PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:7/9/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/51/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 26 /PBI/2003 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 21 /PBI/2000 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/ 40 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/4/PBI/2013 TENTANG LAPORAN STABILITAS MONETER DAN SISTEM KEUANGAN BULANAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

No dan moneter guna mendukung pengambilan kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan perbankan. Guna keperluan tersebut dibutuhkan d

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/47/PBI/2005 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Sistem Informasi Debitur. Peraturan Bank Indonesia No. 7/8/PBI/ Januari 2005 MDC

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/20/PBI/2006 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/3/PBI/2013 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Laporan Keuangan Tahunan yang telah dipertanggungjawabkan dalam rapat umum pem

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 3 /PBI/2008 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 48 /POJK.03/2017 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

2016, No Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan menjadi Undang-Undang; c. bahwa Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nom

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 12 /PBI/2011

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/2/PBI/2007 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 10 /PBI/2005 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 19 /PBI/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM

-1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/21/PBI/2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2017 TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/10/PBI/2016 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DAN NASABAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13 / 21 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/14/PBI/2007 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 15 /PBI/2011 TENTANG PEMANTAUAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA LEMBAGA BUKAN BANK

No Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan SLIK diperlukan pengaturan mengenai pelaporan dan permintaan informasi

2017, No sektor perbankan dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan diperlukan pengaturan kembali transparansi kondisi keuangan Bank Perkre

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 11/ 18 /PBI/2009

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 13/ 5 /PBI/2011 TENTANG BATAS MAKSIMUM PENYALURAN DANA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 21 /PBI/2012 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 12 /PBI/2012 TENTANG LAPORAN KANTOR PUSAT BANK UMUM

No. 10/ 3 /UKMI Jakarta, 8 Februari 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Laporan Kantor Pusat Bank Umum

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

No. 10/ 4 /UKMI Jakarta, 8 Februari 2008 S U R A T E D A R A N

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 7 /PBI/1999 TENTANG SISTEM INFORMASI DEBITUR GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.15/13/DASP Jakarta, 12 April 2013 S U R A T E D A R A N

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR. 13/ 8 /PBI/2011 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 16/1/DKSP Jakarta, 10 Januari 2014 SURAT EDARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 13/ 17 /DPbS Jakarta, 30 Mei 2011 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/22/PBI/2006 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PELAPORAN DAN PERMINTAAN INFORMASI DEBITUR MELALUI SISTEM LAYANAN INFORMASI KEUANGAN

2015, No.74 2 d. bahwa informasi yang diungkapkan kepada masyarakat perlu memperhatikan faktor keseragaman dan kompetisi antar Bank; e. bahwa berdasar

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/13/PBI/2009 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/9/PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

No. 13/ 15 /DPbS Jakarta, 30 Mei Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA. Laporan Bulanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No.13/33/DSM Jakarta, 30 Desember 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

I. UMUM II. PASAL...

No.11/21/DKBU Jakarta, 10 Agustus 2009 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 6 /PBI/2011 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /SEOJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/15/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM PENGAWASAN KHUSUS DAN PEMBEKUAN KEGIATAN USAHA

SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6/POJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/22/PBI/2001 TENTANG TRANSPARANSI KONDISI KEUANGAN BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan L

2017, No f. bahwa sehubungan dengan beralihnya fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan jasa keuangan di sektor perbankan dari Ban

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/7/PBI/2005 TENTANG PENYELESAIAN PENGADUAN NASABAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/ 3 /DSta Jakarta, 6 Maret 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 20 /PBI/2009 TENTANG TINDAK LANJUT PENANGANAN TERHADAP BANK PERKREDITAN RAKYAT DALAM STATUS PENGAWASAN KHUSUS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/25 /PBI/2003 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 3 / 13 / DSM Jakarta, 13 Juni 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/16/PBI/2006 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/ 18 /PBI/2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSAKSI, PENATAUSAHAAN SURAT BERHARGA, DAN SETELMEN DANA SEKETIKA

2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain

Transkripsi:

