Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENGARUH PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN AMPAS TEBU DAN SEKAM PADI DENGAN MEMBANDINGKAN PEMBAKARAN BRIKET MASING-MASING BIOMASS

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar, hal ini didasari oleh banyaknya industri kecil menengah yang

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA, AMPAS TEBU DAN JERAMI

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

Aditya Kurniawan ( ) Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PENGARUH VARIASI BAHAN PEREKAT TERHADAP LAJU PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN BATUBARA DAN SABUT KELAPA

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Uji Proksimat Bahan Baku Briket Sebelum Perendaman Dengan Minyak Jelantah

Pemanfaatan Limbah Tongkol Jagung dan Tempurung Kelapa Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non Karbonisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai densitas pada briket arang Ampas Tebu. Nilai Densitas Pada Masing-masing Variasi Tekanan Pembriketan

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

ANALISIS THERMOGRAVIMETRY DAN PEMBUATAN BRIKET TANDAN KOSONG DENGAN PROSES PIROLISIS LAMBAT

Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

Konsumsi BB yang meningkat. Biobriket. Pencarian BB alternatif. Yang ramah lingkungan. Jumlahnya Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4.1.1 Nilai Kalor (Heating value)

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Kualitas Briket dari Tandan Kosong Kelapa Sawit dengan Perekat Limbah Nasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KOMPOSISI BATUBARA TERHADAP KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DAUN CENGKEH SISA DESTILASI MINYAK ATSIRI

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

Ratna Srisatya Anggraini ( )

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA JERAMI-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI

RANCANG BANGUN ALAT PENCETAK BRIKET ARANG PADA PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG BIJI BUAH KARET

PEMANFATAN LIMBAH SERBUK GERGAJI ULIN DAN KAYU BIASA SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

Peningkatan Kadar Karbon Monoksida dalam Gas Mempan Bakar Hasil Gasifikasi Arang Sekam Padi

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Variasi Suhu Tekan Pada Karakteristik Briket Arang Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Alternatif

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EFFEKTIFITAS BRIKET BIOMASSA. Jl Raya Solo Baki km 2 Kwarasan Grogol Solobaru Sukoharjo. *

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

PEMBUATAN BIOBRIKET DARI LIMBAH FLY ASH PABRIK GULA DENGAN PEREKAT LUMPUR LAPINDO

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non- Karbonisasi

Berapa Total Produksi Sampah di ITS..??

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): Jurnal Einstein. Available online

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

ANALISA PROKSIMAT BRIKET BIOARANG CAMPURAN LIMBAH AMPAS TEBU DAN ARANG KAYU

Dylla Chandra Wilasita Ragil Purwaningsih

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN KOTORAN AYAM DENGAN CAMPURAN CANGKANG KARET SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIOMASSA ONGGOK-BATUBARA DENGAN VARIASI KOMPOSISI

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KUALITAS BRIKET ARANG KULIT DURIAN DENGAN CAMPURAN KULIT PISANG PADA BERBAGAI KOMPOSISI SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

OPTIMALISASI EFISIENSI TERMIS BOILER MENGGUNAKAN SERABUT DAN CANGKANG SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Adapun yang menjadi tempat pada penelitian adalah Laboratorium Teknik

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

ANALISA NILAI KALOR BRIKET DARI CAMPURAN AMPAS TEBU DAN BIJI BUAH KEPUH

EKO-BRIKET DARI KOMPOSIT SAMPAH PLASTIK HIGH DENSITY POLYETHYLENE (HDPE) DAN ARANG SAMPAH ORGANIK KOTA ECO-BRIQUETTE FROM COMPOSITE HIGH DENSITY

JURNAL TEKNIK POMITS 1

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

KARAKTERISTIK BRIKET BIOARANG LIMBAH PISANG DENGAN PEREKAT TEPUNG SAGU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Randemen Arang Tempurung Kelapa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Menjadi Briket Arang Menggunakan Kanji Sebagai Perekat

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

BAB III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER YANG DIPASANG DIDINDING BELAKANG TUNGKU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

