II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar pada hakikatnya merupakan aktivitas yang utama dalam serangkaian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh Saryana PENDAHULUAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. sains tersebut (Gallagher, 2007). Dengan demikian hasil belajar sains diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perkembangan kepribadian. Menurut Surakhmad (1987:16) belajar

eksternal yang datang dari lingkungan.

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan satu sama lain dalam mengerjakan tugas dan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berbuat bagi kelompoknya dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator (Lie, 2002). Dalam penerapan pembelajaran kooperatif ini siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dalam memahami materi pelajaran, menyelesaikan tugas, memperbaiki jawaban serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai hasil belajar yang maksimal. Menurut Arends (1997:113) Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif.pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa di kelom-pokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran kooperatif yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok dan mengetes

9 apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan usaha-usaha kelompok maupun individu. Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Fase 4 Membantu (membimbing) kerja kelompok dalam belajar Fase 5 Evaluasi Fase 6 Memberikan penghargaan (Dimodifikasi dari Arends, 1997) Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan (demonstrasi) atau teks Guru menjelaskan siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada saat mengerjakan tugas Guru mengevaluasi materi pelajaran yang telah diberikan kemudian menginformasikan hasil pekerjaan mereka Guru memberikan cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Menurut Karuru, F (2001), pembelajaran kooperatif menguntungkan bagi semua siswa. Siswa yang berkemampuan rendah mendapat kesempatan untuk dibimbing temannya. Hal ini memugkinkan siswa lebih memahami materi yang dipelajari, siswa berkemampuan tinggi mendapat kesempatan menjadi tutor, sehingga pemahaman menjadi lebih baik. Adanya kegiatan saling membantu dan menguntungkan bagi semua pihak tentunya akan meningkatkan hasil belajar yang meningkat.

10 Menurut Karli dan Yuliatriningsih (2002), karateristik pembelajaran kooperatif adalah 1. Individual accountability, yaitu bahwa setiap individu dalam kelompok bertanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan untuk tanggung jawab setiap anggota. 2. Social skills, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial, dan mendidik siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati orang lain, dan membentuk kesadaran sosial. 3. Positive interdependence, adalah yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangatlah ditentukan oleh setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap memiliki kontribusi. Jadi sifatnya kolaborasi bukan kompetisi. 4. Group processing, proses pengolahan jawaban permasalahan yang dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama. Manfaat pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar menurut Karli dan Yuliatriningsih (2002) antara lain: 1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan sikap, nilai, dan ketrampilan-ketrampilan sosial untuk diterapkan dalam suasana belajar yang bersifat terbuka dan demokratis. 2. Dapat mengembangkan aktualisasi, berbagai potensi diri yang dimiliki oleh siswa. 3. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, kemampuankemampuan untuk diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. 4. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya. 5. Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena siswa dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna baginya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran kooperatif pada hakikatnya adalah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik yang dilakukan bersama-sama.

11 Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar dan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. Menurut (Lie, 2002) ada lima unsur pembelajaran kooperatif: 1. Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, penggunaannya perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencoba tujuan mereka. 2. Tanggung jawab perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dari pokok penilaian dibuat menurut prosedur pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. 3. Tatap muka Setiap anggota kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi kegiatan interaksi ini akan memberikan para pelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran satu kepala. 4. Komunikasi antar anggota Unsur ini menghendaki agar pembelajaran dibekali dengan berbagai ketrampilan komunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa memiliki keahlian mendengar dan berbicara.

12 Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling meningkatkan kemampuan mereka untuk mengemukakan pendapat. 5. Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerjasama mereka untuk selanjutnya bisa bekerjasama secara lebih efektif, waktu evaluasi ini tidak perlu dilakukan setiap kali ada kerja kelompok melainkan biasa dilakukan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Menurut (Lie, 2002) dalam pembelajaran kooperatif terdapat pengelolaan kelas, diantaranya: a. Pengelompokan Pengelompokan heterogenitas merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran gotong royong. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang sosial ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan tinggi, dua orang berkemampuan sedang, dan dua lainnya berkemampuan rendah. Secara umum, kelompok heterogenitas disukai para guru yang telah memakai metode kooperatif, karena: 1. Memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) yang saling mendukung.

13 2. Meningkatkan relasi akan interaksi antar ras, etnik dan gender. 3. Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan hanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan asisten untuk setiap anggota. b. Semangat gotong royong Agar kelompok bisa bekerjasama secara efektif dalam proses pembelajaran kooperatif, masing-masing anggota kelompok perlu semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerjasama dengan siswa lainnya: 1. Kesamaan kelompok 2. Identitas kelompok 3. Sapaan dan sorak kelompok B. Teknik Think Pair Share (TPS) Menurut (Lie, 2002) teknik Think Pair Share (TPS) memberi siswa kesempatan untuk bekerjasama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Langkah-langkah teknik Think Pair Share (TPS) antara lain: 1. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberi tugas yang sama pada semua kelompok. 2. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas itu sendiri (tahap thinking). 3. Siswa berpasangan dengan salah satu kelompoknya, dan berdikusi dengan pasangannya (tahap pairing/pair).

