BAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

Mata Kuliah - Etika Periklanan-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak makanan import yang telah masuk ke Indonesia tanpa disertai

BAB I PENDAHULUAN. konsumen di Indonesia. Menurut pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No 8 tahun

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pesatnya pembangunan Indonesia di bidang ekonomi telah memicu

BAB I PENDAHULUAN. beli makanan dan minuman yang melintasi batas-batas wilayah suatu Negara,

BAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK TAHUN 2002 TENTANG PROMOSI OBAT KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BAB III PENUTUP. telah penulis lakukan pada bab-bab terdahulu, berikut ini disajikan kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. oleh hukum. Karena salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa, baik itu transaksi barang dan/atau jasa yang berasal dari dalam. menuntut keduanya untuk saling memberikan prestasi.

BAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang industri. Hal ini didukung dengan tumbuhnya sektor

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi

PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT

Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27

Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu

BAB III TINJAUAN UMUM. Pada era globalisasi dan perdagangan bebas saat ini, banyak bermunculan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Air tawar bersih yang layak minum kian langka di perkotaan. Sungai-sungai

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PELAKU USAHA YANG MENJUAL MAKANAN KADALUWARSA

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Kompas 18 Maret 2004, Perlindungan terhadap konsumen di Indonesia ternyata masih

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan

Pemberdayaan Apoteker dalam Peningkatan Efektifitas Pengawasan Iklan Obat Tradisional

UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]

I. PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaku usaha dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen memiliki

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

BAB I PENDAHULUAN. minuman memberikan asupan gizi yang berguna untuk kelangsungan hidup. bidang produksi pengolahan bahan makanan dan minuman bagi

Modul ke: ETIKA PERIKLANAN. Overview. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication

BAB I PENDAHULUAN. menyentuh segala aspek kehidupan manusia. Komunikasi adalah sebuah proses

Etika Periklanan. Kaitan Peraturan Pemerintah dengan Periklanan MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Yogyakarta

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. beragam jenis dan variasi barang dan jasa. Konsumen pada akhirnya

BAB II PERLINDUNGAN KONSUMEN MELALUI KONTEN LABEL PRODUK ROKOK MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NO. 109 TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi dalam masyarakat, sebagai akibat dari berkembangnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk yang kemudian dapat dikonsumsi oleh masyarakat setelah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah membawa perubahan-perubahan yang cepat dan

M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA

BAB III PENUTUP. pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perkembangan dunia dewasa ini ditandai dengan arus globalisasi di segala

LARANGAN PENGGUNAAN TENAGA PROFESIONAL KESEHATAN SEBAGAI MODEL IKLAN

KEBIJAKAN NASIONAL PENGATURAN IRTP DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG KEAMANAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang atau jasa

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang menghabiskan uangnya untuk pergi ke salon, klinik-klinik kecantikan

TANGGUNG JAWAB HUKUM PELAKU USAHA TERHADAP KONSUMEN Oleh : Sri Murtini Dosen Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sehat. Tujuan dari disampaikannya iklan tersebut adalah

ROBBY ANDRE / 2EA26 / TUGAS III. hak azasi setiap rakyat Indonesia harus senantiasa tersedia cukup waktu, aman,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebudayaan atau pun kebiasaan masyarakat di Indonesia.

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

OPTIMALISASI PEMBERDAYAAN KONSUMEN MELALUI PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Oleh : Arrista Trimaya *

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DI INDONESIA TERKAIT BAHAYA KONSUMSI ROKOK ELEKTRIK

I. PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu alat yang terus berlangsung dalam kehidupan manusia. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONSUMEN DAN PELAKU USAHA DALAM KONTEKS PERLINDUNGAN KONSUMEN. iklan, dan pemakai jasa (pelanggan dsb).

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti perlengkapan rumah, transportasi dan lain-lain 1.

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah salah satu sendi terpenting kehidupan. Ada tiga

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau jasa yang dipasarkan bisa dengan mudah dikonsumsi. arus perdagangan barang dan/atau jasa semakin meluas.