PEMBUATAN BRIKET BIOARANG DARI ARANG SERBUK GERGAJI KAYU JATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH JAMUR TIRAM SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF UNTUK PROSES STERILISASI JAMUR TIRAM

ANALISA PROKSIMAT TERHADAP PEMANFAATAN LIMBAH KULIT DURIAN DAN KULIT PISANG SEBAGAI BRIKET BIOARANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH ORGANIK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI KOMPOSISI DAN UKURAN BAHAN

PENGARUH VARIASI JUMLAH CAMPURAN PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK BRIKET ARANG TONGKOL JAGUNG

Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2 Desember 2014 Hal :

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram Kondisi Energi Nasional 2014 (Sumber: Badan Geologi Kementrian Energi Sumber Daya Mineral 2014)

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Peningkatan Kualitas Pembakaran Biomassa Limbah Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Pembriketan

Transkripsi:

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 15 Karakteristik Pembakaran Briket Arang Tongkol Jagung Danang Dwi Saputro Jurusan Teknik Mesin, Universitas Negeri Semarang Abstrak : Potensi biomass sebagai sumber energi alternatif sedemikian melimpah, namun belum terolah sepenuhnya. Tujuan penelitian ini adalah menguji temperatur pembakaran briket arang tongkol jagung dengan kecepatan udara 0,2 m/s, 0,4 m/s, 0,6 m/s dan 0,8 m/s. Penelitian awal dilakukan dengan pengujian proximate bahan baku meliputi kadar air, nilai kalor, kadar abu, volatile matter dan kadar karbon. Hasil penelitian karakteristik pembakaran arang briket tongkol jagung dengan variasi laju aliran massa udara adalah sebagai berikut : perubahan temperatur pembakaran dari temperatur awal 200 C sampai temperatur puncak berkisar antara 286 C -292 C, laju pengurangan massa berkisar selama 21 menit-30 menit, laju pembakaran mencapai puncak berkisar antara 0,3 gr/s-0,41 gr/s. Dari hasil penelitian didapatkan untuk membakar 5 gr arang briket tongkol jagung dibutuhkan udara kering 20,15 gr. Stoikiometris didapatkan perbandingan antara bahan bakar dengan udara 4:1. Aliran massa udara yang dapat memenuhi kebutuhan udara kering tersebut adalah 0,6 m/s. Pembakaran pada aliran massa udara 0,6 m/s merupakan pembakaran dengan pencapaian temperatur tertinggi yaitu 292 C, dengan laju pembakaran selama 21 menit. Kata Kunci: briket arang, tongkol jagung, pembakaran 1. Pendahuluan Tingkat pemakaian bahan bakar terutama bahan bakar fosil di dunia semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya laju industrialisasi di berbagai negara di dunia. Hal tersebut menimbulkan kekhawatiran terjadinya krisis bahan bakar. Di samping itu kepedulian manusia terhadap lingkungannya memunculkan pemikiran penggunaan energi alternatif yang bersih. Sektor agraris umumnya menghasilkan limbah pertanian yang kurang termanfaatkan. Limbah pertanian yang merupakan biomass tersebut merupakan sumber energi alternatif yang melimpah, dengan kandungan energi yang relatif besar. Limbah pertanian tersebut apabila diolah akan menjadi suatu bahan bakar padat buatan yang lebih luas penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif. Di samping itu sumber energi biomassa mempunyai keuntungan pemanfaatan antara lain: dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang renewable resources, tidak mengandung unsur sulfur yang menyebabkan polusi udara pada pengunaan bahan bakar fosil, dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian. Penelitian telah banyak dilakukan untuk mempelajari potensi energi dalam bentuk padat dari berbagai limbah pertanian dengan mengkonversinya ke bentuk briket seperti: briket ampas tebu (Apolinario et al 1997), briket sekam padi (Estela 2002), briket batang gandum dan rumput (Mani et al 2002), briket batang jagung (Bix, 2007; Afifi, 2007). Hasil penelitian tersebut berupa: 1) berbagai parameter proses produksi briket biomassa dan 2) briket itu sendiri. Hasil berupa briket ini dapat digunakan untuk proses pembakaran yang sesungguhnya, namun untuk mendapatkan pembakaran yang efisien diperlukan tungku yang sesuai dengan karakter briket. Tungku yang efisien dapat menyediakan pasokan udara pembakaran yang tepat sehingga pembakaran briket berlangsung sempurna. Dengan adanya tungku yang sesuai maka briket yang dihasilkan dapat digunakan untuk aplikasi yang sesungguhnya.