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:7/9/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan laporan dan informasi yang diperlukan untuk keperluan pemantauan keadaan bank, diperlukan informasi keadaan keuangan dan kegiatan usaha bank secara individual yang tepat waktu, akurat dan benar; b. bahwa dalam rangka memperoleh informasi keadaan keuangan dan kegiatan usaha bank secara individual yang tepat waktu, akurat dan benar maka penyampaian laporan perlu dilakukan secara on-line; c. bahwa dengan semakin berkembangnya bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, maka diperlukan pedoman penyusunan laporan bulanan kepada Bank Indonesia, yang mencakup keadaan keuangan dengan mengacu pada karateristik bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah; d. bahwa dengan diberlakukannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah serta Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah

- 2 - Syariah Indonesia, maka laporan bulanan yang disampaikan ke Bank Indonesia oleh bank perkreditan rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah perlu disesuaikan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c dan huruf d maka dipandang perlu untuk mengatur kembali ketentuan tentang penyampaian laporan bulanan bagi Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam suatu Peraturan Bank Indonesia. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3843); sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357); MEMUTUSKAN:

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan : 1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. 2. Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah adalah kegiatan usaha perbankan yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. 3. BPRS Pelapor adalah kantor pusat BPRS. 4. Laporan Bulanan BPRS yang selanjutnya disebut Laporan Bulanan adalah laporan keuangan yang disusun oleh BPRS untuk kepentingan Bank Indonesia, yang disajikan menurut sistematika yang ditentukan oleh Bank Indonesia dalam format dan definisi yang seragam serta dilaporkan dengan menggunakan sandi-sandi dan angka. 5. Penyampaian Laporan Bulanan melalui Jaringan On-Line adalah penyampaian laporan oleh BPRS pelapor yang dilakukan dengan mengirim

- 4 - mengirim atau mentransfer rekaman data secara langsung kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui fasilitas ekstranet Bank Indonesia atau sarana teknologi lainnya. 6. Penyampaian Laporan Bulanan secara Off-Line adalah penyampaian laporan oleh BPRS pelapor yang dilakukan dengan menyampaikan rekaman data dalam bentuk disket atau cd-rom disertai hard copy kepada Bank Indonesia. Pasal 2 (1) BPRS Pelapor wajib menyusun dan menyampaikan Laporan Bulanan kepada Bank Indonesia setiap bulan secara benar, lengkap, dan tepat waktu. (2) Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup seluruh aspek keuangan yaitu : a. Neraca; b. Daftar Rincian Laba Rugi; c. Rekening Administratif; dan d. Daftar Rincian dari pos-pos dalam neraca dan pos-pos tertentu dari rekening administratif serta rincian informasi penting lainnya. (3) Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib mengikuti Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan BPRS yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (4) BPRS Pelapor bertanggungjawab atas kebenaran dan kelengkapan isi Laporan Bulanan serta ketepatan waktu penyampaian Laporan Bulanan kepada Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 3

- 5 - Pasal 3 (1) Dalam hal BPRS dibubarkan karena merger atau konsolidasi dengan BPRS lain sehingga tidak lagi menjadi BPRS Pelapor, BPRS tetap wajib menyampaikan Laporan Bulanan untuk data akhir bulan laporan sebelum merger atau konsolidasi. (2) Dalam hal BPRS masih dalam proses akuisisi dan sudah tidak beroperasi lagi, BPRS Pelapor tetap wajib menyampaikan Laporan Bulanan ke Bank Indonesia. (3) Kewajiban menyampaikan Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dapat dikecualikan dengan izin tertulis dari Bank Indonesia. Pasal 4 BPRS Pelapor wajib memiliki sistem dan prosedur konversi yang dituangkan dalam suatu pedoman tertulis. Pasal 5 BPRS Pelapor wajib menunjuk petugas dan penanggung jawab untuk menyusun dan menyampaikan Laporan Bulanan. BAB II PERIODE PENYAMPAIAN LAPORAN DAN KOREKSI LAPORAN Pasal 6 (1) BPRS Pelapor wajib menyampaikan Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) paling lambat tanggal 12 (dua belas) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan Laporan yang bersangkutan. (2) BPRS