2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap warga negaranya dari berbagai

III. METODE PENELITIAN. empiris, Penelitian hukum normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai

Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016

ISBN: Cetakan Pertama, tahun Semua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4, yaitu melindungi. perdamaian abadi dan keadilan sosial. 2

BAB IV PENUTUP. Setelah melalui uraian teori dan analisis, maka dalam penelitian diperoleh

HAK DAN KEWAJIBAN KONSUMEN DAN PELAKU USAHA

RechtsVinding Online

Hukum Perlindungan Konsumen yang Berfungsi sebagai Penyeimbang Kedudukan Konsumen dan Pelaku Usaha dalam Melindungi Kepentingan Bersama

BAB I PENDAHULUAN. serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 1

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkompetisi menghasilkan, mengeluarkan sebanyak-banyaknya berbagai macam

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. memuat asas-asas atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. modern di satu pihak membawa dampak positif, di antaranya tersedianya

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan manusia yang seutuhnya. Seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh kesejahteraan dan keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada kemajuan kegiatan ekonomi perdagangan yang semakin terbuka. Saat ini Indonesia dihadapkan pada berbagai tantangan sebagai akibat keterbukaan tersebut dan untuk itu dituntut untuk dapat memiliki daya saing yang kuat. Perkembangan perekonomian di bidang industri dan jasa nasional yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidup. Barang dan jasa tersebut pada umumnya merupakan barang dan jasa yang sejenis maupun yang bersifat komplementer satu terhadap yang lain. Dengan diversifikasi produk yang sedemikian luasnya dan dengan dukungan kemajuan teknologi dan telekomunikasi informasi, terjadi perluasan ruang gerak arus transaksi barang dan jasa melintasi batas-batas wilayah negara, konsumen pada akhirnya dihadapkan pada berbagai jenis barang dan jasa yang ditawarkan secara variatif. 1 Seiring dengan kemajuan tersebut, bisnis periklanan juga mengalami peningkatan. Bisnis ini amat penting sebab iklan merupakan salah satu strategi pemasaran untuk mendekatkan barang yang hendak dijual dengan konsumen. 1 Gunawan Wijaya dan Ahmad Yani. 2000. Hukum tentang Perlindungan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. hal 11.

2 Sasaran dari seluruh kegiatan bisnis adalah agar barang yang telah dihasilkan dapat dijual kepada konsumen. Untuk itu konsumen perlu mengetahui apa yang menjadi produk dari suatu perusahaan. Dengan kata lain, iklan berfungsi sebagai sumber informasi bagi konsumen. Kondisi demikian, pada satu sisi memberikan manfaat bagi konsumen karena kebutuhan akan barang dan jasa yang diinginkan dapat terpenuhi, serta semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang serta jasa sesuai dengan keinginan dan kemampuan konsumen. Tetapi pada sisi lain, fenomena dan kondisi seperti ini dapat mengakibatkan kedudukan pelaku usaha dan konsumen menjadi tidak seimbang, sehingga konsumen berada dalam posisi lemah. Konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 2 Berpijak dari hal tersebut maka kebutuhan akan adanya peraturan yang memberikan perlindungan kepada konsumen merupakan suatu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Az. Nasution berpendapat bahwa perlindungan konsumen merupakan masalah perlindungan manusia, oleh karenanya menjadi harapan bagi semua bangsa di dunia untuk mewujudkannya. Mewujudkan perlindungan konsumen adalah mewujudkan hubungan berbagi dimensi yang 2 Ibid

3 satu sama lain mempunyai keterkaitan dan saling ketergantungan antara konsumen, pengusaha dan pemerintah. 3 Mudahnya memperoleh obat dalam upaya pemulihan kesehatan di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa masyarakat Indonesia dapat melakukan pengobatan mandiri legal. Pengobatan sendiri (self medication) merupakan salah satu upaya masyarakat untuk mengatasi keluhan atau gejala penyakit, sebelum memutuskan mencari pertolongan ke pusat kesehatan maupun petugas pelayanan kesehatan. Namun berbagai penelitian yang telah dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa motivasi terbesar untuk melakukan self medication adalah berdasarkan pertimbangan kemanfaatan ekonomi (cost effectiveness). Dengan demikian secara sepintas dapat dibayangkan bahwa self medication mungkin terutama dilakukan oleh masyarakat yang berada dalam status ekonomi sedang/kurang meskipun tidak berarti masyarakat dari status yang lebih tinggi tidak melakukan self medication. 4 Dapat atau tidaknya masyarakat melakukan upaya kesehatannya secara mandiri tergantung pada obat yang dikonsumsinya, terkadang obatnya tidak sesuai dengan peraturan yang ditentukan. Konsumen obat lebih banyak mengandalkan informasi yang dilakukan oleh media. Sepanjang informasi yang diberikan oleh media benar dan tepat, maka penggunaan obat memberi 3 Az. Nasution, Aspek Hukum Perlindungan Konsumen (Tinjauan Singkat UU No. 8 Tahun 1999- LN 1999 No. 42), Teropong Vol II. 4 S. Suryawati, 1992."Dampak Promosi Obat Terhadap Pengobatan Sendiri", Makalah Seminar Promosi Obat dan Informed Consent, Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta,, hal. 1