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 16 2. Tinjauan Pustaka Konsep Udara Berlebih Untuk pembakaran yang optimum, jumlah udara pembakaran yang sesungguhnya harus lebih besar daripada yang dibutuhkan secara teoritis. Bagian dari gas buang mengandung udara murni yaitu udara berlebih yang ikut dipanaskan hingga mencapai suhu gas buang dan meninggalkan boiler melalui cerobong. Analisis kimia gasgas merupakan metode objektif yang dapat membantu untuk mengontrol udara dengan lebih baik. Dengan mengukur CO 2 atau O 2 dalam gas buang (menggunakan peralatan pencatat kontinyu atau peralatan Orsat ataubeberapa peralatan portable yang murah) kandungan udara berlebih dan kehilangan dicerobong dapat diperkirakan. Udara berlebih yang dibutuhkan tergantung pada jenis bahanbakar dan sistim pembakaran-nya. Cara yang lebih cepat untuk menghitung udara berlebih adalah dengan menggunakan gambar 2 dan 3, setelah persen CO 2 atau O 2 dalam gas buang diukur. Adapun tahapan dalam pembakaran bahan bakar padat adalah sebagai berikut : 1. Pengeringan Dalam proses ini bahan bakar pengalami proses kenaikan temperatur yang akan mengakibatkan menguapnya kadar air yang berada pada permukaan bahan bakar tersebut, sedangkan untuk kadar air yang berada di dalam akan menguap melalui pori-pori bahan bakar padat. 2. Devolatilisasi yaitu proses bahan bakar mulai mengalami dekomposisi setelah terjadi pengeringan. 3. Pembakaran Arang, sisa dari pirolisis adalah arang (fix carbon) dan sedikit abu, kemudian partikel bahan bakar mengalami tahapan oksidasi arang yang memerlukan 70%-80% dari total waktu pembakaran. Himawanto (2005), meneliti laju pembakaran briket yang terbuat dari sampah pengergajian kayu, sekam padi, kulit kacang tanah, serat kulit kelapa dan serat kulit kelapa sawit. Briket dibuat dengan metode piston-press dengan bahan perekat starch dan molasse. Briket yang dibuat diuji karakteristik pembakarannya. Peneliti menyimpulkan (1)laju pembakaran naik seiring dengan kenaikan dwell time dan prosentase perekat. (2) briket dari limbah pengergajian kayu mempuyai sifat paling baik dibandingkan dengan bahan yang lain. Secara umum disimpulkan bahwa briket dari biomassa mempunyai potensi untuk dijadikan bahan bakar, tetapi setiap material mempunyai karakteristik optimum yang berbeda-beda. Subroto (2006) meneliti karakteristik pembakaran briket campuran batubara, ampas tebu dan jerami dengan bahan perekat tepung pati. Komposisi yang di uji adalah biobriket dengan perbandingan prosentase batubara : biomass (ampas tebu dan jerami); 10% :90% ; 33,3% : 66,6% ; 50% : 50%, briket dibuat dengan metode cetak tekan pada tekanan 100 kg/cm2. Pengujian pembakaran dilakukan untuk mengetahui besarnya laju pengurangan massa dengan laju kecepatan udara konstan(0,3 m/s), kemudian dilanjutkan dengan pengujian emisi polutan Berdasarkan percobaan dan parameter yang telah di uji, penambahan biomass menyebabkan naiknya volatile matter sehingga lebih cepat terbakar dan laju pembakaran lebih cepat. Penambahan biomass juga dapat menurunkan emisi polutan yang dihasilkan pada saat pembakaran. Komposisi biobriket terbaik yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah komposisi batubara 10% : biomass 90% karena lebih cepat terbakar, suhu yang dicapai dapat optimal dan lebih ramah lingkungan. Sulistyanto (2006), telah menguji karakteristik pembakaran biobriket campuran batubara dengan sabut kelapa dengan perbandingan batubara : biomass : 10% : 90%, 20% : 80%, 30% : 70% dengan kecepatan udara konstan. Briket dibuat dengan metode Piston Press pada tekanan kompaksi sebesar 100 kg/cm2 dan bahan perekat pati. Berdasarkan percobaan dan parameter yang telah di uji, penambahan biomass menyebabkan naiknya volatile matter sehingga lebih