- 6 - (2) BPRS Pelapor dinyatakan telah menyampaikan Laporan Bulanan pada tanggal diterimanya Laporan Bulanan oleh Bank Indonesia. Pasal 7 BPRS Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan Laporan Bulanan apabila disampaikan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) sampai dengan tanggal 21 (dua puluh satu) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan. Pasal 8 BPRS Pelapor dinyatakan tidak menyampaikan Laporan Bulanan, apabila Bank Indonesia belum menerima Laporan Bulanan sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7. Pasal 9 (1) Dalam hal terdapat kekeliruan dan atau kesalahan atas Laporan Bulanan yang telah disampaikan, BPRS Pelapor wajib menyampaikan koreksi atas Laporan Bulanan dimaksud. (2) BPRS Pelapor wajib menyampaikan koreksi atas kesalahan Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling lambat tanggal 12 (dua belas) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan Laporan yang bersangkutan. (3) BPRS Pelapor dinyatakan telah menyampaikan koreksi Laporan Bulanan pada tanggal diterimanya koreksi Laporan Bulanan oleh Bank Indonesia. Pasal 10 BPRS Pelapor dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Bulanan apabila menyampaikan koreksi Laporan Bulanan melampaui batas waktu sebagaimana

- 7 - sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) sampai dengan tanggal 21 (dua puluh satu) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan. Pasal 11 BPRS Pelapor dinyatakan tidak menyampaikan koreksi Laporan Bulanan apabila belum menyampaikan koreksi Laporan Bulanan sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. Pasal 12 Dalam hal tanggal berakhirnya penyampaian Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), Pasal 7, Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 10 jatuh pada hari Sabtu, Minggu atau hari libur, maka koreksi Laporan Bulanan disampaikan pada hari kerja sebelumnya. Pasal 13 Dalam hal berdasarkan penelitian dan atau pemeriksaan Bank Indonesia atas Laporan Bulanan yang telah disampaikan oleh BPRS Pelapor ditemukan kesalahan, maka BPRS Pelapor wajib menggunakan hasil pemeriksaan dimaksud untuk penyusunan Laporan Bulanan posisi setelah hasil pemeriksaan. BAB III PROSEDUR PENYAMPAIAN LAPORAN DAN KOREKSI LAPORAN Pasal 14 (1) BPRS Pelapor wajib menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan kepada Bank Indonesia secara on-line sampai dengan tanggal

- 8 - tanggal 21 (dua puluh satu) pada bulan berikutnya setelah berakhirnya bulan laporan. (2) Kewajiban penyampaian Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan secara on-line dikecualikan terhadap: a. BPRS Pelapor yang berkedudukan di daerah yang belum tersedia fasilitas komunikasi, sehingga tidak memungkinkan untuk menyampaikan Laporan Bulanan secara on-line; b. BPRS Pelapor yang baru dibuka dengan batas waktu paling lama 2 (dua) bulan setelah melakukan kegiatan operasional; atau c. BPRS Pelapor yang mengalami gangguan teknis. (3) BPRS memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis terlebih dahulu kepada Bank Indonesia. (4) BPRS Pelapor yang tidak dapat menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan secara on-line sebagaimana dimaksud pada ayat (2), atau menyampaikan Laporan Bulanan dan koreksi Laporan Bulanan melampaui batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan atau Pasal 10, wajib menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan secara off-line. (5) Dalam hal terjadi kerusakan dan atau gangguan pada sistem database dan atau jaringan komunikasi di Bank Indonesia maka: a. bagi BPRS Pelapor yang telah menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan, Bank Indonesia dapat meminta BPRS Pelapor untuk menyampaikan ulang Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan. b. bagi BPRS Pelapor yang belum menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan wajib menyampaikan laporan dimaksud secara off line. BAB IV