14 4. Kedua pasang kembali bertemu dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membegikan hasilnya kepada kelompok berempat (tahap sharing/share)..c. Aktivitas Belajar Seorang siswa dikatakan belajar apabila dalam dirinya terdapat perubahan berupa pengetahuan,keterampilan maupun sikap.perubahan ini merupakan hasil dari usaha dan pengalamannya.hal ini sebagaimana dikatakan Arikunto (1993:19) bahwa : belajar diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan dalam diri manusia yang melakukan,dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya baik berupa pengetahuan,keterampilan maupun sikap.perubahan tingkah laku tidak akan terjadi tanpa adanya usaha yang dilakukan oleh siswa.usaha tersebut merupakan aktivitas belajar siswa.aktivitas merupakan asas yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran,sebagaimana dikatakan Sardiman (2005), belajar memerlukan aktivitas sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan perubahan dari perilaku belajarnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan dan sebagainya (Sardiman, 2005).

15 Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting, ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2005) bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Sementara itu Paul B. Dierdich (dalam Sardiman, 2005) mengklasifikasikan aktivitas belajar siswa dalam delapan kelompok, yaitu: 1. Visual activities, yang termasuk didalamnya adalah membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, intrupsi. 3. Listening activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. 4. Writing activities, seperti : menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. 5. Drawing activities, seperti : menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6. Motor activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. 7. Mental activities, seperti : menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. 8. Emotional activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergerak, berani, gugup. Siswa dikatakan aktif dalam pembelajaran jika melakukan aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran (on task). Siswa melakukan aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran maka diharapkan siswa dapat mengingat, memahami dan menerapkan konsep yang telah dipelajari.

16 Siswa yang banyak melakukan aktivitas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran(on task) maka nilai penguasaan konsep siswa tersebut tuntas dalam pembelajaran (Anggraini, L. 2007). D. Penguasaan Konsep Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai, atau mengusahakan. Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya. Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa yang konkret. Van Den Berg dalam Arikunto, (2003), konsep didefinisikan sebagai abstrak dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Hamalik, (2004) mengemukakan bahwa konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Stimuli adalah objek-objek / konsep-konsep tidak terlalu mengena dengan pengalaman pribadi. Penguasaan konsep dasar dengan baik akan membantu dalam pembentukan konsep-konsep yang lebih kompleks untuk menemukan suatu prinsip. Dengan memiliki penguasaan konsep, seseorang akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang dilambangkan dengan kata-kata menjadi suatu buah pikiran dalam memecahkan suatu permasalahan tertentu. Menurut Sagala (2007 : 71) Penguasaan konsep adalah buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip hukum dari suatu teori, konsep tersebut

17 diperoleh dari fakta, peristiwa, dan pengalaman melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep juga diartikan sebagai suatu jaringan hubungan dalam suatu objek yang mempunyai ciri-ciri dan dapat diobservasi. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, penguasaan konsep adalah pemahaman siswa terhadap ide yang memiliki ciri-ciri dan dapat diabstrakkan dari peristiwa konkret. Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konsep dan keberhasilan siswa terhadap materi yang diajarkan diperlukan tes hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Tes adalah ujian tertulis, lisan, atau wawancara untuk mengetahui pengetahuan, kemampuan, bakat, dan kepribadian seorang individu. Jadi, penguasaan konsep siswa terhadap materi tertentu dapat diketahui dengan adanya tes yang diberikan guru kepada siswa pada akhir pembelajaran yang telah ditempuh dalam jangka waktu tertentu. E. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah media berupa Lembar Kerja Siswa (LKS). Media pembelajaran adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Melalui penggunaan media pembelajaran akan memudahkan bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Sriyono (1992), Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi

18 sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Sudjana dalam Djamarah dan Zain (2006), fungsi LKS adalah a) Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif. b) Sebagai alat bantu untuk melengkapi proses belajar mengajar supaya lebih menarik perhatian siswa. c) Untuk mempercepat proses belajar mengajar dan membantu siswa dalam menangkap pengertian yang diberikan guru. d) Siswa lebih banyak melakukan kagiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi lebih aktif dalam pembelajaran. e) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan pada siswa. f) Untuk mempertinggi mutu belajar mengajar, karena hasil belajar yang dicapai siswa akan tahan lama sehingga pelajaran mempunyai nilai tinggi. Pada proses pembelajaran, LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa dari suatu materi pokok atau sub materi pokok yang telah atau sedang disajikan. Melalui LKS siswa dituntut mengemukakan pendapat dan mampu mengambil kesimpulan. Dalam hal ini LKS merupakan salah satu media pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Manfaat dan tujuan LKS, menurut Prianto dan Harnoko (1997): a) Mengefektifkan siswa dalam proses belajar mengajar. b) Membantu siswa dalam mengembangkan konsep. c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar. d) Sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran. e) Membantu guru dalam menyusun pelajaran. f) Membantu siswa dalam menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar. g) Membantu siswa untuk menambah informasi tentang konsep yang ipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.