PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

dokumen-dokumen yang mirip
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURW OREJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/ KEKAYAAN DAERAH BUPATI PURWOREJO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

V. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN ( CALK )

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) DINAS PENDIDIKAN KAB TEMANGGUNG 2014 BAB I PENDAHULUAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

Oleh: Syaiful, SE, Ak., MM*

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BUPATI POLEWALI MANDAR

Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2015

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2012

BAHAN PRESENTASI KELAS PROGRAM MAKSI UNDIP OLEH: MARYONO DS

IV. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN. Akuntansi Pemerintahan. Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 10 AKUNTANSI DANA BERGULIR

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

LAPORAN KEUANGAN APBD TAHUN ANGGARAN 2017

CATATAN LAPORAN KEUANGAN DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA BANDUNG TAHUN 2015

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 07 AKUNTANSI BELANJA

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD)

BAB III PEMBAHASAN. daerah dan tugas pembantu di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan. Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah.

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN KEUANGAN DINAS PENDAPATAN KABUPATEN BLITAR

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR : 31 /BPKAD/TAHUN 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

BAB III N E R A C A. Neraca adalah salah satu komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM PENCATATAN (Aplikasi Pembukuan pada DT II Kota/Kab.) Penyusunan Neraca Awal,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

LAMPIRAN VI PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KEBIJAKAN NERACA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

C. PENJELASAN ATAS POS-POS NERACA C.1. Aset Lancar

BAB XII KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

4.2 Penjelasan Pos-pos Neraca Aset Lancar. 31 Desember Desember , ,24. 1 Kas di Kas Daerah

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO.

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 4 SERI F NOMOR 300

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET LAINNYA

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (KSAP)

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

KEBIJAKAN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Laporan Keuangan. Deskripsi Prosedur

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 16 AKUNTANSI BELANJA

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

Transkripsi:

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI 4.1. ENTITAS PELAPORAN KEUANGAN DAERAH Entitas pelaporan yang dimaksud dalam laporan keuangan ini adalah Pemerintah Kabupaten Purbalingga secara keseluruhan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) adalah entitas akuntansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga. Entitas Akuntansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga tahun 2014 berjumlah 171 SKPD. Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah mengimplementasikan sistem pengelolaan keuangan daerah berbasis komputer sejak tahun 2008. Namun dalam perkembangannya, hanya ada beberapa SKPD yang konsisten menggunakannya, sehingga secara umum mekanisme penatausahaan keuangan termasuk penyusunan Laporan Keuangan SKPD masih dilakukan secara manual. Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas Kabupaten Purbalingga pada DPPKAD sudah menggunakan sistem informasi pengelolaan keuangan daerah (SIPKD) namun untuk penyusunan Neraca masih secara manual mengingat ada data aset belum terintegrasi ke dalam SIPKD. 4.2. BASIS AKUNTANSI YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN Sesuai dengan Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 46 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga yang telah diubah dengan Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 75 Tahun 2013 basis akuntansi yang digunakan yaitu basis kas menuju akrual (cash toward accrual), yaitu Basis Kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan Basis Akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Basis kas untuk laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan dan penerimaan pembiayaan diakui pada saat kas di terima di Rekening Kas Umum Daerah Pemerintah Kabupaten Purbalingga dan belanja serta pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari rekening Kas Daerah. Basis akrual untuk neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. 4.3. BASIS PENGUKURAN YANG MENDASARI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH A. Pengukuran Aset 1. Aset Lancar Aset Lancar adalah aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Bab IV Kebijakan Akuntansi 19

Aset Lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, piutang lain-lain, dan persediaan. Pengukuran aset lancar dilakukan sebagai berikut: 1) Kas dan Setara Kas diukur dan dicatat sebesar nilai nominal (nilai rupiah). 2) Investasi Jangka Pendek diukur dan dicatat sebesar nilai perolehan. 3) Piutang diukur dan dicatat sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value), yakni mengurangkan nilai piutang dengan penyisihan piutang tidak tertagih. 4) Piutang Lain-Lain diukur dan dicatat sesuai dengan nilai buku dan tidak dilakukan penyisihan piutang tidak tertagih. 5) Persediaan diukur dan dicatat sebesar: a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian; b) Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri; c) Nilai wajar apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/rampasan. 2. Aset Non Lancar Aset yang tidak dapat dimasukkan dalam kriteria aset lancar diklasifikasikan sebagai aset non lancar. Aset Non Lancar terdiri dari investasi jangka panjang, aset tetap, dana cadangan, dan aset non lancar lainnya. 1) Investasi Jangka Panjang a) Untuk jenis investasi yang memiliki nilai pasar yang aktif, nilai pasar dipergunakan sebagai dasar penerapan nilai wajar. Sedangkan untuk investasi yang tidak memiliki nilai pasar yang aktif dapat dipergunakan nilai nominal, nilai tercatat, atau nilai wajar lainnya. b) Apabila investasi jangka panjang diperoleh dari pertukaran aset pemerintah daerah, maka nilai investasi yang diperoleh pemerintah daerah adalah sebesar biaya perolehan, atau nilai wajar investasi tersebut jika harga perolehannya tidak ada. 2) Aset Tetap a) Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan. b) Pemerintah Daerah menetapkan batas untuk pengeluaran yang harus dikapitalisasi sebagai aset tetap didasarkan pada nilai satuan minimum kapitalisasi, sebagai berikut: Bab IV Kebijakan Akuntansi 20