- 9 - BAB IV PEDOMAN PENCATATAN DAN PELAPORAN Pasal 15 BPRS wajib melakukan pencatatan atas kegiatan usahanya berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia yang berlaku bagi Perbankan Syariah sebagai dasar penyusunan Laporan Bulanan. BAB V SANKSI Pasal 16 (1) BPRS Pelapor yang terlambat menyampaikan Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari kerja keterlambatan. (2) BPRS Pelapor yang tidak menyampaikan Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). (3) BPRS Pelapor yang terlambat menyampaikan koreksi Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) untuk setiap penyampaian koreksi Laporan Bulanan per hari kerja keterlambatan. (4) Dalam hal berdasarkan penelitian dan atau pemeriksaan Bank Indonesia atas Laporan Bulanan yang telah disampaikan oleh BPRS Pelapor ditemukan

- 10 - ditemukan kesalahan, maka BPRS Pelapor dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah) per item kesalahan dan paling banyak seluruhnya sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). (5) BPRS Pelapor yang menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan secara off-line pada periode penyampaian on-line tanpa memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk setiap penyampaian Laporan Bulanan atau koreksi Laporan Bulanan. (6) BPRS Pelapor yang mengirimkan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan atas permintaan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 ayat (5), tidak dikenakan sanksi. (7) BPRS Pelapor yang telah dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Bulanan dimaksud. Pasal 17 Pembebanan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dilakukan dengan cara transfer ke rekening Bank Indonesia. Pasal 18 BPRS Pelapor yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5, Pasal 13 dan Pasal 15 dikenakan sanksi administratif dalam rangka pembinaan dan pengawasan Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa teguran tertulis. Pasal 19

- 11 - Pasal 19 Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, pelanggaran terhadap rekayasa transaksi yang tidak wajar, sehingga menyebabkan terpenuhinya kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, berlaku ketentuan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) dan Pasal 50 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Pasal 20 BPRS Pelapor yang telah dikenakan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, dikenakan juga sanksi administratif dalam rangka pembinaan dan pengawasan Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, berupa teguran tertulis. BAB VI KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) Pasal 21 (1) BPRS Pelapor yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) selama satu atau lebih periode penyampaian dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 9 ayat (1). (2) BPRS

- 12 - (2) BPRS Pelapor yang mengalami keadaan memaksa (force majeure) kurang dari satu periode penyampaian Laporan Bulanan dikecualikan dari kewajiban menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan dalam batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (2). (3) BPRS Pelapor yang mengalami keadaan memaksa (force majeure), wajib menyampaikan permohonan untuk memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) secara tertulis kepada Bank Indonesia, dengan disertai penjelasan mengenai keadaan memaksa yang dialami. (4) BPRS Pelapor yang memperoleh pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) wajib menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan atau Pasal 9 ayat (1) setelah kembali melakukan kegiatan operasional secara normal. Pasal 22 Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4) dikecualikan untuk penyampaian koreksi Laporan Bulanan sebagai akibat hasil audit tahunan oleh akuntan publik. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 23 Dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini, BPRS Pelapor tetap diwajibkan untuk menyampaikan Laporan Bulanan data bulan Januari dan Februari

- 13 - Februari 2005 sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/58/KEP/DIR tentang Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/02/UPPB tentang Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat masing-masing tanggal 29 Agustus 1995. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan Laporan Bulanan BPRS diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Pasal 25 (1) Peraturan Bank Indonesia ini mulai diberlakukan sejak pelaporan data bulan Maret 2005 yang disampaikan pada bulan April 2005; (2) Dengan diberlakukannya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 28/58/KEP/DIR tentang Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 28/02/UPPB tentang Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat masing-masing tanggal 29 Agustus 1995, dinyatakan tidak berlaku bagi BPRS terhitung sejak pelaporan data bulan Juni 2005. (3) Ketentuan sanksi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia ini dinyatakan mulai berlaku sejak pelaporan data bulan Juni 2005. (4) Peraturan

- 14 - (4) Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 25 Januari 2005 GUBERNUR BANK INDONESIA, BURHANUDDIN ABDULLAH LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 19 DPbS

