diberikan kepada FIP-SC untuk diperiksa dan disetujui. " 2. Sesuai dengan ketentuan ini, perwakilan dari masyarakat adat dan masyarakat setempat yang terpilih bersama-sama menyusun Kerangka Acuan untuk Pengembangan Mekanisme Hibah terdedikasi untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal (TOR). Pada bulan Maret 2010, Sub-Komite FIP melakukan peninjauan dan mengambil Kerangka Acuan ini serta meminta agar Unit Administrasi CIF melaksanankan tindakan yang diusulkan dan 3 Pada praktiknya, istilah masyarakat sipil dalam konteksnya ditafsirkan sebagai acuan terhadap masyarakat sipil setempat yaitu masyarakat lokal. 5

memberikan rancang Mekanisme Hibah yang didedikasikan kepada Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal (Mekanisme hibah) berdasarkan Program Investasi Hutan untuk ditinjau dan disetujui pada bulan Juni 2011. Proses Rancang 3. Sesuai dengan Kerangka Acuan yang telah disetujui, dilaksanakan proses yang luas untuk mengembangkan proposal rancang untuk Mekanisme Hibah. Proses ini termasuk antara lain: 13. Sebuah tinjauan meja berdasarkan pengalaman dan pelajaran dari mekanisme hibah nasional dan internasional dengan tujuan yang sama; 14. Sebuah presentasi dan diskusi pada Sidang Kesembilan dari Forum Permanen PBB untuk Masyarakat Adat (yang dilakukan pada 23 April 2010), mengenai tujuan Mekanisme Hibah, proses rancang dan prospek implementasi dengan cara melindungi hutan dan mata pencaharian, nilai-nilai dan gaya hidup masyarakat adat secara bersamaan; 15. Mengadakan empat pertemuan regional (Afrika, Asia, Amerika Latin dan Pasifik) masyarakat adat dan masyarakat lokal, dari negara percontohan dan non-percontohan FIP, untuk membahas prinsipprinsip, isi dan elemen struktur persiapan mekanisme hibah di kemudian hari dalam dua pertemuan global untuk mengembangkan konsensus lintas daerah sesuai dengan rancang mekanisme. Setiap pertemuan regional menghasilkan kesimpulan konsensus dan rekomendasi yang ditetapkan dalam dokumen tertulis sebagai kontribusi untuk pertemuan global, dan untuk peninjauan lebih luas, sebagai contohnya melalui pencantuman di web; pertemuan regional meliputi pembahasan dengan para wakil pemerintah di setiap negara percontohan FIP; 16. Sebuah pertemuan global penutup dari perwakilan masyarakat adat dan masyarakat lokal 4 yang dipilih, yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada tanggal 8-10 April 2011 17. Berikutnya, Konsultasi dan revisi bahan material tertulis yang dikembangkan dalam lokakarya global yang mengarah pada rancangan kerja dari sebuah proposal untuk rancang mekanisme hibah yang disajikan dalam dokumen ini. 4. Hasil dari proses ini adalah dokumen rancang terkini yang diusulkan untuk Mekanisme Hibah. Struktur Dokumen Rancang yang Diusulkan 5. Berdasarkan pelaksanaan dari berbagai pertemuan masyarakat adat dan masyarakat lokal yang diwakili oleh TOR, dan sesuai dengan TOR itu sendiri, dokumen rancang yang diusulkan ini disusun dalam tujuh bagian substantif: (1) prinsip menyeluruh, (2) tujuan; (3) tata kelola, (4) lingkup kegiatan, (5) alokasi sumber daya hibah, (6) isi dokumen proyek. 6. Mekanisme Hibah yang diusulkan didesentralisasi dan dikemudikan oleh negara percontohan FIP. Dalam parameter yang ditetapkan oleh Sub-Komite FIP, mereka menetapkan kepemilikan maksimum di tingkat negara dan masyarakat, sambil memudahkan jaringan dan pertukaran pelajaran dan menghasilkan pengetahuan tentang kegiatan REDD 5 4 Dipilih sendiri pada rapat regional mereka masing-masing. 5 Yang dimaksud dengan REDD dalam dokumen ini adalah penugasan dalam Dokumen Rancang FIP, sebagaimana ditetapkan dalam catatan kaki 1 dari Dokumen ini. Untuk keperluan Program Investasi Hutan, 6