No Aset Tetap Minimum Kapitalisasi (Rupiah) 1 Tanah Tidak dibatasi 2 Peralatan dan Mesin 400.000,00 3 Gedung dan Bangunan 10.000.000,00 4 Jalan/Jembatan - Jalan/Jembatan 10.000.000,00 - Irigasi 5.000.000,00 - Jaringan 400.000,00 5 Aset Tetap Lainnya - Buku dan Perpustakaan 50.000,00 - Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga 150.000,00 - Hewan/Ternak dan Tumbuhan 150.000,00 6 Konstruksi dalam pengerjaan Tidak dibatasi c) Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. d) Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. e) Pengeluaran yang dapat dikapitaliasikan sebagai unsur biaya perolehan aset tetap: i. Tanah - Harga pembelian tanah - Biaya pembebasan/ganti rugi - Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak (biaya pembuatan sertifikat, pelepasan hak, permohonan hak pakai tanah) - Biaya pematangan, pematokan, pengukuran dan pengurugan/penimbunan - Nilai obyek/bangunan yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika obyek/bangunan tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan. ii. Peralatan dan Mesin - Pembelian Harga pembelian peralatan dan mesin (termasuk PPN dan PPh); Ongkos angkut; Bab IV Kebijakan Akuntansi 21

Biaya asuransi pengiriman; Biaya instalasi/pemasangan; Biaya selama masa uji coba. - Pembuatan yang dilaksanakan melalui kontrak Harga pembelian peralatan dan mesin (termasuk PPN dan PPh); Ongkos angkut; Biaya asuransi pengiriman; Biaya instalasi/pemasangan; dan Biaya selama masa uji coba. - Pembuatan yang dilaksanakan secara swakelola Biaya bahan baku; Upah tenaga kerja; Sewa peralatan; Biaya perencanaan dan pengawasan; Jasa konsultan; dan Biaya perijinan. iii. Gedung dan Bangunan - Pembangunan dilaksanakan melalui kontrak Pengeluaran sebesar nilai kontrak Biaya perencanaan dan pengawasan Biaya perijinan Jasa konsultan Biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama - Pembangunan dilaksanakan melalui swakelola Biaya bahan baku Upah tenaga kerja Sewa peralatan Biaya perencanaan dan pengawasan Biaya perijinan Biaya konsultan Biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama iv. Jalan, Jaringan, dan Instalasi - Pembangunan dilaksanakan melalui kontrak Pengeluaran sebesar nilai kontrak; Biaya perencanaan dan pengawasan; Biaya perijinan; Jasa konsultan; dan Biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada di atas tanah yang diperuntukan untuk keperluan pembangunan. - Pembangunan dilaksanakan melalui swakelola Biaya bahan baku; Upah tenaga kerja; Sewa peralatan; Biaya perencanaan dan pengawasan; Biaya perijinan; Bab IV Kebijakan Akuntansi 22

v. Aset Tetap Lainnya Biaya konsultan; dan Biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama. - Yang dilaksanakan melalui kontrak Pengeluaran sebesar nilai kontrak; Biaya perencanaan dan pengawasan; dan Biaya perijinan. - Yang dilaksanakan secara swakelola Biaya bahan baku; Upah tenaga kerja; Sewa peralatan; Biaya perencanaan dan pengawasan; Biaya perijinan; dan Biaya konsultan. vi. Konstruksi dalam Pengerjaan 3) Dana Cadangan - Konstruksi dalam Pengerjaan dicatat dengan biaya perolehan. - Biaya perolehan merupakan seluruh biaya yang sudah dikeluarkan untuk melaksanakan konstruksi sampai dengan berakhirnya tahun anggaran. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dan relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan merupakan dana yang disisihkan beberapa tahun anggaran untuk kebutuhan belanja pada masa datang. Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan daerah dan tidak dapat digunakan untuk peruntukan yang lain. Dana cadangan dapat dibentuk untuk lebih satu peruntukan dan harus dirinci menurut tujuan pembentukannya. 4) Aset Lainnya Aset Lainnya adalah aset pemerintah daerah yang tidak dapat diklasifikasikan sebagai aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, maupun dana cadangan. Aset Lainnya terdiri dari: a) Tagihan Piutang Penjualan Angsuran; b) Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Tuntutan Ganti Kerugian Daerah dapat berupa Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi. Tuntutan Perbendaharaan dinilai sebesar nilai nominal dalam Suatu Keputusan Pembebanan setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh bendahara yang bersangkutan ke kas umum daerah. Bab IV Kebijakan Akuntansi 23