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:7/9/PBI/2005 TENTANG LAPORAN BULANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH UMUM Dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, ditetapkan bahwa Bank umum termasuk Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan serta penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Laporan, keterangan, dan penjelasan dimaksud diperlukan oleh Bank Indonesia dalam rangka penyusunan laporan dan informasi serta statistik perbankan dalam rangka pemantauan keadaaan bank. Dengan pesatnya Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dan dengan diberlakukannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 59 tentang Perbankan Syariah (PSAK No.59) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia (PAPSI), maka keberadaan pelaporan keuangan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan

- 2 - melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah tidak bisa ditunda lagi dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat melalui sistem pengawasan yang efektif. Kebutuhan akan laporan yang akuntabel dan sesuai dengan karakteristik perbankan syariah semakin mendesak dengan diberlakukannya PSAK No.59 dan PAPSI. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Bank Indonesia menyusun pedoman laporan bulanan Bank Perkreditan Rakyat yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sehingga dapat memberikan informasi tentang keadaaan yang sebenarnya Bank Perkreditan Rakyat Syariah, dalam memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang membutuhkan dan mendukung sistem pengawasan yang dilakukan oleh Bank Indonesia. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 6 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 3

- 3 - Pasal 3 Ayat (1) Sebagai contoh: Apabila pada tanggal 1 Maret 2005 BPRS X dimerger dengan BPRS Y, dimana badan hukum BPRS X dibubarkan, maka BPRS X tetap wajib menyampaikan laporan untuk data laporan bulan Februari 2005. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 4 Prosedur konversi dipergunakan oleh BPRS Pelapor untuk menyesuaikan penyajian data dari format pembukuan intern BPRS pelapor ke dalam format Laporan Bulanan sebagaimana diatur dalam Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan BPRS. Pasal 5 Yang dimaksud dengan petugas adalah pegawai BPRS yang menyusun dan melakukan verifikasi laporan. Yang dimaksud dengan penanggung jawab yang ditunjuk adalah pejabat atau pegawai BPRS yang bertanggung jawab, melakukan verifikasi ulang dan menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia. Petugas dan penanggung jawab yang ditunjuk adalah orang yang berbeda Pasal 6

- 4 - Pasal 6 Ayat (1) Sebagai contoh: Laporan untuk data bulan Maret 2005 wajib disampaikan paling lambat pada tanggal 12 April 2005. Ayat (2) Tanda bukti penerimaan laporan dapat berupa soft copy yang dapat diambil secara on-line (down-load) apabila laporan disampaikan secara on-line. Sedangkan untuk laporan yang disampaikan secara off-line tanda bukti penerimaan berupa tanda terima penyampaian laporan. Pasal 7 Sebagai contoh : Penyampaian laporan untuk data bulan Maret 2005 dinyatakan terlambat apabila disampaikan mulai tanggal 13 April 2005 sampai dengan tanggal 21 April 2005. Pasal 8 Sebagai contoh Laporan untuk data bulan Maret 2005 dinyatakan tidak disampaikan apabila Laporan Bulanan disampaikan setelah tanggal 21 April 2005. Pasal 9 Ayat (1) Yang dimaksud dengan kekeliruan dan atau kesalahan laporan adalah ketidaksesuaian antara Laporan Bulanan yang disampaikan dengan Pedoman Penyusunan Laporan Bulanan. Pengertian