4 andil dalam upaya untuk meringankan biaya kesehatan dan juga sekaligus mendorong keterjangkauan obat pada masyarakat bawah. Masyarakat melakukan upaya memulihkan kesehatan secara mandiri tentu saja memerlukan informasi yang benar dan tepat mengenai kegunaan suatu obat tertentu terhadap suatu penyakit tertentu yang biasanya diperoleh melalui iklan obat pada media. Mengenai iklan obat, telah ada beberapa peraturan perundang-undangan yang secara khusus telah mengatur hal tersebut. Antara lain: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran; 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Kesehatan; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan: Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetik, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman; 5. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor Hk.00.05.3.02706 Tahun 2002 tentang Promosi Obat. Ketentuan mengenai iklan secara umum juga diatur dalam Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dalam Bab IV tentang Perbuatan yang Dilarang Bagi Pelaku Usaha dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 17. Secara khusus, ketentuan mengenai iklan obat diatur dalam pasal 13 ayat (2) yang menyebutkan bahwa Pelaku usaha dilarang

5 menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain. Iklan obat telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun pada kenyataannya tidak sedikit iklan obat yang memberikan informasi yang tidak lengkap. Biasanya di dalam iklan obat tersebut hanya disebutkan khasiatnya dan tidak menyebutkan zat aktif yang ada di dalamnya, maupun dampak samping dari obat tersebut. Padahal obat mempunyai dua sisi yaitu manfaat dan risiko, terkadang justru kontra indikasinya yang dipromosikan, bila demikian maka jelas nampak adanya manipulasi. 5 Seperti contoh pada iklan obat flu dan batuk merek Bodrex yang disiarkan di televisi, pada iklan tersebut dikatakan bahwa obat Bodrex Flu dan Batuk dapat mengatasi flu dan batuk dengan cepat. 6 Seharusnya dalam iklan tersebut dijelaskan lebih lanjut mengenai indikasi dan petunjuk pemakaian. Tidak ada penyakit yang dapat disembuhkan dengan cepat, tanpa memerlukan istirahat. Iklan Bodrex Flu dan Batuk PE ini bertentangan dengan peraturan yang ada, karena berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 386/ Men. Kes/ SK/ IV/ 1994 tentang Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan- Minuman, yang dalam ketentuan umumnya dinyatakan bahwa iklan obat hendaknya dapat bermanfaat bagi masyarakat untuk pemilihan penggunaan obat bebas secara rasional. 5 Zoemrotin, 1992. "Lembaga Konsumen, Periklanan dan Perlindungan Konsumen", Makalah ini disampaikan pada diskusi Kode Etik Periklanan Indonesia, Jakarta, 11 Juli, hal.3. 6 https://www.youtube.com/watch?v=llm8uqto80e diakses pada tanggal 10 Mei 2015

6 Persaingan para produsen obat yang semakin ketat. Mereka saling bersaing untuk menyampaikan informasi mengenai produk obatnya pada masyarakat dengan menggunakan media promosi iklan yang menarik, baik dari bintang iklan yang terkenal, slogan dan lagu tema iklan yang mudah diingat, namun tanpa memberikan informasi yang sesungguhnya lebih penting untuk disampaikan. Karena adanya iklan yang menarik tersebut maka disadari atau pun tidak akhirnya konsumen tertarik untuk membeli obat tersebut. Hak atas informasi yang jelas dan benar yang tercantum pada Pasal 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dimaksudkan agar konsumen dapat memperoleh gambaran yang benar tentang suatu produk. Dengan informasi tersebut, konsumen dapat memilih produk yang diinginkan/sesuai kebutuhannya serta terhindar dari kerugian akibat kesalahan dalam penggunaan produk. Informasi yang merupakan hak konsumen tersebut di antaranya adalah mengenai manfaat kengunaan produk; efek samping atas penggunaan produk; efek samping atas penggunaan produk; tanggal kadaluarsa, serta indentitas produsen dari produk tersebut. Informasi tersebut dapat disampaikan baik secara lisan, maupun secara tertulis, baik yang dilakukan dengan mencantumkan pada label yang melekat pada kemasan produk, maupun melalui iklan-iklan yang disampaikan oleh produsen, baik melalui media cetak maupun media elektronik. 7 Iklan yang menyesatkan karena tidak memberikan informasi yang benar dan tepat mengenai suatu produk maka dengan sendirinya konsumen telah dirugikan. Iklan atau promosi 7 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, 2004. Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hal. 41