Tuntutan Ganti Rugi dinilai sebesar nilai nominal dalam Surat Keterangan Tanggung jawab Mutlak (SKTM) setelah dikurangi dengan setoran yang telah dilakukan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas umum daerah. c) Kemitraan dengan Pihak Ketiga; d) Aset Tidak Berwujud; Aset tidak berwujud adalah aset tetap yang secara fisik tidak dapat dinyatakan atau tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa digunakan untuk tujuan Iainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset Tidak Berwujud dicatat sesuai dengan nilai perolehan. Aset Tidak Berwujud meliputi: i. Software komputer yang dipergunakan dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. ii. Lisensi dan franchise iii. Hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya iv. Hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat Jangka Panjang e) Aset Lain-lain B. Pengukuran Kewajiban Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan, Tuntutan Ganti Rugi, dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Termasuk aset lain-lain adalah aset tetap rusak berat dan tidak ada fisiknya dan obat kadaluarsa. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca. C. Pengukuran Ekuitas Ekuitas terdiri dari Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi dan Ekuitas Dana Cadangan. Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dengan kewajiban jangka pendek. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam aset non lancar selain dana cadangan, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan yang telah ditentukan sebelumnya sesuai peraturan perundangundangan. Bab IV Kebijakan Akuntansi 24

D. Pengukuran Pendapatan 1. Pendapatan diakui pada saat diterima di Rekening Kas Umum Daerah untuk seluruh transaksi PPKD. 2. Pendapatan diakui pada saat diterima oleh Bendahara Penerimaan untuk seluruh transaksi SKPD. 3. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan asas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto. 4. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan pada periode penerimaan maupun pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan. 5. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan dibukukan sebagai pengurang pendapatan pada periode yang sama. 6. Koreksi dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang atas penerimaan pendapatan yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang ekuitas dana lancar pada periode ditemukannya koreksi dan pengembalian tersebut. E. Pengakuan Belanja 1. Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah untuk seluruh transaksi di SKPD dan PPKD setelah dilakukan pengesahan definitif oleh fungsi BUD untuk masing-masing transaksi yang terjadi di SKPD dan PPKD. 2. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh BUD/Kuasa BUD/Pengguna Anggaran. Suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai belanja modal (nantinya akan menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut: 1. Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 (dua belas) bulan; 2. Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan serta tidak untuk dijual; 3. Nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang tersebut sama atau melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap yang telah ditetapkan. Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut: 1. Manfaat ekonomi barang/asset tetap yang dipelihara: a) bertambah ekonomis/efisien, dan/atau b) bertambah umur ekonomis, dan/atau c) bertambah volume, dan/atau d) bertambah satuan unit, dan/atau e) bertambah kapasitas produksi, dan/atau 2. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/asset tetap tersebut material/sama atau melebihi batasan minimal kapitalisasi asset tetap yang telah ditetapkan. Bab IV Kebijakan Akuntansi 25

4.4. PENERAPAN KEBIJAKAN AKUNTANSI BERKAITAN DENGAN KETENTUAN YANG ADA DALAM STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH Terkait dengan penerapan kebijakan akuntansi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Purbalingga, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian: 1. Pemerintah Kabupaten Purbalingga belum menerapkan kebijakan penyusutan (depresiasi) aset tetap sebagaimana disebutkan dalam PSAP Nomor 07 tentang Akuntansi Aset Tetap Paragraf 53. 2. Mulai tahun anggaran 2014, Pemerintah Kabupaten Purbalingga telah menerapkan kebijakan klasifikasi umur piutang (aging schedule) dan penyisihan piutang tak tertagih sesuai dengan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 75 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Lampiran Peraturan Bupati Purbalingga Nomor 46 Tahun 2008. Hal ini untuk melaksanakan Buletin Teknis SAP Nomor 06 tentang Akuntansi Piutang Bab VII Halaman 31. Bab IV Kebijakan Akuntansi 26