- 5 - Pengertian koreksi dalam ayat ini adalah koreksi yang dilakukan oleh BPRS atas inisiatif sendiri. Ayat (2) Sebagai contoh: Koreksi Laporan Bulanan untuk data bulan Maret 2005 wajib disampaikan paling lambat pada tanggal 12 April 2005. Ayat (3) Tanda bukti penerimaan laporan berupa soft copy yang dapat diambil secara on-line (down-load) untuk laporan disampaikan secara on-line. Sedangkan untuk laporan yang disampaikan secara off-line tanda bukti penerimaan berupa tanda terima penyampaian laporan. Pasal 10 Sebagai contoh: Penyampaian koreksi Laporan Bulanan untuk data bulan Maret 2005 dinyatakan terlambat apabila disampaikan mulai tanggal 13 April 2005 sampai dengan tanggal 21 April 2005. Pasal 11 Sebagai contoh: Koreksi Laporan Bulanan untuk data bulan Maret 2005 dinyatakan tidak disampaikan apabila Laporan Bulanan disampaikan setelah tanggal 21 April 2005. Pasal 12 Yang termasuk hari libur adalah hari libur nasional dan hari libur setempat yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Tingkat I. Yang

- 6 - Yang dimaksud dengan hari kerja sebelumnya adalah hari kerja yang jatuh sebelum hari Sabtu, Minggu, atau hari libur. Contoh : Koreksi Laporan Bulanan untuk data bulan Februari 2005 yang wajib disampaikan selambat-lambatnya tanggal 12 Maret 2005 jatuh pada hari Sabtu dan tanggal 11 Maret 2005 merupakan hari libur nasional, maka batas akhir penyampaian Laporan Bulanan data bulan Februari 2005 adalah pada hari kamis tanggal 10 Maret 2005. Pasal 13 Pasal 14 Ayat (1) Ayat (2) Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan ganguan teknis adalah gangguan yang menyebabkan BPRS Pelapor tidak dapat menyampaikan laporan secara on-line, antara lain gangguan pada jaringan telekomunikasi, kebakaran gedung dan atau pemadaman listrik. Ayat (3) Ayat (4)

- 7 - Ayat (4) Ayat (5) Pasal 15 Pasal 16 Ayat (1) Sebagai contoh : Jatuh tempo pelaporan Laporan Bulanan BPRS untuk posisi Februari 2005 jatuh pada tanggal 12 Maret 2005 (hari Sabtu). BPRS A menyampaikan data laporan posisi bulan Maret 2005 pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2005, maka BPRS A dinyatakan terlambat menyampaikan laporan 1 hari kerja, yaitu hari Senin, sehingga BPRS A dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 1 x Rp100.000,00 = Rp 100.000,00 (dua ratus ribu rupiah) Ayat (2) Sebagai Contoh : Batas waktu tidak menyampaikan laporan bulanan BPRS untuk posisi Maret 2005 adalah setelah tanggal 21 April 2005. BPRS A menyampaikan Laporan Bulanan data bulan Maret 2005 pada hari Senin tanggal 22 April 2005, maka BPRS A dikenakan sanksi kewajiban membayar tidak menyampaikan Laporan Bulanan sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah). Ayat (3)

- 8 - Ayat (3) Sebagai contoh : Batas waktu penyampaikan koreksi Laporan Bulanan BPRS untuk posisi Maret 2005 adalah tanggal 21 April 2005 jatuh pada hari Minggu. BPRS A menyampaikan koreksi Laporan Bulanan data bulan Maret 2005 pada hari Selasa tanggal 23 April 2005. BPRS A dinyatakan terlambat menyampaikan koreksi Laporan Bulanan 2 hari kerja, yaitu hari Senin dan Selasa, sehingga BPRS A dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar 2 x Rp 10.000,00 = Rp 20.000,00 (dua puluh ribu rupiah). Ayat (4) Dalam hal terdapat kesalahan Laporan Bulanan berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia, sanksi hanya dikenakan atas kesalahan untuk data bulan laporan pada posisi pemeriksaan. Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19

- 9 - Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Ayat (1) Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (force majeure) adalah keadaan yang secara nyata-nyata menyebabkan BPRS Pelapor tidak dapat menyusun dan menyampaikan Laporan Bulanan dan atau koreksi Laporan Bulanan, antara lain kebakaran, kerusuhan massa, perang, sabotase, serta bencana alam seperti gempa bumi dan banjir, yang dibenarkan oleh penguasa atau pejabat dari instansi terkait di daerah setempat. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24

- 10 - Pasal 24 Pasal 25 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4478