7 seharusnya merupakan media yang benar dan tepat bagi konsumen untuk memperoleh informasi yang benar. Akan tetapi pada kenyataannya iklan obat yang beredar di masyarakat menyesatkan, berdasarkan Laporan Kinerja Badan Pengawasan Obat dan Makanan pada tahun 2014, pengawasan iklan Obat sesudah beredar pada beberapa jenis media antara lain media cetak, televisi dan radio sejumlah 1.366 iklan. 97 (14,42%) iklan tidak memenuhi ketentuan (TMK) dan telah ditindaklanjuti dengan Peringatan sejumlah 189 (13,84%) iklan dan Peringatan Keras sejumlah 8 (0,58%) iklan. Apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013, terjadi kenaikan iklan obat yang TMK sebesar 16,51%. 8 Berdasarkan hal tersebut, nampaknya sudah saatnya dilakukan suatu penertiban mengingat jangkauan iklan obat sangat luas tidak terbatas hanya pada masyarakat yang berpendidikan saja tetapi juga menjangkau masyarakat bawah yang tingkat pendidikannya rendah. Mengingat arti pentingnya perlindungan hukum bagi konsumen obat dalam era persaingan promosi obat seperti sekarang ini dan berdasarkan contoh yang telah dikemukanan sebelumnya, maka penulis mengambil judul "PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN OBAT AKIBAT ADANYA PENYIMPANGAN IKLAN OBAT (STUDI KASUS: OBAT MEREK BODREX FLU & BATUK PE) 8 Laporan Kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2014 hlm.10

8 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan bagaimana praktek penegakan hukum perlindungan konsumen terhadap konsumen obat akibat adanya penyimpangan iklan obat? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen obat akibat adanya penyimpangan iklan obat. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan serta memperkaya ilmu pengetahuan tentang hukum, khususnya mengenai hukum perlindungan konsumen. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat memberikan informasi kepada masyarakat terkait perlindungan hukum terhadap konsumen obat akibat adanya penyimpangan iklan obat E. Keaslian Penelitian Judul Penelitian Perlindungan Terhadap Konsumen Obat Akibat Adanya Penyimpangan Iklan (Studi Kasus: Obat Merek Bodrex Flu dan Batuk PE) merupakan kaya asli dari penulis. Tema yang diusung adalah

9 perlindungan konsumen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum terhadap kerugian yang dialami oleh konsumen obat akibat adanya penyimpangan iklan obat Penelitian ini merupakan hasil karya, bukan plagiasi dari karya ilmiah lain. Sebelumnya ada beberapa penulis yang mengusung tema yang sama, antara lain: 1. Perlindungan Terhadap Konsumen Bahan Makanan dan Minuman Kadaluwarsa di Kabupaten Manggarai Propinsi Nusa Tenggara Timur oleh Pricilla Natalia Atom, 100510232, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. - Rumusan masalah: Apa saja bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha makanan olahan industri rumah tangga yang menggunakan formalin dan boraks? - Tujuan penelitian ; Untuk mengetahui apa saja bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha yang diindikasi menggunakan bahan tambahan formalin dan boraks. 2. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen pada Makanan yang Mengandung Formalin dan Boraks oleh Maria Fatmawati, 100510233, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. - Rumusan masalah ; Bagaimanakah peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Yogyakarta dalam rangka melindungi hak konsumen dalam mengkonsumsi makanan yang menggunakan perwarna tekstil? Dan Apa saja bentuk pertanggungjawaban pelaku