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 17 cepat terbakar dan laju pembakaran lebih cepat. Penambahan biomass juga dapat menurunkan emisi polutan yang dihasilkan pada saat pembakaran. Komposisi biobriket terbaik yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari adalah komposisi batubara : biomass = 10% : 90% karena lebih cepat terbakar dan lebih ramah lingkungan, sedangkan untuk kebutuhan industri, komposisi terbaik dengan pencapaian temperatur tertinggi adalah komposisi batubara : biomass = 30% : 70%. Himawanto (2005), menguji pengaruh temperatur karbonisasi terhadap karakteristik pembakaran briket sampah kota. Briket terbuat dari sampah kota dengan bahan pengikat molasses dan batu kapur. Peneliti menyimpulkan (1) proses karbonisasi mempengaruhi karakteristik pembakaran briket, semakin tinggi temperatur karbonisasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap karakteristik pembakaran (2) karakteristik pembakaran pembakaan terbaik dicapai pada komposisi bahan organik dan perekat sebesar 90% : 10% pada temperatur karbonisasi 120 0 C. Pada komposisi campuran ini temperatur mulai terbakar pada 176,3 0 C dengan peak temperatur yang dicapai sebesar 448,8 0 C 3. Metode Penelitian Tongkol jagung diambil dari daerah pertanian jagung di penggilingan jagung, desa Muntal, Gunungpati. Sebagai bahan buangan kadar airnya bervariasi sehinga diperlukan pengeringan untuk mendapatkan kadar air yang seragam. Pengeringan memakai Oven sampai kadar air bahan baku mencapai 12% dari berat kering. Berikut ini adalah sifat bahan baku yang dipakai dalam pembuatan briket (Tabel 1). Bahan baku yang telah kering dihancurkan menggunakan alat penghancur. Agar didapat ukuran partikel bahan baku sebesar 0,6 mm dilakukan pengayakan. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pengujian temparatur pembakaran Gambar 1. Alat uji pembakaran Pada grafik di atas menunjukkan temperatur pembakaran pada masingmasing kecepatan aliran udara. Temperatur tertinggi pada kecepatan udara pembakaran 0,6 m/s yaitu 292 C, hal ini dipengaruhi oleh massa udara yang dialirkan pada saat pembakaran. Udara akan mengurangi atau memperlambat pencapaian temperatur maksimum. Sehingga semakin kecil kecepatan aliran udara yang diberikan semakin tinggi temperatur yang dicapai pada