di tingkat lokal, nasional, regional dan global. Desentralisasi ini disesuaikan dengan kebutuhan untuk konsistensi dan akuntabilitas program di seluruh negara percontohan FIP, dalam rangka untuk memberikan dukungan terhadap pencapaian kolaboratif dari tujuan Mekanisme Hibah yang ditetapkan di bawah, serta tujuan dan hasil negara dan global dari Program Investasi Hutan yang ditetapkan dalam Kerangka Kerja Hasil FIP. 7. Mekanisme Hibah yang diusulkan mengembangkan pelajaran yang telah dipelajari dari dana dan program lain yang bekerja secara khusus dengan masyarakat adat dan masyarakat lokal, untuk memastikan struktur yang efektif dan hemat biaya dan pemenuhan sukses dari prinsip dan tujuannya. 6 Dasar Keseluruhan 8. Pelaksanaan Mekanisme Hibah harus sesuai dengan Dokumen Rancang FIP dan dokumen kebijakan FIP lain yang relevan. Prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam TOR sepenuhnya berlaku bagi Mekanisme Hibah. Kegiatan usaha Mekanisme Hibah, termasuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan yang didukung berdasarkan Mekanisme Hibah, harus dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur operasional Bank Pembangunan Multilateral 7 melalui mana dana tersebut harus disalurkan. Dengan demikian, operasi akan melibatkan partisipasi penuh dan efektif dari masyarakat adat, dengan memperhatikan Deklarasi Persatuan Bangsa-bangsa atas hak Masyarakat Adat. 9. Sebagai bagian dari mandat pembangunan kapasitas, Mekanisme Hibah akan memperkuat kerjasama, solidaritas, membangun kesadaran dan jaringan antara dan di antara masyarakat adat dan masyarakat lokal, dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan kepercayaan; transparansi; solidaritas; dan kepekaan terhadap budaya, proses tata cara dan keputusan bersama dari masyarakat adat dan masyarakat lokal. 10. Mekanisme Hibah akan meningkatkan kapasitas masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk sepenuhnya berpartisipasi, dengan efektif dan berkesinambungan di kegiatan REDD negara percontohan FIP kegiatan dengan cara mengamankan sumber daya hutan, mata pencaharian masyarakat dan kepemilikan tanah dan hak-hak sumber daya masyarakat adat dan masyarakat lokal dan yang menghormati pengetahuan lokal tradisional dan keanekaragaman hayati. Partisipasi ini penting untuk mencapai tujuan FIP setiap kali ada masyarakat adat dan masyarakat lokal yang tinggal di atau dekat hutan. Manfaat dari pekerjaan ini juga akan diberikan, dalam bentuk pembelajaran yang telah dipelajari, kepada masyarakat pribumi dan masyarakat lokal di negara non-percontohan, sesuai dengan ayat 25-27 di bawah ini. 11. Secara umum, Mekanisme Hibah akan mendukung dan memperkuat hubungan antar rencana-rencana terkait REDD yang bersangkutan atau setara dengan: Tujuan Pembangunan Milenium; rencana untuk memberantas kemiskinan dan mengembangkan mata pencaharian REDD adalah REDD+ dan ditafsirkan meliputi kegiatan yang sesuai dengan ayat 1 (b) (iii) dari Rencana Tindakan Bali dan diubah apabila perlu, agar sesuai dengan hasil keputusan yang diambil berdasarkan Konferensi Para Pihak terhadap UNFCCC. 6 [harap lihat contoh Laporan Penelitian Meja: Praktik Internasional dalam Program Hibah Kecil untuk Masyarakat Pribumi dan Masyarakat Lokal di alamat situs sebagai berikut: http://www.climateinvestmentfunds.org/cif/sites/climateinvestmentfunds.org/files/report%20on%20grantin g%20programs%20october%202010.pdf ] 7 Untuk keperluan dokumen ini, Bank Pengembangan Multilateral adalah Bank Pengembangan Afrika, Bank Pengembangan Asia, Bank Pengembangan Inter-Amerika, Korporasi Pembiayaan Internasional dan Bank Dunia. 7