10 usaha yang menggunakan pewarna tekstil pada makanan yang ia produksi? - Tujuan Penelitian : untuk mengetahui Bagaimanakah peran Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Yogyakarta dalam rangka melindungi hak konsumen dalam mengkonsumsi makanan yang menggunakan perwarna tekstil dan apa saja bentuk pertanggungjawaban pelaku usaha yang menggunakan pewarna tekstil pada makanan yang ia produksi. 3. Peran Balai Pengawasan Obat dan Makanan dalam Mewujudkan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Produk Kosmetik yang Berbahaya di Batam oleh Suryaniwati Napitupulu, 100510239, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta. - Rumusan masalah : Bagaimana peran Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam melindungi kepentingan konsumen produk kosmetik yang berbahaya? dan Faktor-faktor apa yang menjadi dasar pelaku usaha tidak memberikan ganti rugi? - Tujuan penelitian : untuk mengetahui Bagaimana peran Balai Pengawas Obat dan Makanan dalam melindungi kepentingan konsumen produk kosmetik yang berbahaya? dan Faktor-faktor apa yang menjadi dasar pelaku usaha tidak memberikan ganti rugi?

11 F. Batasan Konsep 1. Perlindungan Konsumen adalah segala upaya menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen 9 2. Obat adalah obat yang dibuat dari bahan-bahan yang berasal dari binatang, tumbuh-tumbuhan, mineral dan obat syntetis. 10 3. Penyimpangan adalah proses, cara, perbuatan menyimpang atau menyimpangkan. 11 4. Iklan adalah pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui sesuatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. 12 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan hukum normatif, penelitian hukum normatif itu sendiri merupakan penelitian yang dilakukan atau berfokus pada norma hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan. 2. Sumber Data Data dalam penelitian hukum Normatif berupa data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. a. Bahan hukum primer yang berupa : 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 1 angka 1 10 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1963 tentang Farmasi pasal 2 huruf (b) 11 http://kamusbahasaindonesia.org/penyimpangan 12 Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia) hal. 16

12 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen ke-iv Pasal 28D ayat (1); 2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 17 ayat (1) huruf d dan f; 3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 5 huruf i; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan Pasal 31 dan 33; 5) Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 386/MENKES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan-Minuman; 6) Etika Pariwara (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia). b. Bahan hukum sekunder yang berupa : 1) Makalah tentang Perlindungan Konsumen. 2) Jurnal tentang Perlindungan Konsumen dan Dampak Promosi Obat. 3) Website tentang obat-obatan. 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi Kepustakaan dilakukan untuk mempelajari bahan hukum primer yang berupa peraturan perundang-undangan, bahan hukum sekunder yang berupa makalah tentang Perlindungan Konsumen, Jurnal tentang

13 Perlindungan Konsumen dan Dampak Promosi Obat, dan website tentang obat. 4. Metode Analisis Bahan hukum yang diperoleh dikumpulkan, kemudian dianalisis secara kualititatif yaitu analisis dengan mengidentifikasi aturan hukumnya, perkembangan hukum, dan fakta sosial sehingga diperoleh gambaran mengenai masalah yang diteliti. 5. Proses Berpikir Proses mengambil kesimpulan dilakukan dengan metode berpikir deduktif, yaitu proses berpikir yang bertolak dari proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui (diyakini/aksiomatik) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat khusus. Dalam hal ini yang bersifat umum yakni berupa peraturan perundang-undangan kemudian dianalisis khusus berkaitan dengan Perlindungan Konsumen Obat Terhadap Penyimpangan Iklan Obat (Studi Kasus: Obat Merek Bodrex Flu & Batuk PE) H. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi terdiri atas 3 bab. Bab I adalah PENDAHULUAN. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II adalah PEMBAHASAN. Bab ini terdiri atas Tinjauan Pustaka yang pada bagian A berisi tinjauan umum Perlindungan Konsumen obat,

14 pada bagian B berisi tinjuan umum tentang penyimpangan iklan obat selanjutnya pada bagian C berisi hasil penelitian tentang bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen obat akibat adanya penyimpangan iklan obat dalam studi kasus obat merek Bodrex flu & batuk PE. Bab III adalah PENUTUP. Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi jawaban dari rumusan masalah dan saran berkaitan dengan hasil temuan yang harus ditindaklanjuti.