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 18 pembakaran. Temperatur tertinggi pada aliran 0,6 m/s dicapai selama 10 menit, hal ini berbeda pada aliran udara 0,8 m/s dan 1,0 m/s masing-masing mencapai temperatur tertinggi pada menit ke 13 dan 15 10, sedangkan aliran 0,8 m/s dan 1,0 m/s mengalami penurunan drastis masingmasing pada menit ke 13 dan 15. Gambar 2. Grafik Temperatur Pembakaran Pembakaran arang briket di atas temperatur awal pembakaran atau temperatur ruang tungku (pre heat) dikondisikan 200 C (lihat Gambar 1 dan 2). Temperatur secara cepat mengalami kenaikan, dikarenakan briket tanpa melalui proses devolatilisasi atau proses dekomposisi. Pembakaran briket hanya mengalami proses pengeringan kadar air kemudian langsung porses pembakaran arang. Setelah mencapai temperatur tertinggi, pada umumnya suatu pembakaran akan mengalami penurunan temperatur seiring dengan menyusutnya massa briket. Pengujian Laju pengurangan Massa Pembakaran Pengurangan massa pada pembakaran briket berbanding lurus dengan temperatur (Gambar 3). Dimana semakin tinggi temparatur yang dicapai maka semakin cepat pula pengurangan massa pembakaran. Terbukti pada grafik pengurangan massa di atas, pembakaran paling cepat pada aliran massa udara 0,6 m/s yaitu membutuhkan waktu 21 menit sampai briket habis terbakar. (Subroto, 2006), Kenaikan temperatur udara pembakaran menyebabkan semakin pendeknya waktu pembakaran. Pengurangan massa pada masing-masing aliran udara mengalami penurunan yang signifikan pada menit-menit pertengahan pembakaran. Hal ini sesuai dengan kenaikan temperatur pembakaran yang mencapai titik puncak pada menit-menit pertengahan. Aliran 0,6 m/s mengalami penurunan drastis pada menit ke Gambar 3. Grafik Pengurangan Massa Pembakaran Pengujian laju Pembakaran Gambar 4. Grafik Laju Pembakar Pengujian di Gambar 4 menunjukkan laju pembakaran paling cepat adalah pada aliran massa udara 0,6 m/s. Laju pembakaran dipengaruhi oleh temperatur, dimana semakin tinggi temparatur maka semakin singkat waktu yang dibutuhkan dalam pembakaran. Tingginya temperatur juga berpengaruh pada pencapaian titik puncak dalam laju pembakaran. Grafik menunjukkan titik puncak tertinggi dicapai oleh aliran massa udara 0,6 m/s, yaitu 0,41 gr/mnt. Karakteristik bahan bakar berpengaruh dalam pembakaran, diantaranya adalah volatile matter. (Subroto, 2006), Dalam penelitiannya semakin banyak kandungan volatile matter pada biobriket maka semakin mudah biobriket untuk terbakar dan

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 19 menyala. Hal ini terbukti, laju pembakaran biobriket campuran ampas tebu dan jerami dengan massa awal 5 gr membutuhkan waktu 12 menit sampai biobriket habis terbakar. Berbeda dengan laju pembakaran arang briket yang paling cepat membutuhkan waktu 21 menit. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian mengenai pengaruh variasi kecepatan aliran massa udara terhadap karakteristik pembakaran arang briket tongkol jagung dengan campuran perekat kanji, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Laju pembakaran tercepat dicapai pada kecepatan pembakaran 0,6 m/s, hal ini dipengaruhi oleh jumlah udara yang dipakai untuk pembakaran lebih sedikit sehingga proses pembakaran menjadi lebih cepat. 2. Temperatur tertinggi dicapai pada kecepatan aliran udara 0,6 m/s dan bahan bakar lebih cepat habis, dikarenakan jumlah massa udara yang sedikit akan mempermudah pencapaian temperatur tinggi. 6. Daftar Pustaka Anonim. 2007. Bahan Bakar dan Pembakaran. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia www.energyefficiencyasia.org. Anonim. 2007. Bahan Bakar Nabati. Panebar Swadaya. Jakarta. Himawanto D.A. 2005. Pengaruh Temperatur Karbonisasi Terhadap Karakteristik Pembakaran Briket Sampah Kota. Media Mesin. Vol. 6. No.2. pp. 84-91. Klass D.L.. 1998. Biomass for Renewable Energy, Fuels, and Chemical. Academic Press. - Mani S., Lope G., Sokhansany S. 2004. Grinding Performance an physical properties of weat and barley straws, corn stover and switchgrass. Biomass & Bioenergy. Vol. 27. pp. 339-352. Saputro D.D., Widayat W. 2007. Biomassa sebagai Sumber Energi Alternatif Terbarukan di Indonesia. Jurnal Profesional. Vol 5. No.2. pp. 705-716. Subroto. 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara, Ampas Tebu dan Jerami. Media Mesin. Vol 7. No.2. pp. 47-54. Sulistyanto A. 2006. Karakteristik Pembakaran Biobriket Campuran Batubara dan Sabut Kelapa. Vol 7. No.2. pp. 77-84.

Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 1, No. 1, November 2009 20