yang berkelanjutan; strategi yang menerapkan dan membangun pengetahuan tradisional dan sistem manajemen hutan asli dan lokal; serta perlindungan, pemeliharaan serta penggunaan yang berkelanjutan dan manajemen hayati hutan. Hal ini termasuk pembagian hutan dan manfaat karbon hutan yang sama. 12. Jaminan hak kepemilikan atas tanah, sumber daya dan wilayah teritori bersifat vital bagi kelangsungan hidup masyarakat adat dan masyarakat lokal yang bergantung pada hutan, khususnya, bagi masyarakat adat, hak teritorial mereka sangat penting. Oleh karena itu, Mekanisme Hibah perlu mengindahkan makna dari istilah-istilah dalam konteks pribumi dan lokal. Secara umum, masyarakat adat mengambil pendekatan holistik dengan konsep tanah, termasuk, secara terpadu, sesuai dimensi spiritual, budaya, politik dan mata pencaharian. Demikian pula, konsep "hutan" mencakup dimensi non-material dan secara spiritual terkait dengan tanah, langit, air dan seluruh keanekaragaman hayati kehidupan. 13. Perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan yang didukung oleh kegiatan Mekanisme Hibah harus didasarkan pada partisipasi penuh dan efektif dari masyarakat adat dan masyarakat lokal, dan meliputi penyuluhan khusus untuk menjamin partisipasi perempuan, pemuda, anak, lanjut usia, penyandang cacat, dan orang-orang rentan lainnya. Keputusan harus diambil berdasarkan keadilan sosial, kesetaraan gender, perlindungan masyarakat rentan dan kelompok serta tanggung jawab terhadap generasi mendatang. 14. Kegiatan yang didukung berdasarkan Mekanisme Hibah harus dilakukan sesuai dengan rencana investasi FIP, dan merupakan bagian dari pendekatan partisipatif inklusif secara keseluruhan yang melibatkan semua pemangku kepentingan secara efektif selama proses berlangsung, sebagaimana diuraikan dalam Pedoman untuk Konsultasi yang akan dilakukan sesuai dengan sub ayat 16 (d) Dokumen Rancang untuk Program Investasi Hutan (Dokumen Rancang FIP, Lampiran III). Sebuah rencana investasi FIP akan mempertimbangkan kebutuhan dan prioritas masyarakat adat dan masyarakat lokal. 15. Pemrograman Mekanisme hibah harus mengakui bahwa pengalaman dan pelajaran penting biasanya berakar dan berada pada tingkat lokal, sehingga kegiatan pembelajaran dan informasi harus mencakup pengalaman dan pelajaran, untuk kepentingan masyarakat adat dan masyarakat lokal di negara percontohan dan bukan percontohan FIP. Pembagian pembelajaran harus bersifat responsif terhadap kebutuhan masyarakat adat dan masyarakat lokal secara lokal, nasional, regional dan internasional dan menghormati hak kekayaan intelektual mereka. Hasil pembagian tersebut akan dimasukkan dalam kegiatan belajar mengajar dan kesadaran sebagaimana didukung oleh Mekanisme Hibah dan dimasukkan ke dalam proses pelaksanaan rencana investasi FIP. 16. Mekanisme Hibah akan memberikan akses efisien dan jalur cepat untuk memberikan pendanaan kepada masyarakat pribumi dan komunitas lokal, termasuk asosiasi masyarakat adat dan masyarakat lokal. Prosedur bersifat sederhana, jelas, fleksibel dan transparan, dengan melibatkan masyarakat pribumi dan masyarakat lokal secara terpusat dalam proses. Bila memungkinkan, Mekanisme Hibah akan menghubungkan dan memanfaatkan sumber daya lain yang tersedia untuk masyarakat pribumi dan masyarakat lokal (baik sumber daya mereka sendiri maupun sumber daya dari program lain yang serupa) agar meningkatkan pencapaian dari tujuan yang ditetapkan di bawah. 17. Keberadaan Mekanisme Hibah di negara-negara percontohan FIP jangan dijadikan sebagai pengganti kewajiban pemerintah, termasuk negara pemberi kontribusi dan percontohan FIP, 8

untuk melindungi, mendorong dan memenuhi hak-hak masyarakat adat dan masyarakat lokal. Tujuan 18. Tujuan keseluruhan dari Mekanisme Hibah ada lima, yakni: (a) Mendukung prakarsa khusus masyarakat adat dan masyarakat lokal di negara percontohan FIP untuk meningkatkan strategi FIP dan tujuan yang tercantum di atas, misalnya, proyek untuk mendukung mata pencaharian masyarakat dan/atau mengembangkan mata pencaharian alternatif dengan cara menurunkan tingkat kemiskinan, mendukung keanekaragaman hayati dan mengurangi tekanan terhadap hutan dan dengan demikian memberikan kontribusi terhadap penanggulangan dan penyesuaian perubahan iklim; pelajaran dari kegiatan ini juga harus memberikan keuntungan bagi masyarakat adat dan masyarakat lokal di negara bukan percontohan, melalui kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan ayat 25-27 di bawah ini. (b) Mengembangkan kapasitas masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk berpartisipasi dalam proses REDD nasional pada umumnya, dan proses FIP khususnya (dari perencanaan hingga pelaksanaan, pengawasan dan bagi hasil), dan secara berkelanjutan mengelola sumber daya hutan dengan cara meningkatkan mata pencahariaan dan memberikan kontribusi terhadap penanggulangan dan penyesuaian perubahan iklim, dengan menghargai dan menghormati hak, aspirasi nilai-nilai dan harapan dari masyarakat adat dan masyarakat lokal, termasuk penekanan mereka pada pendekatan holistik dan keanekaragaman hayati dalam pengelolaan hutan. (c) (d) (e) Memberikan dukungan untuk memperkuat hak teritorial dan sumber daya, yang secara luas dipahami untuk menyertakan peran pengelolaan hutan tradisional dan sistem manajemen, dan proses pengambilan keputusan bersama, otonomi dan gaya hidup serta hak masyarakat adat dan masyarakat lokal. Mengumpulkan pelajaran dari pengalaman tingkat lokal dan mulai membagikan strategi dan pembaharauan REDD+ lokal yang berhasil di kalangan masyarakat adat dan masyarakat lokal, pemerintah negara percontohan, dan pihak lainnya di negara percontohan FIP, pelajaran yang mungkin juga bermanfaat setelah Mekanisme Hibah itu sendiri telah mencapai akhir masa tugasnya. Membangun kemitraan dan jaringan masyarakat adat dan masyarakat lokal untuk mendukung dan memperkuat kapasitas dalam mengatasi deboisasi, degradasi hutan dan ancaman lain terhadap ekosistem hutan. 19. Pekerjaan Mekanisme Hibah harus mengarah pada keuntungan tertentu dalam hak tenurial, pemerintahan hutan, mata pencaharian masyarakat adat dan masyarakat lokal yang bergantung pada hasil hutan dengan meniningkatkan pemberdayaan lokal. Sebagai contoh, hasil sebaiknya meliputi kemajuan yang dapat diuraikan dan diukur terhadap pengelolaan hutan secara berkesinambungan dan mengakhiri kemiskinan dan ketimpangan. Tata Kelola 20. Struktur dasar tata kelola untuk Mekanisme Hibah meliputi hal-hal sebagai berikut: 9

(i) (ii) Komite Koordinasi Global (GCC); dan Komite Pengarah Nasional (National Steering Committee (NSC)) untuk setiap negara percontohan. 21. Masing-masing "komite pemerintahan" meliputi anggota dan pengamat aktif, seperti yang dijelaskan dalam dokumen FIP/SC.7 / #, Rancangan Proposal untuk Pengaturan Pelaksanaan berdasarkan Mekanisme Hibah yang didedikasikan bagi Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal. 22. Peran pengamat aktif dalam GCC dan NSC harus sejalan, dengan cara mutatis mutandis atau diubah sesuai kebutuhan, denganperan pengamat aktif dalam Sub-Komite FIP. 23. Komite-komite pemerintahan akan didukung oleh layanan sekretariat dengan cara yang akan dijelaskan dalam pedoman operasi untuk Mekanisme Hibah. Lingkup Kegiatan 30. Ruang lingkup kegiatan yang didukung berdasarkan Mekanisme Hibah harus sesuai dengan dokumen Rancang FIP. Kegiatan yang memenuhi syarat dan didukung melalui Mekanisme Hibah meliputi: a. Dukungan untuk mengamankan dan memperkuat hak kepemilikan tanah adat, hak atas wilayah dan sumber daya alam, dan sistem pengelolaan hutan masyarakat adat dan masyarakat lokal, misalnya dengan cara: i. Mengurangi hambatan budaya, sosial, ekonomi, dan kebijakan terhadap hak kepemilikan tanah dan hak sumber daya dan untuk kelanjutan dan peningkatan sistem pengelolaan hutan rakyat; ii. Mendukung model kegiatan REDD+ yang menghormati keberadaan prioritas, hak dan pengakuan yang adil terhadap masyarakat adat dan komunitas lokal; dan iii. Meningkatkan sistem tradisional tanah, wilayah dan pengelolaan sumber daya. b. Pengembangan mekanisme untuk mendukung partisipasi masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam merancang dan melaksanakan strategi investasi nasional FIP dan untuk melibatkan proses nasional dan lokal REDD+ lainnya yang berkaitan dengan hutan, sumber daya hutan dan perlindungan hutan dan dukungan untuk penjangkauan khusus dengan tujuan untuk menjamin partisipasi perempuan dan kelompok rentan lainnya; dan kegiatan pengarusutamaan masyarakat adat dan masyarakat dengan kegiatan dan kebijakan yang terkait dengan hutan lainnya; c. Dukungan untuk keterlibatan masyarakat adat dan masyarakat lokal dalam memantau dan mengevaluasi kegiatan hutan (termasuk, namun tidak terbatas pada, kegiatan yang didanai oleh mekanisme hibah atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat adat dan masyarakat lokal sendiri) d. Dukungan terhadap mata pencaharian alternatif, baik menghasilkan pendapatan dan mengurangi tekanan terhadap hutan, dalam setiap kasus dengan cara memajukan tujuan jangka menengah dan panjang masyarakat adat dan masyarakat lokal; dukungan tersebut mungkin termasuk memperkuat dan mempromosikan gaya hidup yang berkelanjutan dan rendah karbon, dan mata pencaharian tradisional masyarakat adat dan masyarakat lokal. 10

e. Dukungan terhadap masyarakat adat dan masyarakat lokal, termasuk pemimpin mereka, organisasi dan lembaga - formal dan informal sebagaimana mereka melakukan kegiatan untuk membangun kapasitas dan kemampuan, yang berkaitan dengan tujuan dari Hibah Mekanisme secara umum, dan lebih khusus lagi: (i) pelatihan dan pengembangan kapasitas untuk kedua kemampuan prosedural substantif terkait dengan penerapan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian terhadap proyek Mekanisme Hibah, (ii) Pelatihan, kesadaran dan peningkatan kapasitas untuk mendukung partisipasi dalam proses REDD dan FIP nasional sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan di atas; dan (iii) mendukung adanya pengembangan jaringan dan kemitraan untuk meraih tujuannya; f. Mendukung penemuan dan berbagi pelajaran, informasi, umum serta terbaik dari model praktek yang menjanjikan untuk memajukan pengetahuan yang berguna mengenai bagaimana mencapai tujuan dari FIP dan Mekanisme Hibah pada khususnya. g. Dukungan untuk kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh masyarakat adat dan masyarakat di mana secara khusus berfokus pada satu tujuan atau lebih yang tercatat dalam Dokumen Rancang ini. Alokasi Sumberdaya Hibah 31. Diusulkan bahwa sumber daya yang telah disetujui untuk mekanisme hibah terdedikasi akan dialokasikan untuk kelompok kerja di setiap negara percontohan dan program global sesuai dengan pembagian sebagai berikut. Persentase negara percontohan ini secara umum bersifat proporsional dengan jumlah yang dialokasikan oleh Sub-Komite FIP terhadap amplop pendanaan untuk setiap rencana penanaman modal FIP. (a) Brazil dan Indonesia: 13% masing-masing (total: 26%) (b) DRC dan Meksiko 12% masing-masing (total: 24%) (c) Ghana dan Peru 11% masing-masing (total: 22%) (d) Burkina Faso dan Lao PDR 9% masing-masing (total: 18%) (e) Komponen Global 10% 32. Diminta agar amplop pendanaan sebesar USD 50 juta dalam pendanaan hibah disetujui untuk mekanisme hibah yang didedikasikan. Isi Dokumen Proyek 33. Setelah dokumen rancang DGM yang diusulkan disetujui, maka pelaksanaan MDB dan badan pelaksana yang dipilih, bekerja sama dan berdasarkan musyawarah untuk mufakat dengan para perwakilan dari kelompok kerja dari masyarakat adat yang dibentuk dari proses saat ini, akan mengembangkan proyek dokumen penuh untuk memperoleh persetujuan dari Sub- Komite FIP. Dokumen proyek akan menetapkan prosedur operasional, prosedur pemantauan dan evaluasi, prosedur pengaduan ganti rugi serta anggaran untuk Mekanisme Hibah dengan menunjukkan bagaimana sumber daya akan digunakan dan dipantau. 8 8 Dengan mengikuti persetujuan Sub-Komite FIP terhadap proposal untuk Mekanisme Hibah terdedikasi ini, MDB bermaksud ikut serta dalam proyek negara percontohan dan perlu memperoleh persetujuan internal tambahan sehubungan dengan DGM yang telah disetujui, pengaturan pelaksanaan dan/atau proyek negara percontohan khusus. 11